• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: ELIA NATALINCIA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: ELIA NATALINCIA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGIRIMAN BARANG

(STUDI KASUS PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) CABANG MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ELIA NATALINCIA 160200572

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

Universitas Sumatera Utara

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elia Natalincia NIM : 160200572

Departemen : Hukum Perdata (BW)

Judul Skripsi : Perlindungan Konsumen Terhadap Asuransi Yang Diberikan PT.

Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Dalam Pengiriman Barang (Studi Kasus pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Medan)

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa skripsi saya adalah benar dan tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain, maka segala akibat hukum yang timbul akan menjadi tanggungjawab saya.

Dengan surat pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Medan, Oktober 2020

Elia Natalincia 160200572

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat, karunia, dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun skripsi yang disusun oleh penulis berjudul Perlindungan Konsumen Terhadap Asuransi Yang Diberikan PT. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Dalam Pengiriman Barang (Studi Kasus Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Medan). Skripsi ini membahas mengenai asuransi pengangkutan barang yang digunakan oleh perusahaan pengangkutan barang untuk melindungi barang kiriman apabila mengalami kelalaian dalam pengangkutan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berhadap adanya saran dan masukan yang bersifat membangun dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua penulis, Bapak Sukiwi Tjong, S.E. dan Ibu Lydia Lim, S.H., M.Kn. yang tercinta, yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan motivasi serta doa yang tulus kepada penulis hingga penulis dapat mencapai gelar Sarjana ini. Secara khusus, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

Universitas Sumatera Utara

(5)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

7. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah meluangkan banyak waktunya dan dengan sabar membimbing, mengarahkan dari awal sampai akhir, dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;

9. Ibu Sinta Uli, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan banyak waktunya dan dengan sabar membimbing, mengarahkan dari awal sampai akhir, dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;

10. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H., L.L.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan;

11. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar, serta segenap Civitas Akademika di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu, arahan, dan bantuan yang bermanfaat bagi penulis selama menjalani perkuliahaan sampai proses penyelesaian skripsi ini;

(6)

iii

12. Kepada Bapak Rifi Hamdani selaku Kepala Unit Customer Care PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), yang telah memberi dukungan dan bersedia untuk meluangkan waktu serta memberikan informasi pada saat wawancara dengan penulis;

13. Keluarga besar penulis, baik di Medan maupun di Jakarta, terkhususnya untuk kakak tercinta drg. Suci Lincia dan abang ipar penulis Andy Herman, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dari awal masa perkuliahan hingga proses penulisan skripsi ini;

14. Sahabat penulis yaitu Felix Sofian, S.H., yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis, memberikan masukan dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini;

15. Teman seperjuangan penulis, yaitu Sheryn Nada Soraya, S.H., Chatrine Lidya Girsang, S.H., Hera Vanesa Sihombing S.H., Agustin Aurelia B. Isrin, S.H., Olivia Pintha S. Bakara, S.H., Jacqueline Harly Harefa, Muhammad Ricky Ilham Chalid, S.H., Deby Meilani B. M., S.H., Gladyta Gabriella, Kelvin Hertanto;

16. Teruntuk sahabat terdekat penulis dalam L.I.F.E. yaitu Frida Condinata, S.Psi. dan Ivory Gho, S.M. yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini;

17. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Stambuk 2016 dan keluarga besar Ikatan Mahasiswa Hukum Perdata Stambuk 2016;

18. Seluruh pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Universitas Sumatera Utara

(7)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2020 Penulis

Elia Natalincia 160200572

(8)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Keaslian Penulisan ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI ASURANSI DI INDONESIA ... 17

A. Hukum Asuransi Dalam Pandangan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Perasuransian ... 17

B. Jenis-Jenis Asuransi dan Pelaksanaannya ... 28

C. Peran Hukum Asuransi Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang ... 36

Universitas Sumatera Utara

(9)

(JNE) TERHADAP BARANG KIRIMAN YANG

MENGALAMI KELALAIAN PADA SAAT PENGIRIMAN ... 40

A. Prosedur Pengajuan Klaim Asuransi Pengangkutan ... 40

B. Penerapan Prosedur Klaim Asuransi Pengangkutan... 45

C. Kendala dan Cara Penyelesaian Pengajuan Klaim Asuransi Pengangkutan ... 46

BAB IV PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP ASURANSI YANG DIBERIKAN PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) DALAM PENGIRIMAN BARANG ... 49

A. Perlindungan Konsumen Dalam Pandangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen ... 49

B. Dasar dan Pengaturan Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang... 54

C. Sifat-Sifat dan Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Perjanjian Pengangkutan... 68

D. Bentuk Pertanggungjawaban dan Ganti Kerugian Terhadap Kerusakan/Hilangnya Barang Yang Berasuransi ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

(10)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Riset 2. Hasil Wawancara

3. Standar Operasional Pengiriman (SOP) 4. Contoh Resi Pengiriman Barang 5. Contoh Form Pengajuan Klaim

Universitas Sumatera Utara

(11)

Elia Natalincia ) Tan Kamello)

Sinta Uli)

Asuransi diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Seiring dengan perkembangan zaman, asuransi sudah dikenal dalam dunia pengangkutan barang yang disebut dengan Asuransi Pengangkutan Barang, yang dapat diartikan sebagai produk asuransi yang bertujuan untuk memberikan proteksi terhadap barang yang diangkut baik melalui darat, laut maupun udara. Asuransi pengangkutan ini telah diterapkan diberbagai perusahaan penyedia jasa pengiriman barang salah satunya PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE). Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengaturan hukum mengenai asuransi di Indonesia, penerapan prosedur pengajuan klaim asuransi di PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) terhadap barang kiriman yang mengalami kelalaian pada saat pengiriman, dan perlindungan konsumen terhadap asuransi yang diberikan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) dalam pengiriman barang. Oleh karena itu, penulis akan membahas skripsi ini dengan judul Perlindungan Konsumen Terhadap Asuransi Yang Diberikan PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Dalam Pengiriman Barang.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode Normatif Empiris yaitu dengan pengumpulan data dengan studi pustaka (Library Research), serta penulis juga melakukan penelitian studi lapangan yaitu dalam bentuk wawancara guna memperoleh data primer dan sekunder yang kemudian dianalisis dengan metode kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), dapat diketahui bahwa setiap barang yang diasuransikan tidak terlepas dari kemungkinan akan mengalami gangguan dalam pengangkutan seperti pada saat membawa barang ke Bandara Kualanamu Medan mengalami kebobolan akibat bajing yang membuat barang kiriman hilang. Oleh karena itu PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) memberikan perlindungan kepada konsumen yang sudah menjadi kualitas dari perusahaan mereka dalam memberikan perlindungan pasca pengiriman sesuai dengan Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, dengan memberikan ganti kerugian kepada konsumen atas kerugian, kerusakan, maupun kehilangan keuntungan akibat peristiwa yang tidak pasti, sesuai dengan perjanjian pertanggungan yang sudah disepakati sebelum pengiriman. PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) mempunyai prosedur yang sangat ketat dalam penerapan prosedur pengajuan klaimnya karena PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) bekerjasama dengan PT.

