Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 18
PENGARUH PENAMBAHAN ALKOHOL PADA
PREMIUM UNTUK MENCAPAI BILANGAN OKTAN
YANG SETARA DENGAN PERTAMAX
Abdullah Saleh*, Ade Setianingrum, Tuti Karolina
*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Abstrak
Bahan bakar yang baik adalah bahan bakar yang memiliki angka oktan yang tinggi sehingga mampu mencegah ketukan pada mesin dan tidak berdampak negatif pada lingkungan. Zat aditif peningkat angka oktan (octane booster) yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol dan isopropilkohol (IPA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil blending dari premium-methanol dan premium-IPA agar dapat memiliki bilangan oktan dan uji parameter lain yang meliputi nilai tekanan uap reid (RVP), Distilasi dan Specific Gravity (SG) sebagai pembanding kesetaraan dengan spesifikasi pertamax. Dari Pengujian enam buah sampel hasil blending terdapat 1 sampel (hasil blending 6%V methanol dan 94 %V premium) yang memiliki kesetaraan spesifikasi pertamax.
Kata kunci: Premium, Pertamax, Angka oktan, Reid Vapor Pressure, Distilasi, Specific Gravity.
Abstract
A good fuel is the fuel that has a high octane number, thus preventing engine knock and do not have a negative impact on the environment. Additives octane (octane booster) that is used in this research were methanol and isopropilkohol (IPA). The purpose of this research is to get blending product from Premium-Methanol and Premium-IPA in order to have a high octane number and other specifications such as the value of Reid vapor pressure (RVP), distillation and Specific gravity (SG) have equality pertamax specifications. From testing of six samples blending results there is 1 sample (6% V methanol and 94% V premium), which has equality pertamax specifications.
Keywords: Premium, Pertamax, Octane Number, Reid Vapor Pressure, Distillation, Specific Gravity.
1. PENDAHULUAN
Bahan bakar adalah salah satu unsur yang sangat penting bagi kendaraan bermotor. Bahan bakar yang umum dipakai kendaraan bermotor adalah bahan bakar cair seperti Premium. Premium yang digunakan harus dapat mencegah ketukan (knocking) pada mesin. Kemampuan Premium dalam mencegah
terjadinya ketukan pada mesin biasanya diukur dengan angka oktan RON (Research Octane Number). Semakin tinggi angka oktan maka semakin baik kualitas Premium. Angka oktan (RON) Premium dapat ditingkatkan dengan ditambahkan bahan aditif ke dalam Premium.
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 19 pengaruh positif pada sifat anti ketuk. Hal ini
disebabkan angka oktan methanol dan IPA relative lebih tinggi dibandingkan premium yaitu 133 untuk angka oktan metanol dan 118 untuk angka oktan IPA, sehingga metanol dan IPA dapat digunakan sebagai bahan aditif untuk meningkatkan angka oktan pada premium.
Pada penelitian ini menguji pengaruh penambahan alkohol, secara khusus metanol dan isopropyl alkohol (IPA) terhadap premium dengan uji angka oktan sebagai parameter utama dan uji parameter lain seperti uji Reid Vapor Pressure (RVP), uji Specific Gravity
(SG), dan uji destilasi untuk mendapatkan hasil blending yang setara dengan spesifikasi pertamax.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan produk hasil blending
premium dan alkohol sehingga memiliki bilangan oktan yang setara dengan pertamax sebagai hasil uji coba analisa laboratorium.
2) Mengetahui hasil uji RVP, SG, destilasi pada hasil blending premium-alkohol sebagai nilai pembanding kesetaraan dari spesifikasi pertamax.
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana mendapatkan hasil blending yang memenuhi kesetaraan angka oktan pertamax melalui uji bilangan oktan serta uji parameter lain (RVP, SG dan Distilasi) dengan memvariasikan % volume penambahan alkohol terhadap premium .
Dengan semakin besar penambahan persen volume metanol dan isopropyl alkohol yang ditambahkan terhadap premium maka akan semakin tinggi bilangan oktan.
Semakin besar penambahan persen volume metanol dan isopropyl alkohol pada premium maka akan mempengaruhi sifat-sifat votilitas dan specific gravity dari premium.
