• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan HOMA-IR Pada pasien Hipertiroid Sebelum Dan Sesudah Pengobatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan HOMA-IR Pada pasien Hipertiroid Sebelum Dan Sesudah Pengobatan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN HOMA-IR PADA PASIEN

HIPERTIROID SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN

TESIS

Oleh

DARMA LIZA EFENDI

NIM: 087101036

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERBANDINGAN HOMA-IR PADA PASIEN

HIPERTIROID SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Penyakit Dalam dan Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu

Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARMA LIZA EFENDI

087101036

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PERBANDINGAN HOMA-IR PADA PASIEN HIPERTIROID SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN

Nama Mahasiswa : Darma Liza Efendi

Nomor Induk Mahasiswa : 087101036

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Penyakit Dalam

Menyetujui, Komisi Pembimbing

DR. dr. Dharma Lindarto,SpPD-KEMD

Kepala Departemen Ketua TKP PPDS

Ilmu Penyakit Dalam

Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH Dr. Zainuddin Amir SpP(K)

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar.

Nama : Darma Liza Efendi

NIM : 087101036

(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Darma Liza Efendi

NIM : 087101036

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Dalam Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul:

PERBANDINGAN HOMA-IR PADA PASIEN

HIPERTIROID SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : Yang menyatakan

(6)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu saya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “ Perbandingan HOMA-IR Pada pasien Hipertiroid Sebelum Dan Sesudah Pengobatan“ yang merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dokter ahli di bidang ilmu penyakit dalam pada fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP H ADAM MALIK MEDAN yang telah memberikan kemudahan dan dorongan buat penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

2. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Sekretaris Program Ilmu Penyakit Dalam Dr Zainal Safri, SpPD,SpJP yang dengan sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi ahli penyakit dalam yang berkualitas, handal dan berbudi luhur serta siap untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa. 3. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH sebagai dekan FK USU

saat saya diterima sebagai peserta pendidikan spesialis penyakit dalam. Demikian juga kepada dr.Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM yang bersedia memberi rekomendasi dan motivasi untuk terus berjuang agar saya bisa mengikuti pendidikan ini. Semoga semua jasa dan budi baik ini dibalas oleh Allah, S.W.T.

(7)

sampai selesainya karya tulis ini. Kiranya Allah S.W.T memberikan rahmat dan karunia kepada beliau beserta keluarga.

5. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUD Dr Pirngadi / RSUP H Adam Malik medan : Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH., Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM., Prof. Dr. Habibah Hanum, SpPD-KPsi., Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD-KKV., Prof. Dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI-SpMK., Prof. Dr. OK Moehad Sjah, SpPD-KR., Prof. Dr. Lukman H. Zain, SpPD-KGEH., Prof. Dr. M. Yusuf Nasution, SpPD-KGH., Prof. Dr. Azmi S Kar, SpPD-KHOM., Prof. Dr. Gontar A Siregar, KGEH., Prof. Dr. Haris Hasan, SpPD-SpJP(K)., Dr. Nur Aisyah, SpPD-KEMD., Dr. A Adin St Bagindo, KKV., Dr. Lutfi Latief, KKV., Dr. Syafii Piliang, SpPD-KEMD (Alm)., Dr. T. Bachtiar Panjaitan, SpPD., Dr. Rustam Effendi YS, SpPD-KGEH., Dr. Abiran Nababan, SpPD-KGEH., Dr. Betthin Marpaung, SpPD-KGEH(Alm)., Dr. Sri M Sutadi, SpPD-KGEH., Dr. Mabel Sihombing, SpPD-KGEH., Dr. Salli R. Nasution, SpPD-KGH., DR. Dr. Juwita Sembiring, KGEH., Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP., Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH., Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD., DR. Dr Umar Zein, SpPD-KPTI-DTM&H-MHA., Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI., Dr. Refli Hasan, SpPD-SpJP., Dr. EN. Keliat, SpPD-KP., DR. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR., Dr. Leonardo Dairy, SpPD-KGEH., Dr. Pirma Siburian, SpPD-KGer., Dr. Mardianto, SpPD-KEMD., Dr. Santi Safril, SpPD-KEMD., Dr Zuhrial, SpPD., yang merupakan guru-guru saya yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan.

(8)

SpPD., Dr. Ida Nensi Gultom, SpPD., Dr. Imelda Rey, SpPD., Dr. Anita Rosari, SpPD., Dr. Wika Hanida, SpPD., Dr. Radar R Ginting, SpPD., Dr. Ameliana Purba, SpPD., dan Dr. Taufik Sungkar, SpPD., sebagai dokter kepala ruangan / senior yang telah amat banyak membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

7. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang pendidikan keahlian ini..

8. Kepada teman-teman seangkatan yang memberikan dorongan semangat: Dr.Junita, M.kes yang telah membantu pengumpulan data, Dr. Dodo Aryanto, Dr.Ivan Ramayana, Dr. Afandi Al Amin Tarigan , Dr. Rumbang sembiring, Dr. Feldi Gazali, Dr. Novrin , Dr. Nova Damayanti. Juga para sejawat dan PPDS interna lainnya yang tidak dapat saya sebut satu persatu, paramedik dan Syarifuddin Abdullah, Kak Leli, Erjan, Deni, Fitri, Wanti, Yanti, Tika (lab HOM) dan Sari atas kerjasama yang baik selama ini.

9. Para co-asisten dan petugas kesehatan di SMF / Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan / RSUD Dr. Pirngadi Medan / RS Haji Medan / RS Tembakau Deli, karena tanpa adanya mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan bantuan dan bimbingan yang tulus dalam menyelesaikan penelitian ini.

Rasa hormat dan terima kasih saya yang setinggi-tingginya dan setulusnya penulis tujukan kepada ayahanda H.Darwin Effendi,S.sos dan ibunda Hj.Arni Yusti yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang tepat untuk mengucapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa-jasanya ayahanda dan ibunda yang tiada mungkin terucapkan dan terbalaskan. Semoga Allah S.W.T memberikan kesehatan dan kebahagian kepada orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi.

(9)

Demikian juga mertua saya AKBP(Purn).H. Buchari dan Hj. Siti Nursiyah yang telah mendukung, membimbing, menyemangati dan menasihati agar kuat dalam menjalani pendidikan, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi.

Kepada istriku tercinta dr.Deasy Hendriati dan anak-anakku tercinta Clarissa Nadhira Rizki dan M. Davino Athallah, terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga apa yang kita capai dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kita dan diberkati Allah, S.W.T.

Kepada adik dan iparku Dian Winarni, ST , dan Rahmad Effendi sembiring, SH yang telah banyak membantu memberi semangat dan dorongan selama pendidikan, terima kasihku yang tak terhingga untuk segalanya.

Kepada adik ku Mike Andri, Amd, terimakasih atas semua bantuan, dana dan doa yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang tidak mungkin kami ucapkan satu persatu yang telah membantu kami dalam menyelesaikan pendidikan spesialis ini, kami ucapkan banyak terima kasih

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah, S.W.T yang maha pengasih, maha pemurah dan maha penyayang.

Medan, November 2012

Penulis

(10)

Abstrak

Perbandingan HOMA-IR Pada Pasien Hipertiroid sebelum dan sesudah pengobatan

Darma liza Efendi, Dharma Lindarto Divisi Endokrinologi dan Metabolik Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang:

Hormon tiroid mempengaruhi seluruh sistem organ tubuh termasuk metabolisme karbohidrat. Perubahan metabolisme yang disebabkan hipertiroid berkontribusi terhadap kontrol glikemik. Pada hipertiroid terjadi resistensi insulin (RI) sampai terjadi peningkatan kadar gula darah sehingga menambah beratnya keadaan penyakit. Pengobatan hipertiroid dapat memperbaiki keadaan RI masih menjadi perdebatan

Tujuan :

Untuk mengetahui perbandingan HOMA-IR sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid

Bahan dan Cara :

Dilakukan pengobatan terhadap 16 orang dengan obat anti tiroid selama tiga dan enam bulan dan diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Hasil :

Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum, sesudah pengobatan tiga dan enam bulan untuk T4 ; 17,3 ± 5,4 vs 10,61 ± 6,7 vs 15,75 ± 6,03 (p <0,012), Insulin Puasa; 5,91 ± 2,3 vs 9,19 ± 4,2 vs 17,03 ± 8,8 (p<0,023). HOMA-IR; 1,22 ± 0,56 vs 1,88 ± 0,72 vs 3,69 ± 0,53 (p <0,025) Sedangkan T3; 3,6 ± 1,8 vs 2,55 ± 2,16 vs 3,05 ± 1,34 (p <0,296) , TSH; 0,136 ± 5,4 vs 2,53 ± 5,3 vs 0,004 ± 0,08 (p <0,137), GDP; 82,93 ± 10,21 vs 83,81 ± 7,68 vs 84,3 ± 15,3 (p <0,238), dan GD2JPP; 111,56 ± 22,42 vs 106 ± 16,5 vs 117,80 ± 23,9 (p <0,125), HOMA-B; 219,00 ± 153,82 vs 197,19 ± 132,78 vs 164,67 ± 159,54 (p <0,915) tidak berbeda signifikan diantara kedua kelompok.