Asuransi Adira Dinamika, oleh karena itu konsumen wajib untuk melengkapi berkas yang ada untuk diproses.

Kata Kunci: Asuransi, Pengangkutan Barang, Perlindungan Konsumen

) Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

) Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

) Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengangkutan sebagai sarana pengangkut barang memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, terkhususnya antara produsen dan konsumen dalam bidang perdagangan. Pengangkutan tersedia melalui beberapa jalur seperti jalur darat, laut, dan udara. Pengangkutan berperan penting dalam kehidupan keseharian manusia baik itu bagi masyarakat tradisional maupun bagi masyarakat modern, sebagai salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat dalam hal kegiatan informasi dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pengangkutan.1

Pengangkutan merupakan salah satu cara yang efisien pada era modern untuk membangun kesejahteraan dan perkembangan perekonomian di Indonesia terkhususnya dalam bidang perdagangan, karena hampir semua kegiatan perdagangan dilakukan melalui online (e-commerce) sehingga dengan pengangkutan, kegiatan dan kebutuhan setiap konsumen maupun produsen dapat dipenuhi dalam waktu yang singkat seperti hanya dalam beberapa hari dan dilakukan bukan hanya untuk antar kota saja, tetapi juga dapat dilakukan antar negara. Dengan membahas tentang pengangkutan, secara tidak langsung berkaitan dengan perusahaan penyedia jasa pengiriman barang. Di Indonesia, sudah banyak perusahaan penyedia jasa pengiriman barang yang dapat dilihat di lingkungan

1 Sigit Sapto Nugroho dan Hilman Syahrial Haq, Hukum Pengangkutan Indonesia, (Solo: Navida, 2019), h. 7-8.

Universitas Sumatera Utara

(13)

sekitar tempat tinggal salah satunya Perseroan Terbatas Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (PT. Tiki JNE).

Sebelum pengangkutan direalisasikan pada umumnya, suatu perjanjian antara pihak penyedia jasa pengiriman barang dengan pihak yang akan mengirimkan barang harus terjadi terlebih dahulu. Perjanjian pengangkutan yang dimaksudkan pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya seperti yang tertera dalam Pasal 1320 jo. Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang mengatur sahnya suatu perjanjian. Adapun syarat-syarat dalam suatu perjanjian seperti pihak-pihak yang berjanji dalam hal perjanjian pengangkutan ini, yakni pihak pengangkut dan pihak yang akan mengirimkan barang. Melalui perjanjian pengangkutan yang telah dilakukan, secara tidak langsung pihak penyedia jasa pengiriman barang harus bertanggungjawab dalam aspek keselamatan barang seperti yang tertera dalam Pasal 468 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di mana pengangkut wajib untuk menjaga keselamatan barang yang diangkut sejak saat penerimaan sampai penyerahannya atau tujuannya. Dalam hal ini berarti pihak pengangkut wajib untuk menanggung segala kerugian yang timbul atas barang yang diangkutnya selama jangka waktu pengangkutannya.2

Adapun tujuan dari pengangkutan yaitu untuk memastikan objek angkutan untuk tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya proses pemindahan dari suatu tempat ke tempat tujuan tanpa adanya hambatan dan sesuai dengan waktu yang

2 Sinta Uli, Pengangkutan: Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara, (Medan: USU Press, 2006), h. 1.

(14)

3

direncanakan. Dengan selamat artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan ataupun kemusnahan.3

Dalam dunia pengangkutan, pihak yang mengangkut barang atau biasa disebut dengan pihak penyedia pelayanan jasa pengiriman barang sering memiliki kendala dengan pihak yang mengirimkan barang seperti barang rusak atau hilang, keterlambatan dalam pengiriman maupun keterlambatan sampainya barang ke tujuan. Konsumen sebagai pengguna jasa pengiriman barang pastinya mendapatkan perlindungan hukum untuk melindungi segala hal yang dapat merugikan kepentingannya. 4 Apabila dalam hal pengiriman barang, penyedia jasa angkutan barang melakukan kelalaian sebagaimana yang telah disebutkan berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), maka seorang konsumen berhak untuk mendapatkan ganti rugi.

Pada era modern ini, setiap perusahaan penyedia jasa pengiriman barang telah menerapkan asuransi di dalam pengiriman barang salah satunya PT. Tiki JNE. Adapun layanan asuransi yang dimaksud adalah untuk menjamin resiko yang mungkin saja terjadi pada barang kiriman seperti rusak atau hilang. Asuransi pengiriman barang yang diterapkan PT. Tiki JNE sangat penting untuk menjamin keselamatan barang kiriman, sehingga pelanggan merasa nyaman serta tidak takut

3Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013), h. 15.

4 Aisyah Ayu Musyafah, dkk, “Perlindungan Konsumen Jasa Pengiriman Barang Dalam Hal Terjadi Keterlambatan Pengiriman Barang”. Jurnal Law Reform Vol. 14 No.2, Tahun 2018, h. 153.

Universitas Sumatera Utara

(15)

akan resiko yang bisa saja terjadi di dalam pengiriman barang. Adapun ketentuan dalam pemakaian asuransi pengiriman barang pada PT. Tiki JNE ini, seperti:5 a. Barang yang nilainya lebih dari Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);

b. Barang yang nilainya lebih besar 10 kali lebih besar dibandingkan ongkos kirimnya;

c. Dokumen-dokumen yang dianggap berharga.

Sebelum timbulnya suatu resiko tersebut, masyarakat selalu berusaha mencari langkah-langkah untuk menghindari resiko. Salah satu cara untuk mengatasi resiko tersebut ialah dengan cara melalui asuransi.6 Oleh karena itu, PT. Tiki JNE sebagai perusahaan penyedia jasa pengiriman barang menyediakan asuransi yang dapat digunakan oleh konsumen yang khawatir atas kemungkinan barang kirimannya hilang, rusak, maupun mengalami keterlambatan sampai ketujuannya. Perusahaan pelayanan jasa pengiriman barang seperti PT. Tiki JNE akan menanyakan terlebih dahulu kepada konsumen atas barang kirimannya dalam hal barang tersebut akan diasuransikan atau tidak. Apabila konsumen setuju, barang tersebut akan dimasukkan ke dalam kategori barang yang diasuransikan atau berasuransi.

