• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : ARNOLD SAHALA SIAGIAN Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW FAKULTAS HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Disusun Oleh : ARNOLD SAHALA SIAGIAN Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW FAKULTAS HUKUM"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ARISAN SECARA ONLINE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA HUKUM PERDATA

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Disusun Oleh :

ARNOLD SAHALA SIAGIAN 160200360

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : ARNOLD SAHALA SIAGIAN

NIM : 160200360

DEPARTENEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ARISAN SECARA ONLINE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA HUKUM PERDATA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor. 106/Pdt.G/2017/PN Plk)

Melalui ini saya menyatakan :

1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudia hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul akan menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Maret 2020

Arnold Sahala Siagian NIM. 160200360

(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ARISAN SECARA ONLINE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA HUKUM PERDATA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk).

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum Program S-1 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini bahwa terwujudnya penyelesaian skripsi ini berkat dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan dan bantuan-bantuan serta fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

ii

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Prof. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan

7. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing serta memberi masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih banyak atas waktu, ilmu, bimbingan serta perhatiannya yang telah diberikan;

8. Bapak Eko Yudhistira, S.H., M.Kn selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing serta memberi masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih banyak atas waktu, ilmu, bimbingan serta perhatiannya yang telah diberikan;

9. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum selaku selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Univeritas Sumatera Utara;

10. Seluruh jajaran pengajar Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun setiap ilmu yang diberikan sangat berharga bagi Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Orang tua tercinta yaitu Drs. Orlando Siagian dan Nani Rosita Saragih, S.H., M.Kn dan juga abang saya tercinta Arthur Yosua Hasahatan Siagian, S.H yang selalu memotivasi dan memberi semangat dan Doa yang begitu besar kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

(6)

iii

12. Dolin Napitupulu, Paul Simon Tampubolon, Denny Gultom, Aldy Siallagan, Andrew Simon, Barnabas Situmorang, Mikhael Sinaga, Kevin Ginting, Ridho Asriansyah, Juniansen Purba, Ronaldo Ginting, Daniel Pangaribuan selaku teman saya yang banyak sekali memberikan bantuan berupa asupan gizi, motivasi, semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

13. Dan segenap pihak yang membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas doa dan dukungan semangat yang dibagikan bersama.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan dari skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang dapat membangun dan meningkatkan kualitas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan ilmu di masa depan.

(7)

iv DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematikan Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI ARISAN SECARA ONLINE DAN MENCIPTAKAN SUATU ALAT BUKTI YANG SAH DALAM HUKUM PERDATA A. Pengertian Arisan Online... 13

B. Syarat-Syarat dari Arisan Online ... 15

C. Manfaat dari mengikuti Arisan Online ... 21

D. Perbuatan yang Dilarang dalam Arisan Online ... 23 E. Hak dan Kewajiban Subjek Hukum

(8)

v

dalam Melakukan Arisan Online ... 30 F. Alat Bukti dalam Melakukan Arisan Online

yang Sah Menurut Hukum Perdata ... 37

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN ARISAN SECARA ONLINE

A. Kekuatan Hukum Perdata dari Perjanjian yang

Dilakukan oleh Para Pihak Pelaksana Arisan Online ... 41 B. Perlindungan Hukum terhadap Anggota Arisan

Online yang Mengalami Kerugian ... 48 C. Akibat Hukum Perjanjian Arisan Online dan

Pembatalan Perjanjian Arisan Online ... 51 D. Hak dan Kewajiban Subjek Hukum agar

Terlaksananya Perjanjian Arisan Online yang

Memiliki Kekuatan Hukum ... 54

BAB IV TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PENGGUGAT TERHADAP TERGUGAT YANG MELAKUKAN SUATU PERBUATAN WANPRESTASI DALAM ARISAN ONLINE (Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk)

A. Kasus Posisi Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya

Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk ... 66

B. Tindakan yang Dapat Dilakukan oleh

Penggugat dalam Melaksanakan Tuntutan terhadap

Tergugat yang Melakukan Perbuatan Wanprestasi... 70

(9)

vi

C. Sanksi Bagi Tergugat yang Melakukan

Perbuatan Wanprestasi dalam Arisan Online ... 77 D. Alat Bukti yang dapat Diajukan oleh Penggugat dalam

Perkara Hukum Perdata yang Melaukan Arisan Online ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 88 B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii ABSTRAK Arnold Sahala Siagian*

Hasim Purba**

Eko Yudhistira***

Seiring dengan berkembangnya waktu, arisan yang dulu dilakukan dengan bertatap secara langsung, sekarang lahirlah inovasi yaitu arisan berbasis online.

Namun, dalam perkembangan teknologi pasti juga terdapat para pihak yang masih melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum. Satu kasus yaitu mengenai arisan berbasis online yang terdapat di dalam Putusan Pengadilan Nomor.

106/Pdt.G/2017/PN Plk. Dalam kasus ini tergugat melakukan perbuatan wanprestasi. Jadi, permasalahan yang akan dibawa dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang perjanjian elektronik menurut hukum perdata, bagaimana kekuatan hukum terhadap arisan berbasis online menurut hukum perdata, dan bagaimana bentuk-bentuk tindakan dan alat bukti yang dapat dilakukan atau diajukan oleh penggugat terhadap tergugat yang wanprestasi dalam arisan berbasis elektronik.

Jenis Metode Penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa perjanjian yang dilakukan melalui media elektronik tetap harus mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata yaitu adanya kata sepakat antara para pihak, kecapakan untuk membuat suatu perikatan, adanya objek perjanjian, dan adanya sebab yang halal. Untuk mengenai arisan berbasis online ini, tetap mengacu kepada pasal 1320 KUHPerdata. Sama saja dengan perjanjian elektronik bahwa arisan berbasis online ini harus tunduk terhadap Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur syarat sahnya perjanjian. Dan pada tindakan yang dapat dilakukan oleh penggugat, maka terdapat banyak alternatif-alternatif yang dapat dilakukan oleh penggugat seperti yang ada di dalam Putusan Pengadilan Nomor. 106/Pdt.G/2017/PN Plk, bahwa penggugat telah melakukan somasi, selanjutnya mengajukan ke pengadilan, yang sebenarnya pengadilan telah melakukan jalur mediasi. Jika masih gagal maka akan dimulai pemeriksaan oleh Majelis Hakim. Di luar dari itu ada beberapa penyelesaian sengketa alternatif yang dapat dilakukan seperti konsultasi, negosiasi, konsiliasi, pendapat ahli, mediasi, dan arbitrase. Dan untuk alat bukti mengenai arisan berbasis online bisa berupa hasil cetakan dari chat antara para pengurus dan peserta arisan, seperti yang diatur dalam Undang-Undang tentang Informasi dan Trasnsaksi Elektronik yang mengatur bahwa adapun hasil cetakan dari dokumen elektonik tersebut merupakan suatu alat bukti yang sah menurut hukum.