Kesimpulan :

Pada pengobatan hipertiroid selama tiga dan enam bulan tidak dijumpai perbaikan HOMA-IR dan status gula darah.

Kata Kunci : Hipertiroid, Resistensi insulin, HOMA-IR

(11)

Abstract

Darma liza Efendi, Dharma Lindarto

Comparison Of HOMA-IR In Hipertiroid Before And Ater Traetment

Endocrinology and Metabolic Internal Medicine Department Division

Faculty of Medicine University of Sumatera Utara H. Adam Malik General Hospital Medan

Background

Thyroid hormone affects organ system, include carbohydrate metabolism.

Objective :

Metabolic disturbance due to hyperthyroidism contribute in glycemic control. There was Insulin resistance (IR) due to elevated blood sugar that impact the severity of disease. It still controversy whether treatment of hyperthyroidism can improve IR.

To determine the Comparison of HOMA-IR before and after treatment in hipertiroid.

Materials and Methods :

Treated 16 patients with anti tiroid in three and six months, diagnosis based on clinics and laboratoric.

Result:

There were diffrence betwen before and after treatment T4 ; 17,3 ± 5,4 vs 10,61 ± 6,7 vs 15,75 ± 6,03 (p <0,012), Fasting Insulin; 5,91 ± 2,3 vs 9,19 ± 4,2 vs 17,03 ± 8,8 (p<0,023). HOMA-IR; 1,22 ± 0,56 vs 1,88 ± 0,72 vs 3,69 ± 0,53 (p <0,025) meanwhile T3; 3,6 ± 1,8 vs 2,55 ± 2,16 vs 3,05 ± 1,34 (p <0,296) , TSH; 0,136 ± 5,4 vs 2,53 ± 5,3 vs 0,004 ± 0,08 (p <0,137), FBG; 82,93 ± 10,21 vs 83,81 ± 7,68 vs 84,3 ± 15,3 (p <0,238), dan PPG; 111,56 ± 22,42 vs 106 ± 16,5 vs 117,80 ± 23,9 (p <0,125), HOMA-B; 219,00 ± 153,82 vs 197,19 ± 132,78 vs 164,67 ± 159,54 (p <0,915) were not significantly difference between the two group

Conclusion :

After three and six months treatment, we found no improvement of HOMA-IR and blood sugar level.

Key Word :Hipertiroid, Insulin resistance, HOMA-IR

.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak... i

Abstract... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan dan Lambang... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Hipotesis... 3

1.4 TujuanPenelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi, Epidemiologi,dan Etiologi hipertiroid... 5

2.2 Gambaran Klinis... 11

2.3 Komplikasi... 12

BAB III 2.4 Pemeriksaan Laboratorium... ... 2.5 Pengobatan... KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 3.1 Kerangka Konsep... 3.2 Definisi Operasional... 12 13 17 17 18 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 20

4.1 Desain Penelitian... 20

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 20

4.3 Populasi terjangkau ... 20

4.4 Kriteria Inklusi... ... 20

4.5 Kriteria Eksklusi ... 21

4.6 Besar Sampel... 21

4.7 Cara Penelitian ... 22

4.8 Analisa Data ... 23 4.9 Ethical Clearance dan Informed Consent ...

4.10. Kerangka Operasional... ...

23 24

(13)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25

5.1 Hasil penelitian... 25

5.1.1 Karakteristik dasar populasi penelitian... 5.1.2 Perbandingan parameter kelompok sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid... 5.1.3 Distribusivariabel yang diukur pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan... 5.1.4 Hubungan antara kadar insulin plasma dengan T3,T4, dan TSH... 5.1.5 Hubungan antara kadar insulin dengan BB, IMT, HOMA-IR dan HOMA-B... 5.2 Pembahasan... 25 27 29 34 35 36 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan... 40

5.2 Saran... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Daftar Karakteristik dasar populasi penelitian ... 26

5.2 Perbandingan data klinis dan laboratoris kelompok sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid ... 28

5.3 Hubungan kadar insulin dengan kadar T3,T4 dan TSH ... 35

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Patogenesis penyakit Graves’ ... 6 2.2 Pengeluaran hormon tiroid pada berbagai sistem organ pada

penyakit Graves’ ... 9 2.3 Pengaruh pengeluaran hormon tiroid di otot pada penyakit

Graves’ ... 10 5.1 Grafik IMT pada kelompok sebelum dan sesudah

pengobatan ... 29 5.2 Grafik T3 pada kelompok sebelum dan sesudah

pengobatan ... 30 5.3 Grafik T4 pada kelompok sebelum dan sesudah

pengobatan ... 30 5.4 Grafik TSH pada kelompok sebelum dan sesudah

Pengobatan... 31 5.5 Grafik GDP pada kelompok sebelum dan sesudah

Pengobatan... 32 5.6 Grafik GD2JPP pada kelompok sebelum dan sesudah

Pengobatan... 32 5.7 Grafik insulin plasma pada kelompok sebelum dan sesudah

Pengobatan... 33 5.8 Grafik HOMA-IR pada kelompok sebelum dan sesudah

pengobatan... 33 5.9 Grafik HOMA-B pada kelompok sebelum dan sesudah

(16)

D A F T A R S I N G K A T A N

SINGKATAN Nama Pemakaian Pertama

kali pada halaman

BB Berat Badan

BM Berat Molekul

FFA Free Fatty Acid

FT3 Free triiodotironin

FT4 Free tiroksin

FK Fakultas kedokteran

GLUT Glucose Transporter

HOMA-B Homeostasis Model Assessment of

Insullin Secretion

HOMA-IR Homeostasis Model Assessment of

Insulin Resistance

IMT indeks Massa Tubuh

MHC Major Histocompatibility Complex

MRI Magnetic Resonance Imaging

OAT Obat Anti tiroid

PTU Propiltiourasil

SD Standart Deviasi

TB Tinggi Badan

Tg Tiroglobulin

TPO Thyroidal Peroxidase

TSH Thyrotropin Stimulating Hormone

TSH-Ab Thyrotropin Stimulating Hormone-

Antibody

T3 triiodotironin

(17)

T4 Tiroksin

TSHs Thyrotropin Stimulating Hormone

sensitive

USU Universitas Sumatera Utara

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek...40

2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian...41

3. Lembar Kerja Profil Peserta Penelitian…...………...42

4. Lembar Persetujuan Komite Etik Penelitian...43

5. Master Tabel Hasil Penelitian…...44

6. Uji Statistik...45

(19)

Abstrak

Perbandingan HOMA-IR Pada Pasien Hipertiroid sebelum dan sesudah pengobatan

Darma liza Efendi, Dharma Lindarto Divisi Endokrinologi dan Metabolik Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Latar Belakang:

Hormon tiroid mempengaruhi seluruh sistem organ tubuh termasuk metabolisme karbohidrat. Perubahan metabolisme yang disebabkan hipertiroid berkontribusi terhadap kontrol glikemik. Pada hipertiroid terjadi resistensi insulin (RI) sampai terjadi peningkatan kadar gula darah sehingga menambah beratnya keadaan penyakit. Pengobatan hipertiroid dapat memperbaiki keadaan RI masih menjadi perdebatan

Tujuan :

Untuk mengetahui perbandingan HOMA-IR sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid

Bahan dan Cara :

Dilakukan pengobatan terhadap 16 orang dengan obat anti tiroid selama tiga dan enam bulan dan diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Hasil :

Terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok sebelum, sesudah pengobatan tiga dan enam bulan untuk T4 ; 17,3 ± 5,4 vs 10,61 ± 6,7 vs 15,75 ± 6,03 (p <0,012), Insulin Puasa; 5,91 ± 2,3 vs 9,19 ± 4,2 vs 17,03 ± 8,8 (p<0,023). HOMA-IR; 1,22 ± 0,56 vs 1,88 ± 0,72 vs 3,69 ± 0,53 (p <0,025) Sedangkan T3; 3,6 ± 1,8 vs 2,55 ± 2,16 vs 3,05 ± 1,34 (p <0,296) , TSH; 0,136 ± 5,4 vs 2,53 ± 5,3 vs 0,004 ± 0,08 (p <0,137), GDP; 82,93 ± 10,21 vs 83,81 ± 7,68 vs 84,3 ± 15,3 (p <0,238), dan GD2JPP; 111,56 ± 22,42 vs 106 ± 16,5 vs 117,80 ± 23,9 (p <0,125), HOMA-B; 219,00 ± 153,82 vs 197,19 ± 132,78 vs 164,67 ± 159,54 (p <0,915) tidak berbeda signifikan diantara kedua kelompok.