Setiap barang berasuransibyang mengalami kerusakan maupun hilang, konsumen dapat mengajukan klaim asuransi kepada pihak penyedia jasa pengangkutan barang. Adapun data yang diperoleh dari PT. Tiki JNE selama 1 (satu) tahun, mulai dari Januari 2019 - Desember 2019 mengenai jumlah kasus

5 Cermati.com, “Asuransi JNE: Perlukah Kita Menggunakannya?” (https://www.cermati.

com/artikel/asuransi-jne-perlukah-kita-menggunakannya, Diakses pada 3 Juni 2020, 19:20).

6 H. Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-Bentuk Perasuransian, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2005), h.30.

(16)

5

dan proses klaim yang berhasil di ajukan oleh konsumen. Bahwa terdapat 71 (tujuh puluh satu) kasus barang berasuransi yang mengalami kerusakan maupun mengalami kehilangan pada saat proses pengiriman ke luar kota maupun di dalam kota. Selama proses pengajuan klaim yang dilakukan oleh konsumen, sampai saat ini tidak ada klaim yang tidak berhasil diproses maupun ditolak, karena setiap pengajuan klaim atau asuransi yang disampaikan kepada konsumen tersebut merupakan koordinasi dari pihak PT. Tiki JNE kepada konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai bagaimana perlindungan yang diberikan kepada konsumen apabila barang yang diasuransikan mengalami gangguan dalam pengiriman. Oleh karena itu, penulis akan menuangkannya dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Asuransi Yang Diberikan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Dalam Pengiriman Barang (Studi Kasus Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Medan)”.

B. Rumusan Masalah

Banyak hal yang belum diketahui seperti penerapan asuransi barang PT.

Tiki JNE terhadap barang yang mengalami kelalaian dalam pengiriman. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai asuransi di Indonesia?

2. Bagaimana penerapan prosedur pengajuan klaim asuransi di PT. Tiki JNE terhadap barang kiriman yang mengalami kelalaian pada saat pengiriman?

3. Bagaimana perlindungan konsumen terhadap asuransi yang diberikan PT.

Tiki JNE dalam pengiriman barang?

Universitas Sumatera Utara

(17)

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum mengenai asuransi di Indonesia.

2. Untuk mengetahui penerapan prosedur pengajuan klaim asuransi di PT. Tiki JNE terhadap barang kiriman yang mengalami kelalaian pada saat pengiriman.

3. Untuk mengetahui perlindungan konsumen terhadap asuransi yang diberikan PT. Tiki JNE dalam pengiriman barang.

D. Manfaat Penulisan

Dalam penelitian ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Manfaat penelitian dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) bentuk, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

1) Diharapkan dapat menambah kajian data yang diperoleh mengenai perlindungan yang diberikan kepada konsumen apabila barang yang berasuransi mengalami kelalaian pada saat pengiriman.

2) Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis.

b. Manfaat Praktis

1) Adanya skripsi ini, diharapkan dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi masyarakat terutama dalam hal pelaksanaan asuransi barang yang diterapkan oleh PT. Tiki JNE.

(18)

7

2) Adanya skripsi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk menyempurnakan tentang perlindungan hukum terhadap asuransi yang diberikan PT. Tiki JNE dalam pengiriman barang.

E Metode Penelitian

Secara sederhana, metode penelitian adalah tata cara bagaimana melakukan penelitian. Metode penelitian membahas mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu

“methodos” yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Adapun pengertian dari metode yaitu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya. Adapun pengertian penelitian yaitu suatu proses pengumpulan data dan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah.7 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

7 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok: Prenadamedia Group, 2016), h. 2-3.

Universitas Sumatera Utara

(19)

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum yang digunakan penulis dalam penulisan ini didasarkan pada penelitian hukum normatif atau kepustakaan dengan cara mengkaji dan meneliti berbagai literatur yang berkaitan dengan asuransi, perjanjian serta perlindungan konsumen dan didukung dengan penelitian hukum empiris dengan melakukan wawancara terkait dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data primer yang dilakukan oleh penulis di PT.

Tiki JNE.

Metode pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis atau pendekatan perundang-undangan (statue approach) yaitu pendekatan yang mengacu kepada perundang-undangan untuk mengkaji dan menganalisis peraturan hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen terhadap asuransi yang diberikan oleh PT. Tiki JNE dalam proses pengiriman barang.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer atau data dasar adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan seperti melakukan pengamatan (observasi), wawancara, dan penyebaran kuesioner (angket).8 Dalam pengumpulan data primer, harus berpedoman kepada rumusan masalah, pokok bahasan, rincian sub-pokok bahasan dan tujuan penulisan. Adapun data primer yang dimaksud yaitu

8 H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 32.

(20)

9

hasil wawancara dengan Bapak Rifi Hamdani selaku Kepala Unit Customer Care PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca, mengutip, mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan.

Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi data primer dengan mengigat bahwa data primer dapat dikatakan sebagai data praktik yang ada secara langsung dalam praktik di lapangan.9

3. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara atau interview merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari responden melalui tanya jawab lisan yang diajukan secara langsung mengenai informasi-informasi dan keterangan-keterangan.10 Teknik pengumpulan data ini dilakukan secara langsung dengan Bapak Rifi Hamdani selaku Kepala Unit Customer Care di PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Medan.

9 Ibid, h. 99.

10 Ibid, h. 115-116.

Universitas Sumatera Utara

(21)

b) Dokumen merupakan studi yang mengkaji tentang berbagai dokumen-dokumen, baik yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan maupun dokumen-dokumen yang sudah ada.11 Bentuk pengumpulan data ini adalah perundang-undangan, buku-buku, dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan dokumen ini.

4. Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.12 Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif yang artinya mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian, yang kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan diteliti berdasarkan kualitas serta kebenarannya yang kemudian diuraikan sehingga dapat memperoleh gambaran dan penjelasan tentang kenyataan yang sebenarnya guna untuk menjawab permasalahan yang ada.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pengangkutan

Istilah pengangkutan berasal dari kata “angkut” yang berarti mengangkut dan membawa, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan

11 Ibid, h. 252.

12 Ibid, h. 125-126.

(22)

11

sebagai pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang). Menurut H.M.N. Purwosutjipto menyatakan bahwa pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan dirinya untuk membayar uang angkutan tersebut.

