• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA BORONGAN PEMBANGUNAN FLY OVER DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA BORONGAN PEMBANGUNAN FLY OVER DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA BORONGAN PEMBANGUNAN FLY OVER DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

IKA CHANIA MALDEVA

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Judul Skripsi : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA BORONGAN PEMBANGUNAN FLY OVER DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Ika Chania Maldeva

No. Pokok Mahasiswa : 1412011182

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Syamsir Syamsu,S.H.,M.Hum. Eka Deviani,S.H.,M.H NIP. 19610805 198903 1 005 NIP. 19731020 200501 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(3)

ABSTRAK

PEPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA BORONGAN PEMBANGUNAN FLY OVER DI KOTA

BANDAR LAMPUNG Oleh

Ika Chania Maldeva,Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum,Eka Deviani, S.H.,M.H. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Email :Ikachania1996@yahoo.com

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dilakukan untuk menjamin berlangsungnya hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat. Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, secara normatif ada jaminan terhadap hak-hak pekerja borongan namun tidak implementatif dan sulit dilaksanakan yang pada kenyataannya terlampau banyak pelanggaran yang terjadi sementara aturan mengenai penegakan hukumnya tidak jelas, lingkup pekerjaan yang perlindungan hukumnnya masih tidak jelas adalah terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di wilayah Kota Bandar Lampung. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan: (1) Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadappekerja borongan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung? (2) Apakah yang menjadi faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas perlindungan hukum terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di kota Bandar Lampung?

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan normatif dan empiris dengan data primer, data sekunder dan data tersier, dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan lapangan.Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, perlindungan hukum terhadap pekerja borongan dapat dilihat melalui ketentuan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan dan perjanjian/kontrak kerja dengan sistem PKWT. PT. Dewanto Cipta Pratama yang berperan sebagai perusahaan penyedia jasa berkewajiban mengikutsertakan pekerjanya pada program BPJS, menyediakan perlengkapan keselamatan kerja dan bertanggung jawab atas keselamatan semua pihak di lokasi kerja, sementara Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandar Lampung berkewajiban memberi pengawasan atas pelaksanaan kerja. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan pelanggaran atas perlindungan hukum terhadap pekerja borongan diantaranya masih ada perusahaan yang tidak mematuhi program jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan, rendahnya perlindungan hukum terhadap pekerja, rendahnya upah, perbedaan peraturan perusahaan dan peraturan pemerintah serta tidak adanya sanksi yang jelas terhadap perusahaan yang melakukan pelanggaran.

(4)

LEGAL PROTECTION FOR WHOLESALE WORKERS OF FLY OVER CONSTRUCTION IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

Ika Chania Maldeva,Syamsir Syamsu, S.H.,M.Hum,Eka Deviani, S.H.,M.H. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Email : Ikachania1996@yahoo.com

Legal protection of labor is undertaken to ensure harmonious employment without any pressure from other stronger party. In Act Number 13 of 2003 on Manpower, there is a normative guarantee of the rights of the wholesale workers but is not implementation and difficult to implement which in the reality there are too many offenses that occured while the law enforcement was unclear, the scope of work which the legal protections still unclear is to wholesale workers construction of fly over in Bandar Lampung City. The problems in this research are formulated: (1) How is the form of legal protection for wholesale workers of fly over construction in Bandar Lampung City? (2) What are the factors that caused the offenses of legal protection for wholesale workers of fly over construction in Bandar Lampung City?

This research was conducted through normative and empirical approach with primary data, secondary data and tertiary data, which each data obtained from library research and field. Qualitative design was applied in this research to analyse the data.

Based on the results of research and discussion, the legal protection for wholesale workers can be seen through the Act about Manpower and the agreement/contract work with a specific time agreement system (PKWT). PT. Dewanto Cipta Pratama acting as a service provider company which obliged to engage its employees in the Social Security Administering Agency (BPJS) program and provide every workers with appropriate and adequate safety equipment and also have responsibility for the safety of all parties in the work location, on the other hand, Man Power and Transmigration Office should giving the supervision to the implementation of work. Based on the results of the reasearch, there are several factors that caused violations of legal protection for wholesale workers, There are still any companies which do not comply with social security programs from BPJS Employment (BPJSTK), low legal protection of workers, low wages, differenceregulations between corporate and government regulations and the absence of clear sanctions for the company that commited the offense.