Kesimpulan :

Pada pengobatan hipertiroid selama tiga dan enam bulan tidak dijumpai perbaikan HOMA-IR dan status gula darah.

Kata Kunci : Hipertiroid, Resistensi insulin, HOMA-IR

(20)

Abstract

Darma liza Efendi, Dharma Lindarto

Comparison Of HOMA-IR In Hipertiroid Before And Ater Traetment

Endocrinology and Metabolic Internal Medicine Department Division

Faculty of Medicine University of Sumatera Utara H. Adam Malik General Hospital Medan

Background

Thyroid hormone affects organ system, include carbohydrate metabolism.

Objective :

Metabolic disturbance due to hyperthyroidism contribute in glycemic control. There was Insulin resistance (IR) due to elevated blood sugar that impact the severity of disease. It still controversy whether treatment of hyperthyroidism can improve IR.

To determine the Comparison of HOMA-IR before and after treatment in hipertiroid.

Materials and Methods :

Treated 16 patients with anti tiroid in three and six months, diagnosis based on clinics and laboratoric.

Result:

There were diffrence betwen before and after treatment T4 ; 17,3 ± 5,4 vs 10,61 ± 6,7 vs 15,75 ± 6,03 (p <0,012), Fasting Insulin; 5,91 ± 2,3 vs 9,19 ± 4,2 vs 17,03 ± 8,8 (p<0,023). HOMA-IR; 1,22 ± 0,56 vs 1,88 ± 0,72 vs 3,69 ± 0,53 (p <0,025) meanwhile T3; 3,6 ± 1,8 vs 2,55 ± 2,16 vs 3,05 ± 1,34 (p <0,296) , TSH; 0,136 ± 5,4 vs 2,53 ± 5,3 vs 0,004 ± 0,08 (p <0,137), FBG; 82,93 ± 10,21 vs 83,81 ± 7,68 vs 84,3 ± 15,3 (p <0,238), dan PPG; 111,56 ± 22,42 vs 106 ± 16,5 vs 117,80 ± 23,9 (p <0,125), HOMA-B; 219,00 ± 153,82 vs 197,19 ± 132,78 vs 164,67 ± 159,54 (p <0,915) were not significantly difference between the two group

Conclusion :

After three and six months treatment, we found no improvement of HOMA-IR and blood sugar level.

Key Word :Hipertiroid, Insulin resistance, HOMA-IR

.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hipertiroid merupakan bentuk tirotoksikosis yang paling sering dijumpai dalam praktek

sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur dan sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki.1

Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah adanya struma (hipertrofi dan

hiperplasia difus), tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/hipertiroidisme), sering disertai oftalmopati,

dan disertai dermopati, meskipun jarang.

Penyakit hipertiroid merupakan 60-90% darisemuapenyebab tirotoksikosis diberbagai daerah di

dunia. Insidensi pada wanita di inggris telah dilaporkan 80 kasus tiap 100.000 orang per tahun. Pada

populasi umum prevalensi gangguan fungsi hormon tiroid diperkirakan 6%. Prevalensi tirotoksikosis

pada ibu adalah sekitar 1 kasus per 500 orang. Diantara penyebab tirotoksikosis spontan penyakit Graves’

adalah yang paling umum.

2

Diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam mekanismenya.

3

3,4

Hormon tiroid

mempengaruhi hampir seluruh sistem pada tubuh, termasuk pada pertumbuhan dan perkembangan, fungsi

otot, fungsi sistem syaraf simpatik, sistem kardiovaskular dan metabolisme karbohidrat.

Hormon tiroid dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat karena penyerapan karbohidrat dari usus

dipercepat. Pemberian beban glukosa oral cepat meningkatkan konsentrasi glukosa darah dalam waktu

30-60 menit (mungkin lebih dari 200 mg/dl) dan menurun cepat, sehingga konsentrasi glukosa dalam dua

jam mendekati normal. Puncak awalnya berhubungan dengan glukosuria.

5

Hipertiroid meningkatkan kebutuhan insulin mungkin dengan mempercepat metabolisme nya.

Variabel intoleransi glukosa dapat terjadi hingga 50% dari pasien tirotoksikosis dengan kejadian diabetes

terjadi pada 2-3% ketika hipertiroidism terjadi pada individu normal. Perubahan metabolik mungkin

terjadi sebagai akibat dari hipertiroidisme dan berkontribusi terhadap penurunan kontrol glikemik.

6

Wengjun Li dkk (2010) dari fakultas kedokteran universitas Shanghai- Cina , meneliti tentang

hubungan penyakit Graves’ dan RI, pada 27 subjek penyakit Graves’ mendapatkan gangguan

metabolisme glukosa sebesar 63,0 % dengan resistensi insulin 44,4 %.

6

7

Chih H C dkk (2011) dari Divisi

(22)

Kaohsiung-Taiwan meneliti tentang RI pada pasien hipertiroidism sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid dan

dijumpai adanya perbaikan RI pada pasien yang telah mendapat pengobatanselama 3-7 bulan (Journal of

Thyroid Research 2011).

Olek karena beberapa latar belakang tersebutlah kami mencoba meneliti hubungan penyakit

(23)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbaikan RI sebelum dan sesudah pengobatan pada pasien Hipertiroid selama tiga dan enam bulan?

2. Apakah ada korelasi perbaikan parameter RI dengan fungsi tiroid?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesa dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat perbaikan RI pada pasien Hipertiroid yang sudah mendapatkan pengobatan

selama tiga dan enam bulan.

2. Terdapat korelasi perbaikan parameter RI dengan fungsi tiroid

1.4 Tujuan Penelitian.

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbaikan RI pada Pasien Hipertiroid yang sebelum dan sesudah pengobatan selama tiga dan enam bulan

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui dengan pengobatan hipertiroid selama tiga dan enam bulan akan mendapatkan perbaikan RI

(24)

1.5 Manfaat Penelitian.

1. Dengan mengetahui perbaikan resistensi insulin pada pasien hipertiroid yang remisi dapat membantu klinisi mengelola pasien yang diketahui mengalami gangguan metabolisme karbohidrat.

2. Hasil penelitian dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut mengenai kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein pada penyakit hipertiroid

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi , epidemiologi dan etiologi hipertiroid

Penyakit hipertiroidism merupakan bentuk tiroktoksikosis yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi pada semua umur, sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki.1 Tanda dan gejala penyakit hipertiroid yang paling mudah dikenali ialah adanya struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan sering disertai oftalmopati, dan disertai dermopati meskipun jarang.

Patogenesis penyakit hipertiroid sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti. Diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam mekanisme tersebut.

2

4

Berdasarkan ciri-ciri penyakitnya, penyakit Graves’ dikelompokkan ke dalam penyakit autoimun, antara lain dengan ditemukannya antibodi terhadap reseptor TSH (Thyrotropin Stimulating Hormone - Receptor Antibody /TSHR-Ab) dengan kadar bervariasi. Pada penyakit Graves’, limfosit T mengalami perangsangan terhadap antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibodi. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme autoimunitas merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves’.

Sampai saat ini dikenal ada 3 autoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg),

thyroidal peroxidase (TPO) dan TSH reseptor (TSH-R).

3,4,5

4

Disamping itu terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid penderitapenyakitGraves’.1,2

(26)

pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan mengekspresikan molekul-molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti DR4) untuk mempresentasikan antigen pada limfosit T. 4

Gambar.2.1. Patogenesis penyakit Graves’ 3

Faktor genetik berperan penting dalam proses otoimun, antara lain HLA-B8 dan HLA-DR3 pada ras kaukasia, HLA-Bw46 dan HLA-B5 pada ras cina dan HLA-B17 pada orang kulit hitam. Faktor lingkungan juga ikut berperan dalam patogenesis penyakit tiroid autoimun seperti penyakit Graves’. Virus yang menginfeksi sel-sel tiroid manusia akan merangsang ekspresi DR4 pada permukaan sel-sel folikel tiroid, diduga sebagai akibat pengaruh sitokin (terutama interferon alfa). Infeksi basil gram negatif Yersinia enterocolitica, yang menyebabkan

(27)

dapat pula mempengaruhi fungsi sel limfosit T suppressor sehingga dapat menimbulkan penyakit tiroid autoimun. Faktor stres juga diduga dapat mencetuskan episode akut penyakit Graves’, namun sampai saat ini belum ada hipotesis dugaan yang memperkuat tersebut.

Terjadinya opthtalmopati Graves’ melibatkan limfosit sitotoksik (killer cells) dan antibodi sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan dengan tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi fibroblast dan miositis orbita, sehingga menyebabkan pembengkakan otot-otot bola mata, proptosis dan diplopia.

3,4,5

Dermopati Graves’ (miksedema pretibial) juga terjadi akibat stimulasi sitokin didalam jaringan fibroblast didaerah pretibial yang akan menyebabkan terjadinya akumulasi glikosaminoglikans.