Adapun manfaat yang didapat dalam melakukan penelitian ini adalah :
1) Mengetahui pengaruh penambahan % volume alkohol terhadap angka oktan premium.
2) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang teknik pada
pengujian angka oktan,uji RVP,uji SG dan uji Destilasi.
3) Sebagai referensi bahan aditif untuk meningkatkan angka oktan pada penelitian yang akan datang.
Penelitian ini meliputi proses-proses pembuatan blending premium-metanol dan premium-isopropyl alkohol dengan variasi penambahan % volume, pengujian angka oktan masing-masing hasil blending, pengujian parameter penunjang spesifikasi pertamax yaitu uji RVP (ASTM D-323), SG (ASTM D-1298) dan destilasi (ASTM D-86).
Premium
Bahan bakar premium merupakan campuran hidrokarbon yang mempunyai jarak titik didih dari 30oC sampai 210oC. Premium
dewasa ini dihasilkan dari minyak bumi melalui destilasi langsung maupun hasil proses lanjutan seperti perengkahan ,reforming, alkilasi dan isomerisasi atau polimerisasi. Premium yang berasal dari destilasi langsung terdiri atas hidrokarbon alkana rantai lurus yang jenuh CnH2n+2 (paraffin).
Sifat–sifat premium komersil dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan oleh kilang dan jenis minyak mentah darimana premium dihasilkan. Pada dasarnya spesifikasi premium menentukan batas – batas kualitas yang harus dipenuhi antara lain :
1) Sifat pembakaran
Sifat pembakaran ini biasanya diukur dengan angka oktan. Angka oktan merupakan ukuran kecenderungan bahan bakar mengalami pembakaran tidak normal yang timbul sebagai ketukan mesin. Semakin tinggi angka oktan suatu bahan bakar, semakin berkurang kecenderungannya untuk mengalami ketukan. Angka oktan diukur dengan menggunakan mesin baku, yaitu mesin CFR (Cooperative Fuel Reseach) yang dioperasikan pada kondisi tertentu, di mana bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar rujukan yang terbuat dari n
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 20 Sifat pembakaran adalah karakteristik yang
menjamin agar pembakaran dalam mesin berjalan normal. Pada pembakaran tidak normal terjadi penyalaan lokal pada bagian – bagian tertentu didalam ruang bakar diluar daerah nyala yang menjalar secara teratur dari busi yang akan menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan daya, pemborosan bahan bakar dan kerusakan mesin. Sifat pembakaran premium ini diukur dengan angka oktan. Angka oktan pada umumnya ditentukan dengan metode ASTM D-2699.
2) Sifat – Sifat Volatilitas
Sifat volatilitas ini sangat penting dalam menjamin kelancaran kerja penyalaan cetusan busi. Komposisi campuran uap bahan bakar dengan udara harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin terjadinya pembakaran yang baik. Untuk itu premium harus cukup mudah menguap tetapi tidak boleh terlalu mudah menguap yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan uap (vapour lock) pada saluran bahan bakar, ataupun terlalu sedikit menguap akan mengakibatkan susahnya penyalaan pada waktu dingin. Sifat volatilitas premium diukur dengan distilasi dan tekanan uap reid
.
Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan beroktan tinggi. Pertamax ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal. Keunggulan Pertamax dibanding dengan premium yaitu pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin, aromatik dan benzene
pada level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada mesin.
Pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal yang sering digunakan pada bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga Pertamax merupakan bahan bakar yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitar.
Pertamax memiliki nilai oktan 92 yang didalamnya terkandung energi besar yang akan membuat pembakaran kendaraan lebih bertenaga, berakselerasi tinggi, lebih responsif dan knock free. Komposisi bahan baku pertamax yang sudah tidak menggunakan timbal dapat membuat emisi gas buang kendaraan menjadi ramah lingkungan.
Pertamax diproduksi dengan menggunakan bahan baku berkualitas tinggi yang telah memenuhi standar International Word Wide Fuel Charter. Dari sisi sifat fisika atau properties Pertamax memiliki stabilitas oksidasi yang lebih tinggi dari titik didih destilasi yang lebih rendah. Selain itu kandungan olefin, aromatik dan benzene telah dibatasi sehingga pembakaran lebih sempurna.
