• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu dan Problematika PAUD Kontemporer (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Isu dan Problematika PAUD Kontemporer (1)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KONSEP DASAR PAUD

”ISU ISU DAN PROBLEMATIKA PAUD KONTEMPORER”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. DEBORA INGE RACHEL

(2014 142 057)

2. ELLA FEBRIANTI

(2014 142 078)

3. ELSA MELINDA

(2014 142 064)

4. SEPTIA MARINI

(2014 142 052)

5. YULIAN JAMILIAH

(2014 142 047)

PROGRAM STUDI PG-PAUD

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh kerena itu kami harapakan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palembang, Oktober 2015

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

Bab II Pembahasan 2.1 Pengertian Isu dan Problematika PAUD Kontemporer...3

2.2 Isu PAUD Kontemporer...10

2.3 Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini...11

2.4 Problematika PAUD di Tengah Masyarakat...12

Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan...12

3.2 Saran...12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan diusia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupan dimasa depan selain itu, pendidikkan diusia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar dalam menerima proses pendidikkan diusia berikutnya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) sedang menjadi isu nasional di indonesia dewasa ini. Percepatan dan perluasan layanan PAUD merupakan salah satu kebijakan strategis yang di gulirkan kementrian pendidikan dan kebudayaan. Sejalan dengan kebijakan tersebut, penambahan dan peningkatan kompetensi pendidikan PAUD menjadi tuntutan yang tidak dapat di abaikan.

(5)

Menarik untuk di perhatikan mengenai berkembangnya lembaga PAUD dalam berbagai bentuk layanan PAUD seperti TK, Taman Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS), menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakaat tentang pentingnya pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak sejak usia dini. Peningkatan minat masyarakat tersebut di ikuti dengan meningkat pula kebutuhan pendidik (Guru TK/PAUD) yang berkualitas.

Dengan adanya peraturan pemerintah menjalakan program satu desa satu PAUD hal menandakan bahwa pendidikan di mulai sejak dini itu sangatlah penting, dimana pada usia 0-6 Tahun di sebut masa keemasan (golden ages), masa ini masa di mana rangsangan dan pendidikan sangat di butuhkan untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada bagian ini menyoroti beberapa isu kritis dan problematis dalam PAUD. di mana isu merupakan suatu hal yang menjadi perbincangan (trending topic) yang bersifat sementara. Sedangkan problematika itu sendiri merupakan permasalahan atau masalah yang timbul di tengah PAUD. Untuk lebih jelasnya mengenai isu dan problematika PAUD kontemporer akan dibahas pada bab selanjutnya.

(6)

1)Apa yang di maksud dengan isu dan problematika PAUD kontemporer?

2)Apa saja yang menjadi isu PAUD kontemporer?

3)Mengapa pentingnya pendidikan PAUD?

4)Apa saja problematika PAUD di tengah masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Konsep Dasar PAUD” selain itu untuk mengetahui tentang isu-isu dan problematika PAUD kontemporer .

BAB II

PEMBAHASAN

(7)

Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat satu yang berbunyi “pendidikan anak usia dini di selenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun dan bukan merupakan peryaratan untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada bab 1 pasal 1 ayat 14 di tegaskan bahwa pendidikan anak usia suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2014:4).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaran pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalaui anak usia dini

(http://id.wikipedia.urg/wiki/pendidikan).

(8)

menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak usia dini yang sedang berkembang sekarang.

Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di lembaga PAUD itu sendiri yang mengarah baik dalam hal positif maupun negatif, dan pada dasarnya dngan adanya problematika ilmu tentang PAUD akan berkembang.

2.2. Isu PAUD Kontemporer

(9)

Penyelenggaraan PAUD sampai saat ini belum memiliki standar yang dijadikan sebagai acuan minimal dalam penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu disusun Standar PAUD.

(10)

dan penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program yang dilaksanakan secara terintegrasi terpadu sesuai dengan kebutuhan anak. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan mengatur persyaratan fasilitas, manajemen, dan pembiayaan agar dapat menyelenggaakan PAUD dengan baik.