Hormon tiroid mempengaruhi hampir seluruh sistem pada tubuh, termasuk pada pertumbuhan dan perkembangan, fungsi otot, fungsi Sistem Syaraf Simpatik, Sistem Kardiovaskular dan metabolisme karbohidrat.

4

5

Homorn tiroid dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat baik pada kadar hormon yang meningkat (hipertiroid) ataupun menurun (hipotiroid).

Penyakit Graves’ merupakan penyebab paling umum hipertiroidisme.

6,10

1

Sekitar 60% hipertiroidism disebabkan oleh penyakt Graves’. Tirotoksikosis dengan sendirinya adalah diabetogenik.6 Variabel intoleransi glukosa dapat terjadi hingga 50% dari pasien tirotoksokosis dengan kejadian diabetes terjadi pada 2-3%, ketika hipertiroid terjadi pada individu normal. Perubahan metabolik mungkin terjadi sebagai akibat dari hipertiroidisme dan berkontribusi terhadap penurunan kontrol glikemik.

Meskipun resiko terjadinya diabetes melitus hanya berkisar 2-3% pada individu yang menderita hipertiroidisme namun jika ini dijumpai akan mempengaruhi dan menyebabkan sulitnya mengontrol glukosa darah oleh karena dua kondisi metabolik yang terjadi secara bersamaan. Berbagai perubahan metabolisme dapat terjadi selama kondisi hipertiroid dan hal ini dapat mempengaruhi status glukosa darah. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya adalah

6

(28)

meningkat termasuk juga degradasi dari insulin tersebut. Pada hipertiroid insulin clearen

meningkat hingga 40%. Kondisi yang berlama-lama dari gangguan fungsi tiroid ini juga akan menyebabkan gangguan fungsi dari sel beta sehingga akan menurunkan produksi insulin oleh pankreas dan respon insulin terhadap glukosa.

Produksi glukosa endogenous

6

meningkat dengan beberapa mekanisme 6

• Meningkatnya prekursor glukoneogenik dalam bentuk laktat, glutamin dan alanin dari otot rangka dan gliserol dari jaringan lemak.

:

• Meningkatnya konsentrasi free fatty acid (FFA) plasma yang bisa menstimulasi hepatik glukoneogenesis.

• Meningkatnya glikogenolisis oleh karena inhibisi dari sintesa glikogen

• Upregulasi dari protein transporter glukosa atau GLUT-2 pada membran plasma hepatosit • Meningkatnya sekresi dan efek glukagon serta adrenalin terhadap sel-sel hati

(29)

Penggunaan glukosa di jaringan adiposa meningkat pada pasien hipertiroid ini dibuktikan melalui percobaan isolasi jaringan adiposa dari tikus dan pasien hipertiroid menunjukkan sensitifitas dari transpor glukosa dan penggunaannya terhadap insulin yang normal, meningkat atau menurun.14,15 Variabilitas hasil ini mungkin sebagai reflek terhadap perbedaan regional pada jaringan adiposa yang terisolasi.16 Peningkatan ambilan glukosa dan pembentukan laktat terhadap oksidasi glukosa dan proses penyimpanan pada kondisi hipertiroid. Kondisi ini disebabkan karena meningkatnya insulin basal, stimulasi GLUT1, GLUT4, meningkatnya respon glikogenolisis terhadap stimulasi beta adenergik, meningkatnya aktivitas heksokinase dan

fosfofruktokinase serta menurunnya sensitifitas sintesa glikogen terhadap insulin. 6

Gambar 2.3 Pengaruh pengeluaran hormon tiroid di otot pada penyakit Graves’. 6

(30)

Sampai saat ini belum ada didapatkan angka yang pasti insidensi dan prevalensi penyakit Graves’ di Indonesia. Sementara di Amerika Serikat Sebuah studi yang dilakukan di Olmstead Country Minnesota diperkirakan kejadian kira-kira 30 kasus per 100.000 orang per tahun . Prevalensi tirotoksikosis pada ibu adalah sekitar 1 kasus per 500 orang. Di antara penyebab tirotoksikosis spontan, penyakit Graves’ adalah yang paling umum 3. Penyakit Graves’ merupakan 60-90% dari semua penyebab tirotoksikosis di berbagai daerah di dunia. Dalam Studi Wickham di Britania Raya, dilaporkan 100-200 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Insidensi pada wanita di Inggris telah dilaporkan 80 kasus per 100.000 orang per tahun. Pada populasi umum prevalensi gangguan fungsi hormon tiroid diperkirakan 6% 3

Wengjun Li dkk (2010) dari Fakultas Kedokteran Universitas Shanghai- Cina, meneliti tentang hubungan penyakit Graves’ dan Resistensi insulin (RI), pada 27 subjek penyakit Graves’ terjadi gangguan metabolisme glukosa sebesar 63,0 % dengan RI 44,4 %.

.

21

Chih H C

dkk (2011) dari Divisi endokrin dan metabolik, bagian Penyakit Dalam, Kaohsiung Veterans General Hospital, Kaohsiung-Taiwan meneliti tentang RI pada pasien hipertiroidism sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid dan dijumpai adanya perbaikan RI pada pasien yang mendapat pengobatan selama 3-7 bulan (Journal of Thyroid Research 2011).

2.2 Gambaran Klinis

(31)

hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.2,3 Pada penderita yang berusia lebih muda, manifestasi klinis yang umum ditemukan antara lain palpitasi, nervous, mudah capek, hiperkinesia, diare, berkeringat banyak, tidak tahan panas dan lebih senang cuaca dingin. Pada wanita muda gejala utama penyakit Graves’ dapat berupa amenore atau infertilitas. Pada anak-anak, terjadi peningkatan pertumbuhan dan percepatan proses pematangan tulang. Sedangkan pada penderita usia tua ( > 60 tahun ), manifestasi klinis yang lebih mencolok terutama adalah manifestasi kardiovaskuler dan miopati, ditandai dengan adanya palpitasi, dyspnea d’effort, tremor, nervous dan penurunan berat badan. 3,4,7,

2.2 Komplikasi

Oftalmopati Graves’ terjadi akibat infiltrasi limfosit pada otot-otot ekstraokuler disertai dengan reaksi inflamasi akut. Rongga mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita sehingga pembengkakan otot-otot ekstraokuler akan menyebabkan proptosis (penonjolan) dari bola mata dan gangguan pergerakan otot bola mata, sehingga dapat terjadi diplopia. Pembesaran otot-otot bola mata dapat diketahui dengan pemeriksaan CT scanning atau MRI. Bila pembengkakan otot terjadi dibagian posterior, akan terjadi penekanan nervus opticus yang akan menimbulkan kebutaan. 3,4,7

2.4 Pemeriksaan laboratorium

(32)

Artinya, bila T3 dan T4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun. Pada penyakit Graves’, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T4 bebas (free T4/FT4). 4,7

2.5 Pengobatan.

Walaupun mekanisme autoimun merupakan faktor utama yang berperan dalam patogenesis terjadinya sindrom penyakit Graves’, namun penatalaksanaannya terutama ditujukan untuk mengontrol keadaan hipertiroidisme.2,7

Sampai saat ini dikenal ada tiga jenis pengobatan terhadap hipertiroidisme akibat penyakit Graves’, yaitu: Obat anti tiroid, pembedahan dan terapi yodium radioaktif.17 Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat ringannya tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan respon atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain yang menyertainya. 2,7

2.5.1 Obat Antitiroid: Golongan Tionamid

(33)

iodotirosin, mengubah struktur molekul tiroglobulin dan menghambat sintesis tiroglobulin. Sedangkan mekanisme aksi ekstratiroid yang utama ialah menghambat konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer (hanya PTU, tidak pada metimazol).20 Atas dasar kemampuan menghambat konversi T4 ke T3 ini, PTU lebih dipilih dalam pengobatan krisis tiroid yang memerlukan penurunan segera hormon tiroid di perifer. Sedangkan kelebihan metimazol adalah efek penghambatan biosintesis hormon lebih panjang dibanding PTU, sehingga dapat diberikan sebagai dosisi tunggal.17 Belum ada kesesuaian pendapat diantara para ahli mengenai dosis dan jangka waktu pengobatan yang optimal dengan OAT.18 Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa obat-obat anti tiroid (PTU dan methimazole) diberikan sampai terjadi remisi spontan, yang biasanya dapat berlangsung selama 6 bulan sampai 15 tahun setelah pengobatan. 10 Untuk mencegah terjadinya kekambuhan maka pemberian obat-obat antitiroid biasanya diawali dengan dosis tinggi. Bila telah terjadi keadaan eutiroid secara klinis, diberikan dosis pemeliharaan (dosis kecil diberikan secara tunggal pagi hari).19 Regimen umum terdiri dari pemberian PTU dengan dosis awal 100-150 mg setiap 6 jam. Setelah 4-8 minggu, dosis dikurangi menjadi 50-200 mg, 1 atau2kalisehari.18