Pertamax memiliki oktan RON (Research Octane Number) 92. Aditif yang berfungsi menyempurnakan proses kimia pada pembakaran di dalam mesin dan telah memperoleh sertifikasi dan laboratorium
independen berstandar international di Houston, Texas Amerika Serikat. Houston Texas sudah lama dikenal sebagai pusat riset bahan bakar dan motor gas dunia.
Metanol
Metanol merupakan turunan hidroksil dari alkana yang terikat dengan gugus metal. Karena penggunaan methanol sebagai bahan bakar maka metanol juga dikenal dengan sebutan CFO (Chemical Fuel Oil). Metanol dapat dibuat dari gas bumi, batubara dan bahkan dari sampah dan limbah organik. Tetapi struktur molekulnya CH3OH berbeda dari hidrokarbon
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 21 dalam penggunaannya, antara lain kandungan
oksigen yang sangat tinggi dan rasio stoikiometri udara per bahan bakar. Yang menarik dari Metanol untuk dipakai sebagai bahan bakar dapat ditinjau setidaknya pada hal
– hal sebagai berikut :
sumbernya dapat diperoleh dari dalam negeri/hasil produk dari dalam negeri
memperbaiki kualitas anti ketuk premium murni
menurunkan polusi udara
Isopropil alkohol (IPA)
IPA adalah nama lain dari 2-propanol. Rumus kimianya adalah CH3CHOHCH3.
Senyawa ini merupakan turunan kedua setelah propilen dari propana. IPA adalah zat yang sangat mudah menguap, mudah terbakar, berbau khas dan beracun. Senyawa ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Karakteristik Umum Pemeriksaan Rutin Pertamax dan Premium
Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar Premium dan pertamax antara lain : Bilangan oktan,Tekanan uap reid (RVP), specific Gravity
(SG),destilasi. 1) Bilangan Oktan
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 22 angka oktan, yaitu angka oktan riset (RON)
yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan biasa dan angka oktan motor (MON) yang memberikan gambaran mengenai unjuk kerja dalam kondisi pengendaraan yang lebih berat.
oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin atau Bilangan oktan adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin.
Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat rusak,sehingga sebisa mungkin harus kita hindari.Nama oktan berasal dari oktana (C8),
karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus. Oktan dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.Bensin dengan bilangan oktan 88, berarti bensin tersebut terdiri dari 88% isoktana dan 12% heptana (atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan terbakar secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang tidak melebihi angka tersebut.
Untuk mendapatkan mendapatkan bensin dengan angka oktan yang cukup tinggi, dapat dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut: a) Memilih minyak bumi yang mempunyai
kandungan aromat tinggi, dalam trayek didih bensin.
b) Meningkatkan kandungan aromatik melalui pengolahan reformasi, atau alkana bercabang, atau olefin bertitik didih rendah.
c) Menambah aditif peningkat angka oktan seperti timbal alkil, biasanya timbal tetra etil (TEL) dan timbal tetra metil (TML).
d) Menggunakan komponen berangka oktan tinggi sebagai ramuan, misalnya alcohol atau eter.
2) Tekanan Uap Reid
Tekanan uap reid adalah pengukuran mengenai sifat penguapan yang khusus dalam spesifikasi bahan bakar digunakan pengukuran tekanan uap (RVP). Tekanan uap memberikan indikasi tekanan pada minyak yang akan mengembang didalam tempat tertentu dan tekanan ini sangat berarti untuk minyak yang mempunyai suhu sedemikian rendah dan tidak dapat didestilasi pada tekanan atmosfir. Vapor pressure adalah salah satu parameter bahan bakar yang penting dalam menunjang
driveability (kenyamanan mengendara). Tekanan uap yang rendah akan menyebabkan mesin membutuhkan waktu lama (diengkol berkali-kali) untuk menyala. Bila nilainya sangat rendah sekali, mesin tersebut akan tidak menyala sama sekali. Kondisi ini berlaku untuk mobil dengan sistim karburator, tetapi bila mobil dilengkapi dengan sistim injection port
maka tidak akan bermasalah dengan rendahnya tekanan uap.