(5)
(6)

I. PENDAHULUAN

Perlindungan Hukum merupakan perlindungan terhadap kepentingan manusia yang dilindungi hukum.Setiap manusia mempunyai kepentingan, yaitu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan dapat terpenuhi, oleh Karena itu, manusia mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan hukum karena hak merupakan kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum.

Dalam Ketenagakerjaan di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam bab 1 Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa, ketenagakerjaanadalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada saat waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Dalam hal ini, sesuai dengan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dari Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.1

Tenaga kerja merupakan sumber daya manusia sebagai modal utama serta pelaksanaan dari pembangunan masyarakat pancasila, oleh karena itu, tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus di jamin haknya, diatur kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya selain itu dalam pembangunan nasional yang semakin meningkat, dengan resiko dan tanggung jawab serta tantangan yang dihadapi perlu untuk diberikan perlindungan, pemeliharaan

1

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan

dan peningkatan kesejahteraan, sehingga menimbulkan rasa aman dalam bekerja.

Secara yuridis dalam hukum perburuhan kedudukan Pengusaha dan Pekerja adalah sama dan sederajat. Namun, secara sosiologis pada suatu kondisi tertentu kedudukan antara buruh dengan pengusaha tidak sama dan seimbang, karena seringkali buruh berada pada posisi yang lemah2

Dalam industri manufaktur resiko bahaya akibat kurangnya keselamatan dan kesehatan kerja dapat ditemui pada peralatan kerja, bahan kimia berbahaya seperti asam dan kaustik soda dan mesin-mesin produksi. Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada sektor manufaktur yakni terjepit, terlindas, teriris, terpotong, jatuh terpeleset, tindakan yang tidak benar, tertabrak, berkontak dengan bahan yang berbahaya, terjatuh, terguling, kejatuhan barang dari atas, terkena benturan keras, terkena barang yang runtuh, dan roboh. Suatu proses produksi, peralatan dan mesin di tempat kerja apabila tidak mendapat perhatian secara khusus akan menimbulkan potensi kecelakaan kerja.3

Menurut Zainal Asikin, problematika tenaga kerja yang sering terjadi secara umum di nasional ini pokok pangkal

2

Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia), hal. 5

3

Fenny Nathalia Khoe, “Hak pekerja yang sudah bekerja namun belum menandatangani perjanjian atas upah ditinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan “ (Jurnal Ilmiah

(7)

kekurang puasan pada umumnya berkisar pada masalah:4

1. Pengupahan. 2. Jaminan Sosial.

3. Perilaku penugasan yang terkadang kurang sesuai dengan kepribadian.

4. Daya kerja dan kemampuan kerja yang dirasakan kurang dengan pekerjaan yang harus diemban. 5. Adanya masalah pribadi.

Perlindungan hukum terhadap pekerja selama ini masih dianggap sebagai beban biaya, sehingga beberapa perusahaan menggunakan alat pelindung diri yang tidak memenuh standar.Hal itu semakin diperparah dengan adanya alat pelindung diri palsu. Menurut data dari BPJS Ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa terdapat 101.367 kasus di 17.069 perusahaan dari 359.734 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang sampai dengan bulan November tahun 2016. Angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Indonesia dirasa masih cukup tinggi.Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya perlindungan hukum terhadap tenaga kerja.5

lingkup pekerjaan yang tidak tetap yang penulis rasa perlindungan hukumnnya masih sangat kurang adalah terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di wilayah Kota Bandar Lampung. Tenaga kerja borongan adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan

4

R. Joni Bambang S., S.H., MM, 2013,

Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Pustaka Setia), hal. 289

5

http://m.harnas.co/2017/03/01/kemenaker-

kematian-akibat-kecelakaan-kerja-tinggi.html. akses 30 oktober 2017 pkl. 21.43

menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan hasil kerja.

Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap pekerja borongan di beberapa proyek pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung, dalam proses pembangunan fly over tersebut terdapat faktor-faktor unsafe condition dan unsafe action yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

Beberapa contoh unsafe condition, antara lain:

1. Tempat kerja yang dipadati kendaraan yang berlalu-lalang, bahkan lokasi pembangunan fly over tersebut selalu terjadi kemacetan kendaraan.

2. Tempat kerja yang terdapat banyak debu dan asap kendaraan. 3. Peralatan kerja yang tidak

ergonomis.