Adapun isu yang menjadi fokus pembahasan pada bagian ini adalah: a) dikotomi PAUD dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran, c) kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA dan, e) merancang program PAUD di masa depan.

A. Dikotomi PAUD dan TPQ

(11)

B. Guru-Guru PAUD dan Ibu-Ibu Pengangguran

Integrasi PAUD (khususnya KB dan TPA) dengan posyandu (POSPAUD) telah mengubah kesan dari lembaga edukasi yang seharusnya di bina oleh guru profesional menjadi lembaga pengasuhan bahkan penitipan anak yang menuntut seorang pengasuh, bukan pendidik. Akibatnya, guru-guru di lembaga PAUD di dominasi oleh ibu-ibu rumah tangga pengangguran, khususnya ibu RT dan ibu RW serta ibu Dukuh yang tidak mempunyai kompetensi sebagai pendidik profesional. Fenomena ini berimplikasi pada pendirian PAUD di setiap desa oleh ibu-ibu PKK dan gurunya adalah pendiri itu sendiri.

Pertumbuhan PAUD yang di pelopori oleh ibu-ibu pengangguran, termasuk PKK di samping memenuhi tuntutan wanita karier mengandung bahaya besar bagi masa depan anak bangsa karena mereka akan di asuh oleh orang-orang yang tidak berkompeten sama sekali. Dalam sebuah hadits di sebutkan bahwa jika sebuah urusan tidak di pegang oleh ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Dalam konteks ini, anak-anak mengalami goncangan psikologis yang sangat serius.

(12)

yang diampu. Dosen senior harus mengajar SMA, guru SMA senior harus mengajar SMP, guru SMP senior harus mengajar SD. Artinya, guru PAUD di luar indonesia jauh lebih “bermartabat” dari guru yang lain.

C. Kesenjangan Hak dan Kewajiban aguru PAUD

Implikasi lebih lanjut dari realitas guru PAUD diatas adalah kesenjangan hak dann kewajiban antara guru PAUD dengan guru Non PAUD. Hak guru PAUD lebih kecil dari guru non PAUD. Pasalnya, guru PAUD bukan sekedar mengajar atau mendidik melainkan mengasuh, mengasah, dan mengasihi (asih, asuh, dan asah : 3A). tugas ini jelas berbeda dengan guru non PAUD yang ketika dikelas atau disekolah hanya menhgajar atau mendidik. Terlebih lagi, guru (ustaz) TPQ hampir tidak mendapat haknya sebagai guru, meskipun memenuhi kompetensi yang khas. Artinya, kewajiban beban kerja guru PAUD daan TPQ lebih besar tetapi haknya lebih kecil. Akibatnya, guru PAUD sekedar “dari pada pengangguran”. Jika hal ini dibiarkan, yang terjadi adalah banyaknya guru-guru PAUD yang hanya “pelarian” disisi lain, biaya pendidikan di PAUD sngat mahal, jauh melebihi pendidikan dasar.

(13)

semakin banyak anak yang menyia-nyiakan masa keemasannya.diluar negeri, gajih guru PAUD bisa mencapai 2 kali lipat dari gajih pada umumnya. Hal ini sesuai engan sistem pendidikan disana yang mensyaratkan guru PAUD sserendah-rendahnya berkualifikasi S-3 atau Doktor. Meskipun demikian, dengan beban akademik guru-guru PAUD di indonesia yang sedemikian berat perlu dipertimbangkan kesetaraan dan keadilan hak dan kewajibannya.

D. Wajib Belajar 12 Tahun di Mulai dari TK/RA

(14)

Jika wacana ini dapat mempengaruhi penganbiilan kebijakan, implikasi, yang akan ditimbulkan adalah biaya pendidikan PAUD dapat di bebaskan, gur PAUD setara dengan guru-guru lain yang secara otomatis banyak guru PNS di PAUD dan mendapat hak yang layak, guru(ustaz) TPQ akan mendapatkan haknya sebagai guru, terpeliharanya masa keemasan anak sehingga potensinya dapat dioptimalkan.

