• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan Ilmu Pengetahuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam dan Ilmu Pengetahuan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh

Kelompok : X (Sepuluh)

1. Fidiya (2011 121 012) 2. Dina Gandaria (2011 121 044) 3. Teguh Cahyono (2011 121 040)

Kelas : 1A

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdlillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya,makalah ini dapat kami selesaikan tepat

pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan

Nabi besar Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang “ISLAM DAN ILMU

PENGETAHUAN” yang bertujuan memberikan jalan kemudahan bagi kita semua untuk

mempelajarinya. Selain itu kita semua dapat memahami dan mempelajari dengan

sungguh-sungguh dalam makalah ini dengan membaca sehingga kita memiliki

pengetahuan yang luas.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing

kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Namun kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,masih

banyak kekurangan nya, Untuk itu kami mengaharapkan saran dari bapak dan

teman-teman agar makalah ini bisa lebih sempurna dari sebelumnya.

Palembang, Desember 2011

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1LATAR BELAKANG ... 1

1.2RUMUSAN MASALAH ... 2

BAB II ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ... 3

2.1 Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam ... 3

2.2 Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam ... 8

2.3 Kewajiban Menuntut Ilmu ... 13

BAB III PENUTUP ... 19

3.1 KESIMPULAN ... 19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat JIbril kepada Nabi

Muhammad sebagai Rasulnya yang mula-mula di Mekah kemudian di Madinah selama

(dibulatkan) dua puluh tiga tahun, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan

manusia dengan Allah, Manusia dengan Manusia dan manusia dengan alam semesta.

Komponen utama ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang

diejawantahkan dalam bentuk “ilmu” Aqidah, Syari’ah, Akhlak dan Sejarah.Perkataan

Ilmu (pengetahuan tentang sesuatu) dalam berbagai bentuk dan variasi kalimatnya

disebut sebanyak 845 kali. Karena banyak dan seringnya perkataan itu disebut dalam

berbagai hubungan (konteks), dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangat

penting dan sentral dalam agama Islam.

Dipandang dari akar katanya “ilm” artinya kejelasan, semua ilmu yang

disandarkan pada manusia mengandung arti kejelasan. Menurut al-Qur’an ilmu adalah

suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap

makhluk-makhluk lain. Ini tercermin, seperti pada kisah Nabi Adam waktu ditanya

tentang nama-nama benda, Nabi Adam dapat menyebutkan nama-nama benda yang

ditanyakan kepadanya, (Q.S : al-Baqarah : 30-38). Berdasarkan keterangan al-Qur’an

tersebut; “sejak diciptakan manusia telah mempunyai potensi berilmu dan

(5)

1.2 RUMUSAN MASLAH

1. Apa yang dimaksud dengan islam?

2. Bagaimana kedudukan akal dan wahyu dalam islam?

3. Bagaimana klasifikasi ilmu dalam islam?

(6)

BAB II

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Sebagai definisi kerja dapat dirumuskan bahwa agama islam adalah agama

wahyu yang disampaikan malaikat jibril pada nabi muhammad sebagai rasulnya

mula-mula di mekah kemudian di madinah selama (dibulatkan) dua puluh tiga tahun. Sebagai

agama wahyu seperti telah disebut berulang–ulang, komponen agama islam adalah

komponen syari’ah dan akhlak yang bersumber dari al–Quran dan al–Hadis. Selain

tentang komponen utama agama islam di dalam al-Quran perkataan ilmu (pengetahuan

tentang sesuatu) dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali. Karena banyak dan

seringnya perkataan itu disebut dalam berbagai hubungan (konteks) dapat disimpulkan

bahwa kedudukan ilmu sangat penting dan sentral dalam agama islam.

Perkataan ‘ilm dilihat dari sudut kebahasaan bermakna penjelasan dipandang dari

akar katanya artinya jelas. Semua ilmu yang didasarkan pada manusia mengandung arti

jelas.

