• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil

dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam

rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut sangat dibutuhkan

dana yang sangat besar.

Dana yang dibutuhkan ada kalanya dapat dipenuhi sendiri, tetapi ada

kalanya juga tidak dapat dipenuhi sendiri sehingga membutuhkan bantuan pihak

lain. Secara konvensional kebutuhan dana antara lain disediakan oleh lembaga

keuangan. Lembaga ini mempunyai kegiatan di bidang keuangan yang secara

langsung atau tidak langsung menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada

masyarakat, dalam rangka pembiayaan/investasi tertentu.1

Meningkatnya kegiatan pembangunan mengakibatkan meningkatnya

keperluan akan tersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan

perkreditan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kredit merupakan salah satu sumber

pembiayaan pembangunan yang sangat penting. Kredit dalam kegiatan perbankan

merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan terbesar dari

usaha bank berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit yang berupa bunga dan

provisi.

1

(2)

Suatu kredit baru diluncurkan setelah ada suatu kesepakatan tertulis,

walaupun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana antara pihak kreditur

sebagai pemberi kredit dengan pihak debitur sebagai penerima kredit.

Kesepakatan tertulis ini sering disebut dengan “perjanjian kredit” (credit

agreement, loan, agreement).2

undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

Undang-undang No. 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, dalam Pasal 1 angka (11) yang

dimaksud dengan kredit adalah:

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Unsur yang penting dalam suatu perjanjian kredit adalah adanya

kepercayaan. Selain itu, faktor lain yang dipertimbangkan dalam perjanjian kredit

adalah apa yang menjadi jaminan dari permohonan kredit tersebut. Sebab, kredit

yang tidak mempunyai jaminan yang cukup akan mengandung risiko yang besar.

Untuk itu di dalam kegiatan penyaluran kredit oleh perbankan perlu adanya

jaminan dari debitur. Hal ini sangat urgen sebab jaminan tersebut akan diperlukan

jika sewaktu-waktu debitur wanprestasi.

Pemberian kredit yang merupakan kegiatan utama bank sering menjadi

penyebab suatu bank menghadapi masalah. Oleh sebab itu, maka upaya untuk

memperkecil risiko kerugian karena tidak dilunasinya kredit oleh debitur perlu

2

(3)

mendapat perhatian yang khusus.3

membuat para petugas bank perlu meningkatkan kehati-hatian dalam

mengantisipasi masalah yang dapat menimbulkan terjadinya kredit bermasalah

(macet).

Beberapa pengalaman pahit lembaga

perbankan

Unsur yang terlibat dalam kredit yang dapat menyebabkan timbulnya

kredit macet yaitu :4

1. Bank selaku pemberi kredit (kreditur) :

a. Kreditur melakukan analisis kredit tidak lengkap;

b. Kreditur kurang mempunyai kemampuan teknis;

c. Kreditur lemah dalam melakukan penolakan;

d. Kreditur lemah dalam melakukan pengawasan;

e. Kreditur terlalu mengandalkan jaminan/agunan;

f. Kreditur menaikkan nilai agunan;

g. Informasi yang diperoleh kreditur kurang lengkap;

h. Kreditur berkolusi dengan nasabah/debitur;

i. Kreditur terpaksa memberikan kredit karena ada surat sakti;

j. Kreditur terlambat memberi kredit.

2. Nasabah selaku penerima kredit (debitur) :

a. Debitur memalsukan catatan dan pembukuan;

b. Debitur memalsukan agunan (agunan fiktif);

3

Direksi Bank Indonesia, Sambutan Pada Pembukaan Seminar Penyelesaian Kredit Bank-bank Pemerintah, 15 September 2012.

4

(4)

c. Debitur melarikan diri;

d. Debitur memalsukan surat resmi;

e. Debitur menjual barang jaminan;

f. Debitur memperoleh surat sakti;

g. Kreditur gagal dalam menagih piutangnya;

h. Debitur memiliki perencanaan yang lemah;

i. Debitur kacau dalam pengurusan keuangan pribadi/perusahaan;

j. Debitur mengalami gagal usaha;

k. Debitur memiliki kapasitas produksi yang rendah;

l. Debitur melakukan usaha pembelian yang tidak relevan dengan utang

pokok;

m. Debitur melakukan kolusi dengan kreditur dan lain-lain.

3. Pemerintah selaku penguasa moneter dan pembuat kebijaksanaan :

a. Pemogokan dilakukan pekerja;

b. Devaluasi/perubahan kurs;

c. Perubahan peraturan/kebijaksanaan pemerintah;

d. Laju inflasi yang terlalu tinggi;

e. Pemerintah melakukan kenaikan harga BBM/energi lainnya;

f. Kondisi umum perekonomian dunia yang mengalami resesi yang

berkepanjangan.