Pengangkutan diatur dalam KUHD pada Buku ke II Titel V mengenai penyediaan dan pemuatan kapal-kapal; Titel VA tentang pengangkutan barang-barang; Titel ke VB tentang pengangkutan orang-orang.13 Secara yuridis, definisi atau pengertian pengangkutan tidak ditemukan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, namun secara yuridis pengangkutan dapat didefinisikan sebagai suatu perjanjian timbal balik antara pihak pengangkut dengan pihak yang diangkut atau pemilik barang atau pengirim, dengan memungut biaya pengangkutan.14

2. Pengertian Perjanjian Pengangkutan

Perjanjian diatur di dalam Pasal 1313 KUHPerdata sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah hubungan antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan suatu akibat hukum. Maka jika dihubungkan dengan masalah perjanjian pengangkutan, dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian tersebut adanya proses interaksi antara pengangkut dan pengirim dalam hubungan hukum yang dimulai dengan adanya kegiatan/perbuatan hukum yang berupa

13 Sigit Sapto Nugroho dan Hilman Syahrial Haq, Op.Cit., h. 8-9.

14 Ibid, h. 12.

Universitas Sumatera Utara

(23)

kerja sama antara 2 (dua) orang atau lebih serta kerja sama itu saling berdampingan namun dengan kepentingan yang berbeda. 15 Dalam KUHPerdata maupun ketentuan lainnya tidak melarang pihak manapun untuk membuat perjanjian dengan siapapun, asalkan pihak tersebut cakap, tidak bertentangan dengan Undang-Undang, dan juga tidak melarang membuat perjanjian dalam bentuk apapun, itu dibebaskan kepada para pihak yang menghendakinya. Dalam Buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka itu mengandung asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1338, yang menekankan pada perkataan “semua”, yang merupakan pernyataan kepada masyarakat tentang diperbolehkannya mereka membuat perjanjian, asalkan dibuat secara sah dan perjanjian tersebut bersifat mengikat seperti Undang-Undang.16 Akan adil apabila asas kebebasan berkontrak itu terjadi di antara para pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang.

Tetapi dalam perkembangannya, hal ini tidak selalu dimulai dengan negosiasi yang seimbang di antara para pihak. Perjanjian dengan cara tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk perjanjian baku yang artinya bahwa hubungan yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian di mana syarat-syarat umum di dalamnya ditetapkan secara sepihak oleh salah satu pihak, sedangkan pihak satu yang lain harus menerimanya secara keseluruhan.17 Apabila perjanjian baku tersebut memiliki syarat-syarat yang telah dibakukan terlebih dahulu oleh pelaku usaha tanpa persetujuan konsumen, maka dapat menimbulkan penyalahgunaan keadaan yang dapat berupa kelakuan yang tidak adil dan

15 H. Djafar Al Bram, Pengantar Hukum Pengangkutan Laut (BUKU II): Pengertian, Asas-Asas, Hak dan Kewajiban Para Pihak, (Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pancasila, 2011), h. 2-6.

16 Ibid, h. 16

17 Ibid, h. 18-19.

(24)

13

tidak layak; tekanan dari pihak lain semacam penipuan; dan alasan-alasan kepercayaan. Pihak yang posisinya lebih lemah atau terpaksa menerima syarat-syarat yang telah disiapkan secara sepihak oleh pihak lainnya dapat dikatakan sebagai pihak yang telah mendapatkan pengaruh keadaan yang semestinya tidak diperoleh apabila perjanjian tersebut seimbang dan adil.

Untuk melindungi pihak yang posisinya lebih lemah tersebut, maka pada Pasal 18 UUPK telah mengatur masalah pencantuman klausula baku. Hal tersebut merupakan penegasan kembali akan sifat kebebasan berkontrak yang diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata jo. Pasal 1337 KUHPerdata. Dengan demikian, para pelaku usaha diwajibkan untuk menyesuaikan klausula baku yang dibuatnya dengan klausula yang diatur dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen.18

3. Pengertian Perlindungan Konsumen

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, definisi Hukum Perlindungan Konsumen adalah keseluruhan asas-asas serta kaidah hukum yang mengatur mengenai hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu dengan yang lain, dan berkaitan dengan barang atau jasa konsumen di dalam pergaulan hidup masyarakat. Menurut Pasal 1 angka 1 UUPK, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perlindungan konsumen merupakan sebuah perangkat hukum yang diciptakan oleh pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan hukum dan jaminan

18 Ibid, h. 26-27.

Universitas Sumatera Utara

(25)

kepastian hukum bagi para konsumen dari berbagai macam permasalahan ataupun sengketa konsumen karena merasa dirugikan oleh pelaku usaha.19

4. Pengertian Asuransi Pengangkutan

Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi adalah suatu persetujuan dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk mebebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti. Adapun pengertian dari asuransi pengangkutan itu sendiri yaitu sarana untuk memberikan perlindungan atau jaminan untuk mengatasi ketidakpastian yang mengandung resiko yang dapat mengancam pihak pengangkut barang.20

G. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan atas ide, gagasan dan pemikiran penulis sendiri dengan menerima masukan dari berbagai pihak guna membantu melengkapi skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini, penelusuran judul skripsi dan perumusan masalah yang di angkat dalam penulisan skripsi ini yang berjudul Perlindungan Konsumen Terhadap Asuransi Yang Diberikan PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Dalam Pengiriman Barang (Studi Kasus Pada PT.Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) Cabang Medan) telah dilakukan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan tidak ditemukan adanya kesamaan dalam lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian,

19 Eli Wuria Dewi, 2015, Hukum Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 4.

20 Gusti Ayu Putu Damayanti dan I Gusti Ayu Agung Ari Krisnawati, “Peran Asuransi Kepada Perusahaan Pengangkutan Barang Melalui Darat Yang Mengalami Kerusakan Atau Kehilangan Barang”. Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4 No.1, Tahun 2015, h. 3.