Propiltiourasil mempunyai kelebihan dibandingkan methimazole karena dapat menghambat konversi T4 menjadi T3, sehingga efektif dalam penurunan kadar hormon secara cepat pada fase akut dari penyakit Graves’.20 Methimazole mempunyai masa kerja yang lama sehingga dapat diberikan dosis tunggal sekali sehari. Terapi dimulai dengan dosis methimazole 40 mg setiap pagi selama 1-2 bulan, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 5-20 mg perhari.18 Ada juga pendapat ahli yang menyebutkan bahwa besarnya dosis tergantung pada beratnya tampilan klinis, tetapi umumnya dosis PTU dimulai dengan 3 x 100-200 mg/hari dan metimazol/tiamazol dimulai dengan 20-40 mg/hari dosis terbagi untuk 3-6 minggu pertama. Setelah periode ini dosis dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai respons klinis dan biokimia.20 Apabila respons pengobatan baik, dosis dapat diturunkan sampai dosis terkecil PTU 50 mg/hari dan metimazol/ tiamazol 5-10 mg/hari yang masih dapat mempertahankan keadaan klinis eutiroid dan kadar T4 bebas dalam batas normal. Bila dengan dosis awal belum memberikan efek perbaikan klinis dan biokimia, dosis dapat di naikkan bertahap sampai dosis maksimal, tentu dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab lainnya seperti ketaatan pasien minum obat, aktivitas fisis dan psikis. 20

Meskipun jarang terjadi, harus diwaspadai kemungkinan timbulnya efek samping, yaitu

(34)

gangguan fungsi hati, lupus like syndrome, yang dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama pengobatan. Agranulositosis merupakan efek samping yang berat sehingga perlu penghentian terapi dengan Obat Anti Tiroid dan dipertimbangkan untuk terapi alternatif yaitu yodium radioaktif. Agranulositosis biasanya ditandai dengan demam dan sariawan, dimana untuk mencegah infeksi perlu diberikan antibiotika.17

Efek samping lain yang jarang terjadi namun perlu penghentian terapi dengan Obat Anti Tiroid antara lain Ikterus Kholestatik, Angioneurotic edema, Hepatocellular toxicity dan Arthralgia Akut. Untuk mengantisipasi timbulnya efek samping tersebut, sebelum memulai terapi perlu pemeriksaan laboratorium dasar termasuk leukosit darah dan tes fungsi hati, dan diulang kembali pada bulan-bulan pertama setelah terapi. Bila ditemukan efek samping, penghentian penggunaan obat tersebut akan memperbaiki kembali fungsi yang terganggu, dan selanjutnya dipilih modalitas pengobatan yang lain seperti I131 atau operasi. Bila timbul efek samping yang lebih ringan seperti pruritus, dapat dicoba diganti dengan obat jenis yang lain, misalnya dari PTU ke metimazol atau sebaliknya.17

(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

KETERANGAN: HOMA-IR : homeostasis model assessment of insulin resistance HOMA-B : homeostasis model assessment of insulin secretion T3 : Triodotironin ,

T4 : Tiroksin

TSH : Tiroid Stimulating Hormon Penyakit Hipertiroid

Penyakit Hipertiroid Setelah

3 dan 6 bulan

Pro Insulin(inaktif) Dari pankreas↑

Hormon tiroid T3 N, T4N, TSH N

Insulin clearance↑

Glukosa output dari hati Normal

Pro Insulin(inaktif) Dari pankreas Normal

Insulin clearanceNormal Penggunaan

Glukosa di otot Normal

↓ Resistensi insulin (HOMA-IR, HOMA-B) Diterapi

PTU atau Metimazole (3 dan 6 bulan)

HASIL

Glukosa output dari hati↑

Hormon tiroid T3↑, T4↑, TSH↓

Penggunaan Glukosa di

Penyakit Hipertiroid

Baru

(36)

3.2 Definisi Operasional

1. Penyakit Graves’ adalah: Penderita penyakit Graves’ secara fisik memiliki gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala pembesaran kelenjar tiroid/struma difus, oftamopati (eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati

2. Hipertiroidisme: Jika TSH <0,47 ui/ml dan T4 >12 ui/ml, T3 > 200 ui/ml

3. Penyakit Graves’ fase Remisi adalah tercapainya suatu keadaan euthyroid baik secara klinis dan laboratorium dengan penggunaan obat anti tiroid dosis terendah.

4. Homeostasis Models Assasment Insulin Resistance (HOMA-IR) dan HOMA-B adalah metode yang digunakan untuk mengukur

19

Rumus HOMA untuk menentukan resistensi insulin adalah yang berikut:

HOMA IR = Insulin puasa (μU/ml) x glukosa puasa (mg/dl 405

Rumus HOMA untuk menentukan fungsi sel β:

HOMA β sel = 360 x insulin puasa (μU/ml) % Glukosa puasa (mg/dl) -63

Resistensi insulinBerdasarkan cut off point dari penelitian Tabata S dkk (2009) di Jepang dinyatakan RI jika nilai positif HOMA IR ≥2,5 dan negatif HOMA-IR < 2,5, sedang untuk kriteria HOMA β pada penelitian ini menggunakan kriteria Ciampeli M dkk (2005) dinyatakan nilai HOMA β rendah apabila <107. 24

5. Jenis Kelamin : berdasarkan yang tertera dikartu tanda penduduk (KTP) dengan hasil pria atau wanita.

6. Insulin puasa: merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang menggambarkan kadar insulin dalam plasma dengan satuan mikrounit/mililiterhormon. Insulin diperiksa menggunakan metode ELISA (N:3-25uiU/ml).

(37)

8. Indeks Massa Tubuh (IMT) : cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa dengan rumus BB(kg)/TB(m2

9. Gula Darah Puasa (GDP): merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang menggambarkan kadar gula darah puasa dalam plasma dengan satuan miligram/desiliter (N:80-100 mg/dl)

) dengan satuan kg/m2

10.Gula Darah 2 jam post prandial (GD2JPP): merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang menggambarkan kadar gula darah 2jam setelah makan dalam plasma dengan satuan miligram/desiliter (N:80-144 mg/dl)

11.Thyroid stimulating Hormon sensitif (TSHs):TSH digunakan untuk mengukur respon kelenjar pituitari terhadap T4 dan T3. Metode pemeriksaan TSHs sering dianjurkan sebagai parameter tunggal pertama untuk gangguan fungsi tiroid, karena sensitivitas pemeriksaan yang tinggi (N:0,35-4,94 uiU/ml)

12.Triodotironin (T3):secara klinis konsentrasi T3 memiliki diagnosis untuk kelainan hipertiroidisme (N: 0,58-1,59 ng/ml)

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi klinik pada pasien penyakit hipertiroid sebelum dan sesudah pengobatan 3 dan 6 bulan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

• Penelitian akan dimulai pada bulan Agustus 2011 hingga bulan Februari 2012, atau hingga subjek penelitian ini tercukupi.

• Penelitian dilaksanakan di poliklinik Endokrin dan Metabolik RSUP.Adam Malik Medan.

• Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah bekerjasama dengan

Laboratorium Prodia.

4.3 Populasi Terjangkau

Pasien hipertiroid yang berobat di poliklinik rawat jalan Endokrin dan Metabolik RSUP.Adam Malik Medan.

4.4 Kriteria Inklusi

(39)

4.5 Kriteria Eksklusi

• Riwayat radiasi leher.

• Subjek yang pernah atau sedang menderita gangguan hati.

• Subjek pernah didiagnosa atau sedang menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular atau stroke.

• Subjek sedang menjalani terapi hormonal.

• Subjek sedang minum obat hipoglikemik atau fitofarmaka. • Subjek dalam keadaan hamil atau sedang menyusui

• Tidak bersedia ikut penelitian

4.6 Besar sampel

Untuk memperkirakan besar sampel dipergunakan rumus sampel tunggal sebagai berikut : (Sastroasmoro, 2002)

2

)

(





+

=

d

Sd

Z

Z

n

α β

α

Ζ

= Derivat Baku

α

, untuk

α

= 0,05 nilai

Ζ

α = 1,96

Ζ

β = Derivat Baku

β

, untuk

β

= 0,10 nilai

Ζ

β =1,282

Sd

= Standart deviasi HOMA-IR perkiraan = 0,24* ( Chih H C dkk, 2008)
(40)

2

2

,

0

24

,

0

).

282

,

1

96

,

1

(

+

=

n

n

=

15

,

13

...16 orang

Jadi sampel minimal yang diteliti untuk masing-masing kelompok adalah 16 orang, sehingga total seluruhnya sebanyak 48 orang.