E. Momentum Emas Membangun Karakter Bangsa Sejak Dini

Signmund Freud mengatakan “ the child is the father of the mean”, bahwa masa dewasa seorang sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh masa kecilnya. Senada dengan Freud, Hurlocke menyatakan bahwa kenakalan remaja bukan fenomena baru dari masa remaja, melainkan suatun lanjutan dari pola perilaku asosiasi yang dimulai pada, masa kanak-kanak. Sudah semenjak dari usia 2-3 tahun ada kemungkinan mengenali hak yang kelak menjadi remaja nakal atau tidak( Hurlocke: 1993).

(15)

tahun menjadi remaja yang bermasalah agresif dan memiliki masalah dalam pergaulan. Pada usia 2 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain, dan sebagian terlibat dengan kegiatan kriminal. Sebaliknya anak-anak yang awalnya well-adjusted toddlers, ternyata setelah dewassa menjadi orang-orang yang berhasil dan sehat jiwannya.

Berdasarkan kasjian psikologis di atas, dapat di tegaskan bahwa waktu yang paling tepat untuk di mulainya pendidikan karakter adalah usia dini, yakni pada jenjang PAUD. Dalam konteks neurosains, hakikat pendidikan karakter adalah mengubah prilaku. Prilaku manusia bersumber pada pola pikirnya (mindset). Pola pikir manusia bertumpu pada otaknya. Ilmu yang mempelajarai otak adalah neurosains. Oleh karena itu, pendidikan karakter dapat di jelaskan melalui mekanisme kerja otak sebagaimana dalam neurosains.

(16)

insan kamil tersebut pendidikan karakter dapat dikonstruksi dalam kerja otak yang secara embriologis atau neuro-antropo-biologis di regulasi dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler. Artinya, susunan saraf dalam sistem sinaps pada tingkat molekuler yang meregulasi prilaku anak dapat di ubah melalui berbagai gerak, beberapa di antarannya adalah bermain, bernyayi, dan bercerita, bahkan ketiga kegiatan tersebut hanya efektif di lembaga PAUD.

F. Program PAUD Masa Depan

1) Gerakan Gender dan Tuntutan Wanita Karier

Gerakan gender (kesetaraan antara hak laki-laki dengan perempuan) telah berimplikasi pada perubahan pendidikan informal dan nonformal secara besar-besaran. Gerakan ini di pelopori oleh kaum perempuan yang merasa tertindas oleh sosio-kultur masyarakat tertentu, termasuk kaum laki-laki.

(17)

perempuan (mengandung dan menyusui). Artinya, berbeda antara sosio-kultur dengan kodrat.

Implikasinya dalam pendidikan anak adalah tugas utama pendidikan anak tidak boleh di bebankan kepada perempuan semata. Artinya, laki-laki mendapat hak yang sama atas pengasuhan anak. Adapun mengandung dan menyusui adalah kodrat yang di terima secara sukarela. Gerakan gender ini telah berimplikasi pada gelombang paradigma wanita karir secara besar-besaran. Dengan alasan kesetaraan hak dan peran, terlebih lagi dibumbui dengan alasan ekonomi keluarga, sebagai perempuan telah menetapkan kakinya dijalan karir (kerja pagi pulang sore. Implikasi lebih lanjut adalah pergeseran pola asuh anak-anak dari keluarga ke pembantu rumah tangga.

2) PAUD Full Days School

Sebagai keluarga elit, mereka tidak kesulitan dengan pengasuh adanya pengasuh anak dirumahnya. Namun sebagian besar dari mereka tidak sepenuhnya mempercayakan pengasuhan anak mereka kepada pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, mereka cenderung memasukan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak (TPA) Full Day.

(18)

berakar dari gerakan gendre dan tuntutan karir yang didukung oleh kalangan (keluarga) elit dengan tingkat pendidikan memadai serta kekuatan ekonomi yang mapan.

3) PAUD yang semakin akademis mengingat

User atau pengguna PAUD Full Days School adalah kalangan elit dengan pendidikan akademis tinggi dan didukung oleh kemampuan ekonomi yang mapan, mereka “menuntut” PAUD mampu membuat anak-anak mereka mempunyai kemampuan akademis lebih awal dari pada anak-anak lain.

