• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi Analitik dan Numerik Konduksi Panas pada Arah Radial dari Pembangkit Energi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Solusi Analitik dan Numerik Konduksi Panas pada Arah Radial dari Pembangkit Energi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Berikut adalah diagram alir penelitian konduksi pada arah radial dari pembangkit energy berbentuk silinder.

(2)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Solusi Analitik

Metode Analitik adalah metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah lazim.

4.1.1 Benda yang Berbebntuk Silinder dengan Pembangkit Energi dan

Temperatur Permukaan Konstan

Perhatikan suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam r, dan panjang L, seperti pada gambar 4.1. Untuk silinder yang panjangnya sangat besar dibandingkan dengan diameternya, dapat diandaikan bahwa aliran kalor berlangsung menurut arah radial, sehingga koordinat ruang yang diperlukan untuk menentukan sistem ini adalah r .

Gambar 4.1 Konduksi panas radial pada silinder.

(3)

Gambar 4.2 Benda Silinder dengan Pembangkit Energi

Persamaan konduksi panas, dimana :

Temperatur permukaan = Tw

T(r) = Tw pada r = b

Persamaan (4.3a) diselesaikan dengan integrasi pertama :

Untuk maka distribusi temperature menjadi

Dengan mengintegrasikan persamaan (4.5), maka

(4)

Distribusi temperatur dari pers (4.5) dimasukkan ke pers (4.4) menjadi ;

4.1.2 Fluks Panas

Hukum dasar yang memberikan hubungan antara laju aliran panas dengan gradient temperatur, berdasarkan observasi eksperimen, yang secara umum dinamakan setelah ahli Matematika dan Fisika dari Perancis Joseph Fourier yang menggunakannya dalam teori analisanya tentang panas. Untuk material homogen, solid isotropic (contohnya: material yang konduktivitas termalnya tidak bergantung pada arah. Hukum Fourier diberikan dalam bentuk dimana gradient temperatur adalah normal vektor ke permukaan isothermal, vektor flux panas q(r,t) menggambarkan laju aliran panas per satuian waktu, per satuan luas dari permukaan isothermal pada arah yang mengalami penurunan temperatur, dan k adalah konduktiviats termal dari material yang positif secara kuantitas skalarnya. Jika vektor flux panas q(r,t) berada pada arah yang temperaturnya menurun, tanda minus pada persamaan (4.2) membuat laju aliran panas bernilai positif. Jika flux panas dalam W/m2 dan gradient temperatur adalah oC/m, konduktivitas termal bersatuan W/m oC.

Sehingga jelas bahwa laju aliran panas untuk gradient temperatur yang diberikan secara langsung proporsional terhadap konduktivitas termal dari material. Sehingga dalam analisa perpindahan panas konduksi, konduktifitas termal dari material adalah sifat yang sangat penting, yang mengontrol laju aliran panas dalam suatu medium.

Fluks panas di dalam medium didefinisikan sebagai berikut :

Untuk fluks panas pada batas permukaan adalah

Jika r = b maka fluks panas menjadi :

(5)

4.1.3 Benda Berbentuk Silinder dengan Pembangkit Energi dan Konveksi

Konveksi adalah perpindahan panas oleh gerakan massa pada fluida dari suatu daerah ruang ke daerah lainnya. Perpindahan panas konveksi merupakan mekanisme perpindahan panas antara permukaan benda padat dengan fluida. Mekanisme fisis perpindahan panas konveksi berhubungan dengan proses konduksi. Guna menyatakan pengaruh konduksi secara menyeluruh digunakan hukum Newton tentang pendinginan, yaitu :

dimana:

= Laju perpindahan panas (W)

h = Koefisien perpindahan panas konveksi

A = Luas permukaan Tw = Suhu permukaan (oC)

= Suhu fluida (oC)

Pada gambar 4.3, aplikasi energi pada disipasi energi secara konveksi yang berasal dari luar permukaan menuju ke dalam dengan temperatur yang konstan .

Konveksi

(6)

Secara matematik dapat ditulis persamaan:

Persamaan (4.14a) diintegrasikan dan diaplikasikan ke syarat batas pers (4.14b) dengan menentukan C1 = 0 maka,

Persamaan diatas diintegrasikan untuk mendapatkan distribusi temperatur pada C2 menjadi :

Pers (4.14c) diintegrasikan dengan syarat batas r = b maka C2 menjadi :

Distribusi temperatur pada silinder menjadi :

Secara fisika koefisien perpindahan panas mempunyai 2 batasan yaitu :

1. Distribusi temperatur pada bidang datar (slab) pada koefisien perpindahan panas

maka,

2. Koefisien perpindahan panas yang bernilai kecil di mana temperature T(r) menjadi tak terhingga, maka syarat batas pada pers (4.14b) menjadi :

(7)

Persamaan (4.14) disubtitusikan ke persamaan (4.19), maka menjadi :

4.2 Solusi Numerik

Metode Numerik adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan biasa (+, - , / , *).

4.2.1 Persamaan Konduksi Panas pada Koordinat Silinder

Persamaan konduksi panas pada koordinat silinder adalah sebagai berikut.

Persamaan konduksi panas pada koordinat silinder hanya dihitung pada arah radialnya saja, terlihat pada persamaan (4.23).