Tekanan uap yang terlalu tinggi juga tidak terlalu baik untuk sistim pengaliran fuel
karena dapat terjadi vapor lock dan hot fuel handling problem.Permasalahan vapor lock dan
hot fuel handling terjadi bilamana adanya akumulasi uap berlebihan pada system fuel
(pompa, karburator, atau injektor) sehingga mengurangi atau menghambat aliran suplai fuel
ke mesin. Jika suplai fuel terganggu maka ratio udara terhadap fuel menjadi fuel lean yang menghasilkan mesin kehilangan tenaga, tersendat (surging) atau nembak (backfiring). Jika suplai fuel ke mesin terputus sama sekali, maka mesin akan mati dan akan sulit dinyalakan kembali sampai sistim fuel menjadi dingin dan uap terkondensasi.
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 23 penyalaan busi. Nilai spesifikasi pertamax
dibatasi minimum 45 kPa dan maksimum 60 kPa dengan metode ASTM D-323.
3) Spesific Gravity
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat per satuan volume, karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin per satuan volume bahan bakar. oAPI Gravity dan Berat Jenis menyatakan densitas atau berat per satuan volume suatu zat.
oAPI Gravity dapat diukur dengan
hydrometer(ASTMD-1298) sedangkan berat jenis ditentukan dengan piknometer (ASTM D-941 ). Tujuan dilaksanakan pemeriksaan berat jenis adalah indikasi mutu (kualitas) minyak dimana semakin tinggi berat jenis maka kandungan panas (heating value) yang rendah dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat jenis yang rendah maka memiliki kandungan panas (heating value) yang tinggi.
4) Distilasi
Distilasi merupakan distilasi laboratorium untuk mendapatkan hubungan persen penguapan dengan suhu. Pada distilasi ini terdapat tiga persentase volume penguapan yang penting yaitu pada penguapan 10%, 50%, 90% yang menggambarkan sifat-sifat penguapan dari fraksi ringan, fraksi tengah dan fraksi berat premium. Pada bagian ini berkaitan dengan daya dan percepatan, kemulusan operasi dan konsumsi bahan bakar. Sifat penguapan fraksi berat yang ditunjukkan oleh penguapan 90% . Initial boiling point adalah pembacaan thermometer pada waktu tetesan pertama. End point atau final boiling point adalah pembacaan thermometer tertinggi (maximum), keadaan ini biasanya terjadi apabila semua cairan dalam kolf sudah habis menguap dan residu adalah volume destilat yang ditampung dalam receiver, sehubungan dengan pemanasan pada thermometer. Volume total dari cairan yang terkumpul sebagai hasil distilasi disebut distilat, sedangkan cairan yang tidak mau menguap dan tetap tinggal pada labu distilasi disebut residu.
2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang Digunakan
1) Premium 2) Metanol
3) Isopropil Alkohol (IPA) 4) Es
Alat yang Digunakan
1) Beker Gelas 2) Gelas Ukur
3) Termometer ASTM 7C atau8C 4) Penyumbat Gabus
5) Pipet tetes
6) Kaleng Tempat Blending 7) Mesin Penguji Angka Oktan 8) Alat Distilasi ASTM D-86 9) Alat Uji RVP ASTM D-323 10) Alat Uji SG ASTM D-1298
Prosedur Penelitian
1) Pembuatan campuran antara premium dengan alkohol dengan variasi komposisi seperti pada tabel :
Tabel 4. Komposisi Campuran Premium – Metanol
Premium (%V) Metanol (%V)
98 2
96 4
90 10
Tabel 5. KomposisiCampuran Premium – IPA Premium (%V) IPA (%V)
98 2
96 4
90 10
2) Pengujian angka oktan, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Kerjakan warning up mesin CFR dengan running selama kurang lebih 30 menit.
b. Selanjutnya bersihkan semua fuel container dengan udara.
c. Kemudian isilah salah satu fuel container
dengan isooktan (sebagai pembanding terhadap sample yang akan diuji) selanjutnya lakukan warning up kurang lebih tiga menit.
d. Hasil blending yang akan diuji angka oktannya dimasukkan kedalam salah satu
fuel container,selanjutnya diatur intensitas knocking standar 45 – 55. e. Sesuaikan mesin pada kondisi RF
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 24 ulang, sehingga knocking standar yang
ditunjukkan mesin CFR benar – benar sesuai dengan kondisi RF (Referensi Fuel).
f. Setelah Reference Fuel dan knocking
sudah sesuai,catatlah angka oktan pada pembacaan knockmeter serta catatlah level yang ditunjukkan fuel container pada mesin.
g. Hitunglah angka oktan hasil blending dengan interpolasi.