4.7 Cara Penelitian

Terhadap semua pasien yang termasuk dalam penelitian diminta memberikan persetujuan tertulis (informed concent), dan dilakukan sebagai berikut :

a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data : umur, jenis kelamin, riwayat diabetes mellitus, riwayat merokok, riwayat penyakit keluarga, riwayat hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner serta pemeriksaan laboratorium sebelumnya.

b. Dilakukan pemeriksaan klinis dan pengukuran Tinggi Badan (TB) dalam satuan meter( m), Berat Badan (BB) dalam satuan Kilogram (kg) serta dilakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m2

c. Dilakukan pengukuran tekanan darah dengan sphygmanometer , dimana sebelumnya pasien diistirahatkan selama 5 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dan diambil reratanya .

.

(41)

e. Pemeriksaan Laboratorium Biokimiawi

Level Serum sensitif tiroid stimulating hormon (TSH) dan T3, T4 diukur dengan microparticle Enzyme imunoassay (MEIA) dari AXSYM system Abbott Laboratorries, Abboth Park, USA melalui Laboratorium RSUP.H.Adam Malik

4.8 Analisa Data

• Analisa statistik dengan Uji-T berpasangan untuk menilai tingkat perbedaan parameter Hormon Tiroid (T3, T4, TSH), IMT, parameter RI (GDP, GD2JPP, insulin puasa) , uji one way ANOVA untuk menilai tingkat perbedaan diantara kelompok dan uji Spearman untuk menilai Hubungan parameter RI dengan fungsi tiroid.

• Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS Version-15 dengan batas kemaknaan p < 0,05

4.9 Ethical clearance dan informed concernt

Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof.Dr.Sutomo Kasiman,SpPD,SpJP(K) pada

tanggal 06 Juli 2011 dengan nomor surat 193/KOMET/FK USU/2011.

Informed concern diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut

(42)

4.10 Kerangka Operasional

Pasien Hipertiroid

Kriteria inklusi Kriteria Ekslusi

Pengukuran

HOMA-IR, HOMA-β

Pengukuran

HOMA-IR, HOMA-β

Pasien Baru hipertiroid Pasien hipertiroid sesudah pengobatan 3 dan 6 bulan

Pemeriksaan T3, T4, TSH

(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Selama periode penelitian (Agustus 2011 s/d Februari 2012) di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS. H. Adam Malik Medan diperoleh 21 subjek penelitian dengan pasien dengan hipertiroid. Setelah dilakukan pemeriksaan penyaring yang meliputi laboratorium (T3, T4, TSH, GDP, GD2JPP, dan Insulin puasa) terdapat 2 sampel yang dikeluarkan dari alur penelitian karena mempunyai kadar TSH yang normal. Seluruh subjek penelitian merupakan pasien rawat jalan poliklinik endokrin dan metabolik RSUP.H.Adam Malik medan, dimana 3 orang keluar dari penelitian (1 orang hamil, dan 2 orang diluar kota). Dua belas (75%) subjek adalah perempuan dan empat (25%) adalah laki-laki dengan usia rata-rata didapatkan 37,25 ± 9,91 tahun.

5.1.1 Karakteristik dasar populasi Penelitian

Dilakukan uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov test terhadap semua parameter yang dinilai. Data yang terdistribusi normal adalah usia, TD, frekuensi nadi, Berat badan, indeks massa tubuh (IMT), T3, T4,Gula Darah puasa (GDP), Gula darah 2jam Post Prandial (GD2JPP), Insulin puasa, dan HOMA-IR. Sementara data yang tidak terdistribusi normal adalah TSH dan HOMA-B. Uji One Way Anova digunakan untuk menilai Perbedaan sebelum pengobatan, sesudah pengobatan 3 Bulan dan 6 Bulan dengan berbagai parameter yang terdistribusi normal, dan Wilcoxson Signed Rank test untuk parameter yang tidak terdistribusi normal.

(44)
[image:44.612.145.472.128.543.2]

Tabel 5.1 Data karakteristik dasar populasi penelitian

Parameter Satuan Rerata

(Mean ± SD)

Usia tahun

37,25± 9,91

TD Sistole mmHg 119.99±7,5

TD Diastole mmHg 73,43±5,91

Frek.Nadi x/menit 89,3±5,39

Berat Badan Kg 51,63 ± 8,77

IMT Kg/m2 20,86 ± 2,97

T3 ug/dl 3,1 ± 1,98

T4 ug/dl 13,96 ± 6,0

TSH ug/dl 1,33 ± 5,35

GDP mg/dl 83,37 ± 8,95

GD2JPP mg/dl 108,78 ± 19,46

Insulin puasa uiU/ml 7,55 ± 3,25

HOMA-IR 1,55 ± 0,66

HOMA-B 208,1 ± 142,8

(45)

5.1.2 Perbandingan parameter kelompok sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid

Pada tabel 5.2. dibawah ini menjelaskan perbandingan parameter klinis dan laboratoris antara kedua kelompok sebelum (0 Bulan) dan sesudah pengobatan (3 Bulan dan 6 Bulan). Pemberian obat anti tiroid menyebabkan perbaikan pada parameter klinis yaitu penambahan BB, IMT dan laboratoris dijumpai penurunan kadar T3, T4 dan TSH namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada kadar T3 ( p=0,296) dan TSH (p=0,137). Begitu juga pada perbandingan GDP dan GD2JPP tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok.

Subjek penelitian pada kelompok sesudah pengobatan memiliki BB dan IMT berbeda signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sebelum pengobatan (0 Bulan) dengan nilai rerata BB sebelum pengobatan (Mean ± SD) 48,88±8,6 kg ,sesudah pengobatan 3 Bulan (54,38 ± 8,89) sesudah pengobatan 6 Bulan (55,67 ± 8,89) namun tidak bermakna secara statistik (p= 0,137) dan begitu juga dengan IMT sebelum 19,75 ± 2,89 , sesudah pengobatan 3 Bulan 21,96 ± 3,06 dan sesudah pengobatan 6 Bulan (21,36 ± 3,26) dijumpai penurunan niali IMT namun tidak bermakna secara statistik ( p=0,067).

Dijumpai perbedaan yang signifikan pada nilai kadar T4 sebelum(0 Bulan), sesudah pengobatan 3 Bulan dan 6 Bulan, dimana kadar T4 sesudah pengobatan lebih rendah dibanding sebelum pengobatan (p=0,012). Sementara nilai kadar T3 dijumpai perbedaan diantara ketiga kelompok namun tidak bermakna secara statistik (p=0,296).

(46)
[image:46.612.70.554.142.554.2]

Tabel 5.2 Perbandingan data klinis dan laboratoris kelompok sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid

Parameter Satuan 0 Bulan 3 bulan 6 bulan P

(Mean±SD) (Mean±SD) (Mean±SD) Value

Berat Badan Kg 48,88 ± 8,65 54,38 ± 8,89 55,67 ± 8,99 0,137

IMT Kg/m2 19,75 ± 2,89 21,96 ± 3,06 21,36 ± 3,26 0,067

T3 ug/dl 3,6 ± 1,8 2,55 ± 2,16 3,05 ± 1,34 0,296

T4 ug/dl 17,3 ± 5,4 10,61 ± 6,7 15,75 ± 6,03 0,012*

TSH ug/dl 0,136 ± 0.52 2,53 ± 0,33 0,004 ± 0,08 0,137

GDP mg/dl 82,93 ± 10,21 83,81 ± 7,68 84,3 ± 15,3 0,238

GD2JPP mg/dl 111,56 ± 22,42 106,00 ± 16,5 117,80 ± 23,9 0,125

Insulin Plasma uiU/ml 5,91 ± 2,3 9,19 ± 4,2 17,03 ± 8,8 0,023*

HOMA-IR 1,22 ± 0,56 1,88 ± 0,72 3,69 ± 0,53 0,025*

HOMA-B 219,00 ±

153,82

197,19 ± 132,78

164,67 ± 159,54

0,915

(47)

5.1.3 Distribusi variabel yang di ukur pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

[image:47.612.88.525.214.475.2]

Pada penelitian ini dinilai perbedaan pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan yaitu sebelum pengobatan ( 0 Bulan) dan sesudah pengobatan (3 Bulan dan 6 Bulan) dengan Uji One way Anova.