4. Kurangnya penerangan pada malam hari di lokasi proyek pembangunan fly over.

Beberapa contoh unsafe action, antara lain:

1. Pekerja bekerja tanpa memakai alat pelindung diri pekerja yang mengabaikan peraturan K3 (sabuk keselamatan/safety belt, sepatu karet, sarung tangan, masker/respirator, tali pengaman safety harness, penutup telinga, sepatu pelindung, kaca mata pengaman, helm pelindung kepala/safety helmet, pelindung wajah/face shield).

2. Bersendau gurau pada saat bekerja.

(8)

pembangunan fly over di kota Bandar Lampung, sehingga penulis hendak mengkaji dan meneliti dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Borongan Pembangunan Fly over Di Kota Bandar Lampung”.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah bentuk

perlindungan hukum terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung?

2) Apakah yang menjadi faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas perlindungan hukum terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di kota Bandar Lampung?

II. METODE PENELITIAN 2.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian. Pendekatan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1.Pendekatan Normatif

Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan, dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum.

2.Pendekatan Empiris

Pendekatan empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dan kenyataan

yang ada dilapangan, berdasarkan fakta yang ada.Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.6

2.2. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut: 7

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh penulis dari hasil studi lapangan. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala/petugas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandar Lampung, kepala proyek/kontraktor pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung, dan kepada dua orang pekerja borongan pembangunan fly over untuk mendapatkan saran-saran, tanggapan, dan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur, dan perundang-undangan. Data sekunder ini menghasilkan bahan hukum sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka, terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan yang bersumber dari peraturan

6

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum,. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm. 112.

7

(9)

perundang-undangan dan dokumen hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat karena dibuat dan diumumkan secara resmi oleh pembentuk hukum negara, antara lain :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. 4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Kesehatan.

5) Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. 6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja

danTransmigrasiNomor:Per.01/M

EN/1998 tentang

Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

7) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/MENKES/SK/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja.

8) Kepmenaker

No.KEP-150/MEN/1999 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

9) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 43 Tahun 2016 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung.

b.Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya: rancangan

undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya pakar hukum, dan sebagainya. Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

c.Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain kamus hukum, indeks majalah hukum, jurnal penelitian hukum, serta bahan-bahan hasil pencarian yang bersumber dari internet berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, dilakukan melalui Studi Kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan memahami berbagai literatur yang terkait dengan objek penelitian baik berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

b. Studi lapangan, dilakukan melalui penelitian langsung dilapangan guna memperoleh informasi yang dibutuhkanterkaitdengan

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Borongan Pembangunan Fly Over di Kota Bandar Lampung.Studi lapangan dilakukan dengan wawancara langsung dan memberikan pertanyaan kepada informan yakni kepada Kepala/petugas Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandar

(10)

Proyek/Kontraktor dan dua orang pekerja borongan yang bekerja didalam lingkungan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung dengan beberapa pertanyaan yang telah peneliti persiapkan.

2.3.Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat dirangkum guna pembahasan pada bab-bab selanjutnya.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Peran Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Bandar

Lampung Dalam Memberi

Perlindungan Hukum Terhadap

Tenaga Kerja Borongan

Pembangunan Fly Over Di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada Bapak Junaedi Sembiring S, Sos selaku Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dan kepada Ibu Septi selaku staff di Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung, dalam memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja borongan serta melakukan pengawasan terhadap sistem borongan di Kota Bandar Lampung. Dinas tenaga kerja melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Pembinaan

Pembinaan ini dilakukan dalam bentuk sosialisasi dan penyuluhan di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung tentang Undang-Undang dan peratauran lain yang berkaitan tentang ketenagakerjaan sehingga semua pihak dalam perusahaan mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam suatu perusahaan.

2. Pemeriksaan

(11)

3. Pengawasan

Setelah melakukan pemeriksaan, pengawas ketenagakerjaan tetap melakukan pengawasan dengan cara melihat langsung ke lokasi pembangunan fly over untuk mengetahui apakah peraturan tentang ketenagakerjaan terkait hak-hak pekerja borongan yang diatur oleh undang-undang maupun peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan tetap dijalankan serta untuk memastikan apakah keselamatan dan kesehatan para pekerja telah memenuhi standar.

Dari hasil pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan, jika terdapat pelanggaran undang-undang dan ketidaksesuaian antara data laporan dengan fakta di lapangan

maka pegawai pengawas

ketenagakerjaan berwenang mengeluarkan nota pemeriksaan, jika hasil penyidikan membuktikan bahwa perusahaan bersalah maka Dinas Tenaga kerja Kota Bandar Lampung dapat mengajukan rekomendasi pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung untuk melakukan pencabutan izin.