3) Pengujian terhadap tekanan uap reid (RVP), dengan prosedur sebagai berikut :
a. Hasil blending dan gasoline Chamber (ruang minyak) yang tertutup dengan gabus didinginkan terlebih dahulu dilemari es sampai suhu 4oC.
b. Ruang udara (air chamber) dikeringkan dengan udara kemudian dihubungkan dengan pressure gauge selanjutnya direndam dalam bak air 100oF selama 10 menit. (jangan sampai pressure gauge
ikut terendam)
c. Keluarkan air chamber yang telah terhubung dengan pressure gauge dari bak air kemudian hasil blending yang telah didinginkan, dimasukkan kedalam
gasoline Chamber
d. Setelah semuanya siap, hubungkan
gasoline chamber dengan air chamber
yang telah terhubung dengan pressure gauge (periksa jangan sampai terjadi kebocoran). Bila tidak ada kebocoran, selanjutnya direndam kembali dalam bak air 100oF selama 5 menit.
e. Setelah lima menit direndam dalam bak air, keluarkan, kocok, dan rendam kembali dalam bak. Bacalah angka yang ditunjukkan oleh pressure gauge, setiap selang 2 menit lakukan pekerjaan ini berulang kali sampai pembacaan
pressure gauge konstan.
f. Pada saat pembacaan Pressure gauge
konstan inilah hasil yang ditunjukkan sebagai RVP (Reid Vapor Pressure).
4) Pengujian terhadap destilasi dengan prosedur sebagai berikut :
a) Hasil blending diambil sebanyak 100 ml kemudian didinginkan kurang lebih 30 menit didalam lemari es.
b) Selanjutnya labu destilasi didingikan (di dalam wadah yang berisi bongkahan es), selanjutnya dimasukkan hasil blending yang telah dingin kedalam labu destilasi. Letakkan thermometer tepat diatas labu destilasi setelah semuanya siap lakukanlah pemanasan.
c) Catat temperatur pembacaan thermometer pada waktu tetesan pertama (Initial Boiling Point)
d) Catatlah temperature apabila gelas ukur menunjukkan % volume 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90.
e) Catatlah temperature End Point atau final boiling point yang ditunjukkan oleh termometer.
f) Kemudian pemanasan dihentikan, selanjutnya ukurlah volume residu yang masih tersisa dalam labu destilasi.
5) Pengujian terhadap specific gravity dengan prosedur sebagai berikut :
a) Ambillah sample hasil blending sebanyak 700 ml kemudian dituangkan kedalam gelas ukur 1000 ml.
b) Letakkan termometer kedalam gelas ukur yang berisi hasil blending kemudian catat temperaturnya.
c) Letakkan hydrometer pelan – pelan kedalam gelas ukur yang berisi hasil blending, selanjutnya aduk hasil blending secara perlahan dengan termometer.
d) Apabila hydrometer tidak bergerak lagi dan tidak menempel pada pinggiran gelas ukur, bacalah skala yang ditunjukkan oleh
hydrometer.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 25 motor, terutama pada penelitian ini lebih
diutamakan pengujian angka oktan untuk mencapai kesetaraan karakteristik pertamax. Pengujian terhadap angka oktan ini sangat penting untuk mengetahui kenaikan angka oktan dari hasil blending, karena semakin tinggi angka oktan maka kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam mesin semakin berkurang.
\
Gambar 1. Hasil pengujian angka oktan
Dari hasil pengujian angka oktan pada blending premium – metanol maka diperoleh semakin banyak persen volume methanol yang ditambahkan pada premium.