Menurut al-Quran ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang

menyebabkan manusia unggul terhadap mahluk-mahluk lain. Dalam surat al-Baqarah (2)

: 38 Allah berfirman sambil memerintahkan,” Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka

(malikat dan iblis ) nama-nama benda.” Adam pun memberitahukan (dengan menyebut

nama-nama benda) kepada malikat dan iblis di depan tuhan. Berdasarkan keterangan

al-Quran itu, sejak diciptakan, manusia telah mempunyai potensi berilmu dan

mengembangkan ilmunya dengan izin Allah (Quraish Shihab, 1996:445).

2.1. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam

Sebelum membicarakan akal dan wahyu, ada baiknya kalau dipahami dahulu arti

kedudukan. Kedudukan yang berasal dari kata duduk adalah tempat yang di duduki

sesuatu dalam pola tertentu. Jika kita berbicara tentang kedudukan akal dan wahyu

dalam islam,yang dimaksud adalah tempat akal dan wahyu dalam sistem agama islam.

Dengan mengetahui kedudukannya, dapat pula diketahui peranannya dalam islam.

Kedudukan dan peranan adalah dua hal yang tidak mungkin di pisahkan.karena peranan

adalah aspek dinamis kedudukannya. Karena kedudukan,misalnya, orang dapat

(7)

Kata akal yang sudah menjadi kata indonesia itu berasal dari bahasa Arab al-‘aql.

Artinya, pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan

dengan ilmu pengetahun). Perkatan akal dalam bahasa asalnya (Arab) mengandung

beberapa arti, di antaranya mengikat dan menahan.makna akar katanya adalah ikatan. Ia

mengandung arti mengerti memahami dan berpikir.para ahli filsafat dan ahli ilmu kalam

mengertikan akal sebagai daya(kekuatan dan tenaga) untuk memperoleh pengetahuan

daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dan orang lain,daya

untuk mengabstrakkan(menjadikan tidak berwujud) benda-benda yang ditangkap oleh

pancaindera.

Kedudukan akal dalam islam adalah sangat penting,karena akallah wadah yang

menampung akidah, syari’ah serta akhlak dan mejelaskannya.kita tidak pernah dapat

memahami islam tanpa mempergunakan akal. Dan dengan mempergunakan akalnya

secara baik dan benar, sesuai dengan petunjuk Allah SWT,manusia akan merasa selalu

terikat dan dengan sukarela mengikatkan diri kepada Allah SWT. Dengan

mempergunakan akalnya, Manusia dapat berbuat, memahami dan mewujudkan sesuatu.

Karena posisinya demikian, dapatlah di pahami kalau dalam ajaran islam ada ungkapan

yang menyatakan bahwa akal adalah kehidupan,hilang akal berarti kematian. Namum,

bagaimanapun kedudukan dan peranan akal dalam gerak-geriknya kalau ia menjurus ke

jalan yang nyata-nyata salah karena berbagai pengaruh karena itulah,Allah SWT

menurunkan petunjuk-Nya berupa wahyu.

Kitapun dapat melihat agama Islam dalam ajarannya memberikan beberapa

bentuk kemuliaan terhadap akal, seperti:

1. menjadikan akal sebagai tempat bergantungnya hukum sehingga orang yang tidak

berakal tidak dibebani hukum. Nabi bersabda yang artinya:

“Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai

sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh.” (HR. Ibnu

Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni dari shahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Umar,

(8)

2. Islam menjadikan akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi

yaitu: agama, akal, harta, jiwa dan kehormatan. (Al-Islam Dinun Kamil hal. 34-35)

3. Allah mengharamkan khamar untuk menjaga akal. Allah berfirman

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

(Al-Maidah: 90) Nabi bersabda yang artinya :

“Setiap yang memabukkan itu haram.” (Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Musa Al-Asy‘ari)

4. Tegaknya dakwah kepada keimanan berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal

Wahyu berasal dari kata Arab al-wahyu, artinya suara api dan kecepatan.