Gambar 5.1 Grafik IMT pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Pada parameter IMT pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (3 Bulan) dijumpai perbedaan yang bermakna secara uji statistik (p=0,044) dan begitu juga kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (6 Bulan) (p=0,044). Dijumpai perbedaan pada kelompok sesudah pengobatan 3 Bulan dengan 6 Bulan tetapi tidak bermakna secara statistik (p=0,944) (Gambar.5.1)

p=0,044*

(48)

3,6

2,55 3,05

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

0 Bulan 3 Bulan 6 Bulan

T

3

(

M

e

a

n)

ug

[image:48.612.92.445.74.179.2]

/dl

Gambar 5.2 Grafik T3 pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Pada parameter T3 dijumpai perbedaan tetapi tidak bermakna secara uji statistik pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (3 Bulan) ( p=0,553), pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (6 Bulan) (p=0,122) dan kelompok sesudah pengobatan 3 Bulan dengan 6 Bulan (p=0,623). (Gambar 5.2)

Gambar 5.3 Grafik T4 pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

p=0,122

p=0,553

p=0,004*

p=0,612 p=0,623

[image:48.612.92.521.435.603.2]
(49)
[image:49.612.92.521.208.372.2]

Pada parameter T4 pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (3 Bulan) dijumpai perbedaan bermakna secara uji statistik ( p=0,004) tetapi tidak pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (6 Bulan) (p=0,612) dan kelompok sesudah pengobatan 3 Bulan dengan 6 Bulan (p=0,110). (Gambar 5.3)

Gambar 5.4 Grafik TSH pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Pada parameter TSH dijumpai perbedaan tetapi tidak bermakna secara uji statistik pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (3 Bulan) ( p=0,943), pada kelompok sebelum (0 Bulan) dengan sesudah pengobatan (6 Bulan) (p=0,066) dan kelompok sesudah pengobatan 3 Bulan dengan 6 Bulan (p=0,175). (Gambar 5.4)

p=0,066

p=0,943

(50)
[image:50.612.88.526.70.265.2]

Gambar 5.5 Grafik GDP pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Gambar 5.6 Grafik GD2JPP pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Pada parameter GDP tidak dijumpai perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok sebelum dan sesudah pengobatan penyakit hipertiroid. Pada parameter GD2JPP

p=0,099

p=0,806

p=0,127

p=0,442

p=0,137

[image:50.612.89.525.373.591.2]
(51)
[image:51.612.91.525.151.307.2]

dijumpai perbedaan bermakna secara statistik pada kelompok sesudah pengobatan 3 Bulan dan 6 Bulan (p=0,043*) (Gambar 5.5-6)

Gambar 5.7 Grafik Insulin Plasma pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Gambar 5.8 Grafik HOMA-IR pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

p=0,007*

p=0,222

p=0,007* p=0,291

p=0,049*

[image:51.612.89.526.444.603.2]
(52)
[image:52.612.88.525.70.240.2]

Gambar 5.9 Grafik HOMA-B pada kelompok sebelum dan sesudah pengobatan

Pada parameter kadar insulin plasma dijumpai lebih tinggi pada kelompok sesudah (3 Bulan) dibandingkan dengan kelompok sebelum pengobatan (0 Bulan) dan bermakna secara statistik (p=0,007) dan kelompok sesudah (3 bulan) dengan sesudah (6 Bulan) pengobatan (p=0,049). Begitu juga dengan HOMA-IR dijumpai lebih tinggi pada kelompok sesudah (3 Bulan) dibandingkan dengan kelompok sebelum pengobatan (0 Bulan) dan bermakna secara statistik (p=0,007) dan kelompok sesudah (3 bulan) dengan sesudah pengobatan (6 Bulan) (p=0,040). Sedangkan pada parameter HOMA-B dijumpai lebih rendah pada sesudah pengobatan namun tidak dijumpai perbedaan yang bermakna secara statistik. (Gambar 5.7-9)

5.1.4 Hubungan antara kadar insulin plasma dengan T3,T4,dan TSH

Uji Pearson digunakan untuk menilai hubungan antara kadar insulin plasma dengan T3 dan T4. Sementara untuk menilai hubungan antara kadar insulin plasma dengan TSH digunakan uji Spearman. Tidak dijumpai korelasi yang signifikan antara kadar insulin plasma dengan T3 ( r=-0,112, p=0.678), T4 ( r=-0,137, p=0,613) dan TSH ( r=0,236, p=0,379). Data disajikan pada tabel 5.3.

p=0,685

p=0,813

(53)
[image:53.612.69.546.115.195.2]

Tabel 5.3 Hubungan kadar insulin plasma dengan T3, T4, dan TSH

Parameter N P Pearson 95% KI

T3(ug/dl) 16 0,678 -0,112 95%

T4(ug/dl) 16 0,613 -0,137 95%

TSH(ug/dl)# 16 0,379 0,236 95%

Keterangan: (

#

); Korelasi Spearman

5.1.5 Hubungan antara kadar insulin plasma dengan BB, IMT, HOMA-IR dan HOMA-B

Uji Pearson digunakan untuk menilai hubungan antara kadar insulin plasma dengan BB, IMT dan HOMA-IR. Sementara untuk menilai hubungan antara kadar insulin plasma dengan HOMA-B digunakan uji Spearman. Dijumpai korelasi yang signifikan antara kadar insulin plasma dengan HOMA-IR ( r=0,953, p=0,001), HOMA-B ( r=0,724, p=0,002) dan tidak dijumpai hubungan antara kadar insulin plasma dengan BB ( r=0,218, p=0,417) dan juga IMT (r=0,193, p=0,475) . Data disajikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hubungan kadar insulin plasma dengan BB, IMT, HOMA-IR dan HOMA-B

Parameter N P Pearson 95% KI

BB(Kg) 16 0,417 0,218 95%

IMT (Kg/m2) 16 0,475 0,193 95%

HOMA-IR 16 0,001 0,953** 95%

HOMA-B 16 0,002 0,724** 95%

[image:53.612.66.546.537.638.2]
(54)

5.2 Pembahasan

Resisitensi insulin (RI) didefinisikan sebagai kondisis klinis dengan kemunduran potensi insulin baik endogen maupun eksogen untuk meningkatkan pengambilan glukosa dan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh. Diagnosa RI dapat ditegakkan dengan pengukuran langsung maupun tidak langsung. Pada praktek klinik, pengukuran Homeostasis Model assessment (HOMA) yang terdiri atas Homeostasis Models Assasment Insulin Resistance

(HOMA-IR) dan Homeostasis Models Assasment Insulin sensitivity (HOMA-B) adalah metode

yang digunakan untuk mengukur

HOMA oleh Matthew dkk (1985). RI Berdasarkan cut off point dari penelitian Tabata S dkk (2009) di Jepang dinyatakan RI jika nilai HOMA IR ≥2,5 , sedang untuk kriteria HOMA-β pada penelitian ini menggunakan kriteria Ciampeli M dkk (2005) dinyatakan nilai HOMA -β rendah apabila <107.

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pasien hipertiroid di ketahui dapat meningkatkan kadar gula darah puasa melalui peningkatan produksi glukosa endogen yang di pacu oleh terjadinya glikogenolisis dan glukoneogenesis.

24

(55)

meningkat hingga 40%. Kondisi yang berlama-lama dari gangguan fungsi tiroid ini juga akan menyebabkan gangguan fungsi dari sel beta sehingga akan menurunkan produksi insulin oleh pankreas dan respon insulin terhadap glukosa.

Beberapa penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya untuk melihat hubungan resistensi insulin pada penyakit graves’ antara lain penelitian dari Wengjun Li dkk (2010) dari fakultas kedokteran universitas Shanghai- Cina , meneliti tentang hubungan penyakit Graves’ dan RI, pada 27 subjek penyakit Graves’ mendapatkan gangguan metabolisme glukosa sebesar 63,0 % dengan resistensi insulin 44,4 %.7 Chih H C dkk (2011) dari Divisi endokrin dan metabolik, bagian Penyakit Dalam ,Kaohsiung Veterans General Hospital, Kaohsiung-Taiwan meneliti tentang RI pada pasien hipertiroidism sebelum dan sesudah pengobatan hipertiroid dan dijumpai adanya perbaikan RI pada pasien yang telah mendapat pengobatan.

Hasil penelitian ini pada kelompok sesudah pengobatan memiliki rerata BB dan IMT berbeda signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sebelum (0 Bulan) dengan nilai rerata BB sebelum (0 Bulan) (Mean ± SD) 48,88±8,6 kg ,sesudah pengobatan 3 Bulan (54,38 ± 8,89) sesudah pengobatan 6 Bulan (55,67 ± 8,89) namun tidak bermakna secara statistik (p= 0,137) dan begitu juga dengan IMT sebelum (0 Bulan) (19,75 ± 2,89) , sesudah pengobatan 3 Bulan (21,96 ± 3,06) dan sesudah pengobatan 6 Bulan (21,36 ± 3,26) dijumpai penurunan nilai IMT namun tidak bermakna secara statistik ( p=0,067).