4. Pihak ketiga yang sebetulnya tidak perlu diperhitungkan, namun

kenyataannya sering menjadi unsur penentu karena posisi dan wewenang

(5)

menekan para petugas bank untuk mengambil keputusan. Misalnya pejabat

yang mengeluarkan surat sakti.

Untuk mengurangi risiko tersebut menurut penjelasan atas Undang-undang

No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992

Tentang Perbankan dijelaskan, jaminan pemberian kredit dalam artian keyakinan

atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai

dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh

bank. Oleh karena itu, untuk memperoleh keyakinan tersebut maka sebelum

memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap

watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur. Pentingnya untuk

melakukan analisis ini adalah untuk menghindari risiko kemungkinan terjadinya

kredit macet. Selain itu juga untuk melindungi dan mengamankan dana-dana

masyarakat yang dikelola oleh bank dan disalurkan dalam bentuk kredit.

Mengingat bahwa jaminan merupakan salah satu unsur dalam pemberian kredit,

maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas

kemampuan debitur untuk mengembalikan hutangnya, maka jaminan dapat berupa

barang, proyek atau hak tagih.

Adapun langkah-langkah yang diambil oleh bank dalam mengamankan

kreditnya pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua. Pertama yaitu

pengamanan preventif dan kedua pengamanan represif. Pengamanan preventif

adalah pengamanan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kemacetan kredit.

(6)

menyelesaikan kredit-kredit yang telah mengalami ketidaklancaran atau

kemacetan (kredit macet).

Mengingat pentingnya peran dana perkreditan dalam proses pembangunan,

sudah selayaknya pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait dalam

perjanjian kredit memperoleh perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan

yang kuat dan dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang

berkepentingan. Dalam Pasal 51 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA), telah disediakan suatu lembaga

hak jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada hak atas tanah yang disebut

dengan hak tanggungan. Untuk memenuhi ketentuan Pasal 51 UUPA tersebut,

maka pada tanggal 9 April 1996 diundangkan Undang-undang No. 4 Tahun 1996

Tentang Hak Tanggungan atas tanah serta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah. Dengan diundangkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1996 Tentang hak

Tanggungan, maka ketentuan-ketentuan mengenai credietverband dan hipotik

dalam Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata sepanjang mengenai tanah

dan yang untuk sementara waktu masih diberlakukan berdasarkan Pasal 57 UUPA

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Dalam perjanjian kredit, debitur tidak mempunyai kebebasan untuk

mempergunakan kreditnya menurut keinginannya sendiri, karena seperti yang

telah diketahui bersama, tujuan pemberian kredit adalah untuk meningkatkan taraf

hidup rakyat, sehingga penggunaan kredit terikat pada program pemerintah.

Sering terjadi bahwa penggunaan kredit oleh debitur ternyata tidak sesuai lagi

(7)

kredit. Dengan kata lain, debitur telah menyalahgunakan kredit yang diterimanya.

Dengan adanya penyalahgunaan kredit tersebut, maka bank dapat menetapkan

bahwa debitur telah cidera janji/wanprestasi.

Salah satu ciri hak tanggungan adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan

eksekusinya jika debitur wanprestasi. Yang dimaksud dengan eksekusi dalam hal

ini adalah upaya kreditur untuk merealisasikan haknya secara paksa jika debitur

tidak secara sukarela memenuhi kewajibannya yang tidak hanya melalui

pelaksanaan putusan hakim, tetapi juga melalui pelaksanaan Grosse Akta serta

pelaksanaan putusan dari institusi yang berwenang atau bahkan kreditur secara

langsung. Dalam Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan disebutkan : “Apabila

debitur cidera janji, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk

menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum

serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut.”

Maksudnya adalah bahwa hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas

kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan

yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan atau pemegang hak tanggungan

pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang hak tanggungan. Hak

tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh pemberi hak tanggungan

bahwa apabila debitur cidera janji, maka pemegang hak tanggungan berhak untuk

menjual obyek hak tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan

persetujuan lagi dari pemberi hak tanggungan dan selanjutnya mengambil

pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut lebih dahulu daripada

(8)

hak pemberi hak tanggungan. Selanjutnya dalam Pasal 20 Undang-undang Hak

Tanggungan terdapat tiga macam eksekusi, yaitu :

1. Parate Eksekusi Hak Tanggungan;

2. Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan;

3. Penjualan sukarela di bawah tangan.

Menjadi suatu hal yang penting untuk mengetahui upaya bank/kreditur

dalam menangani suatu kredit macet serta perlindungan yang diberikan kepada

kreditur apabila debitur cidera janji. Maka berdasarkan dari uraian di atas, Penulis

ingin mengetahui lebih luas mengenai penyelesaian kredit macet dengan jaminan

hak tanggungan.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka perlu adanya

perumusan masalah guna mempermudah pembahasan selanjutnya. Adapun

permasalahan yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Prosedur Pengikatan Sertifikat Hak Tanggungan Sebagai

Jaminan Perjanjian Kredit pada PT. Bank Danamon Cabang Pembantu

Sukaramai Medan?