Implikasi dari tuntutan ini adalah perubahan arah PAUD yang semula sebagai layanan perkembangan anak menjadi layanan edukasi dengan muatan akademik yang sangat tinggi, hal ini diperparah oleh kurangnya pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak, sehingga mereka cenderung menganggap anak sebagai “Orang Dewasa Berukuran Kecil”.

semakin akademis anak, dianggap semakin cerdas. Padahal, anak pada dunia PAUD belum saatnya dikenalkan dengan duni akademis. Bahkan, sesungguhnya dengan semakin akademisnya dilembaga PAUD, bukan membuat anak semakin senang, melainkan hanya menyenangkan orang tuanya.

4) Merancang Program PAUD di Masa Depan

a) PAUD Terdahulu

(19)

(Pra-Sekolah) sepuluh tahun yang lalu sangat berbeda dengan PAUD sekarang, dan PAUD sepuluh tahun yang akan datang akan sangat berbeda dengan PAUD sekarang.

Mengenai konsep PAUD terdahulu, telah dijelaskan pada bagian terdahulu, khususnya sejarah PAUD. Point ini menegaskan bahwa pertumbuhan PAUD yang semakin pesat berimplikasi pada perubahan disegala bidang. Hal ini dapat dimaklumi karena perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai fakta, seperti tingkat ekonomi keluarga, kemajuan sains, dan teknologi, peran orang tua dilembaga PAUD, dan lain sebagainnya. Berbagai faktor ini secara langsung berimplikasi pada perubahan PAUD dari waktu ke waktu.

b) Pertumbuhan PAUD Saat Ini

Jika diamati secara saksama, kondisi PAUD di Indonesia saat ini setidaknya menunjukkan lima gejala baru.

(20)

sangat mendukung kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan anak sejak dini.

Kedua, PAUD sekarang jauh lebih akademis dari pada PAUD sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, permainan tradisional yang dulu masih dimainkan anak-anak dengan gembira, kini mulai ditinggalkan.

Ketiga, PAUD sekarang lebih berorientasi pada pengembangan sains anak dan matematika daripada humanitas atau sosial anak. Hal ini ditandai oleh gencarnya PAUD untuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung pada anak.

Keempat, semakin banyak lembaga PAUD yang menyediakan layanan sehari penuh atau full days school.

Kelima, program PAUD sekarang jauh lebih menantang mental dan pikiran anak daripada program sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, beberapa program PAUD memberi pekerjaan rumah (PR) agar orang tuanya berpatisipatif mendidik anaknya.

c) Arah Baru PAUD Masa Depan

1. Akademis v.s Humanis Artinya, lembaga PAUD saat ini yang akan datang mengalami kebingungan antara memenuhi kebutuhan perkembangan anak secara sosial dengan memenuhi kebutuhan akademis.

(21)

ditopang oleh UU Pendidikan yang menyatakan bahwa PAUD tidak boleh menolak anak berkebutuhan khusus. Artinya, penyamarataan masuk dilembaga PAUD antara anak berkebutuhan khusus dengan yang tidak menimbulkan kesenjangan didalam kelas, oleh karena itu persamaan hak memasuki PAUD harus diimbangi dengan sikap yang mendukung, termasuk sikap guru yang adil diantara mereka. 3. Beragamnya PAUD yang semakin akademis, Hal ini ditandai oleh tuntutan masyarakat (Orang Tua) terrhadap lembaga-lembaga PAUD agar anaknya memiliki kemampuan CaLisTung lebih awal. Hal ini menimbulkan persoalan karena banyak penilitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca sejak dini, tidak berkaitan dengan prestasi akademik anak pada jenjang selanjutnya.

4. Dukungan menyeluruh, Manifestasi pendekatan ini adalah terbentuknya kerja sama antara lembaga PAUD dengan Organisasi Profesional, seperti dokter anak, klinik perkembangan, ahli gizi, psikolag anak, dan lain sebagainya. 5. Meningkatkan minat orang tua (Khususnya Orang Tua), Untuk memasukan anak-anak mereka ke lembaga PAUD full days schooll atau tempat pengasuhan anak sehari penuh mereka rela mengeluarkan saku lebih dalam demi masa depan anak yang lebih mencerdaskan.