(26)

15

sesungguhnya skripsi ini merupakan karya asli penulis sendiri sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, adapun sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis, guna untuk memberikan pemahaman bagi pembaca dan memberikan manfaat melalui tulisan ini. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab yang mana dalam bab tersebut terdiri dari beberapa sub bab yang bertujuan untuk memudahkan dan memperjelas penguraian pemasalahan yang di bahas agar lebih mudah di mengerti. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam bentuk uraian yang dapat dilihat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini, penulis akan menguraikan tentang uraian umum seperti penelitian pada umumnya, yaitu latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, tinjauan pustaka, keaslian penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II ATURAN HUKUM ASURANSI PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE)

Dalam Bab ini diuraikan tentang hukum asuransi dalam pandangan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Perasuransian, jenis-jenis asuransi dan pelaksanaannya, peran hukum asuransi terhadap pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang

Universitas Sumatera Utara

(27)

BAB III PENERAPAN PROSEDUR PENGAJUAN KLAIM ASURANSI DI PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) TERHADAP BARANG KIRIMAN YANG MENGALAMI KELALAIAN PADA SAAT PENGIRIMAN

Bab ini berisikan prosedur pengajuan klaim asuransi pengangkutan, penerapan prosedur klaim asuransi pengangkutan, kendala dan cara penyelesaian pengajuan klaim asuransi pengangkutan.

BAB IV PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP ASURANSI YANG DIBERIKAN PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR (JNE) DALAM PENGIRIMAN BARANG

Bab ini berisikan perlindungan konsumen dalam pandangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dasar dan pengaturan hukum perjanjian pengangkutan barang, sifat-sifat dan prinsip-prinsip tanggung jawab pengangkut dalam perjanjian pengangkutan, bentuk pertanggungjawaban dan ganti kerugian terhadap kerusakan/hilangnya barang yang berasuransi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bab penutup yang merupakan bab terakhir dimana akan diberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(28)

17

BAB II

PENGATURAN HUKUM MENGENAI ASURANSI DI INDONESIA A. Hukum Asuransi Dalam Pandangan Kitab Undang-Undang Hukum

Dagang dan Undang-Undang Perasuransian

Asuransi berasal dari kata verzekering (Belanda) yang berarti pertanggungan. Istilah pertanggungan umumnya dipakai dalam literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia. Sedangkan istilah asuransi berasal dari istilah assurantie (Belanda) atau assurance (Inggris) yang lebih banyak dikenal dan digunakan oleh kalangan pelaku usaha (bisnis). Di Inggris, selain istilah assurance, juga terdapat istilah pendampingnya, yaitu insurance.

Jika istilah assurance cenderung digunakan untuk mengidentifikasi jenis asuransi jiwa, maka istilah insurance digunakan untuk jenis asuransi kerugian (umum).21

Secara umum, asuransi dapat diartikan sebagai persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai suatu yang tidak dapat diduga.22 Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan itu, maka kerugian itu akan ditanggung bersama oleh mereka. Adapun beberapa definisi asuransi menurut para ahli, diantaranya:

1. Mark R. Green, mengatakan asuransi sebagai lembaga ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi resiko dengan jalan mengombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar jumlahnya, sebagai

21 Mulhadi, Dasar-Dasar Hukum Asuransi, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 1.

22 Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia Salviana, Hukum Asuransi, (Surabaya: PT Revka Petra Media, 2016), h. 7.

Universitas Sumatera Utara

(29)

kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.23

2. Abbas Salim mengartikan asuransi sebagai suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar yang belum pasti.24 Secara sederhana, bahwa dalam asuransi, orang bersedia untuk membayar kerugian yang sedikit untuk masa sekarang agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang, dimana kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi tersebut dipindahkan kepada perusahaan asuransi.25

3. Emmy Pangaribuan menyatakan bahwa asuransi adalah pengganti resiko menjadi pilihan seseorang dengan alasan bahwa lebih ringan untuk mengambil resiko dari kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada hanya satu orang saja, dan akan memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harta bendanya itu jika ia akan mengalihkan risiko itu pada suatu perusahaan , dimana dia sendiri tidak mampu untuk menanggungnya.26

4. Mehr dan Cammack, asuransi merupakan alat untuk mengurangi risiko keuangan dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit eksposur dalam jumlah yang memadai, agar kerugian individu secara kolektif dapat diprediksi yang kemudian kerugian tersebut dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit dalam gabungan tersebut.27

23 Mulhadi, Op.Cit., h. 4.

24 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko Ed.2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 1.

25 Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia Salviana, Loc.Cit.

26 Ibid, h. 8.

27 Mulhadi, Loc.Cit.

(30)

19

5. C. Arthur William Jr. dan Richard M. Heins, mendefinisikan asuransi berdasarkan 2 (dua) sudut pandang, yaitu:28

a. Asuransi adalah suatu pengamanan terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung.

b. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang/badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial.

Menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian (UU Perasuransian), menyatakan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:29 a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena

kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

28 Ibid.

29 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

Universitas Sumatera Utara

(31)

Berdasarkan definisi tersebut, maka unsur-unsur dari asuransi atau pertanggungan adalah sebagai berikut:30

1. Pihak-pihak

Pihak-pihak yang dimaksud adalah subjek asuransi, yang terdiri dari:

a. Penanggung. Dalam UU Perasuransian tidak terdapat istilah penanggung, melainkan penanggung langsung disebutkan sebagai Perusahaan Asuransi yang merupakan perusahaan asuransi umum dan jiwa (Pasal 1 angka 15 UU Perasuransian), dan Usaha Perasuransian yang menyangkut tentang jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko, pertanggungan ulang risiko, pemasaran dan distribusi produk, asuransi atau produk asuransi syariah, konsultasi dan keperantaraan asuransi, asuransi syariah, reasuransi, atau reasuransi syariah, atau penilaian kerugian asuransi atau asuransi syariah (Pasal 1 angka 4 UU Perasuransian).

b. Tertanggung, yaitu pihak yang menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi (Pasal 1 angka 23 UU Perasuransian).

c. Pemegang Polis, yaitu pihak yang mengikatkan diri berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Reasuransi Syariah untuk mendapatkan perlindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya, tertanggung atau perserta lain.

30 Dwi Tatak Subagiyo dan Fries Melia Salviana, Op.Cit., h. 8-10.

(32)

21

2. Status pihak-pihak

Dalam hal ini, status pihak-pihak yang dimaksudkan adalah bahwa penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koperasi. Dalam perihal tertanggung, tertanggung harus berstatus sebagai perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik sebagai perusahaan ataupun bukan perusahaan yang mempunyai status sebagai pemilik atau pihak yang berkepentingan atas harta yang diasuransikan.

3. Objek asuransi

Artinya bahwa objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Menurut Pasal 1 angka 25 UU Perasuransian, objek asuransi adalah jiwa raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, benda dan jasa, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan/atau berkurang nilainya.