Disamping itu, wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.

Selanjutnya, al-wahyu,mengandung arti pemberitahuan sacara tersembunyi dan dengan

cepat. Namun, dari sekian banyak arti itu, wahyu lebih di kenal dalam arti apa yang di

sampaikan allah kepada para nabi. Dengan demikian,dalam akal wahyu terkandung

dalam arti menyampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pegangan hidup.

Akal yang terpuji dan akal yang tercela

Dilihat dari penjelasan yang telah lalu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan

akal terkadang terpuji, yaitu ketika pada tempatnya. Dan terkadang tercela yaitu ketika

bukan pada tempatnya. Adapun pendapat akal yang terpuji, secara ringkas adalah yang

sesuai dengan syariat dengan tetap mengutamakan dalil syariat. Sedang akal yang tercela

adalah sebagaimana disimpulkan Ibnul Qayyim yang menyebutkan bahwa pendapat akal

(9)

1. Pendapat akal yang menyelisihi nash Al Qur’an atau As Sunnah.

2. Berbicara masalah agama dengan prasangka dan perkiraan yang dibarengi

dengan sikap menyepelekan mempelajari nash-nash, memahaminya serta

mengambil hukum darinya.

3. Pendapat akal yang berakibat menolak asma (nama-nama) Allah, sifat-sifat dan

perbuatan-Nya dengan teori atau qiyas (analogi) yang batil yang dibuat oleh para

pengikut filsafat.

4. Pendapat yang mengakibatkan tumbuhnya bid’ah dan matinya As Sunnah.

5. Berbicara dalam hukum-hukum syariat sekedar dengan anggapan baik (dari

dirinya) dan prasangka.

Wahyu mangandung ajaran, petunjuk dan pedoman yang perlu umat manusia

dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun akhirat nanti. Dalam islam wahyu atau

sabda tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Semuanya tersimpan

dengan baik dalam al-Qur’an. Kalau susunan dan kata-katanya di ganti, itu bukan wahyu

lagi, tetapi olahan atau penafsiran manusia tentang al-Qur’an.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kedudukan dari wahyu merupakan

sakaguru ajaran islam. Meski demikian, harus di tegaskan bahwa dalam sistem ajaran

islam, wahyula yang pertama dan utama. Sedangkan akal yang kedua . wahyulah, baik

yang langsung yang kini dapat dibaca dalam kitab suci al-Qur’an maupun yang tidak

langsung melaui sunah rasululluh SAW yang kini dapat dibaca dalam kitab-kitab hadits

yang shahih, yang memberi tuntunan, arah dan bimbingan pada akal manusia, dan bukan

sebaliknya. Oleh karena itu, akal manusia harus dimanfaatkan dan di kembangkan secara

baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalannya sepanjang garis-garis yang

telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam wahyu-wahyu-Nya.

Fungsi wahyu

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Bagi ailran kalam

tradisional, akal manusia sudah mengetahui empat hal, maka wahyu ini berfungsi

(10)

di situ pendapat mereka, mereka menjelaskan bahwa betul akal sampai pada

pengetahuan tentang kewajiban berterima kasih kepada tuhan serta mengerjakan

kewajiban yang baik dan menghindarkan dari perbuatan yang buruk, namun tidaklah

wahyu dalam pandangan mereka tidak perlu. Menurut Mu’tazilah dan Maturidiyah

Samarkand wahyu tetaplah perlu.

Wahyu diperlukan untuk memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih

kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta

menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.

Sementara itu, bagi bagi aliran kalam tradisional karena memberikan daya yang lemah

pada akal fungsi wahyu pada aliran ini adalah sangat besar. Tanpa diberi tahu oleh

wahyu manusia tidak mengetahui mana yang baik dan yang buruk, dan tidak mengetahui

apa saja yang menjadi kewajibannya.