(22)

Menurut frobel bahwa bermaiin merupakan sarana untuk belajar. Dalam dunia bermain perhatian anak terhadap pelajaran dapat lebih besar oleh karena itu, pelajaran yan g diberikan lewat permainan akan lebih menarik dan menyenangkan hati anak sehingga hasilnya akan lebih baik.

Sementara itu menurut J. Piaget mengartikan bermain sebagai kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang demi kesenangan hal ini berpengaruh besar anak menjadi terdorong da bersemangat untuk belajar. Montessori mengartikan kegiatan bermain sebagai latihan jiwa dan badan demi kehidupan anak dimasa depan.

B. Kesempatan bermain

Betapa besarnya manfaat bermain bagi pendidikan AUD. Oleh karena itu, agar mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, sesuai dengan perkembangan umur dan kemampuan, mereka perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain.

C. Pengembangan kemampuan dasar

Sambil bermain, anak-anak sekaligus juga belajar berbagi kemampuan dasar yaitu, keterampilan motorik, berbahasa, daya pikir dan bermasyarakat. Perkembangan kemampuan dasar setiap anak tidak sama ada yang cepat dan ada yang lambat.

2.4. Problematika Prilaku anak usia dini A. Memahami Bakat Anak

1) Ambisi orang tua

(23)

orang tua meningkat “aku berhasil mendidik anak ku”. Begitu pikiran yang muncul dalam benak orang tua setiap kali memamerkan keberhasilan anaknya. Akhirnya, berlomba-lombalah orang tua seperti ini memaksa anaknya mendalaami satu bidang tertentu, atau mengharuskan anak mengikuti berbagai kegiatan yang hasilnya di anggap akan membanggakan orang tua. Sering kali orang tua juga mendengar bahwa kursus tertentu dapat mengembangkan potensi anak lebih maksimal, sehingga mereka memaksa anak untuk ikut kursus tersebut. Mereka percaya bahwa kegiatan tersebut akan sangat berguna untuk anak dikemudian hari dalam menghadapi persaingan di zaman yang keras ini.

(24)

adalah yang terbaik untuk anak. Sementara anak tertatih-tatih mengikuti apa yang sebenarnya merupakan ambisi orang tua.

2) kenali bakat anak

untuk mengenali bakat anak orang tua harus mencoba dengan berbagai rangsangan yang benar-benar meyakinkan apa yang menjadi bakat dan minat anaknya. Disamping itu kegiatan harus direncanakan dengan rapi dan memperhatikan kondisi anak, kesepiannya secara lahir maupun batin, pengamatan dan pengenalan orang tua terhadap anak harus sesuai dengan yang anak sukai, misalnya apakah anak itu suka menggambar, bermain musik, membaca, olahraga dan lain-lain. Dalam kegiatan tersebut orag tua hanya perlu membantu mengarahkan bakat kepada anaknya serta memberikan rangsagan kepadanya untuk meningkatnya kemampuannya secara sehat dan tepat.

3) Beda antara bakat dan minat

(25)

setiap kali diajari lagu anak-anak dia akan menyanyikannya berulang-ulang bahkan dia hapal beberapa lagu sheila on seven atau westlife namun searanya false dan tida cukup enak didengar karena orang tua melihat anaknya gemar bernyanyi maka ia langsung dimasukkan kekursus olah vokal si anak justru tertekan dengan les tersebut dampaknya dia menjadi minder dan malas.

4) Pahami keterbatasan anak

Karena sifat anak yang unik, maka antara satu anak dengan yang lain akan selalu berbeda. Orang tua harus memahami kemampuan dan minat pada anaknya tersebut. Pusat perhatian orang tua dalah pada kapasitas diri si anak jangan paksa dan tuntut anak untuk samma seperti sama dengan anak yang lain karena, tuntutan dari orang tua memberi porsi terbesar terhadap setres anak. Anak yang dibiasakan tampil apa adanya dan diterima sebagai apa adanya biasanya lebih sehat sebagai pribadi.