Dijumpai perbedaan yang signifikan pada nilai kadar T4 sebelum (0 Bulan) (17,3 ± 5,4) ,sesudah pengobatan 3 Bulan (10,61 ± 6,7) dan 6 Bulan (15,75 ± 6,03) (p=0,012. Sementara itu dijumpai perbedaan diantara ketiga kelompok namun tidak bermakna secara statistik pada nilai kadar T3 (p=0,296) dan TSH (p=0,137)

Perubahan konsentrasi Insulin plasma pada subjek penelitian sebelum (0 Bulan) (uiU/ml) (5,91 ± 2,3) sesudah pengobatan 3 bulan (9,19 ± 4,2) dan sesudah pengobatan 6 bulan (17,03 ± 8,8) dimana dijumpai kadar insulin plasma pada fase sebelum lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan sesudah pengobatan (p=0,023). Ini juga terjadi pada HOMA-IR (p=0,025) namun tidak berbeda HOMA-B (p=0,915).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang didapat dari penelitian sebelum nya dari

(56)

H dkk (1,63 ± 0,21). Secara umum yang dapat mempengaruhi RI adalah: 1.Gen, Walaupun belum dapat diidentifikasi secara spesifik, peranan gen terhadap RI cukup jelas. 2.Lemak, pengukuran rasio lingkar perut dan lingkar panggul sebagai indeks obesitas sentral, telah lama sebagai tanda RI dan resiko Diabetes Melitus tipe-2. 3.Jenis kelamin, laki-laki lebih sensitif terhadap insulin, Hal ini dihubungkan dengan jumlah lemak viseral yang lebih kecil meskipun secara keseluruhan perempuan mempunyai 30% lebih banyak lemak. 4.Diet, makanan dengan komposisi lemak jenuh dalam jangka lama dapat menyebabkan RI. Asam lemak bebas berperan dalam kaitan antara obesitas dan RI. Asam lemak bebas juga dapat menghambat kemampuan insulin untuk menekan produksi glukosa hati. 5.Latihan jasmani, latihan yang teratur telah terbukti dapat meningkatkan sensitifitas insulin. Mekanismenya ialah pembuluh darah kapiler jaringan otot meningkat, enzim oksidasi pada sel otot meningkat, kadar GLUT 4 meningkat. 6.Hiperglikemi, pada keadaan hiperglikemi, asam lemak bebas pada sel otot meningkat yang akan menambah berat RI yang telah ada. 7.Obat, RI dapat diperberat oleh beberapa jenis obat, antara lain glukokortikoid, penyekat beta dan adrenergik agonis. 8.Infeksi, infeksi akut dapat memperberat RI dan hiperglikemi pada pasien diabetes.25

Pada penelitian Chih H C dkk dilakukan observasi selama 3-7 bulan dengan rerata (5.4 ±0.4 bulan). Pada penelitian ini pengamatan dilakukan selama 3-7 bulan dengan rerata (5.56 ±0.3 bulan).

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

− Tidak terdapat perbaikan RI pada pasien hipertiroid yang sudah mendapatkan

pengobatan selama 3 dan 6 bulan

− Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara parameter RI dengan fungsi tiroid.

6.2Saran

Pada pasien hipertiroid sebaiknya segera dilakukan pola hidup medik secara benar untuk mendapatkan perbaikan parameter antopometri dan resiko kardiometabolik yang pada akhirnya dapat memperkecil resiko ganguan metabolisme glukosa sehingga dapat memperkecil resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler.

(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Reid JR, Wheeler SF. Hyperthyroidiasm: Diagnosis and Treatment . The American Family Physican . August 15, 2005: 72, 4 : p.623-630

2. Ginsberg J. Review Diagnosis and Management of Graves’ disease. Canadian Medical Association or its licensors. JAMC.2003:168,5:575-584

3. Yeung SCJ, Habra MA. Graves’ disease. Up to date. 2010: p.491-501

4. Prummel MF, Streider T, Wiersinga WM. The Environment and Autoimune thyroid disease. eje.org.2004:150: p.605-618

5. Ain K, Rosenthal S.Complete thyroid Book, Too Much Thyroid Hormon. Mc Graw-Hill 2005: p.61-70

6. Potenza M, Via MA, Yanagisawa RT. Pancreatic output of Insulin and total Body

insulin Level. Endocrine Practice American Association of Clinical

Endocrinologists.2009 :15,3: p.254-262

7. Pearce NE, Lewis E. Hyperthyroidism in Early diagnosis and treatment of Endocrine Disorder, Humana Press , Totowa, Newjersey 2003 : p.53-60

8. Chiu CH, Lam HC, Lee JK, Wang MC, Lu CC, Sun CC, Chuang MJ, Lam HC. Change of Vistatin, C-Reactive protein concentration, and insulin sensitivity in patients with hyperthyroidism. Metabolismjournal.2008: p.1380-1383

9. Chiu CH, Lam HC, Lee JK, Wang MC, Lu CC,Sun CC, Wang MC, Chuang MJ. Hyperthyroid-Associated insulin Resistance is Not Mediated by Adiponectin levels.

Journal of Thyroid Research 2011: p.1-5

10.De Broot LJ. Graves’ Disease and the Manifestation of thyrotoxicosis . Research professor University of Rhode island, 80, Washington .St(Rm.302). Thyroidmanager.org. update 20 January 2010: p.1-10

11.Mitchell CS, Savage DB. Resistance to thyroid hormone is associated with Raised Energy Expenditure, muscle Mitochondria uncoupling, and hyperphagia. The Journal of Clinical Investigation .April 2010:120,4: p.1345-1355

12.Satish R, Mohan V. Diabetes and thyroid Disease-A review. Diabetes Spesialist Center and Madras Diabetes Research Foundation, Gopalapuran Chennai, India,

(59)

13.Wu P. Thyroid Disease and Diabetes. American Diabetes asociation. Up to Date.2000: p. 1-4

14.Dimitriadis G, Mitrou P, Lambadiari V. Glucose and lipid Fluxes in the Adipose Tissue after Meal Ingestion in Hyperthyroidism, The Journal of Clinical Endocrinology & metabolism 2006: 91,3: p.1112-1118

15.Casla A, Arrieta F, Cassanova B. Effect of short and Long term Experimental Hyperthyroidism on Plasma glucose Level and insuli Secretion. Metabolism :1993,42,7: p.814-821

16.Rizos CV, Elisaf MS, Liberopoulus EN. Effect of thyroid Dysfunction on Lipid Profile.

The Open cardiovascular Medicine Journal.2011:5: p.76-84

17.George J, Joshi SR. Drug and Thyroid. japi.org.2007:55: p.215-223

18.Nedrebo Bg, Holm PI, Uhlving S, Sorheim JI, Skeie S. Predictor of outcome and comparison of diffrent drug regimens for the prevention of Relapse in patients with Graves’ disease. eje.org.2002:147: p.583-589

19.Laurberg P. Remission of Graves’ disease during anti-thyroid drug therapy. Time to reconsider the mechanism? mini review. eje.org. 2006: 155 : p.783-786

20.Ciniemre H, Bilir C, Gokosmanoglu F, Akdemir N, Erdogmus B, Buyukkaya R. Predictor of time to Remission and treatment failure in patients with Graves’ disease treated with propyltiouracil. Clin Invest Med. 2009: 32: p.1-6

21.Wen JL, Yuan H, Liu Z. Departement of Endocrinology and Metabolik , Shanghai with People Hospital tengji. University of Medicine Shanghai-China 2010 (Abstract)

22.Mitrou P, Boutati E, Lambadiari V. Insulin resistance in hyperthyroidism; the role IL6 and TNFα. eje. 2010: 162: p.121-126

23.Sastroasmoro S. Perkiraan Besar sample,Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,

Sagung Seto, 2nd

24.Basir H, Aman M, Adam FM. Resistensi Insulin dan disfungsi sel Beta pada subjek Obesitas dengan dysglycemia, Divisi Endokrin dan metabolic Bagian Ilmu Penyakit Dalam fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar. Medicinus Edition December 2009-February 2010: 22.4: p.139-141

Ed ,cetakan II.2002: p.259-287

(60)

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Ass Wr.Wb, Selamat pagi / siang Bapak / Ibu Yth, pada hari ini, saya, dr. Darma Liza Efendi, peserta Pendidikan Pasca Sarjana Ilmu Penyakit Dalam / Magister Klinik FK USU Medan, akan melakukan penelitian yang berjudul “ PERBANDINGAN HOMA-IR PADA PASIEN HIPERTIROID SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan Resistensi Insulin pada penderita hipertiroid yang telah menda[pat pengobatan 3 dan 6 bulan dibandingkan pasien baru. Sebagai informasi yang dikatakan Penyakit hipertiroid adalah penyakit yang disebabkan suatu aktifitas yang berlebihan dari kelenjar gondok, sedangkan fase remisi adalah penderita hipertiroid yang telah mendapatkan obat anti tiroid dan sudah menunjukan fungsi tiroid yang normal baik

Gambar

Grafik  IMT pada kelompok sebelum dan sesudah
Gambar.2.1. Patogenesis penyakit Graves’ 3
Gambar.2.2 Pengeluaran hormon tiroid pada berbagai sistem organ pada
Gambar 2.3  Pengaruh pengeluaran hormon tiroid di otot pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal

Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya

Kepada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diminta mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara untuk mencari adanya hal-hal