Selanjutnya wahyu kaum mu’tazilah mempunyai fungsi memberi penjelasan

tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di akhirat. Abu Jabbar

berkata akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik lebih besar

dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain, demikian pula akal tak

mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk lebih besar dari hukuman untuk

suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya dapat diketahui dengan perantaraan

wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman dan upah

yang akan diperoleh manusia di akhirat.

Dari uraian di atas dapatlah kiranya disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah

mempunyai fungsi untuk informasi dan konfirmasi, memperkuat apa-apa yang telah

diketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui akal. Dan demikian

menyempurnakan pengtahuan yang telah diperoleh akal.

Bagi kaum Asy’ariyah akal hanya dapat mengetahui adanya tuhan saja, wahyu

mempunyai kedudukan yang sangat penting. Manusia mengetahui yang baik dan yang

buruk, dan mengetahui kewajiban-kewajibannya hanya turunnya wahyu. Dengan

demikian sekiranya wahyu tidak ada, manusia tidak akan tahu kewajiban-kewajibannya

(11)

kewajiban mengenal tuhan dan tidak akan berkewajiban berterima kasih kepadanya atas

nikmat-nikmat yang diturunkannya. Demikian juga masalah baik dan buruk kewajiban

berbuat baik dan mnghindari perbuatan buruk, diketahui dari perintah dan

larangan-larangan tuhan. Al-Baghdadi berkata semuanya itu hanya bisa diketahui menurut wahyu,

sekiranya tidak ada wahyu tak ada kewajiban dan larangan terhadap manusia.

Jelas bahwa dalam aliran Asy’ariyah wahyu mempunyai fungsi yang banyak

sekali, wahyu yang menentukan segala hal, sekiranya wahyu tak ada manusia akan

bebas berbuat apa saja, yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya manusia akan

berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat, dan demikianlah

pendapat kaum Asy’ariyah. Al-Dawwani berkata salah satu fungsi wahyu adalah

memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia. Oleh karena itu

pengiriman para rosul-rosul dalam teologi Asy’ariyah seharusnya suatu keharusan dan

bukan hanya hal yang boleh terjadi sebagaimana hal dijelaskan olh Imam Al-Ghozali di

dalam al-syahrastani.

Adapun aliran Maturidiyah bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang

kurang wahyu tersebut, tetapi pada aliran Maturidiyah Bukhara adalah penting, bagi

Maturidiyah Samarkand perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan

buruk, sedangkan bagi Maturidiyah Bukhara wahyu perlu untuk mengetahui

kwajiban-kewajiban manusia. Oleh Karena itu di dalam system teologi yang memberikan daya

terbesar adalah akal dan fungsi terkecil kepada wahyu, manusia dipandang mempunyai

kekuasaan dan kemerdekaan.tetapi di dalam system teologi lain yang memberikan daya

terkecil pada akal dan fungsi terbesar pada wahyu. Manusia dipandang lemah dan tak

merdeka.

Tegasnya manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah adalah berkuasa dan

merdeka sedangkan dalam aliran Asy’ariyah manusia lemah dan jauh dari merdeka.

Di dalam aliran maturidiyah manusia mempunyai kedudukan menengah di antara

manusia dalam pandangan aliran Mu’tazilah, juga dalam pandangan Asy’ariyah. Dan

dalam pandangan cabang Samarkand manusia lebih berkuasa dan merdeka dari pada

(12)

yang juga memberikan kedudukan yang tinggi pada akal, tetapi tidak begitu tinggi

dibandingkan pendapat Mu’tazilah, wahyu juga mempunyai fungsi relatif banyak tetapi

tidak sebanyak pada teologi Asy’ariyah dan maturidiyah Bukhara.