Kata Kunci : Perjanjian Elektronik, Hukum Perdata, Arisan Online

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Para ahli Information Technology pada tahun 1900-an, yaitu Kyoto Zuinkey, mengatakan bahwa IT semakin dibutuhkan di dalam kehidupan manusia dan oleh karena itu ia mengatakan “you have to married with IT”,1 yang menggambarkan betapa sangat berartinya IT bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi tersebut sangatlah pesat dan telah membawa banyak perubahan.

Perubahan pola kehidupan tersebut terjadi hampir di semua bidang, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun bidang lainnya. Perubahan tersebut disebabkan antara lain karena dengan berkembangnya penggunaan teknologi internet (telematika) yang merupakan salah satu bagian dari perkembangan teknologi informasi.

Perkembangan di bidang teknologi memiliki banyak sekali dampak dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah internet. Perkembangan internet di dunia ini sangatlah pesat, yang dulunya internet hanya bisa dipakai oleh beberapa orang saja, namun kini seluruh lapisan masyarakat sudah dapat menggunakan internet kapanpun dan di manapun. Tiada hari tanpa internet, mungkin itulah sekarang yang dirasakan masyarakat modern sekarang.

Perkembangan di bidang teknologi juga telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan Hukum Perdata, terutama sejak berkembangnya internet yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas yang bersifat keperdataan.

1 Kyoto Ziunkey, 2002, Megatrend 2000, Harvard University Press, Mastchussetts USA, hlm.212

1

(12)

Internet yang merupakan implementasi dari Transmission Control Protocol / Internet Protocol (TCP/IP) telah memberikan kemudahan dalam berkomunikasi secara lokal, regional, nasional, dan internasional tanpa batasan geografis antar negara, termasuk komunikasi bisnis yang mengarahkan terjadinya transaksi bisnis secara elektronik yang kemudian dituangkan dalam perjanjian elektronik. Sejak berkembangnya teknologi ini, banyak perjanjian-perjanjian sudah mulai dilakukan melalui internet.

Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya pertemuan antar para pihaknya yang menggunakan media internet termasuk ke dalam transaksi elektronik. Hasil dari transaksi elektronik tersebut nantinya adalah terciptanya suatu peranjian yang dinamakan dokumen elektronik. Data yang dikomunikasikan melalui media telekomunikasi dinamakan Data Messages. Data Messages inilah yang menjadi landasan utama terbentuknya suatu kontrak elektronik, baik dalam hubungannya dengan kesepakatan mengenai persyaratan- persyaratan dan ketentuan-ketentuan kontrak (terms and conditions) ataupun yang berkaitan dengan substansi kontrak itu sendiri.2 Transaksi elektronik ini ada berbagai macam bentuknya, dan sekarang banyak yang lagi sering dilakukan masyarakat adalah arisan berbasis online. Arisan merupakan kegiatan pengumpulan dana yang ditarik dengan cara diundi atau bergiliran.3 Pengertian dari arisan berbasis online adalah arisan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai medianya. Setelah uang terkumpul, salah satu dari

2 M.Arsyad Sanusi, 2005, Hukum dan Teknologi Informasi, Tim Kemas Buku, Jakarta, hlm.

204-205

3 Dilihat https:/kbbi.web.id/arisan.html, arti kata arisan, diakses pada tanggal 5 juli 2020 pukul 10.47 Wib

(13)

anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, tetapi ada juga kelompok arisan yang menentukan pemenang dengan perjanjian. Perkembangan saat ini semakin memudahkan orang untuk melakukan berbagai macam transaksi elektronik contohnya seperti arisan berbasis online ini.

Adanya internet memberikan dampak bagi masyarakat sepeti dapat melakukan arisan berbasis online ini secara bebas dengan orang lain tanpa harus bertatap muka.4 Namun perlu kita sadari juga bahwa dalam berkembangnya teknologi pasti ada dampak positif dan juga dampak negatifnya. Seperti dalam melakukan arisan berbasis online ini, dampak positif yang didapat adalah kita dapat mencakup seluruh masyarakat yang ingin ikut dalam arisan tanpa harus saling bertatap muka dan membuat perjanjian cukup hanya dengan melalui internet. Internet memang membuat semuanya menjadi mudah dan efisien, namun pasti saja selalu ada orang ataupun oknum-oknum yang memanfaatkan perkembangan teknologi ini dengan melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum. Kita tidak pernah tau apa yang ada di dalam pikiran seseorang. Contohnya di dalam arisan online ini ada saja celah yang dapat dilakukan untuk melakukan perbuatan yang melanggar dari perjanjian yang telah disepakati oleh peserta arisan online tersebut, yaitu seperti tidak membayar iuran bulanan setelah mendapatkan bagiannya, keluar dari arisan tanpa membayar denda dan keluar dari arisan tanpa memberitahu kepada peserta arisan online lainnya.

4 M. Arsyad Sanusi, Op.Cit, hlm. 208

(14)

Tentunya bagi peserta arisan berbasis online yang lainnya ini sangat merugikan bagi mereka, karena tentunya akan menghambat jalannya arisan dan nominal yang akan mereka dapatkan akan berkurang dan juga tidak sama nantinya dengan seluruh jumlah yang mereka keluarkan setiap melakukan pembayaran iuran arisan tersebut. Tindakan yang tidak melakukan suatu prestasi dalam suatu perjanjian yang telah disepakati ini dinamakan perbuatan wanprestasi. Untuk lebih jelasnya wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan, yaitu karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhinya kewajiban maupun karena kelalaian atau karena keadaan memaksa (overmacht atau force majeure), sehingga hal tersebut ada di luar kemampuan debitur. Di dalam Pasal 1238 KUHPerdata yang isinya “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.” dan yang menyebabkan kerugian mengganti kerugian tersebut.

Hal ini secara terang ditentukan dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menggganti kerugian tersebut”.5

Namun sebelumnya asas kepercayaan dalam perjanjian elektronik ini sangat dibutuhkan bagi para pihak karena kepercayaan dapat menimbulkan keyakinan

5 R. Raditio, 2014, Aspek hukum transaksi elektronik , GRAHA ILMU, Yogyakarta, hlm 28.

(15)

bagi para pihak yang akan membuat perjanjian secara elektronik tersebut. Tetapi jika para pihak melakukan suatu kegiatan wanprestasi, maka para pihak yang lain dapat melakukan tindakan hukum yaitu melakukan gugatan kepada pihak yang melakukan perbuatan wanprestasi tersebut untuk melaksanakan prestasinya.

Yang menjadi permasalahan dalam melakukan suatu transaksi elektronik apabila ada salah satu pihak yang melakukan suatu perbuatan wanprestasi, penyelesaian permasalahan selalu berkaitan dengan apa yang menjadi alat bukti dalam transaksi bila para pihak melakukan transaksi arisan ini secara online.