3.2. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Borongan Pembangunan Fly Over Di Kota Bandar Lampung.

Jika dilihat dari siklus hubungan hukum antara pekerja borongan dan pihak perusahaan penyedia jasa konstruksi maka pekerja borongan yang bekerja pada proyek pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung adalah sama dengan pekerja outsearching. Outsearching dapat disebut juga sebagai perjanjian pemborongan pekejaan yakni, perusahaan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis (Pasal 64 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

Berdasarkan isi dari Perjanjian dengan PT. Dewanto Cipta Pratama selaku salah satu dari perusahaan penyedia jasa konstruksi pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung, pemenuhan hak-hak karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Agus Kowo selaku Direktur Oprasional penyedia jasa konstruksi fly over di Jalan Z.A. Pagar Alam dan fly over di Jalan Pramuka ,dalam pelaksanaan pembangunan fly over semua pekerja borongan yang dipekerjakan sudah terlindungi

dengan program Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan isi kontak dengan pihak PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

(12)

Dewanto Cipta Pratama/Penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan kepada setiap pekerjanya perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dan memadai dan bertanggung jawab atas keselamatan semua pihak di lokasi kerja. Kewajiban lain yang dimiliki PT. Dewanto Cipta Pratama/Penyedia yaitu kewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja dan membatasi gangguan lingkungan terhadap pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan kontrak.

PT. Dewanto Cipta Pratama/Penyedia wajib menyedikan asuransi sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sampai dengan tanggal selesainya pemeliharaan untuk:

a. Semua barang dan peralatan yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, serta pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan, atas segala risiko terhadap kecelakaan, kerusakan, kehilangan, serta risiko lain yang tidak dapat diduga.

b. Pihak ketiga sebagai akibat dari kecelakaan di tempat kerjanya. c. Perlindungan terhadap kegagalan

bangunan.

d. Besarnya asuransi sudah diperhitungkan sejak masa dalam penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak yang diperjanjikan.

Pekerja borongan disediakan mess (tempat tinggal sementara) oleh pihak perusahaan yang berlokasi di sekitar pelaksanaan konstruksi fly over. Untuk Sistem pengupahan diberikan secara harian sebesar Rp.100.000,00 yang sudah termasuk uang makan

harian, dengan kurun waktu kerja dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, dipotong waktu istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Pekerjaan penyedia jasa kosntruksi fly over telah menyediakan alat-alat pelindung diri bagi pekerja borongan pembangunan fly over sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam kontrak dengan berpegangan dengan prinsip zero accident. Alat pelindung diri yang disediakan oleh perusahaan yaitu berupa rompi, helm, sepatu dan sarung tangan yang disediakan bagi seluruh pekerja borongan serta diwajibkan bagi pekerja borongan pembangunan fly over untuk memakainya.

(13)

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan meliputi:

1. Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha.

2. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak dan penyandang cacat.

4. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja.

Untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang lemah, untuk itu setiap pengusaha atau perusahaan penyedia jasa konstruksi di kota Bandar Lampung wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. Sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 29 Tahun 2015, perusahaan besar dan menengah wajib mendaftarkan empat program untuk tenaga kerjanya yaitu jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM), jaminan hari tua (JHT), dan jaminan pensiun.8

3.3. Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Terjadinya Pelanggaran Atas Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Borongan Pembangunan Fly Over Di Kota Bandar Lampung.

Dalam implementasi kebijakan tentang ketenagakerjaan selalu mengalami tarik menarik kepentingan

8

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 29 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran, dan Penghentian Manfaat Jaminan Pensiun