2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam 1. Sumber dan metode ilmu

Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti

tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak

peradaban yang di warisi Romawi – Yunani yang pernah berjaya selama satu

millennium sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja,

karena pengaruh peradaban helenisme yang begitu kuat namun dalam waktu yang tidak

begitu panjang akhirnya kaum muslimin dapat memainkan sendiri peran berdabannya

yang unik selama beberapa abad. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatu paduan

yang merupakan inti wahyu Allah SWT Sebelum Nabi Muhamad SAW diutus untuk

menjalankan dan menyebarkan risalah-Nya, sumber – sumber bagi dunia ilmu

pengetahuan hanyalah pengembaraan akal yang di kusai oleh naluri dan berbagai nafsu

manusia. Denga berbekal hal ini manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan

kemudian melahirkan karya – karya yang dianggap besar pada zamannya. Turunnya

wahyu Allah swt kepada nabi Muhamad SAW membawa semangat baru bagi dunia ilmu

pengetahuan. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber – sumber pengetahuan

lain dengan tujuanakan baru yakni lahirnya tradisi intelek induktif.

2.Keterbatsan Ilmu

Manusia diberi anugrah oleh Allah dengan alat –alat kognitf yang alami

terpasang pada dirinya. Dengan alat ini manusia mengadakan observasi, eksperimentasi,

dan rasionalisasi. Tingkat – tingkat realitas yang didekti oleh ilmu pengetahuan juga

menentukan kualitas kebenaran yag dihasilkan. Realitas yang bersifat fisik dan kasar

berada pada tingkat yang mudah terjangkau oleh ilmu di bandingkan dengan realitas

(13)

Klasifikasi Ilmu

Upaya mengklasifikasi ilmu pengetuhuan telah berlangsung selmama berabad –

abad di kalangan ilmuan muslim. Ilmuwan Yuhani telah melakukan upaya ini yang

kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan muslim pada masa berikutnya. Beberapa tipe

klasifikasi telah di hasilkan dengan berbagai aspek peninjauan dan penghayatan terhadap

ilmu-ilmu yang berkembang. Diantaranya klasifikasi ilmu dibuat oleh Farabi,

al-Gazall, dan Qutubuddin al-Syirazi, dikemukakan dalam kajian ini karena beberapa

pertimbangan. Pertama karena mereka adalah pendiri atau wakil terkemukakan aliran

intelektual (cendikiawan) utama dalam islam. Kedua, karena mereka masing-masing

tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam.

1. Menurut al-Farabi, klasifikasi dan perincian ilmu adalah sebagai berikut:

a. Ilmu bahasa

b. Logika

c. Ilmu-ilmu Matematis

d. Metafisika

e. Ilmu politik, ilmu fikih,dan ilmu kalam.

Karakteristik klasifikasi ilmu al-Farabi itu adalah, pertama dimaksudkan sebagai

petunjuk umum kearah berbagai ilmu, sehingga para pengkaji dapat memilih

subyek-subyek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya. Kedua, klasifikasi tersebut

memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki (urutan tingkatan) ilmu. Ketiga,

berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam

menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar. Keempat,

klasifikasi itu menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya

dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim (menuntut kemampuan) diri ahli dalam

suatu ilmu tertentu.

(14)

1. Ilmu-ilmu teoritis dan praktis,

Ilmu Teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya, sedangkan ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan didunia ini dan akhirat nanti.

2. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai.

Menurut Gazali pengetahuan yang dihadirkan bersifat langsung, serta merta, suprarasional (di atas atau diluar jangkauan akal) intuitif (secara intuisi, berdasarkan bisikan hati) dan kontemplatif(bersifat renungan). Sedangkan Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dapat dijangkau dengan akal manusia (ilmu insani).

3. Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual

Ilmu-ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir melalui akal manusia. Sedangkan Ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek (daya atau kecerdasan berpikir).

4. Ilmu fardu’ain(kewajiban setiap orang) dan fardu kifayah (kewajiban masyarakat)

Kategori fardu’ain dan fardu kifayah dilakukan oleh Gazali berdasarkan pertimbangan bahwa faru’ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Dengan istilah fardu kifayah, dia merujuk kepada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi yang bersifat mengikat komunitas(kelompok orang) muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan.