Berbeda dengan ketentuan Pidana maka stelsel Hukum Perdata tidak membedakan kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan kesalahan dalam bentuk kurang hati-hati. Dalam arti lain, kebenaran yang dicari oleh Hukum Perdata hanya didasarkan oleh alat-alat bukti yang ada tanpa melihat maksud dan tujuan pelaku. Intinya, setiap pihak yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain wajib mengganti kerugian tersebut jika seluruh dokumen-dokumen bukti telah terbukti kebenarannya.6 Oleh sebab itu, di dalam Hukum Perdata alat bukti merupakan hal yang sangat penting dikarenakan hanya dari alat bukti tersebut besar kemungkinan dapat ditentukan kebenaran yang sesungguhnya.

Akan menjadi masalah jika nantinya penggugat yang melakukan arisan berbasis online ini tidak tahu apa yang bisa dijadikan sebagai alat bukti yang akan diajukan ke pengadilan nantinya.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP ARISAN SECARA

6 Ibid., hlm. 29

(16)

ONLINE SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA HUKUM PERDATA DI INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor 106/Pdt.G/2017/PN Plk)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai arisan online dan kedudukannya sebagai alat bukti yang sah menurut hukum perdata?

2. Bagaimana kekuatan hukum perjanjian arisan online menurut Hukum Perdata?

3. Bagaimana bentuk tindakan yang dapat dilakukan oleh penggugat terhadap tergugat yang melakukan perbuatan wanprestasi terhadap suatu perjanjian arisan yang dilakukan secara online dan alat bukti yang bagaimana dapat diajukan yang sah sesuai dengan Hukum Perdata?

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis tentang keabsahan mengenai perjanjian elektronik menurut Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Untuk mengetahui, mengkaji dan menganalisis mengenai arisan yang dilakukan secara online yang sah menurut hukum.

(17)

3. Untuk mengetahui, mengkaji, dan menganlisis bentuk tindakan yang dapat dilakukan penggugat terhadap tergugat yang melakukan perbuatan wanprestasi terhadap suatu perjanjian arisan yang dilakukan secara online sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis yaitu memberikan wawasan berpikir khususnya dalam bidang hukum perdata mengenai arisan yang dilakukan secara online dan sah menurut hukum.

2. Manfaat praktis yaitu penelitian ini bermanfaat bagi para pihak maupun masyarakat, sebab dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta pemahaman mengenai arisan yang dilakuakan secara online.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya.7 Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum yuridis (hukum) normatif, yang menggunakan data

7 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, hlm. 1

(18)

sekunder. Metode penelitian yuridis normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan atau pustaka yang ada seperti peraturan perundang-undangan, pandangan para ahli, doktrin hukum dan system hukum yang berkaitan

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara studi dokumen, yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum atau mempunyai otoritas yang terdiri dari :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke

(19)

mana penelitian akan mengarah. Bahan hukum sekunder bisa dari buku, tulisan ilmiah, skripsi, tesis, disetrasi, dan jurnal-jurnal hukum.

3. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kamus Hukum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka dalam penulisan skripsi ini digunakan teknik pengumpulan data dengan cara Studi Kepustakaan (library research), yaitu dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis yang berkaitan dengan topik penelitian, sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku-buku, makalah ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil kepustakaan, dokumen, jurnal kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, sifat, gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan

(20)

menginterpretasikan data guna mendapat kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.8

F. Keaslian Penulisan

Bahwa penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Arisan Secara Online Sebagai Alat Bukti dalam Perkara Hukum Perdata di Indonesia” (Studi Putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya Nomor : 106/Pdt.G/2017/PN Plk) merupakan asli hasil karya penulis dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai materi yang ada di dalamnya.

Untuk mengetahui keaslian penulisan, dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skrispi yang tercatat pada katalog skripsi Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum USU, dan tidak ditemukan judul yang sama.

Melalui surat tertanggal 5 Agustus 2019 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama ditemukan dalam Arsip Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dengan demikian dapat disimpulkan judul skripsi ini belum pernah ditulis sebelumnya, maka tulisan ini asli hasil karya penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Dengan demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggung- jawabkan secara ilmiah.

8 Bambang Sunggono, 2006, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta , hlm. 24-25

(21)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi memberikan gambaran dan mengemukakan garis besar skripsi agar memudahkan dalam mempelajari seluruh isinya. Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab terbagi atas bebearapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik, dan saling berkaitan antara satu sama lain. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai arah dan ruang lingkup skripsi ini, maka disajikan sistematika skripsi sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang Latar Belakang Masalah pengangkatan judul dan mengapa ingin mengangkat judul penelitian tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Arisan Secara Online Sebagai Alat Bukti dalam Perkara Hukum Perdata di Indonsia. Selain latar belakang masalah BAB I juga berisi tentang Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitan, Metode Penelitian yang digunakan dalam rangka memperoleh data dan bahan yang diperlukan, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN HUKUM MENGENAI ARISAN SECARA ONLINE DAN MENCIPTAKAN SUATU ALAT BUKTI YANG SAH DALAM HUKUM PERDATA

Bab ini berisi mengenai pengertian arisan online, syarat- syarat dalam melakukan arisan online, akibat hukum yang

(22)

ditimbulkan arisan online, serta hak dan kewajiban subjek hukum dalam melakukan arisan online.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KEKUATAN

HUKUM PERJANJIAN ARISAN SECARA ONLINE MENURUT HUKUM PERDATA

Bab ini berisi mengenai kekuatan hukum perdata dari perjanjian yang dilakukan oleh para pihak pelaksana arisan online, perlindungan hukum terhadap anggota arisan yang mengalami kerugian, dan juga berisi tentang akibat hukum perjanjian arisan online dan pembatalan dari perjanjian arisan online.

BAB IV : TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM MELAKUKAN GUGATAN TERHADAP

PIHAK YANG MELAKUKAN PERBUATAN

WANPRESTASI DALAM ARISAN YANG

DILAKUKAN SECARA ONLINE

Bab ini berisikan tentang tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan tuntutan terhadap pihak yang melakukan perbuatan wanprestasi, sanksi apa yang didapatkan oleh pihak yang melakukan wanprestasi di dalam arisan yang dilakukan secara online serta alat bukti yang bagaimana agar dapat diajukan oleh Penggugat menjadi suatu alat bukti yang sah di dalam Pengadilan.

(23)

BAB II

TINJAUAN HUKUM MENGENAI ARISAN YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE DAN MENCIPTAKAN SUATU ALAT BUKTI YANG

SAH DALAM HUKUM PERDATA A. Pengertian Arisan Online

Sebelum masuk ke pengertian arisan online maka kita harus mengetahui dulu pengertian dari arisan secara umum dan juga pengertian dari online.