2. Bagaimana kendala-kendala Hak Tanggungan dalam Pemenuhan

Hak-Hak Para Pihak Dalam Proses Eksekusi Hak-Hak Tanggungan pada PT. Bank

Danamon Cabang Pembantu Sukaramai Medan?

3. Bagaimana Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan pada PT.

(9)

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosedur pengikatan sertifikat hak tanggungan sebagai

jaminan perjanjian kredit pada PT. Bank Danamon Cabang Pembantu

Sukaramai Medan

2. Untuk mengetahui kendala-kendala hak tanggungan dalam pemenuhan

hak-hak para pihak dalam proses eksekusi hak tanggungan pada PT. Bank

Danamon Cabang Pembantu Sukaramai Medan

3. Untuk mengetahui kekuatan eksekutorial sertifikat hak tanggungan pada

PT. Bank Danamon Cabang Pembantu Sukaramai Medan

D. Manfaat Penulisan

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis yaitu sebagai

berikut:

1. Secara Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum Perdata khususnya

Hukum Perbankan mengenai penyelesaian kredit macet dalam perjanjian

kredit yang dijamin dengan Hak Tanggungan.

2. Secara Praktis

Bagi pihak bank dapat memberikan gambaran yang jelas dalam

(10)

dalam mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam menyelesaikan

kredit macet.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan untuk

mendapatkan data dan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan yang dilandasi

dengan metode keilmuan. Metode keilmuan itu merupakan gabungan antara

pendekatan rasional dan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka

berpikir yang koheren dan logis, sedangkan pendekatan empiris memberikan

kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.5

Dengan cara yang ilmiah itu, diharapkan data yang akan didapatkan adalah

data obyektif, valid, dan reliable. Obyektif berarti semua orang akan memberikan

penafsiran yang sama. Valid berarti adanya ketepatan antara data yang terkumpul

dengan data pada obyek yang sesungguhnya terjadi. Reliable berarti adanya

ketepatan/keajegan/konsistensi data yang didapat dari waktu ke waktu. Kegiatan

penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu, dan pada umumnya tujuan itu dapat

dikelompokkan menjadi tiga hal utama, yaitu untuk menemukan, membuktikan,

dan mengembangkan pengetahuan tertentu. Dengan ketiga hal tersebut, maka

implikasi dari hasil penelitian akan dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, secara

berturut-turut akan dibicarakan sebagai berikut :

5

(11)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah yuridis normatif, yaitu

pendekatan dari sudut kaidah-kaidah dan pelaksanaan peraturan yang berlaku di

dalam masyarakat, yang dilakukan dengan cara meneliti data sekunder terlebih

dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer

yang ada di lapangan. Yuridis empiris adalah penelitian yang berusaha

menghubungkan antara norma hukum yang berlaku dengan kenyataan yang ada di

masyarakat. Penelitian berupa studi yuridis normatif berusaha menemukan proses

bekerjanya hukum6

Yuridis empiris ini bertujuan untuk memahami bahwa hukum itu tidak

semata-mata sebagai satu perangkat aturan perundang-undangan yang bersifat

normatif belaka, akan tetapi hukum dipahami sebagai perilaku masyarakat yang

menggejala dan membentuk pola dalam kehidupan masyarakat, selalu berinteraksi

dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan seperti aspek ekonomi, sosial,

dan budaya.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis karena penelitian

ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas dan rinci, sistematis

dan menyeluruh mengenai segala hal yang berkaitan dengan proses pemberian

kredit, faktor-faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah, dan proses

penyelesaian kredit bermasalah, juga berbagai hal yang berkaitan dengan hak dan

(12)

penyelesaian kredit bermasalah tersebut untuk kemudian dianalisis untuk

memecahkan masalah yang timbul.

3. Sumber dan Jenis Data

Dalam penelitian ini digunakan data sekunder dan data primer sebagai data

pendukung. Data sekunder dibedakan menjadi :

1) Bahan hukum primer. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum

yang mengikat, dan terdiri dari :

(a) Undang-undang Dasar 1945

(b) Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Perbankan :

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, Tentang

Perbankan. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Bank

Indonesia.

(c) Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(d) Ketentuan Umum PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Mengenai

Perkreditan

2) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, yaitu :

(a) Buku-buku hasil karya para sarjana.

(b) Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini.