Maka semakin tinggi angka oktan yang diperoleh. Tetapi pada blending premium – IPA, pada penambahan 6% IPA diperoleh angka oktan sebesar 90, sementara pada penambahan 8% dan 10% IPA diperoleh angka oktan yang sama sebesar 91. Hal ini disebabkan karena daya reaktifitas IPA sebagai aditif terhadap bahan bakar lebih rendah dibandingkan metanol.
Hasil yang diperoleh pada pengujian angka oktan ini sudah mencapai kesetaraan dengan angka oktan pada pertamax. Berdasarkan literatur ,diketahui bahwa angka oktan pertamax 92, terkecuali pada penambahan 6% IPA diperoleh angka oktan 90, maka angka oktan ini belum mencapai spesifikasi angka oktan pertamax.
Sifat volalitas bahan bakar diukur dengan distilasi ASTM D-86. Distilasi ASTM D-86 merupakan distilasi pada skala laboratorium Pertamina untuk mendapatkan hubungan persen volume penguapan dengan temperatur. Pada uji distilasi ini terdapat tiga
persen volume penguapan yang penting untuk ditinjau yaitu pada 10%, 50%, 90%.
Pada temperatur distilasi 10% V ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pada start awal, bila temperatur terlalu rendah maka akan mengakibatkan sukar menguap sehingga start awal menjadi sulit, begitu pula jika terlalu tinggi sehingga mudah menguap, maka start
pada waktu panas menjadi sulit. Pada Temperatur distilasi 50 % V ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pada waktu pemanasan. Waktu pemanasan adalah sejak motor start (awal) sampai dapat dijalankan
Hasil Pengujian Distilasi Pada Blending Premium-Metanol
Makin tinggi temperatur pada temperatur distilasi 50% makin mudah terjadi pemanasan. Tetapi jangan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah karena akan menyulitkan pada proses pemanasan ini. Distilasi 90%V dimaksudkan untuk mengetahui meratanya distribusi bahan bakar pada setiap silinder mesin.
Hasil temperatur distilasi 10% V yang diperoleh sudah mendekati literatur yaitu maximum 70oC. Sementara untuk distilasi 50% V juga sudah mendekati literatur yaitu minimum 77oC dan maximum 110oC. Sementara untuk distilasi 90% V sudah memenuhi literatur yaitu maximum 180oC. Dengan demikian distilasi temperature 10%, 50%, 90% hasil blending premium – metanol dinyatakan baik karena tidak menyimpang dari temperatur maksimum pada karakteristik pertamax.
Penambahan Alkohol Pada Premium (% Volume)
Hasil Pengujian Angka Oktan Pada blending remium-Metanol Dan Premium-IPA
Premium-Metanol
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 26
Hasil Pengujian Distilasi Pada Campuran Premium-Isopropyl Alkohol diperoleh sudah mendekati literature yaitu maximum 70oC. Untuk distilasi 50% V juga sudah mendekati literatur yaitu temperature minimum 77oC dan temperature maximum 110oC, kecuali pada blending premium 90% dan IPA 10% diperoleh hasil distilasi minimum temperature 71oC. Sementara untuk distilasi
90% V sudah memenuhi literatur yaitu maximum 180oC, kecuali pada blending 6% IPA pada premium melebihi batas maksimum. Dengan demikian distilasi temperatur 10%,50%,90% hasil blending premium – IPA dinyatakan baik karena tidak menyimpang dari temperature maksimum pada karakteristik pertamax.
Hasil Pengujian RVP Pada Blending Premium-Metanol dan Premium-IPA
Premium-IPA
Premium-Metanol
Gambar 4. Hasil pengujian RVP
Dari hasil pengujian terhadap penambahan volume metanol ke dalam
premium menunjukkan kenaikan RVP sesuai dengan kenaikan penambahan volume metanol. Pengujian terhadap tekanan uap reid berhubungan langsung dengan kecenderungan terjadinya sumbatan uap atau kehilangan akibat penguapan selama penyimpanan, selain itu untuk menandai karakteristik mudah tidaknya
start-up pada bahan bakar untuk motor yang menggunakan penyalaan busi.