4. Peristiwa asuransi

Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum yang berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek asuransi, peristiwa yang tidak pasti yang akan mengancam benda asuransi, dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut dapat dibuat dalam bentuk tertulis yang disebut dengan polis.

5. Hubungan asuransi

Hubungan asuransi adalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena adanya persetujuan atau kesepakatan bebas antara pihak penanggung dan

Universitas Sumatera Utara

(33)

tertanggung. Keterikatan yang dimaksud berupa ketersediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain atau secara bertimbal balik.

6. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan yang dimaksudkan di sini, apabila seseorang yang atas bebannya dipertanggungkan oleh pihak ketiga, atau pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan dengan denda yang dipertanggungkan, maka penanggung tidak wajib untuk mengganti kerugian. Pertanggungan yang dimaksud adalah semua kepentingan yang dapat dinilai dengan uang, dapat terancam bahaya seperti kebakaran, bahaya laut, bahaya perbudakan, bahaya pengangkutan, dan lain-lain.

7. Risiko dan premi.

Risiko dapat diartikan sebagai berikut:

a. ketidakpastian suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian ekonomis atau keadaan yang memburuk,

b. ketidakpastian suatu peristiwa dalam waktu tertentu yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai target yang sudah direncanakan,

c. jika risiko menimpa aset maka nilai ekonomis aset tersebut akan berkurang bahkan akan hilang atau/ lenyap.

Adapun karakteristik atau macam-macam risiko, antara lain:

a. Risiko murni (pure risk), yaitu suatu peristiwa yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya, seperti kebakaran, kecelakaan, perampokan, dan lain-lain.

(34)

23

b. Risiko spekulatif (speculative risk), yaitu suatu kondisi risiko yang tidak hanya menimbulkan suatu kerugian, tetapi juga menimbulkan keuntungan.

c. Risiko dinamis (dinamis risk), yaitu risiko muncul akibat perubahan dari kondisi-kondisi tertentu dan dapat berubah dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh perubahan teknologi, perubahan kondisi masyarakat, ekonomi, dan lain-lain.

d. Risiko statis (staties risk), yaitu risiko yang terjadi akibat dari kondisi alam tertentu yang tidak dapat berubah dari waktu ke waktu, seperti gempa bumi, banjir, dan lain-lain.

Sedangkan, menurut Pasal 1 angka 29 UU Perasuransian, premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dan disetujui oleh Pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau perjanjian reasuransi atau sejumlah uang yang dibayarkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mendasari program asuransi yang wajib untuk memperoleh manfaat. Adapun karakteristik dari premi asuransi, yaitu:

a. dalam bentuk sejumlah uang;

b. dibayar terlebih dahulu oleh tertanggung;

c. sebagai imbalan pengalihan risiko; dan

d. dihitung berdasarkan presentase terhadap nilai risiko yang dialihkan.

8. Adanya peristiwa yang tidak pasti (evenemen).

Menurut Pasal 251 KUHD, evenemen adalah peristiwa yang menurut pengalaman manusia normal tidak dapat dipastikan terjadi, atau walaupun

Universitas Sumatera Utara

(35)

sudah pasti terjadi, saat seandainya itu tidak dapat ditentukan dan juga tidak diharapkan akan terjadi, jika terjadi akan mengakibatkan kerugian. Dalam hal ini, adapun unsur-unsur dalam evenemen, yaitu:

a. peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian;

b. terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksi terlebih dahulu;

c. berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia; dan

d. kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang.

9. Syarat-syarat yang berlaku.

Syarat-syarat yang berlaku artinya suatu keadaan dalam membuat suatu perjanjian yang di dasarkan oleh kesepakatan para pihak.

10. Polis asuransi.

Menurut Pasal 255 KUHD, suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dan harus di tandatangani oleh setiap penanggung.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian merupakan Undang-Undang Perasuransian yang baru, yang dipandang sebagai sebuah produk hukum perasuransian yang sangat berpihak pada kepentingan masyarakat konsumen asuransi yang mencakup pemegang polis, tertanggung atau peserta asuransi. Dikatakan berpihak pada kepentingan atau hak-hak pemegang polis, tertanggung, atau peserta asuransi, karena beberapa pasal yang tercantum dalam Undang-Undang Perasuransian baru banyak mengatur tentang upaya dalam memperjuangkan kepentingan atau hak-hak pemegang polis, tertanggung atau peserta asuransi. Dengan lahirnya perundang-undangan yang baru di bidang perasuransian, Undang-Undang ini menjadi dasar lahirnya industri perasuransian

(36)

25

yang sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif sehingga dapat meningkatkan perlindungan bagi pemegang polis, tertanggung atau peserta asuransi dan sejalan dengan itu, UU Perasuransian akan berperan dalam mendorong pembangunan nasional, memberikan perhatian serta memberikan dukungan besar bagi upaya perlindungan konsumen jasa perasuransian.31

Berdasarkan pembahasan tentang Hukum Asuransi dalam UU Perasuransian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat yang sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, namun dengan karakteristik asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Pasal 1774 KUHPerdata. Menurut Pasal 1774 KUHPerdata, suatu persetujuan untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak yang bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu atau pasti.32 Tetapi, pengaturan yang memasukkan asuransi ke dalam perjanjian untung-untungan kurang atau tidak tepat, karena dalam perjanjian untung-untungan para pihak secara sadar dan sengaja menjalani suatu kesempatan untung-untungan dimana prestasi secara timbal balik tidak dipenuhi atau tidak seimbang. Walaupun demikian, para sarjana menyatakan bahwa asuransi dikatakan sebagai perjanjian untung-untungan sudah tepat. Hal ini disebabkan karena pembayaran uang asuransi selalu digantungkan kepada peristiwa yang tidak pasti, yang mana dengan terjadinya peristiwa yang tidak pasti tersebut, maka akan dibayar uang

31 Mulhadi, Op.Cit., h. 153-154.

32 Deny Guntara, “Asuransi dan Ketentuan-Ketentuan Hukum Yang Mengaturnya”.

Jurnal Justisi Ilmu Hukum Vol.1 No.1, Tahun 2016, h. 31.

Universitas Sumatera Utara

(37)

asuransi. Seiring dengan perkembangan pengaturan tentang asuransi, walaupun peristiwa yang tidak pasti tersebut tidak terjadi, para pihak penanggung tetap membayar uang asuransi sesuai dengan kesepakatan para pihak yang telah tertera dalam perjanjian atau polis asuransi.33 Adapun syarat-syarat sah dalam suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:34

a. adanya kesepakatan kedua belah pihak;

b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. adanya objek atau suatu hal tertentu; dan d. adanya kausa yang halal.