3. Qutubuddin al-syirazi menyajikan klasifikasi ilmu sebagai beriku:

a. Ilmu-ilmu filosofis

b. Ilmu-ilmu nonfilosofis

Setelah klasifikasi ilmu tersebut, dalam uraian berikut, ditelusuri sepintas lalu

kedudukan ilmu dalam al-Quran . Menurut al-Quran ilmu dibagi dua yaitu yang pertama

adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, dinamakan ‘ilm ladunni. Yang kedua

adalah ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai ‘ilm kasbi atau ilmu insane.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan adalah gabungan

berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan

(15)

berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis. Dari rumusan

ini dapatlah dikatakan bahwa teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains

untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan hidup manusia.

Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan

kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad pun sebagai

Rasulullah diperintahkan selalu berusaha dan berdoa agar pengetahuannya bertambah.

Uraian di atas dan ucapan Rasulullah ini menjadi pendorong manusia untuk terus

menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah

kepada manusia. Berkat hasil pengetahuan dan teknologi banyak segi kehidupan

dipermudah. Dahulu, untuk mengetahui waktu shalat misalnya, orang islam harus

melihat matahari dengan mata kepala. Sekarang cukup dengan melirik posisi jarum

alroji yang melekat dipergelangan tangan atau susunan angka yang memberitahuakan

pukul berapa.

Dalam pengembangan ilmu dan penerapan teknologi agama islam mampu

menjadi pemandu dan pemandu agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi., mampu

memadukan wahyu dengan rakyu (akal pikiran manusia), mampu memadukan agama

yang diistilahkan dengan imam dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek).

Karakteristik Wahyu

1. Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi

nabi Muhammad yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan

yang sangat penting dalam turunnya wahyu.

2. Wahyu mmerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat

manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan

dalam bentuk umum atau khusus.

3. Wahyu itu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya

ungkap dan gaya bahasa yang berlaku.

4. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal,

(16)

5. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.

6. Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik

perintah maupun larangan.

7. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara

berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Pentingnya Akal.

1. Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah sutu daya yang hanya

dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan

manusia dari mahluk lain.

2. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap

kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar

dan sumber kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa.

3. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna

kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan

pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan pada tuhan.

2.3. Kewajiban Menuntut Ilmu

Kalau klasifikasi Gazali dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu

merupakan kewajiban manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda, orang

dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan

kemampuan. Karena pengetahuanlah yang membedakan manusia dari malaikat dan

semua makhluk lainnya. Melalui pengetahuan kita dapat mencapai kebenaran, dan

kebenaran (al-Haqq) adalah nama lain dari Yang Nyata dan Yang Hakiki (Allah) (C. A.

Qadir, 1989: 6,7)

Al-Quran menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan

orang tidak berilmu. Menurut al-Quran hanya orang-orang yang berakal (yang berilmu)

yang dapat menerima pelajaran (QS. 39: 9). Dan hanya orang-orang yang berilmu yang

takut kepada Allah (QS. 35: 28) bersama dengan para malaikat (QS. 3: 18). Hanya

orang-orang yang berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan

(17)

sebagai manusia-manusia terbaik, dikaruniai pengetahuan. Allah mengajarkan kepada

Adam nama-nama semua benda (QS.:31, 33), dan menunjukkan kepada Ibrahim

kerajaan langit dan bumi (QS. 6:75), mengajarkan kepada Isa al_kitab,hikmah, Taurat

dan Injil (QS. 3:48). Disamping itu, kepada nabi-nabi tertentu, Allah memberi ilmu

khusus sehingga Ia mempunyai kemampuan yang unik (lain dari yang lain,

satu-satunya). Kepada Yusuf, misalnya, Allah memberi ilmu untuk menjelaskan arti sebuah

mimpi (QS.12:6), kepada Daud diajar-Nya ilmu membuat baju besi, supaya ia terlindung

dari bahaya peperangan (QS.21:80), sedang kepada Sulaiman, menurut quran surat

al-Nahl (27) ayat 16, diberi-Nya pengetahuan tentang bahasa burung (Wan Mohd. Nor

Wan Daud, 1977:36, 37) Kepada Nabi Muhammmad pun Allah memberi berbagai ilmu.