Arisan merupakan kegiatan pengumpulan dana yang ditarik dengan cara diundi atau bergiliran.9 Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota kelompok akan keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang biasanya dilakukan dengan jalan pengundian, perjanjian antara anggota arisan, dengan nomor urut anggota, atau berdasarkan prioritas kebutuhan anggota arisan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arisan adalah kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yg memperolehnya, undian dilaksanakan dalam sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.10 Arisan menurut ketentuan KUHPerdata termasuk ke dalam suatu perjanjian. Oleh sebab itu, dalam melakukan suatu arisan harus tunduk terhadap Pasal 1320 KUHPerdata, yakni memenuhi syarat kesepakatan, kecakapan, objek yang spesifik dan sebab yang halal. Keitka peserta arisan sepakat untuk mengadakan suatu arisan dengan nilai uang atau barang tertentu dan dalam periode waktu tertentu, maka sebenarnya di antara para peserta arisan telah terjadi suatu perjanjian. Arisan

9 Dilihat https:/kbbi.web.id/arisan.html, arti kata arisan, diakses pada tanggal 5 juli 2020 pukul 10.47 Wib

10 Wjs. Poerwadarminta , 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

13

(24)

diakui sebagai perjanjian walaupun seringkali dilakukan berdasarkan kata sepakat dari para pesertanya tanpa dibuatkan suatu surat perjanjian. Hal ini, syarat sah suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak mensyaratkan bahwa perjanjian harus dalam bentuk tertulis.

Online adalah suatu keadaan yang terkoneksi atau terhubung dengan jaringan internet. Menurut Dedik Kurniawan, online adalah suatu kegiatan yang menggunakan fasilitas jaringan internet untuk melakukan berbagai kegaitan yang bisa dilakuakan secara online seperti halnya untuk searching, bisnis, komunikasi, dan lain-lain. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa arisan online adalah sekelompok orang yang mengumpulkan uang atau barang secara teratur pada tiap- tiap periode tertentu dengan penentuan melalui perjanjian antar anggota dengan nomor urut yang dilakukan melalui media online.

Oleh karena itu arisan yang dilakukan secara elektronik ini dapat dilakukan tanpa adanya saling bertatap muka. Pada dasarnya arisan elektronik ini sah dilakukan karena pada prinsipnya keabsahan suatu perjanjian tidak ditentukan oleh bentuk fisik dari perjanjian tersebut. Baik cetak maupun elektronik, baik lisan ataupun tulisan, akan dianggap sah menurut hukum jika memenuhi kriteria Pasal 1320 KUHPerdata yakni memenuhi syarat kesepakatan, kecakapan, objek yang spesifik dan sebab yang halal sebagaimana diuraikan dalam pasal tersebut dan jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pada Pasal 5 sampai dengan

(25)

Pasal 12 dijelaskan bahwa informasi elektronik atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

Mungkin telah banyak masyarakat pernah mengikuti suatu arisan. Arisan beroperasi diluar ekonomi formal sebagai sistem menyimpan uang. Namun kegiatan ini dimaksudkan juga untuk kegiatan tolong-menolong. Kegiatan arisan berkembang dalam kehidupan masyarakat karena dapat menjadi sarana tabungan dan sumber pinjaman bagi semua orang, termasuk orang miskin. Menjadi anggota arisan berarti memaksa diri untuk menabung, dan suatu saat dapat digunakan untuk kebutuhan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik produktif maupun konsumtif. Oleh karena itu semakin banyaknya orang yang melakukan arisan, semakin berkembang pula model arisan yang ada yakni seperti arisan online.

B. Syarat-Syarat dalam melakukan Arisan Online

Syarat-syarat para pihak dalam melakukan arisan secara online biasanya ditentukan sendiri oleh para pihak yang akan melakukan arisan tersebut secara online. Biasanya para pihak melakukan kesepakatan terhadap peserta arisan lainnya terhadap syarat-syarat dalam mengikuti arisan tersebut. Namun dalam membuat syarat-syarat dalam melakuakan arisan secara online ini harus tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan dalam KUHPerdata. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yakni, memenuhi syarat kesepakatan, kecakapan, objek yang spesifik dan sebab yang halal sebagaimana diuraikan dalam pasal tersebut.

Ketentuan mengenai arisan online akan dikaitkan dengan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai berikut :

(26)

a. Adanya kata sepakat antara para pihak. Di dalam arisan yang dilakukan secara online perlu adanya suatu kata sepakat antara para pihak yang akan melakukannya. Para pihak harus saling sepakat antara satu sama lain terhadap peraturan ataupun syarat-syarat yang telah dibuat agar nantinya tidak terjadi kekeliruan antara para pihak arisan yang satu dengan yang lainya. Arisan yang dilakukan secara online ini dengan adanya kata sepakat yang bisa walaupun hanya sebatas chat melalui media sosial tetap menjadi alat bukti juga sah dan sesuai dengan syarat perjanjian karena, di dalam terlaksananya suatu perjanjian, keabsahan suatu perjanjian tidak ditentukan oleh bentuk fisik dari perjanjian tersebut. Baik cetak maupun elektronik, baik lisan ataupun tulisan, akan dianggap sah menurut hukum jika memenuhi kriteria Pasal 1320 KUHPerdata. Jika tidak adanya kata sepakat antara para pihak yang ingin melakukan arisan, maka para pihak harus mengkaji ulang syarat-syarat yang ingin dibuat atau perjanjian tersebut tidak jadi dilaksanakan karena tidak adanya kesepakatan antara para pihak yang ingn melakukan arisan.

Jika nanti terdapat pihak yang melanggar dari kesepakatan yang telah dibuat, maka para pihak yang lain dapat menuntut berupa ganti rugi jika nantinya telah terbukti bahwa salah satu pihak melanggar dari kesepakatan yang telah dibuat tersebut. Sebagaimana menurut Pasal 1248 KUHPerdata menyatakan “penggantian biaya ganti rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau

(27)

jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya”.11

Maka dari itu jika sudah ada kata sepakat antara para pihak yang melakukan arisan tersebut, para pihak yang mengikuti arisan tersebut tidak ingkar janji dari kesepakatan yang telah mereka sepakati atau yang mereka buat atas dasar persetujuan bersama.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Penentuan batas usia dewasa seseorang merupakan hal penting karena akan menentukan sah atau tidaknya seseorang bertindak melakukan perbuatan hukum dan kecakapan seseorang melakukan perbuatan hukum. Perlu diketahui bahwa arisan merupakan suatu bentuk dari perikatan. Begitu juga arisan yang dilakukan secara online, hal tersebut merupakan sah menurut hukum. Oleh karena itu dalam melakukan arisan online ini seseorang harus sudah dikategorikan sebagai orang yang telah dewasa atau yang telah menikah. Kategori dewasa menurut Pasal 330 KUHPerdata bahwa seseorang dikategorikan dewasa jika telah berumur 21 tahun atau telah menikah. Namun seiring dengan perkembangan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia terciptalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang didalam Pasal 47 ayat (1) menyatakan “anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan pernikahan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaanya”. Perlu kita ketahui banyak sekali aturan mengenai batas

11 Sudarsono,Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 136

(28)

umur dewasa dan memiliki batas umur yang berbeda-beda juga. Namun akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1976 Mahkamah Agung sudah mengeluarkan Yuisprudensi Nomor 477 yang menyatakan “usia dewasa adalah 18 tahun atau sudah pernah menikah.” Hal tersebut didukung pula dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 47 ayat (1) dan juga diikuti dan diterjemahkan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menjelaskan juga bahwa seorang anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Maksudnya kandungan di dalam pasal tersebut adalah bahwa seorang yang belum berumur 18 tahun masih menjadi anak yang belum dewasa atau bisa dibilang belum cakap hukum.

