94
Jumlah kontainer sebagai faktor padatnya jentik Aedes aegypti di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi
Irwandi Rachman1, Septi Maharani2, Suhermanto3
1.2 Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia 3
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan, Jambi
ABSTRAK
Latar Belakang: Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan jentik Aedes aegypti, karena semakin banyak kontainer yang tidak memenuhi syarat akan semakin banyak tempat perindukan vektor DBD dan akan semakin padat populasi Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jumlah konteiner positif jentik dan mengidentifikasi pegaruh konteiner controllable dan disposable
terhadap kepadatan jentik di daerah endemis DBD, Kelurahan Mayang Mangurai Kota jambi.
Metode: Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah yang berada di Kelurahan Mayang Mangurai yang berjumlah 90 rumah yang tersebar di 45 RT yang dipilih secara proportional random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan bivarat serta untuk melihat besarnya kekuatan hubungan menggunakan uji prevalence ratio dengan CI 95%.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan dari 90 rumah tangga yang di observasi didapatkan jumlah keseluruhan konteiner yaitu 888 dengan 81 (9,1%) konteiner positif jentik. berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan 58 (64,4%) memilkiki kepadatan jentik yang padat, controllable sites nya tinggi sebanyak 53 (58,9%), disposable sites nya tinggi sebanyak 48 (53,3%). Terdapat hubungan antara
controllable sites (p=0,009; PR=1,55, CI 95%=1,08-2,23) dan disposable sites (p=0,007; PR=1,54, CI 95%=1,09-2,16) dengan kepadatan jentik Aedes aegypti.
Kesimpulan: Ada pengaruh antara jumlah konteiner controllable sites dan disposable sites terhadap padatnya jentik Aedes aegypti di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi.
Kata Kunci : Aedes aegypti , Kepadatan jentik, Controllable sites, Disposable sites.
PENDAHULUAN
Penular (vektor) utama penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Indonesia adalah Aedes aegypti1. Aedes
aegypti berkembang biak diberbagai jenis
wadah (container) yang berisi air jernih yang
terdapat di dalam rumah, misalnya bak mandi, gentong penyimpanan air di dapur, tandon air, dan vas bunga. Selain itu benda-benda diluar rumah yang terisi air hujan, misalnya ban bekas, gelas plastik, dan kotak plastik bekas, dan barang-barang bekas bangunan yang dibuang berserakan dapat digunakan oleh nyamuk Aedes sebagai
tempat untuk berkembang biak2.
Keberadaan kontainer sangat berperan
dalam kepadatan jentik Aedes aegypti,
karena semakin banyak kontainer yang tidak memenuhi syarat akan semakin banyak tempat perindukan vektor DBD dan akan
semakin padat populasi Aedes aegypti3.
Kondisi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes sp dapat diketahui dengan
menggunakan indikator maya Index. Maya
Index (MI) merupakan parameter
entomologis yang digunakan untuk
mengidentifikasi apakah sebuah area atau komunitas berisiko potensial sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. Maya
Index membedakan tempat
perkembangbiakan nyamuk menjadi
kontainer yang dapat dikontrol (Controllable
sites/CS) yaitu kontainer yang dikendalikan
manusia, umumnya terdapat didalam rumah tangga yang digunakan dalam keperluan sehari-hari dan kontainer yang tidak dapat
dikontrol (Disposable sites/DS) yaitu
konteiner yang tidak digunakan dalam rumah tangga, dibuang atau disimpan dihalaman belakang rumah, namun berpotensi sebagai tempat genangan air sehingga nyamuk
dapat berkembangbiak4.
Kota jambi merupakan daerah yang endemis DBD berdasarkan data dari Dinas Kesahatan Kota Jambi di Kecamatan Kota baru jumlah kasus DBD tertinggi terjadi di Kelurahan Mayang Mangurai yaitu sebanyak
53 kasus5. Mayang mangurai merupakan
95 pemukiman yang cukup pesat sehingga banyak perumahan yang cendrung akan
membuat tempat-tempat penampungan air.
Beberapa penelitian telah
menunjukkan keberadaan tempat
penampungan air (breeding place)
berhubungan dengan kejadian DBD6,7
namun di Kota Jambi belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh jumlah kontiner
terhadap kepadatan jentik Aedes aegypti
oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah konteiner positif
jentik dan mengidentifikasi pegaruh
konteiner controllable dan disposable
terhadap kepadatan jentik di Kelurahan Mayang Mangurai Kota jambi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observasional analitik dengan desain cross
sectional. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunkan lembar Observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 rumah. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik proportional
random sampling dari 45 RT di Kelurahan
Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015. Hasil penelitian dianalisis secara univariat
dan bivariat menggunakan uji chi-square
serta untuk melihat besarnya kekuatan
hubungan menggunakan prevalence ratio
dengan CI 95% yang dianalisis dengan
menggunakakn softwere SPSS 18.