Asuransi juga diatur dalam Pasal 246 KUHD, yang menyatakan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya (tertanggung) karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, dan mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak pasti. Berdasarkan rumusan Pasal 246 KUHD mengenai definisi asuransi, maka dapat ditarik beberapa unsur yang terdapat di dalam asuransi, yaitu:35

1. Adanya dua pihak yang terkait dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung;

2. Adanya peralihan risiko dari tertanggung kepada penanggung;

3. Adanya premi yang harus dibayar tertanggung kepada penanggung;

33 H. Abdul Muis, Op.Cit., h. 3-4.

34 Ratna Artha Windari, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 15.

35 Mulhadi, Op.Cit., h. 5.

(38)

27

4. Adanya unsur peristiwa yang tidak pasti; dan

5. Adanya unsur ganti kerugian apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti.

Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus, oleh karena itu di samping berlakunya syarat umum yang terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, juga berlaku beberapa syarat khusus yang diatur dalam Pasal 250 dan Pasal 251 KUHD, yang terbagi menjadi 6 (enam) syarat, yaitu:36

1. Kesepakatan, yang artinya tertanggung dan penanggung harus mencapai kata sepakat dalam setiap hal yang menyangkut perjanjian asuransi yang dibuat secara bebas tanpa berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu.

2. Kecakapan, yang artinya bahwa baik tertanggung maupun penanggung harus cakap melakukan perbuatan hukum, dimana setiap orang berwenang untuk membuat perikatan kecuali jika ia dinyatakan tidak cakap untuk hal itu.

Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, yang dimaksud tidak cakap untuk membuat perjanjian, yaitu:

a. anak yang belum dewasa;

b. orang yang berada di bawah pengampuan; dan

c. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan Undang-Undang;

3. Objek tertentu, yang artinya bahwa identitas objek asuransi tersebut harus jelas dan pasti. Apabila objek yang diasuransikan berupa harta kekayaan, maka harus jelas jenis, berapa jumlah, ukurannya, letak, nilai, dan sebagainya. Apabila berupa jiwa atau raga, maka jiwa atau raga itu harus

36 Ibid, h. 46-48.

Universitas Sumatera Utara

(39)

jelas atas nama siapa, usia, apa hubungan keluarganya, alamat, dan sebagainya.

4. Sebab yang halal, yang artinya isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang Undang-Undang dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

5. Ada kepentingan yang dapat diasuransikan, yang artinya pada suatu pertanggungan, apabila tidak terdapat suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan, maka si penanggung tidak diwajibkan untuk memberikan ganti rugi.

6. Pemberitahuan, yang artinya pada saat mengadakan asuransi, tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai objek yang akan diasuransikannya. Apabila tertanggung lalai dalam memberikan pemberitahuan, maka akibat hukumnya asuransi menjadi batal.

B. Jenis-Jenis Asuransi dan Pelaksanaannya

Secara garis besar, asuransi terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu asuransi sejumlah uang (sommen verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering). Tetapi dengan seiringnya perkembangan usaha perasuransian, maka

muncul satu jenis asuransi lagi yaitu asuransi varia (varia verzekering).37 Adapun pengertian dari jenis asuransi tersebut, yaitu:

1. Asuransi sejumlah uang adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi ketentuan bahwa penanggung terikat untuk melakukan pembayaran sejumlah uang sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun ciri dari asuransi sejumlah uang, antara lain kepentingan tidak dapat dinilai

37 H. Abdul Muis, Op.Cit., h. 11.

(40)

29

dengan uang; sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh penanggung telah ditentukan sebelumnya; dan tidak berlaku baginya prinsip indemnitas serta prinsip subrogasi. Asuransi sejumlah uang ini diberlakukan untuk jenis-jenis asuransi yang berkaitan dengan manusia, baik jiwa maupun keselamatan dan kesehatannya, seperti asuransi jiwa, asuransi sakit, asuransi kecelakaan, dan lain-lain.38

2. Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi yang berupa pemberian ganti kerugian yang seimbang dengan kerugian yang diderita oleh tertanggung. Adapun ciri dari asuransi kerugian yaitu kepentingan dapat dinilai dengan uang, dalam menentukan kerugian berlaku prinsip indemnitas, serta adanya ketentuan tentang subrogasi.39 Dari pengertian tersebut, maka asuransi kerugian dapat digolongkan sebagai berikut:

a. asuransi kebakaran;

b. asuransi penerbangan;

c. asuransi pengangkutan barang;

d. asuransi pembongakaran;

e. asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil panen;

f. dan lain-lain.

3. Asuransi varia disebut juga dengan asuransi campuran karena merupakan campuran (kombinasi) antara unsur-unsur yang terdapat dalam asuransi

38 Mulhadi, Op.Cit., h. 94.

39 Ibid, h. 93.

Universitas Sumatera Utara

(41)

sejumlah uang dan asuransi kerugian, yang artinya ganti kerugian yang akan dibayarkan kepada tertanggung tidak lagi ditentukan berdasarkan besar kecilnya kerugian yang ada, melainkan sudah ditentukan besarnya sejumlah uang yang akan dibayarkan. Menurut Pasal 247 KUHD, pertanggungan (asuransi) yang dimaksudkan itu antara lain:40

a. dapat mengenai bahaya kebakaran;

b. bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum dipanen;

c. jiwa satu orang atau lebih;

d. bahaya laut dan bahaya perbudakan; dan

e. bahaya pengangkutan di darat, sungai, dan perairan.

Adapun jenis asuransi jika dilihat dari segi kriteria ada tidaknya kehendak bebas para pihak yang dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu:41

1. Asuransi sukarela, yaitu suatu perjanjian asuransi yang terjadi berdasarkan kehendak bebas dari pihak-pihak yang mengadakannya, artinya bahwa timbulnya perjanjian asuransi didorong oleh keinginan sendiri dan bukan karena paksaan dari pihak luar, yang mana dalam perjanjian ini asas kebebasan berkontrak sangat berperan penting dalam tumbuhnya jenis-jenis asuransi sukarela. Jenis-jenis asuransi yang dimaksudkan adalah:

a. Diatur dalam KUHD:

- asuransi kebakaran;

- asuransi jiwa;

- asuransi atas bahaya laut; dan

40 Mulhadi, Op.Cit., h. 95-96.

41 Ibid, h. 96-97.

(42)

31

- asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan darat, sungai dan perairan- darat.

b. Diatur di luar KUHD:

- asuransi perusahaan;

- asuransi kendaraan bermotor;

- asuransi awak pesawat udara; dan - asuransi kecelakaan.