Oleh karena itu, dengan menggunakan asas “lex apriori derogat lex posteori” (hukum yang terbaru mengesampingkan hukum yang sebelumnya), maka setiap orang yang berusia 18 tahun atau sudah menikah, dianggap telah dewasa dan berhak untuk bertindak selaku subjek hukum.

Maka, jika kita melihat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bahwa seesorang yang bisa mengikuti arisan adalah orang-orang yang telah berumur 18 tahun atau sudah menikah.

c. Adanya objek perjanjian. Objek perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.

(29)

Berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi terdiri dari perbuatan positif dan perbuatan negatif, prestasi itu terdiri atas :

1. Menyerahkan sesuatu / memberikan sesuatu

Menurut ketentuan Pasal 1325 KUHPerdata, perikatan untuk memberikan sesuatu, mewajibkan si berutang (debitur) untuk menyerahkan suatu kebendaan dan merawatnya sebagai seorang bapak rumah yang baik sampai pada waktu penyerahannya. Dalam hal ini, menyerahkan kebendaan adalah kewajiban pokok, sedangkan merawat adalah kewajiban preparatoir, yaitu hal-hal yang harus dilakukan oleh debitur menjelang penyerahan dari benda tersebut. Sedangkan sebagai bapak rumah yang baik adalah agar benda tersebut dijaga dan dirawat secara pantas dan patut sesuai dengan kewajaran yang berlaku di masyarakat, sehingga tidak merugikan orang yang akan menerima.12 Hal tersebut sama dengan apa yang terjadi di dalam arisan, bahwa pada intinya debitur menyerahkan suatu uang. Menyerahkan suatu uang tersebut merupakan suatu kewajiban pokok dan juga nantinya memberikan uang tersebut sesuai dengan yang telah diperjanjikan sehingga nantinya tidak merugikan pihak yang menerima.

12 Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, Prestasi Pustaka, Jakarta, hlm. 231

(30)

2. Berbuat sesuatu

Berbuat sesuatu berarti melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam perikatan (perjanjian).13, contohnya adalah perjanjian untuk membangun rumah, mengosongkan lahan.

3. Tidak berbuat sesuatu

Yang dimaksud dengan tidak berbuat sesuatu adalah tidak melakukan perbuatan seperti apa yang telah diperjanjikan.14 Misalnya perjanjian antara pabrik dengan distributor agar distributor tidak memasarkan produk dari pesaing pabrik tersebut.

d. Adanya sebab yang halal

Dalam Pasal 1320 KUHPerdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (sebab yang halal) dan di dalam Pasal 1337 KUHPerdata hanya dijelaskan causa yang terlarang. Suatu sebab terlarang adalah apabila bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

Menurut Subekti, undang-undang menghendaki untuk sahnya perjanjian harus ada oorzaak atau causa. Secara lettelijk, oorzaak atau causa berarti sebab, tetapi menurut riwayatnya yang dimaksudkan dengan kata itu adalah tujuan, yaitu apa yang dikehendaki oleh kedua pihak dengan mengadakan perjanjan itu. Jika perjanjian tidak memenuhi ayat (3) dan (4) maka perjanjian tersebut batal demi hukum.15

Begitu juga dengan arisan online ini. Harus ada sebab yang halal agar dapat terlaksananya arisan online tersebut. Dan juga causa dalam

13 Ibid., hlm 232

14 Ibid., hlm 233

15 Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2003b, hlm. 21

(31)

melakukan arisan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.

C. Manfaat dari mengikuti arisan online

Arisan merupakan kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang kemudian diundi diantara mereka menentukan siapa yang memperolehnya. Hal ini dilaksanakan sampai semua anggota arisan memperolehnya.

Arisan kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Mulai dari yang nilainya ribuan sampai dengan puluhan bahkan sampai ratusan juta.

Dikarenakan banyak yang beranggapan bahwa arisan yang dilakukan secara bertemu secara langsung tidak produktif atau membuang waktu, maka muncullah arisan online ini. Ada beberapa manfaat positif yang bisa diliat dari mengikuti arisan online, yaitu16 :

1. Kesempatan untuk melakukan sosialisasi, memperluas jaringan.

Manfaat pertama yang dapat kita dapat dari melakukan arisan online ini adalah, para pihak yang melakukan arisan online ini berkesempatan untuk melakukan sosialisasi. Sosialisasi di sini maksudnya adalah para pihak yang mengikuti arisan ini berkesempatan untuk memberikan suatu infomasi tentang pengetahuan mereka terhadap suatu hal ataupun mengenai pemasaran suatu produk dan lain-lain. Memperluas jaringan ini maksudnya adalah dengan kita melakukan sosialisasi kepada orang-orang baru maka

16 Dikutip dari https://www.viva.co.id/arsip/765638-tujuh-manfaat-keuangan-ikut-arisan/

tanggal 10 Februari 2020 pukul 11.38

(32)

otomatis kita dapat memperluas jaringan, seperti memperbanyak teman atau menambah teman kerja dan lain-lain.

2. Kepastian mendapatkan uang atau barang yang jelas lainnya

Dengan mengikuti suatu arisan kita dapat mengumpulkan atau barang yang memiliki nilai. Arisan ibaratnya seperti kita menabung dan nantinya kita akan menadapatkan hasil yang kita tabung sesuai dengan nomor undian yang kita terima atau yang telah ditentukan. Namun, perlu diketahui bahwa arisan memang memberi kepastian mendapatkan uang yang dikumpulkan tetapi belum tentu bahwa iurannya akan sama dengan jumlah yang akan diterimanya nanti. Banyak arisan berbasis elektronik yang iuran setiap nomornya berbeda-beda. Contohnya seperti antara nomor 1 (satu) dengan 2 (dua) bisa saja iurannya berbeda tetapi jumlah uang arisan yang didapatkan tetap sama bagi seluruh peserta arisan. Hal mengenai iuran itu memang telah dibuat oleh admin arisan berbasis elektronik tersebut. Mengapa demikian?