Ukuran dan pengkategorian kepadatan jentik Aedes aegypti menggunakan cara
visual dihitung menggunakan formula
Conteiner Index (CI)8 dan untuk menghitung
jumlah kontainer controllable sites
mengguakan formula Breeding Risk
Indicator (BRI), disposable sites
menggunakan formula Hygiene Risk
Indicator (HRI)4,9.
HASIL
Hasil observasi pada 90 rumah diperoleh jumlah konteiner sebanyak 888 dengan 81 (9,1%) konteiner positif jentik
berdasarkan kategori konteiner controllable
sites yaitu 501 (56,4%) dengan jumlah
konteiner positif jentik 51 (10%) dan konteiner disposbable sites sebanyak 387 (43,6%) dengan jumlah konteiner positif jentik 30 (8%). Berdasarkan jenis konteiner
diperoleh konteiner controllable sites paling
banyak ditemukan adalah ember yaitu 180 (35,9%) dengan frekuensi positif jentik paling banyak ditemukan pada bak mandi 14
(27,4%) dan vas/pot bunga memiliki
persentase tertinggi untuk konteiner dengan jentik yaitu (28,5%) sementara untuk
konteiner disposable sites paling banyak
ditemukan adalah kaleng/plastik bekas yaitu 127 (32,8%) sekaligus memiliki frekuensi positif jentik paling banyak yaitu 10 (33,3%) dan ban bekas memiliki persentase tertinggi untuk konteiner dengan jentik yaitu (10,2%). (Tabel 1)
Hasil analisis univariat mengenai
gambaran frekuensi masing-masing variabel
yaitu kepadatan jentik yang dihitung
menggunakan rumus Conteiner Index (CI)
kemudian di kategorikan padat jika CI > 5% sesuai dengan standar kepadatan jentik diperoleh kepadatan jentik yang padat yaitu 58 (64,4%) dan rumah yang kepadatan jentiknya tidak padat yaitu 32 (35,6%)
sementara untuk kategori controllable sites,
dan disposable sites diperoleh dari rumus
HRI dan BRI kemudian ditaketorikan menjadi tinggi dan rendah yang diperoleh rumah
yang controllable sites nya tinggi yaitu 53
(58,9%) dan rumah yang controllable sites
nya rendah yaitu 37 (41,1%). Rumah dengan
Disposable sites nya tinggi yaitu 48 (53,3%)
dan rumah dengan disposable sites nya
rendah yaitu 42 46,7%) (Tabel 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,4% rumah ditemukan memiliki kepadatan
jentik yang padat, rumah dengan controllable
sites tinggi 58,9%, dan 53,3% rumah dengan
disposable sites nya tinggi.
Hasil analisis bivariat antara jumlah
konteiner controllabel sites dengan
kepadatan jentik berdasarkan uji statistik
chi-square diperoleh p=0,009 (p < 0,05) dengan
nilai PR=1,55 (CI 95%=1,08-2,23). Nilai yang
didapatkan menunjukkan bahwa ada
hubungan jumlah konteiner controllable sites
96
Tabel 1. Distribusi jenis konteiner controllable sites dan disposable sites dan konteiner positif
jentik di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015
Konteiner Frekuensi
konteiner (n=888)
Frekuensi konteiner positif jentik (n=81)
Persentase (%) konteiner dengan jentik
Controllable sites (n=501) (n=51)
Bak Mandi 98(19,6) 17(33,3) 17,3
Bak Wc 34(6,8) 2(3,9) 5,8
Drum 147(29,4) 14(27,4) 9,5
Gentong air 10(2,0) 2(3,9) 20,0
Ember 180(36,0) 10(19,8) 5,5
Vas / pot bunga 7(1,3) 2(3,9) 28,5
Tempat minuman unggas 10(2,0) 4(7,8) 40
Penampungan air kulkas 5(0,9) 0(0,0) 0
Penampungan air dispense 10(2,0) 0(0,0) 0
Disposable sites (n=387) (n=30)
Ban bekas 78(20,2) 8(26,8) 10,2
Botol bekas 97(25,0) 7(23,3) 7,2
Kaleng 127(32,8) 10(33,3) 7,8
Gerigen 70(18,1) 3(10,0) 4,2
Tempurung kelapa 15(3,9) 2(6,6) 13,3
Tabel 2. Analisis univariat kepadatan jentik, jumlah controlablle sites, dan disposable sites di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015
Varibel (n=90) Persentase (%)
Kepadatan jentik
Padat 58 64,4
Tidak Padat 32 35,6
Controllable sites
Tinggi 53 58,9
Rendah 37 41,1
Disposable sites
Tinggi 48 53,3
Rendah 42 46,7
Tabel 3. Hubungan jumlah controllable sites dan disposable sites terhadap kepadatan jentik