2. Asuransi wajib, yaitu asuransi yang pembentukkannya disebabkan atau diharuskan oleh suatu ketentuan perundang-undangan, bukan atas kehendak bebas dari pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam asuransi wajib, terdapat sanksi apabila asuransi tersebut tidak dilakukan, misalnya Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Kendaraan Umum (Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964) dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992).

Dengan memperhatikan tujuan diadakannya perjanjian asuransi, maka asuransi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:42

1. Asuransi komersial (commercial insurance), yaitu suatu perjanjian asuransi yang diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai suatu bisnis dengan tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan, sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian ini, seperti besarnya premi, besarnya ganti kerugian, selalu didasarkan pada perhitungan-perhitungan ekonomis.

42 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

(43)

2. Asuransi sosial (social security), yaitu asuransi yang diselenggarakan tidak dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, melainkan bertujuan untuk memberikan jaminan sosial kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat.

Dalam melaksanakan suatu perjanjian asuransi, para pihak harus memenuhi isi perjanjian asuransi (hak dan kewajiban), sebagaimana tercantum di dalam polis asuransi. Polis asuransi merupakan alat bukti tertulis untuk menerangkan bahwa suatu perjanjian asuransi telah terjadi antara penanggung dan tertanggung. Menurut ketentuan dari Pasal 256 KUHD, setiap polis asuransi kecuali mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus sebagai berikut:43

a. hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;

b. nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;

c. uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;

d. jumlah yang diasuransikan;

e. bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung;

f. saat bahaya (evenemen) mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung;

g. premi asuransi; dan

h. umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak.

43 Deny Guntara, Op.Cit., h. 34.

(44)

33

Suatu perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung dapat dinyatakan terjadi dan mengikat kedua belah pihaknya apabila dilihat melalui 2 (dua) teori perjanjian yang dikenal dalam dunia ilmu hukum, yaitu:44 1. Teori tawar menawar

Teori ini sama dengan teori “sama nilai” (equivalen theory), yang mengajarkan bahwa suatu kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dinegosiasi (tawar-menawar) dan kemudian disetujui oleh para pihak.

Keunggulan dalam teori ini adalah adanya kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh para pihak baik tertanggung maupun penanggung.

2. Teori penerimaan

Dalam literatur Hukum Belanda, teori ini disebut dengan teori ontvangst theorie dan teori ini dikemukakan oleh Opzoomer yang menyatakan bahwa

saat terjadi perjanjian bergantung pada kondisi konkret yang dibuktikan oleh perbuatan nyata (menerima) atau dokumen perbuatan (bukti menerima) untuk mengetahui terjadinya suatu perjanjian, seperti tempat, hari dan tanggal penerimaan itu dilakukan, atau dokumen perbuatan hukum (bukti penerimaan) itu ditandatangani oleh pihak terkait.

Dalam suatu perjanjian asuransi, pastinya tidak terlepas dari istilah pembayaran premi serta pembayaran uang ganti kerugian. Pembayaran premi asuransi merupakan kewajiban dari tertanggung dan sebaliknya yang merupakan hak dari Penanggung. Sedangkan, pembayaran uang ganti kerugian merupakan kewajiban dari penanggung dan hak bagi tertanggung untuk menerimanya. Agar

44 Mulhadi, Op.Cit., h. 54-56.

Universitas Sumatera Utara

(45)

penanggung melaksanakan prestasinya yang berupa ganti kerugian, apabila peristiwa tertentu yang diperjanjikan itu terjadi yang menimbulkan kerugian kepada tertanggung, maka disamping syarat utama yang berupa terjadinya peristiwa tertentu, syarat-syarat lainnya juga harus dipenuhi agar penanggung melaksanakan prestasinya, seperti:45

1. Adanya peristiwa yang tidak pasti, artinya peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan secara subjektif diketahui bahwa peristiwa itu belum timbul sebelumnya dan tidak ada kepastian kapan peristiwa tersebut akan terjadi.

Bila peristiwa itu telah terjadi, maka perjanjian asuransi masih berlaku sah, asalkan tertanggung tidak mengetahui bahwa peristiwa tersebut telah atau pasti akan terjadi. Namun, tertanggung mengetahui peristiwa itu akan terjadi atau telah terjadi, maka tertanggung tidak akan bisa memenuhi haknya untuk menuntut pembayaran ganti kerugian dari penanggung.

2. Hubungan sebab-akibat. Menurut Scheltema, menyatakan bahwa penanggung harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang timbul akibat peristiwa-peristiwa yang masih dalam deretan hubungan sebab-akibat dan dianggap layak menimbulkan kerugian serta dapat dibuktikan bahwa kerugian tersebut termasuk ke dalam tanggung jawab penanggung. Hal ini selaras dengan prinsip yang dianut dalam Pasal 290 KUHD, yang berbunyi

“atas tanggungan di penanggung adalah segala kerugian dan kerusakan yang menimpa benda yang dipertanggungkan karena kebakaran, yang disebabkan karena petir atau lain kecelakaan, api sendiri, kurang hati-hati, kesalahan atau itikad jahat dari pelayan-pelayan sendiri, tetangga, musuh, perampok, dan

45 Ibid, h. 71-74.

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan berkembangnya waktu, arisan yang dulu dilakukan dengan bertatap secara langsung, sekarang lahirlah inovasi yaitu arisan berbasis online. Namun,

1) Peraturan Mahkamah Agung ini berlaku untuk mediasi yang perkaranya diproses di Pengadilan. 2) Setiap hakim, mediator, dan para pihak wajib mengkuti prosedur medisi yang

Dampak meningkatnya perkara perceraian yang terjadi di Mahkamah Syar’iyah Meulaboh dan dampak terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dikurangi ataupun

Antara Para Penggugat dan Tergugat juga tidak mencantumkan syarat batal maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata “ Hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan,

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dijelaskan bahwa benda (yang ada diwilayah Negara RI atau diluar Negara RI) yang dibebani dengan jaminan

pada Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan, pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi. 2)

Pendapat demikian juga sesuai dengan pertumbuhan hukum Anglo Amerika menurut sistem common law, di mana pemegang hipotek (mortgagee) dianggap memperoleh hak eigendom atas benda

Perusahaan Sewa Guna Usaha (leasing) kegiatan utamanya adalah bergerak di bidang pembiayaan untuk memenuhi keperluan barang-barang modal oleh debitur. Pemenuhan pembiayaan