Untuk persamaan konduksi panas pada arah radial dengan pembangkit energy,yaitu :

4.2.2 Metode Beda Hingga pada Koordinat Silinder

(8)

Gambar 4.4 Metode Beda Hingga pada Koordinat Silinder

Pendekatan beda tengah untuk turunan parsial pada persamaan (4.22) adalah sebagai berikut

Untuk persamaan konduksi panas pada arah radial dengan pembangkit energy,yaitu : syarat batas dan , maka ;

Persamaan tersebut harus diturunkan untuk mendapatkan pendekatan orde dua. Dari persamaan (4.24), maka didapat;

Subtitusikan persamaan (4.25a) dan (4.25a) kedalam persamaan (4.27) untuk mendapatkan persamaan kesetmbangan panas.

Persamaan (4.28) dapat disederhanakan menjadi;

(9)

Pada Gambar 4.6, setiap bagian berisi M + 1 pada lokasi berikut;

r = (m-1) r pada m = 1,2,…, M+1

Gambar 4.6 Seleksi Node pada Benda Berbentuk Silinder

dengan node – node m =1 dan m = M+1 sebanding dengan pusat dan luar batas permukaan benda silinder, dan node m=2,3,…,M adalah node dalam (seperti gambar diatas). Untuk temperatur node M+1 dinyatakan sebagai;

pada m =1,2,…,M+1 2-15 Panas yang timbul pada element dengan ketebalan pada node m maka;

Dimana;

H = panjang silinder

Dari persamaan (4.28) didapat kesetimbangan energi pada silinder ;

Atau

untuk

(10)

Rata – rata panas yang timbul

Dari persamaan (4.31), persamaan beda hingga untuk kesetimbangan konduksi panas pada tengah node m = 1, maka;

Pada syarat batas r = b maka perlu menentukan syarat batas temperatur , fluks panas dan konveksi.

Kesetimbangan energi pada batas node M+1 di r = b maka;

Dimana

Dari ekspresi diatas diperoleh;

Untuk m = M + 1

(11)

Dimana

Subtitusikan persamaan (4.37)ke persamaan kesetimbangan energi dan persamaan bedahingga dengan syarat batas r = b pada m = M + 1 maka dapat ditulis sebagai berikut;

Contoh benda yang berbentuk silinder.

Benda sejenis chrome nikel yang berbentuk batang dengan diameter 10 cm,

konduktiviti termal , energi yang timbul dari panas elektrik

dengan rata-rata . Permukaan batang dipanasi secara konveksi dengan

koefisien perpindahan panas pada temperatur

a. Tentukan distribusi temperatur secara analitik!

b. Tentukanlah persamaan beda hingga jika radius batang dibagi kedalam 5 interval!

c. Galat

(12)

Dit : a. Secara Analitik b. Secara Numerik

c. Galat Jawab :

a. Penyelesaian secara analitik Dari persamaan (4.17) :

Maka,

Pada saat r = 0

Pada saat r = 0.01

Pada saat r = 0.02

(13)

Pada saat r = 0.04

Pada saat r = b

b. Penyelesaian secara numerik M = 5, maka;

Persamaan beda hingga dipusat (4.35) pada node m =1 maka diperoleh;

untuk m = 1

Persamaan beda hingga dari persamaan (4.32) untuk node m =2 s/d 5 maka diperoleh ;

(14)

Diperoleh persamaan berbentuk matrik 6 X 6 untuk 6 node temperatur Tm, m = 1 s/d 6.

Dari persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks;

(15)

Tabel 4.1 Hasil distribusi temperature secara numerik

Berdasarkan hasil distribusi analitik dan numerik, maka diperoleh galatnya.

Tabel 4.2 Hasil galat dari distribusi temperatur secara analitik dan numerik

Node R T analitik (oC) T numerik (o

(16)
(17)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Secara analitik bahan krom nikel memiliki temperatur permukaan isolasi pada r = 0 diperoleh sebesar , temperatur pada batas konveksi r = b

diperoleh sebesar

2. Secara numerik bahan krom nikel memiliki temperatur pemukaan isolasi r = 0 terjadi pada node m = 1 sebesar , temperatur pada batas konveksi r

Gambar

Gambar 3.1 diagram alir penelitian konduksi
Gambar 4.1 Konduksi panas radial pada silinder.
Gambar 4.3 Benda berbentuk silinder dengan pembangkit energi ke kondisi batas
Tabel 4.2 Hasil galat dari distribusi temperatur secara analitik dan numerik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Hopkins ( dalam Kunandar, 2008 : 43 ) Penelitian tindakan kelas adalah ( action research ) yang dilakukan guru yang sekaligus sebagai peneliti

Namun berdasarkan hasil penelitian menggunakan hukum pareto 80/20 dimana setiap pertanyaan dalam kuesioner di frekuensikan satu per satu maka diketahui bahwa pengetahuan pegawai

Hasil dari penelitian yang menunjukan bahwa pengaruh tidak langsung lebih besar didukung dengan pemahaman manajer pada perusahaan manufaktur di Jawa Timur mengenai

Database adalah suatu kumpulan data terhubung ( interrelated data ) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media, tanpa mengatap satu dengan yang lain atau

Dalam wacana promosi wisata, terdapat 2 komponen yang ada, yaitu deskripsi umum lokasi wisata belanja dan informasi mengenai wisata lain yang terdekat dari

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor risiko yang dominan terhadap waktu dan biaya konstruksi perumahan di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pagelaran Iwan Fals ini tak hanya menjadi ajang hiburan bagi masyarakat, bahkan pedagang kaki lima di lokasi alun-alun sudah lama menantikan konser besar penyanyi yang