5) Ciptakan suasana kreatif dan kondusif

(26)

latihan-latihan profesional, sebaiknya dipilih yang dapat meningkatkan motivasi anak untuk berkembang.

6) Selalu memberi dorongan

Dalam hal ini dorongan bukan bersifat tuntutan orang tua berperan sebagai pasilitator dalam mewujudkan keinginan dan imijinasi anak bukan sebagai penentu dan penilai. Rangsang anak untuk memiliki motivasi tinggi dengan cara mengikut sertakan dalam lomba-lomba. Mengikut sertakan anak dalam lomba adalah untuk mendorongnya menjadi lebih maju bukan dengan target harus menang.

B. Melatih Anak Untuk Besyukur

1) Ajari anak secara bertahap

Manusia mempunyai kecenderungan untuk memperoleh kenikmatan dan menghindari segala bentuk ketidaknyamanan begitu pula dengan seorang anak, ia akan cenderung untuk berperilaku untuk memenuhi kepuasan dirinya. Kepuasan diri bisa berupa kepuasan biologis misalnya, mengonsumsi makanan yang enak atau kepuasan emosional, misalnyya mendapatkan perhatian. Anak memang perlu belajar memahami dan menyikapi hidup secara bertahap, tetapi orang tua perlu mengikuti pola pikir dan perkembangan anak dalam membantu proses belajarnya.

(27)

Sebagai orang tua perlu berusaha memahami anaknya, dirinya sendiri, dan situasi yang ada. Ketika memasuki usia TK biasanya anak sudah bisa diajak berhitung berapa harga sebuah benda dan diajak untuk memahami bahwa orang tua bekerja untuk dapat memperoleh barang tersebut. Diskusi tersebut sangat baik untuk dilakukan tetapi perlu dicatat bahwa pembicaraan jangan sampai membebani anak dalam hal ini, mengingat bahwa kemampuan anak dalam menangkap dan menganalisis permasalahan masih belum matang.

3) Mengendalikan keinginan anak

Anak perlu dilatih menunda atau menahan suatu keinginan. Selain itu, ia juga perlu dilatih untuk merawat dan menghargai barang yang dia miliki. Mengajari anak menabung sebelum membeli barang yang diinginkan merupakan salah satu cara yang bijaksana.

4) Harus konsisten

Dalam mengahadapi perilaku anak, orang tua harus selalu bersikap optimis dan percaya diri bahwa ia mampu mengatasinya.bersikap tegas ddan konsisten tidak harus dengan cara kaku atau keras.

(28)

Anak berkembang dalam keluarga. Pandangan bahwa keluarga merupan satu sistem dikemukakan oleh Urie Bronvendrenner dalam konsep Ecological Model of human develovment. Keluarga adalah lingkugan yang berperan sebagai pembentuk perkembangan anak, meskipun anak juga berperan aktif dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Dalam hal ini orang tua harus mendampingi anak terutama pada saat anak menonton televisi.

6) Gangguan belajar pada anak

Masalah kesulitan belajar muncul kepermukaan sejak masalah learning disability yang bermula dari konsep “ anak yang mengalami kerusakan otak” diajukan oleh Straus dan Werner (1942) dalam perkembangannya, kesulitan belajar cenderung dilihat dari dua sudut. Pertama pada ketidakmampuan anak didik dalam melakukan tugas tertentu, kedua adanya kerusakan sistem syaraf sehingga menghambat proses belajar.

Johnson dan Morasky dalam bukunya learning disabilities

mengemukakan karakteristik anak dengan kesulitan belajar sebagai berikut:

a) Kegagalan yang berulang dalam prestasi belajar

b) Adanya kelemahan fisik yang mengganggu belajar anak untuk melaksanakan tugas belajar dan berprestasi

(29)

e) Anak tidak memperoleh metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan sehingga ia cenderung bosan dan berulah di sekolah.

f) Macam-macam kesulitan belajar terdiri dari kesulitan membaca, menulis, dan berhitung.

7) Perlukah anak TK ikut Les?