Hal tersebut dikarenakan para calon peserta arisan yang membutuhkan uang cepat dan banyak pasti mengambil nomor 1 (satu) atau nomor-nomor awal pengambilan. Jadi, peserta arisan tersebut nantinya akan mengambil nomor tersebut apapun resikonya. Resikonya adalah iuran yang lebih besar dari para peserta lainnya, dan juga jumlah iuran dengan uang yang didapatkan tidak sebanding, atau bisa dikatakan rugi. Tetapi kembali terhadap kepentingan masing-masing para peserta arisan. Jika calon peserta arisan tidak memiliki kebutuhan uang yang mendesak, maka ia dapat mengambil

(33)

nomor-nomor akhir yang mana biasanya iuran arisan berbasis elektronik terhadap nomor-nomor terakhir itu iurannya paling rendah.

3. Dapat digunakan sebagai sarana untuk memasarkan sesuatu

Arisan juga dapat sebagai sarana untuk memasarkan sesuatu, karena arisan yang dilakukan secara online pasti memiliki grup untuk melaksanakan arisan tersebut, maka para pihak juga dapat memasarkan sesuatu di dalam grup arisan tersebut.

4. Sarana berlatih menabung

Arisan memiliki manfaat sebagai sarana kita untuk berlatih menabung, karena dalam arisan kita dituntut untuk memberikan nominal yang telah ditentukan dan pada saat waktu yang telah ditentukan juga.

5. Bertukar informasi

Arisan juga bisa sebagai alat untuk saling bertukar informasi, karena di dalam arisan umumnya para pihak tidak hanya berbicara mengenai arisan saja tetapi para pihak saling berinteraksi atau saling bertukar informasi tentang berbagai hal.

D. Perbuatan yang Dilarang dalam Arisan Online

Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut. Maksud dari pasal ini adalah bahwa pihak yang melakukan perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan kerugian bagi orang lain merupakan suatu perbuatan melanggar hukum.

(34)

Perbuatan yang dilarang dan perbuatan yang melanggar hukum merupakan satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena perbuatan yang melanggar hukum itu pasti merupakan perbuatan yang dilarang oleh hukum. Begitu juga sebaliknya bahwa perbuatan yang dilarang menurut hukum pasti ada perbuatan yang dilanggar jika perbuatan yang dilarang itu kita lakukan.

Perbuatan yang melanggar hukum tidak hanya bertentangan dengan undang- undang, tetapi juga berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat bertentangan dengan kesusilaan maupun sifat berhati-hati, kepantasan dan kepatutan dalam masyarakat.

Dalam KUHPerdata, Pasal 1365 ini sangat penting artinya karena melalui pasal ini hukum yang tidak tertulis diperhatikan oleh undang-undang. Dulu pengertian melanggar hukum itu ditafsirkan sempit, yakni hanya hukum tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang atau badan hukum hanya bisa digugat kalau dia melanggar hukum tertulis (undang-undang) saja. Tapi sejak tahun 1919 yurisprudensi mengenai ini dikenal dengan nama Arrest Lindenbaum-Cohen melalui putusan Mahkamah Agung Belanda yaitu pengeritan melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-undang tetapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai beikut 17:

1. Melanggar undang-undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas melanggar undang-undang

2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum

17 Belanda (1), Putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919)

(35)

(termasuk tapi tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik ataupun hak perorangan lainnya.

3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.

4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337 KUHPerdata).

5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat. Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif), yaitu perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik atau kepatutan dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.

Perlu juga diketahui syarat-syarat apakah yang harus ada untuk menentukan perbuatan melawan hukum itu ada atau tidak.

Syarat syarat tersebut ialah : 1. Harus ada perbuatan.

Yang dimaksud dengan perbuatan ini, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat.

2. Perbuatan itu harus melawan hukum

Syarat selanjutnya adalah perbuatan melawan hukum. Berarti bahwa perbuatan melawan hukum itu merupakan perbuatan yang sebenarnya dilarang tetapi peraturan tersebut tetap dilanggar. Perbuatan melawan

(36)

hukum tidak hanya terbatas pada undang-undang saja tetapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut :18

a. Melanggar undang-undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas- jelas melanggar undang-undang.

b. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum.

c. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis akan menjadi suatu perbuatan melawan hukum jika kewajiban hukum si pelaku dilanggar.

d. Bertentangan dengan kesusilaan19, menurut Pasal 1337 KUHPerdata bahwa suatu sebab terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang- undang atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum. Oleh sebab itu perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan merupakan perbuatan yang melawan hukum.

e. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat. Kriteria ini bersumber dari hukum tak tertulis (bersifat relatif), yaitu perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap

18 Putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919)

19 R. Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Cetakan ke enam, 1976, Sumur Bandung, hlm 13.

(37)

yang baik atau kepatutan dalam masayrakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.

3. Ada kerugian

Selanjutnya jika ada perbuatan melawan hukum, pasti ada dampak dari perbuatan tersebut. Perbuatan melawan hukum itu pasti menimbulkan suatu kerugian kepada pihak lain. Kerugian di sini dibagi jadi 2 (dua), yaitu materil dan imateril.

Materil misalnya kerugian karena tabrakan mobil, ongkos barang, biaya- biaya, dan lain-lain. Sedangkan imateril itu misalnya suatu kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan semangat hidup yang pada prakteknya akan dinilai dalam bentuk uang.

4. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian

Seperti yang telah dijelaskan dalam syarat sebelumnya, maka di dalam perbuatan yang melawan hukum pasti ada suatu kerugian. Ini disebabkan karena suatu perbuatan yang dilarang jika dilakukan akan berdampak kepada pihak lain yang menyebabkan suatu kerugian.

Misalnya, kerugian yang terjadi disebabkan perbuatan si pelaku atau dengan kata lain, kerugian tidak akan terjadi jika pelaku tidak melakukan perbuatan melawan hukum tersebut.

5. Ada kesalahan

Syarat selanjutnya adalah adanya suatu kesalahan. Di dalam perbuatan melawan hukum pasti terdapat suatu kesalahan. Suatu kesalahan itu

(38)

datang dari suatu perbuatan yang dilarang tetapi tetap dilakukan oleh seseorang atau suatu pihak yang akhirnya menimbulkan suatu kerugian.

Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan. Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain. Sedangkan kealpaan, berarti ada perbuatan yang mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain.20

Berbeda dengan ketentuan Pidana maka stelsel Hukum Perdata tidak membedakan kesalahan dalam bentuk kesengajaan (opzet-dolus) dan kesalahann dalam bentuk kurang hati-hati (culpa). Dalam arti lain, kebenaran yang dicari oleh Hukum Perdata melulu didasarkan oleh alat-alat bukti yang ada tanpa melihat maksud dan tujuan pelaku (Hukum Formil). Intinya, setiap pihak yang menimbulkan kerugian kepada pihak lain wajib mengganti kerugian tersebut jika seluruh dokumen-dokumen bukti telah terbukti kebenaranya.

Bahwa selain Perbuatan Melawan Hukum tersebut diatas dikenal juga dengan bentuk pelanggaran hukum Wanprestasi (default/gagal janji). Prof.