Sementara pada hasil pengujian terhadap penambahan volume IPA kedalam premium menunjukkan penurunan tekanan uap reid yaitu semakin banyak penambahan volume IPA maka tekanan uap reid semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena masih adanya kandungan air dalam isopropilalkohol ,sehingga semakin banyak volume IPA yang dicampurkan maka jumlah air yang terikut juga akan semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan nilai tekanan uap akan semakin rendah, selain itu air susah menguap yang mengakibatkan tekanan uap akan semakin kecil.
Hasil pengujian terhadap tekanan uap reid terhadap enam (6) buah sample dari berbagai perbandingan campuran premium – metanol dan premium – IPA belum ada hasil yang menunjukkan spesifikasi pertamax yaitu minimum 45 dan maximum 60.
0,74760,7478
Penambahan Alkohol Pada Premium (% Volume)
Hasil Pengujian Specific Gravity Pada Blending
Gambar 5. Hasil pengujian SG
Jurnal Teknik Kimia No. 5, Vol. 17, Januari 2011 Page | 27 perbandingan campuran premium – metanol dan
premium – IPA menunjukkan telah memenuhi kriteria spesifikasi pertamax untuk minimum 0,714 dan maximum 0,779.
Berdasarkan hasil uji coba dari enam buah sample maka hasil blending yang dianggap cukup baik untuk memenuhi spesifikasi pertamax adalah hasil blending 6% V metanol dengan 94% premium.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1) Semakin banyak penambahan % volume metanol pada premium maka semakin tinggi kenaikan angka oktan. Sementara semakin banyak penambahan % volume IPA pada premium, angka oktan akan naik dan cenderung untuk konstan. Hal ini dapat dilihat dari table 4.1 dan 4.2, pada penambahan 8% volume IPA pada premium memiliki angka oktan yang sama dengan penambahan 10% volume IPA.
2) Dari Pengujian hasil blending diperoleh angka oktan dan spesifikasi lain meliputi RVP, SG, Distilasi yang setara dengan pertamax yaitu pada blending 6% volume methanol pada premium.
3) Pengujian sifat volatilitas ini sangat penting untuk mengetahui kelancaran kinerja motor. Sifat volatilitas ini diuji dengan tekanan uap reid (RVP) ASTM D-323 dan distilasi ASTM D-86.
4) Pengujian nilai Specific Gravity (SG) ASTM D-1298 pada blending diperoleh semakin banyak penambahan % volume Metanol dan
IPA pada premium maka semakin besar nilai SG yang diperoleh.
Saran
1) Sebaiknya pada pengujian RVP diusahakan supaya tidak terjadi kebocoran pada gasoline chamber dan ditutup dengan gabus pada waktu pendinginan dilemari es untuk mencegah kondensat sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
2) Sebaiknya alkohol yang ditambahkan harus memiliki kadar kemurnian yang tinggi. 3) Sebelum melakukan prosedur penelitian
untuk setiap alat – alat yang akan digunakan sebaiknya dibersihkan dan dikeringkan dengan udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “Methanol”. Diakses pada 20
September 2008 dari
http://www.wikipedia.org.
Anonim. 2008. “Isopropilalkohol”. Diakses
pada tanggal 20 September 2008 dari http://www.wikipedia.org.
Anonim. 2009. “Angka oktan”. Diakses pada tanggal 18 Juni 2009 dari http://www.wikipedia.org.
Cathaputra, Haryo. 2007. “Produksi Isopropil
Alkohol Murni untuk Aditif Bensin yang Ramah Lingkungan Sebagai Wujud Pemanfaatan Produk Samping Pada
Industri Gas Alam”. Diakses pada
tanggal 28 Maret 2009 dari http:// www.triharyo.com.
Ismail, Fasha. 1998 . “Teknologi Minyak dan
gas bumi”. Universias Sriwijaya.
Palembang
Mahayu, Dewi dan Utami,N.M. 1996. “Laporan
Penelitian”. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
NN. 1986. “Annual Book of ASTM Standard”.
American Society For Testing Material. Philadelphia.
NN. 1988. “Petunjuk Penggunaan Alat – alat
Laboratorium Penelitian dan
Pengembangan”. Pertamina UP III Plaju.