Salah satu problematika di PAUD adalah orang tua yang berambisi untuk mengikutkan anaknya kedalam les dengan berbagai macam bentuk sehingga waktu bermainnya berkurang dan anak menjadi tertekan sehingga berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan anak.

8) Status sosial ekonomi dan fungsi keluarga

Para peneliti menempatkan kedudukan dalam keluarga seseorang dalam rentan tersebut berdasarkan suatu indeks yang disebut status sosial ekonomi atau sering disingkat dengan SES. Indeks tersebut merupakan kombinasi dari tiga variabel yang saling berhubungan dengan satu sama lain namun tidak saling tumpang tindih sepenuhnya. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a) Tingkat pendidikan

(30)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaran pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik koordinasi motorik halus dan kasar, kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalaui anak usia dini

(http://id.wikipedia.urg/wiki/pendidikan.

(31)

Problematika adalah permasalan-permasalahan yang terdapat di lembaga PAUD itu sendiri yang mengarah baik dalam hal positif maupun negatif, dan pada dasarnya dngan adanya problematika ilmu tentang PAUD akan berkembang.

isu yang menjadi fokus pembahasan adalah a) dikotomi PAUD dan TPQ, b) guru-guru PAUD yang di isi oleh ibu-ibu pengangguran, c) kesenjangan hak dan kewajiban guru PAUD, d) wacana wajib belajar 12 tahun yang di mulai dari TK/RA dan, e) merancang program PAUD di masa depan. Oleh karena itu merespon isu-isu kritis di dalam PAUD menjadi hal yang sangat penting. Jadi dapat di simpulkan bahwa isu PAUD kontemporer maksudnya membahas tentang pendidikan anak usia dini yang sedang berkembang sekarang.

3.2 Saran

1. Diharapkan guru pendididkan AUD dapat memahami perkembangan anak sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga bisa menerapkan pembelajaran yang sebenarnya sesuai dengan konsep dasar anak usia dini untuk membantu perkembangan anak..

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Hadisubrata. 1988. Mengembangkan Kepribadian Anak Balita Pola Pendidikan Untuk Meletakkan Dasar Kepribadian yang Baik.

Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

H, Berne, Patricia & M, Savary, Louis. 1988. Membangun Harga Diri Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Kartono, Kartini. 1985:Mengenal Dunia Kanak-Kanak. Jakarta: Cv Rajawali.

Lein Laura & O’Donnell. 1989.Anak: Bagaimana Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orangtuanya. Yogyakarta: Kansius.

Ratrin, Yohana, dkk. 2003. Prilaku Anak Usia Dini Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta:Kanisius.

Sujiono, Yuliani Nurani 2014. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: Permata Puri Media.

Suyadi & Ulfa, Maulidya. 2013. Konsep Dasar PAUD. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Wenzler, Hildegard & Fischer, Maria. 1993. Proses Pengembangan Diri.

(33)

Referensi

Dokumen terkait

rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang di dasari asumsi dasar, pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu yang di hadapi.” Sementara itu

Sementara batas ketaatan isteri terhadap suami di dalam Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974 lebih bersifat umum dan tidak mengatur yang bersifat praktis baik

Sementara itu, makna yang terkandung dalam pemakaian ~teyaru (~teageru), di samping bersifat menguntungkan/menyenangkan, juga untuk menyatakan ekspresi kemarahan

Dari trending data di atas, dapat di jelaskan secara aktual pada unit PLTU Cirebon berbeban 100% (full load) atau sekitar 660 MW, level air disisi shell feed

Penguatan atau Reinforcement adalah segala bentuk respon, apakah bersifat kebal (biasa di ungkapkan atau diutarakan dengan kata-kata langsung seperti: baik

Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam

dengan judul “Pemanfaatan Isu -isu Kontroversial di Media Massa untuk Meningkatkan Kesadaran Demokrasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI. IIS 3 SMA Negeri

Memahami Isu Etika dan Sosial Yang Terkait Dengan Sistem Informasi Moral Menurut asalusul katanya “moral” berasal dari kata mores dari.. bahasa Latin, lalu kemudian diartikan atau