Ilmu yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad tercermin dalam kehidupannya

sebagai Rasulullah.

Ilmu yang terdapat dalam al-Quran diteladankan oleh Nabi melalui ucapan,

perbuatan dan sikap beliau. Menurut sunnah Nabi Muhammad, manusia, dalam

hubungannya dengan ilmu, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : orang yang

berilmu (‘alim), pencari ilmu (muta’allim), dan orang awam. Ilmu wajib dituntut, dicari

oleh setiap orang selama hayat dikandung badan dimanapun ilmu itu berada, karena

orang yang mencari ilmu berjalan di jalan Allah, melakukan ibadah. Dan ilmu

memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam

pergaulan, perisai terhadap musuh.

1. Penghargaan terhadap ilmu

Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali karena sesungguhnya

hal ini merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia lah

makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu

pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.

Pertama, turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw yang artinya“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia

dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah, yang mengajar

(18)

Kedua, banyaknya ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran dan pemahaman. Ini menandajkan bahwa manusia yang

tidak memfungsikan kemamopuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia yang tidak

berharga.

Ketiga, Allah swt. Memandang rendah orang-orang tang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan benatang bahkan lebih rendah

lagi. Seperti yang terdapat dalam Al-Quran yang artinya “ Dan sesungguhnya Kami

jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai

hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka

mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan

Allah). Dan mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar

(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai benatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.”

(QS. Al-A’raaf,7:179)

Keempat, Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Hai

orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam

majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu. Dan

apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dam Allah Maha

Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. AlMujaadilah,58:11)

Kelima, Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan

diminta pertanggung-jawabannya.” (QS. Al-Isra,17:36)

Keenam, pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada

(19)

(dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat

kamu berusaha dan tempat tinggalmu. (QS. Muhammad,47:19)

Ketujuh, dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia dimuka bumi ini Allah melihat sisi keilmuannya.Jadi ilmu adalah salah satu syarat

kepemimpinan yang tidak boleh diabaikan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran

yang artinya “ Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah

berangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab:” Bagaimana Thalut memerintah

kami,padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya,sedang dia

pun tidak diberi kekayaan yang banyak.”(Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah

telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang

perkasa.”Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakinya. Dan

Allah Mahaaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Baqarah,2:247).

Kedelapan, Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran

yang artinya “Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah

kamu tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya

kepadamu dan katakanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”

(QS. Taha,20:114).

2. Perintah menuntut ilmu

Menuntut Ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengamalan ajaran Islam.

Ilmu menunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang memberikan keyakinan. Ilmu

juga diperlukan bagi pembangunan masyarakat karena pemanfaatannya dapat

meningkatkan kemampuan produksi dalam berbagai sector kehidupan. Oleh karena itu

dalam islam terdapat kewajiban untuk menuntut ilmu baik secara pribadi maupun

kelompok. Sperti yang dijelaskan dalam Al-Quran yang artinya “ Maka bertanyalah

kamu kepada ahli ilmu, jika kamu tidak mengetahui (sesuatu). “(QS. An-Nahl,16:43)

(20)

Barang siapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah

kepadanya jalan kesurga.(Hadis riwayat muslim)

Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim ( Hadis riwayat Ibnu Majah)

3. Model kewajiban Ilmu

Ada ilmu-ilmu tertentu yang harus dikuasai oleh seorang pribadi terkait dengan

status dirinya sebagai seorang muslim dengan kondisi-kondisi yang menyertainya.