(c) Makalah/bahan penataran maupun artikel-artikel yang berkaitan

(13)

3) Bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan

bahan-bahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan

terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan

permasalahan yang dikaji.

Data sekunder kemudian didukung oleh data primer yang diperoleh

langsung melalui Pejabat AO NPL (Account Officer Non Performing Loan),

Pejabat Account Officer Kredit Retail dan Pejabat Account Officer Kredit

Penghasilan Tetap pada PT. Bank Danomon Indonesia, Tbk Kantor Cabang

Pembantu Sukaramai.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini data sekunder dikumpulkan dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap bahan literatur yang merupakan penelitian kepustakaan yang

dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan pustaka yang

berhubungan dengan judul dan pokok permasalahannya.

Kemudian dilanjutkan dengan melakukan wawancara secara terstruktur,

yaitu melakukan wawancara secara mendalam dan terstruktur kepada pejabat PT.

Bank Danamon Indonesia, Tbk Kantor Cabang Pembantu Sukaramai Medan yang

mempunyai kompetensi di bidang perkreditan. Hal ini bertujuan untuk menggali

informasi dan mendapatkan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang

diteliti.

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian di analisa dengan

(14)

dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian

dikelompokkan, dihubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan hukum yang

berkaitan dengan kredit. Baik mengenai prosedur pemberian kredit yang

dilaksanakan maupun kebijakan-kebijakan yang diambil dalam rangka

penyelesaian kredit bermasalah oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Kantor

Cabang Pembantu Sukaramai Medan.

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui permasalahan yuridis yang

menyebabkan terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Danamon Indonesia,

Tbk Kantor Cabang Pembantu Sukaramai Medan.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian di perpustakaan di Universitas Sumatera

Utara bahwa judul Tinjauan Yuridis Terhadap Kekuatan Eksekutorial Sertifikat

Hak Tanggungan Dalam Mengatasi Kredit Macet (Studi Pada Bank Danamon

Cab. Pembantu Sukaramai), belum pernah ada, sehingga penulis tertarik untuk

meneliti tentang Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan Dalam

Mengatasi Kredit.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam kegiatan penelitian tentang Tinjauan Yuridis

Terhadap Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan Dalam Mengatasi

Kredit Macet (Studi Pada Bank Danamon Cab. Pembantu Sukaramai) adalah,

(15)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan membahas Latar Belakang, Permasalahan,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian

Penulisan, Sistematika Penulisan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN

Bab ini akan membahas Pengertian Kredit, ketentuan Pemberian

kredit, Perjanjian Kredit dan Kredit Macet

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HAK JAMINAN

Bab ini akan membahas Hak Jaminan Pada Umumnya, Hak

Jaminan Perorangan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan

sebagai Jaminan, Dasar Hukum Hak Tanggungan, Pengertian Hak

Tanggungan, Unsur-unsur Hak Tanggungan, Ciri-ciri dan Sifat

Hak Tanggungan, Subjek Hak Tanggungan, Objek Hak

Tanggungan, Tahap-Tahap Pembebanan Hak Tanggungan

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEKUATAN

EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

DALAM MENGATASI KREDIT MACET PADA BANK

DANAMON CABANG PEMBANTU SUKARAMAI

Bab ini akan membahas tentang Prosedur Pengikatan Sertifikat

Hak Tanggungan Sebagai Jaminan Perjanjian Kredit pada Bank

Danamon Cabang Pembantu Sukaramai, Kendala-kendala Hak

Tanggungan dalam Pemenuhan Hak-Hak Para Pihak Dalam Proses

(16)

Sukaramai dan Kekuatan Eksekutorial Sertifikat Hak Tanggungan

pada Bank Danamon Cabang Pembantu Sukaramai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan membahas mengenai Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga perbankan dan lembaga jaminan sangat berpengaruh dalam rangka mendorong pembagunan ekonomi Indonesia, karena bank memiliki peran yang salah satunya yaitu

c. Dokumen-dokumen yang dianggap berharga. Sebelum timbulnya suatu resiko tersebut, masyarakat selalu berusaha mencari langkah-langkah untuk menghindari resiko. Salah satu

- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigi bawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahang

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini bertumpu pada lima variabel amatan yaitu kualitas jasa (service quality), kepuasan pelanggan (costumer

Dalam penelitian kali ini diteliti mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir menjadi akuntan publik, faktor-faktor

parsial terhadap kemandirian daerah pada Kabupaten Bangka Selatan

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana perancangan dan pembuatan program aplikasi simpan pinjam koperasi yang dapat membantu dalam pengolahan

kemampuan yang dimiliki karyawan diiringi dengan pemberian motivasi kerja yang cukup dari pimpinan perusahaan, maka karyawan tersebut diharapkan dapat menggerakkan