vektor DBD di Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi Tahun 2015
Variabel
Kepadatan Jenik
Total p-value PR CI 95% (LL-UL) Padat Tidak Padat
n % n % N %
Controllable sites
Tinggi 40 75,5 13 24,5 53 100 0,009 1,55 1,08-2,23
Rendah 18 48,6 19 51,4 37 100
Disposable sites
Tinggi 37 77,1 11 22,9 48 100 0,007 1,54 1,09-2,16
Rendah 21 50,0 21 50,0 42 100
konteiner disposable sites dengan
kepadatan jentik diperoleh hasil uji statistik
chi-square p=0,007 (p<0,05), dengan nilai
PR = 1,54 (CI 95%=1,09-2,16). Nilai yang
diperoleh menunjukkan bahwa ada
hubungan antara jumlah konteiner
disposable sites dengan kepadatan jentik
(Tabel3).
PEMBAHASAN
Hasil observasi yang dilakukan di Kelurahan Mayang Manguruai didapatkan konteiner yang frekuensi jentiknya paling banyak adalah bak mandi jika dilihat dari
karakteristiknya bak mandi merupakan
tempat yang baik untuk perkembangbiakan
97 terdapat di dalam rumah, cenderung lembab, volume air yang cukup besar dan memiliki air
yang tenang apalagi jika jarang dikuras10 hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuhdihastuti, dkk (2005) yang menemukan larva positif paling banyak ditemui di konteiner dalam rumah yang digunakan untuk keperluan sehari-hari berupa bak
mandi, tempayan/gentong11.
Berdasarkan hasil pengamatan jenis
kontainer controtable sites paling banyak
ditemukan adalah ember dikarenakan
sebagian besar masyarakat yang
diobservasi rumahnya menyatakan bahwa di kelurahan mayang sering kesulitan air oleh karena itu masyrakat memiliki kebiasaan untuk menampung air dalam konteiner-konteiner seperti ember, baskom drum, dan lain-lain yang berfungsi untuk mengantisipasi sewaktu-waktu kekurangan air. Berdasarkan
hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar
0,009 hal ini membuktikan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara
controllable sites dengan kepadatan Jentik
dan nilai prvelance ratio (PR) 1,55 hal ini
menunjukkan bahwa controllable sites tinggi
berpotensi 1,55 kali untuk padatnya jentik
Aedes Agypti dibandingkan dengan
controllable sites rendah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Rahman, (2012), diwilayah kerja puskesmas Blora
kab. Blora menunjukkan bahwa ada
hubungan antara keberadaan Breeding
place dan resting place dengan kejadian
DBD7. Keberadaan kontainer air berperan
dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes
aegypti, karena semakin banyak kontainer
yang memadai, maka akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat
pula jentik nyamuk Aedes aegypti di dalam
kontainer air tersebut12.
Hasil pengamatan yang dilakukan
untuk kontainer disposable sites yang paling
banyak ditemukan di kelurahan mayang mangurai adalah kaleng/plastik bekas dan juga masih banyak ditemukan botol bekas dan ban bekas yang berserakan dihalaman rumah serta masih di dapatkannya rumah yang jarang di bersihkan yang memiliki potensi menjadi tempat perindukan nyamuk
Aedes sp. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh p-value sebesar 0,007 hal ini
membuktikan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara disposable sites dengan
kepadatan Jentik dan nilai prvelance ratio
(PR) 1,54 yang menunjukkan bahwa
disposable sites tinggi berpotensi 1,54 kali
untuk padatnya jentik Aedes Agypti
dibandingkan dengan disposable sites
rendah. Banyaknya jentik yang terdapat pada kaleng/plastic bekas di Kelurahan Mayang mangurai dapat disebabkan karena banyak nya plastik bekas yang berserakkan di lingkungan sekitar rumah yang tidak
dikendalikan secara benar (tidak di
timbun/tidak dikubur), kondisi ini akan meningkat setelah hujan, Karena semakin
banyak jumlah controllable sites yang dapat
menampung air semakin besar pula peluang untuk menjadi tempat perindukan nyamuk.