Seseorang yang telah mencapai usia balig ditandai dengan datangnya haid bagi

seorang perempuan dan mimpi bagi pria,maka wajib bagi dirinya untuk mengetahui

pokok-pokok ajaran agamnya. Ia wjib untuk memahami makna dua kalimat Syahadat:

laa ilaaha illallahu, muhammadur rasuulullah.”.

Adapun kewajiban lainnya yaitu melaksanakan salat,menjalankan ibadah

puasa,kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan kepentingan tiap individu muslim

sebagaimana digambarkan di atas disebut dengan fardu ain.

Dr. Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang termasuk kedalam fardu ain,

yaitu:

Pertama, ilmu mengenai aqidah yaqiniyah (prinsip-prinsip aqidah yang perlu dipercayai) yang benar, selamat dari syirik dan khurafat.

Kedua, Ilmu yang membuat ibadah seseorang terhadap Tuhannya berjalan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang disyariatkan.

Ketiga, Ilmu yang dengannya jiwa dibersihkan, hati disucikan, segala fadilat (keutamaan) dikenal untuk kemudian diamalkan,dikenal pula razilah (kenistaan) atau

yang membinasakan untuk kemudian ditinggalkan dan dijaga.

Keempat, Ilmu yang bisa mendisiplinkan tingkah lakudalam hubungan seseorang dengan dirinya atau dengan keluarganya atau dengan khalayak banyak, baik itu

(21)

Sedangakan ilmu-ilmu yang keberadaannya terkait dengan kepentingan

masyarakat muslim dan masyarakat umum termasuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu

yang termasukfardu kifayah terdiri dari ilmu-ilmu yang terkait dengan pendalaman

pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu mustalah hadis, ilmu usul fiqh dan

sebagainya.Bisa juga ilmu-ilmu yang terkait dengan kebutuhan hidup didunia seperti

(22)

BAB III

KESIMPULAN

Secara mutawatir telah disepakati bahwa; komponen utama Islam melipiti,

Aqidah, Syari’ah, Fiqh dan akhlak; ternyata tidak berdiri sendiri-sendiri dan sangat kuat

kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Bahkan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam

banyak mengingatkan kita tentang pentingnya ilmu pengetahuan sebagai pilar kemajuan

kehidupan manusia, sehingga menuntut ilmu dalam Islam merupakan kewajiaban bagi

Muslim dan Muslimat.

Sejarah telah membuktikan, masa kejayaan Islam ditandai dengan kemajuan

pesat ilmu pengetahuan. Banyak para intelektual Islam berkedudukan sebagai penggali

dan pengembang ilmu pengetahuan, bahkan ada diantara mereka pencetus

bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pada zaman modern ini.

Mereka membuat karakteristik dan kategorisasi khusus tentang ilmu, sebelum

sekulerisasi “renaisan” merusak tatanan itu. Maka mengembalikan tatanan ilmu

pengetahuan tersebut merupakan kewajiban bagi kita semua, agar perkembangan ilmu

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Komarudin,2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum, PT .Bulan Bintang, Jakarta

Daud Ali, Muhammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, PT. Raja Rafindo Persada, Jakarta.

Manan, Zukri, Drs. H, 2011. Pendidikan Agama Islam. PT. Grafindo, Jakarta.

http://www.asysyariah.com

Syamsudin, E. Drs, 2009. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara Bandung, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Tas ini berbentuk sederhana dan simpel hanya ditambahkan dengan boneka-boneka monster, warna-warna yang dipilih juga warna-warna yang cerah sehingga cocok digunakan untuk

Adam, W. Boneka & Aksesori Rajut Anak. Jakarta: Kriya Pustaka. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Struktur Organisasi Penguatan kelembagaan Pemerintah Kampung Tualang Baro telah terbentuk dan berjalan sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. Sari

[r]

Minyak otak sapi dan otak kambing yang digunakan diperoleh dari proses. sokletasi dengan menggunakan

Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan mengocok menggunakan pelarut organik