Subekti S.H., dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perjanjian”, mengartikan wanprestasi sebagai berikut :

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) berupa empat macam :21 1. Tidak memenuhi prestasi;

2. Terlambat memenuhi prestasi;

20 Munir Fuady, 2002, Perbuatan Melawan Hukum: Pendekatan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung , hlm. 73

21 Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, hlm. 45

(39)

3. Memenuhi prestasi secara tidak baik;

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Perbedaan antara Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum sendiri terletak pada jumlah pelanggaran hukumnya. Dalam Wanprestasi pelaku hanya melanggar janjinya sedangkan dalam Perbuatan Melawan Hukum pelaku selain melanggar janji juga melakukan tindakan-tindakan melawan aturan-aturan hukum lainnya yang merugikan pihak lain. Hal ini diperkuat melalui Doktrin hukum Ny. Retno Wulan Sutantio yang menyebutkan sebagai berikut :

“Sehubungan dengan ingkar janji petitum gugatan pada umumnya memuat permohonan agar tergugat memenuhi perjanjian yang telah dibuat atau mohon agar perjanjian tersebut dibatalkan dengan atau tanpa pembayaran ganti rugi. Berbeda dengan ingkar janji dimana salah satu pihak yang melanggar janji, yaitu tidak memenuhi, memenuhi akan tetapi terlambat atau memenuhi akan tetapi tidak seluruhnya (tidak sebagaimana semestinya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan), dalam hal perbuatan melanggar hukum kewjajiban pelaku untuk membayar ganti rugi bukan karena adnaya perjanjian seperti tersebut di atas. Perbuatan melanggar hukum timbul karena pelaku melanggar undang-undang, tatasusila, hak subjektif orang lain, kewajiban hukumnnya atau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatiannya.22

Berdaraskan hal tersebut diatasi maka setiap tindakan yang berlawanan dalam setiap pasal dalam KUHPerdata atau pasal-pasal dalam setiap peraturan

22 Retno Wulan Sutantio, 1995, Kapita Selecta Hukum Acara Perdata, Ikatan Hakim Indonesia, hlm. 10-11

(40)

yang mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak dapat dikatakan telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum sehingga konsekuensi hukumnya dapat digugat di muka pengadilan.

Oleh karena itu berdasarkan fakta-fakta di atas bahwa para pihak yang mengikuti arisan yang berbasis online ini dilarang melakukan perbuatan yang melawan hukum dan juga melakukan perbuatan wanprestasi. Karena masing- masing perbuatan tersebut akan menciptakan suatu kerugian terhadap pihak lain yang mengikuti arisan yang berbasis online tersebut.

E. Hak dan Kewajiban Subjek Hukum dalam Melakukan Arisan Online Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Jadi jika kita kaitkan mengenai hak yang ada di dalam suatu perjanjian, maka hak itu adalah sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan untuk berbuat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak yang melakukan perjanjian. Sedangkan kewajiban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, atau keharusan untuk melaksanakan suatu hal. Jika kita kaitkan dengan perjanjian maka kewajiban itu adalah sesuatu hal yang harus dilaksanakan karena hukum berkata demikian. Atau perjanjian telah berkata demikian sehingga para pihak berkewajiban melakukan apa yang telah diperjanjikan.

(41)

Di dalam arisan online ada 2 (dua) subjek hukum yaitu pengurus / admin arisan dan peserta arisan. Masing-masing pihak ini memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban pengurus / admin arisan dan peserta akan dijelasakan sebagai berikut :23

1. Hak dan Kewajiban Pengurus / Admin Arisan a. Hak Pengurus / Admin arisan

Sebenarnya di Indonesia belum ada payung hukum yang mengatur arisan berbasis online ini ataupun arisan pada umumnya, akan tetapi hak dari pengurus arisan berbasis online ini di dasarkan kepada hukum kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang melakukan arisan berbasis online tersebut.

1. Pengurus / Admin arisan berhak memegang semua uang arisan yang telah terkumpul dari para peserta arisan, dan juga biasanya uang akan ditransfer ke rekening pengurus / admin arisan berbasis online. Setelah itu pengurus / admin arisan berbasis online ini akan membagikan uang tersebut kepada para peserta sesuai dengan nomor urutan yang telah mereka sepakati sebelumnya, begitu seterusnya sampai peserta terakhir menerima bagiannya.

2. Pengurus / Admin arisan berbasis online memiliki hak untuk menerima atau menolak peserta arisan yang berdasarkan penilaiannya. Hal ini dilakukan agar nantinya tidak terjadi suatu

23 Dikutip dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4407/perjanjian-arisan/

tanggal 5 Maret 2020 pukul 09.36

(42)

hal yang tidak diinginkan seperti peserta yang melakukan tindakan wanprestasi yang dikarenakan tidak sanggup membayar iuran yang telah disepakati. Jadi seminimal mungkin pengurus / admin arisan berbasis online ini harus mengetahui latar belakang dari calon peserta arisan berbasis online tersebut.

3. Pengurus / Admin arisan berbasis online berhak untuk melakukan tindakan hukum jika nanti ada peserta arisan berbasis online ini melanggar perjanjian yang telah disepakati. Dalam hal ini pengurus / admin arisan berbasis online ini dapat melakukan tindakan hukum terhadap peserta arisan yang melakukan suatu tindakan yang melanggar perjanjian atau peraturan yang berlaku.

Tindakan hukum yang biasa dilakukan adalah dengan menggugat peserta arisan tersebut ke pengadilan.

4. Pengurus / Admin arisan berhak mendapatkan suatu kompensasi atau ganti rugi dari peserta pihak arisan berbasis online ini yang mengundurkan diri dari arisan tersebut. Para peserta yang mengundurkan diri umumnya diminta oleh pengurus / admin arisan berbasis online ini untuk mencari pengganti untuk mengisi kekosongan yang diakibatkan ia telah mengundurkan diri sebagai peserta arisan tersebut.

5. Pengurus / Admin arisan memiliki hak untuk mengikuti arisan yang dibuat olehnya sendiri jika arisan tersebut belum penuh,

(43)

namun jika sudah penuh maka pengurus / admin arisan tersebut hanya mengatur jalannya arisan tersebut.

6. Pengurus / Admin arisan memiliki hak untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan peraturan yang telah dibuat di awal oleh admin tersebut.24

b. Kewajiban Pengurus / Admin arisan

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan arisan berbasis online ini. Sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata bahwa kontrak harus dilaksanakan dengan itikad baik. Maka berdasarkan pasal tersebut bahwa pengurus / admin arisan berbasis online harus atau wajib melakukan atau membentuk arisan tersebut dengan itikad baik. Itikad baik ini sudah harus ada sejak dalam tahap prakontraktual. Prakontraktual merupakan tahap awal dari sebuah perundingan antara para pihak yang ingin membuat suatu perjanjian.