Sehingga sewaktu-waktu ketika hujan turun peningkatan tempat perindukan
nyamuk juga semakin meningkat13 karena
dapat menampung air dan menjadi tempat yang potensial untuk perkembangbiakan
nyamuk yang menyebabkan angka
kepadatan jentik tinggi. Banyak nya jumlah
Disposable sites, terutama plastic bekas di
Kelurahan Mayang Mangurai menunjukkan
bahwa pelaksanaan PSN dikelurahan
tersebut kurang maksimal.
Hasil ini juga diperkuat dengan adanya
penelitian dari Hasyimi, dkk yang
mengatakan bahwa bejana yang ada airnya dalam bentuk apa saja yang ada diluar rumah seperti hal nya kaleng dan plastik bekas perlu dibersihkan atau dimusnahkan,
karena merupakan tempat perindukan
nyamuk14. Setidak-tidaknya satu minggu
sekali bejana kecil yang ada diluar rumah harus dikontrol dan dibuang airnya kemudian di tanam atau ditelungkupkan hingga tidak dapat menampung air terutama pada musim penghujan.
Untuk mengatasi dan menurunkan angka kepadatan jentik di Kelurahan Mayang
mangurai hal yang dapat dilakukan
masyarakat adalah Saran dalam penelitian melakukan kegiatan Pemerantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) secara mandiri dan teratur guna
98 keterlibatan warga sekitar dalam melakukan kegiatan rutin/berkala yaitu membersihkan dan mengubur barang-barang bekas di
lingkungan sekitar untuk memperkecil
peluang barang-barang bekas/disposable
sites yang dapat berpotensi mejadi tempat
perindukan vektor. .
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh antara jumlah
konteiner controllable sites dan disposable
sites terhadap padatnya jentik di Kelurahan
Mayang Mangurai Kota Jambi baik konteiner
controtable maupun disposable memiliki
kekuatan hubungan yang hampir sama mempengaruhi tingginya kepadatan jentik
Aedes aegypti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadhi, Soegijanto S. Pola Distribusi Serotipe Virus Dengue Pada Beberapa Daerah Endimik di Jawa Timur Dengan
Kondisi Geografis Berbeda dalam
Demam Berdarah Dangue. edisi 2.
Surabaya: Air langga University Press;
2008.
2. Soedarto. Demam Berdarah Dangue. Jakarta: CV Sagung Seto; 2012.
3. Depertemen Kesehatan RI. Pencegahan
dan Pemberantasan Dangue di
Indonesia. Direktorat Jendral dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta:
Depkes RI; 2005. Tahun 2014. Jambi: Dinkes Kota Jambi; 2015.
6. Adyatma, dkk. Hubungan antara
lingkungan fisik rumah, tempat
penampungan air, dan sanitasi
lingkungan dengan kejadian DBD di kelurahan Tindung Kec. Rappocini. Kota
Makassar. Makassar: Universitas
Hassanudin; 2010.
7. Abdul RD. Hubungan Kondisi
lingkungan rumah dan praktik 3M dengan kejadian DBD Di wilayah kerja
Puskesmas Blora Kabupaten Blora.
Unnes Journal Of Public Health. 2012;
Vol. 1 No. 2.
8. Mentari, Masitha R, dan Hendri Astuty. Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di
Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat.
Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.
9. Mardihusodo SJ. Manajemen
Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dangue. Dalam Simposium Dangue Control Update. Pusat Kedokteran Tropis, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2005.
10. Sungkar S. Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2002.
11. Yudhastuti R, Vidiyani A. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer dan prilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue
Surabaya. Jurnal kesehatan
Lingkungan. 2005; 1 (2): 170-82.
12. Widia EW, dkk. 2009. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan
Tahun 2009. Jurnal Vektora. 2011:
Vol. 3 No.1.
13. Supartha IW. Pengendalian Terpadu
Vektor Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti (Linn) dan Aedes
albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Universitas Udayana; 2008.
14. Hasyimi H dan Mardjan S. Pengamatan
tempat perindukan Aedes aegypti pada
masyarakat pengguna air olahan. Jurnal