2. Melakukan suatu prestasi yaitu memberikan uang arisan kepada peserta arisan sesuai dengan besar dan jumlah arisan yang diikuti. Jadi pengurus / admin arisan berbasis online ini wajib untuk memberikan uang arisan kepada peserta sesuai dengan jumlah uang yang telah disepakati oleh para pihak.

3. Selanjutnya pengurus / admin arisan berbasis online wajib untuk memberikan informasi yang benar mengenai kondisi arisan

24 Wawancara dengan Monica, tanggal 7 Maret 2020 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(44)

tersebut. Ia harus terbuka kepada para peserta arisan mengenai keuangan dalam arisan dan mengenai jumlah yang disetor oleh seluruh peserta arisan dan yang diberikan kepada peserta arisan.

Jadi hal diatas merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengurus / admin arisan online. Namun, jika pengurus / admin arisan online ini tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik maka ia dapat digugat ke Pengadilan Negeri oleh peserta arisan yang merasa dirugikan haknya oleh pengurus / admin berbasis online tersebut.

2. Hak dan Kewajiban Peserta Arisan

Setelah pengurus / admin arisan berbasis online ini memilih peserta arisan tersebut, maka dari itu timbullah hak dan kewajiban dari peserta arisan yang telah dipilih. Pada umumnya Peserta arisan bisa menggunakan lebih dari satu nama, dimana peserta tersebut membayar biaya arisan sebanyak jumlah nama yang digunakan, sehingga peserta arisan yang menggunakan lebih dari satu nama, memiliki hak untuk menjadi pemenang lebih dari satu kali. Pengurus / admin arisan berbasis online tersebut harus melihat apakah nantinya peserta yang menggunakan lebih dari satu nama tersebut sanggup atau tidak memberikan iuran otomatis lebih besar.

Selanjutnya hak dan kewajiban dari peserta arisan berbasis online akan dijelaskan sebagai berikut :

(45)

1. Hak Peserta Arisan Berbasis Online

a. Mendapatkan atau mengetahui identitas dari admin arisan berbasis elektronik tersebut. hal ini bertujuan untuk timbulnya rasa percaya oleh calon peserta terhadap admin arisan berbasis online tersebut.

b. Peserta memiliki hak untuk mendapatkan uang yang telah dikumpulkan oleh para peserta arisan sesuai yang telah diperjanjikan oleh pengurus dan juga peserta arisan berbasis online tersebut.

c. Peserta mendapatkan infromasi yang benar dari pengurus / admin arisan berbasis online. Contohnya informasi berupa jumlah uang yang harus disetorkan dan juga berapa uang yang harus diterima setiap peserta arisan. Tidak boleh hanya diketahui oleh pengurus / admin arisan saja tetapi harus dibertahukan juga kepada para peserta.

d. Peserta memiliki hak untuk menggugat admin arisan berbasis elektronik, jika nantinya admin tersebut melakukan perbuatan melawan hukum atau perbuatan wanprestasi.25

2. Kewajiban Peserta Arisan Berbasis Online

1. Peserta harus menyetor atau memberi sejumlah uang untuk biaya arisan yang ia ikuti. Melalui dana yang diberikan para peserta

25 Wawancara dengan Monica, tanggal 7 Maret 2020 di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(46)

nantinya akan dikumpul dan dibagi kepada peserta sesuai dengan waktu kapan si peserta mendapatkan bagiannya.

2. Jika melihat Pasal 1338 KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Begitu juga dengan arisan berbasis online ini, para peserta yang mengikuti arisan berbasis online ini harus memiliki itikad baik. Itikad baik disini maksudnya para peserta harus menaati perjanjian yang telah disepakati, membayar sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, membayar iuran tepat pada waktunya.

3. Jika ada peserta arisan ingin keluar dari arisan berbasis elektronik, maka peserta tersebut berkewajiban untuk membayar denda dan juga mencari penggantinya. Biasanya kesepakatan tersebut telah ditentukan dan telah disampaikan oleh admin arisan berbasis elektornik tersebut di awal kesepakatan. Hal tersebut dilakukan agar peserta arisan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya.

F. Alat Bukti dalam Melakukan Arisan Online yang Sah Menurut Hukum Perdata

Alat bukti dalam Hukum Perdata diatur dalam ketentuan sebagai berikut : 1. Pasal 1866 KUHPerdata :

Alat bukti terdiri dari : a. Bukti tulisan

b. Bukti dengan saksi-saksi

(47)

c. Persangkaan-persangkaan d. Sumpah

2. Pasal 164 HIR

Alat bukti terdiri dari : a. Bukti tulisan

b. Bukti dengan saksi-saksi c. Persangkaan-persangkaan d. Sumpah

Namun dalam ketentuan di atas jika kita kaitkan dengan arisan berbasis online, maka pasti akan terjadi kesulitan dalam pembuktian mengenai alat bukti dikarenakan arisan berbasis online pada umumnya tidak terdapat bukti tulisan yang dikarenakan arisan berbasis online dilakasanakan dan dibuat melalui media elektronik. Berkaitan dengan saksi, arisan berbasis online tidak saling bertatap muka secara langsung dalam membuat suatu perjanjian. Begitu juga dengan persangkaan dan sumpah, di dalam arisan berbasis online tidak ada dilakukan suatu sumpah.

Seiring dengan perkembangan teknologi maka mengenai hukum yang mengatur alat bukti juga perlu penambahan lain berupa informasi elektronik atau dokumen elektronik diatur dalam Pasal 1 angka 1 dan angka 4 serta Pasal 5 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yaitu sebagai berikut :

Pasal 1 angka 1 s.d. 4 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyebutkan bahwa :

(48)

1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, Electronic Data Interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

2. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukumyang dilakukan dengan komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

3. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.

4. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan, dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, Electronic Data Interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan diatas, maka jelas bahwa meskipun suatu perkawinan sudah putus karena perceraian, tidaklah mengakibatkan hubungan

Direksi salah satu organ PT yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Namun,

Dampak meningkatnya perkara perceraian yang terjadi di Mahkamah Syar’iyah Meulaboh dan dampak terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dikurangi ataupun

Pengadilan Agama adalah lembaga yang berwenang dalam menyelesaikan hak istri. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas para pencari keadilan yang selalu

Antara Para Penggugat dan Tergugat juga tidak mencantumkan syarat batal maka sesuai dengan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata “ Hakim adalah leluasa untuk, menurut keadaan,

Dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dijelaskan bahwa benda (yang ada diwilayah Negara RI atau diluar Negara RI) yang dibebani dengan jaminan

pada Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang menyatakan, pemberian gantirugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi. 2)

76 Wawancara dengan Bapak Hasan Amin, tanggal 5 Agustus 2016 di kantor PT. Rahmat Jaya Transport.. Indofood di dalam proses penyelenggaraan pengangkutan dengan PT. Rahmat Jaya