antara pekerja/buruh dan pengusaha, pengusaha dengan pengaruh yang dimiliki selalu menekankan pemerintah agar mengurangi perannya dalam mengatur hubungan pengusaha-buruh/pekerja untuk menciptakan pasar kerja yang luwes atau disebut dengan labour market fleksibility. Disisi lain pekerja/buruh menuntut agar pemerintah melindungi dan menjamin hak-hak buruh dan menegakkan hukum perburuhan. Menghadapi kondisi demikian tidak jarang pemerintah bersikap ambigu, tidak tegas mengambil posisi dan sikap, karena kondisi tersebut banyak aturan-aturan ketenagakerjaan yang tidak jelas dan kabur, contohnya dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, secara normatif ada jaminan terhadap hak-hak pekerja borongan namun tidak implementatif dan sulit dilaksanakan. Ketentuan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) secara normatif tidak dapat diberlakukan dalam perkerjaan yang bersifat tetap, pada kenyataannya terlampau banyak pelanggaran sementara aturan mengenai penegakan hukumnya tidak jelas, hal ini menyebabkan aturan yang seolah melindungi buruh menjadi sebaliknya, kasus yang sama terjadi juga dalam ketentuan tentang pekerja borongan.beberapa faktor utama yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas perlindungan hukum tehadap pekerja borongan diantaranya yaitu:

a. Masih ada ratusan perusahaan yang tidak mematuhi program jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan (BPJSTK) untuk

memberikan kewajiban

perusahaan atas hak tenaga kerjanya.

(14)

c. Upah yang diterima oleh pekerja jauh lebih rendah dari jumlah yang diterima oleh pengusaha. d. Perbedaan peraturan perusahaan

dan peraturan pemerintah.

e. Tidak ada sanksi pidana secara spesifik bagi perusahaan penyedia jasa yang melakukan pelanggaran.

Faktor-faktor tersebut tentunya memicu terjadinya pelanggaran atas perlindungan hukum terhadap pekerja khususnya pekerja borongan yang pada dasarnya merupakan masyarakat yang masih berpendidikan rendah. Keadaan ekonomi dan keterbatasan pengetahuan para pekerja borongan atas hukum yang seharusnya melindungi hak-hak mereka seolah tumpul dan disalahgunakan oleh beberapa pihak untuk kepentingan mereka sendiri.

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

1. Bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja telah tertuang dalam beberapa Pasal dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang mengatur perlindungan tenaga kerja yaitu meliputi, perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan, anak dan penyandang cacat, perlindungan tentang upah, serta kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja. Untuk menjamin berlangsungnya sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang kuat kepada pihak yang

lemah, setiap pengusaha atau perusahaan penyedia jasa konstruksi di kota Bandar Lampung wajib melaksanakan ketentuan perlindungan tersebut sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 29 Tahun 2015, perusahaan besar dan menengah wajib mendaftarkan empat program untuk tenaga kerjanya yaitu jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM), jaminan hari tua (JHT), dan jaminan pensiun.

2. Faktor-faktor yang

mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas perlindungan hukum terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung diantaranya disebabkan karena banyaknya aturan-aturan ketenagakerjaan yang tidak jelas dan kabur. Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, secara normatif ada jaminan terhadap hak-hak pekerja borongan namun tidak implementatif dan sulit

dilaksanakan. Pada

implementasinyamasih ada ratusan perusahaan yang tidak mematuhi program jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan

(BPJSTK) ,rendahnya

(15)

terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung.

4.2 Saran

Demi perbaikan atas kondisi perlindungan hukum terhadap pekerja borongan pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung perlu dilakukan langkah-langkah:

1. Pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan penyelidikan serta penyidikan terhadap perusahaan penyedia jasa pembangunan fly over di Kota Bandar Lampung yang tidak mematuhi ataupun belum mendaftarkan pekerjanya kepada program jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan (BPJSTK).

2. Pengawasan dan penyidikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sangat lemah dikarenakan permasalahan dari sisi finansial dan anggota serta kapabilitas, sehingga pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi masalah ini agar peran pengawasan dan penyidikan dapat berjalan sesuai yang diharapkan buruh, pengusaha, dan pemerintah.

3. Pihak perusahaan penyedia jasa yaitu PT. Dewanto Cipta Pratama harus tetap memperhatikan hak-hak pekerja borongan agar perlindungan hukum mengenai hak pekerja borongan yang dibuat didalam perjanjian kerja dapat terpenuhi dan memperhatikan kesejahteraan pekerja borongan.

4. Perlu adanya sanksi pidana secara spesifik di dalam pasal 66 UU

Ketenagakerjaan karena hanya pencabutan izin oprasional saja bagi perusahaan yang melanggar praktik outsearching dirasa belum cukup dalam memberikan perlindungan hukum terhadap pekerja borongan.

DAFTAR PUSTAKA

Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka

Bambang, Joni, 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Bandung: Pustaka Setia.

Muhammad, AbdulKadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra Aditya Bakti. Undang-Undang No. 13 Tahun

2003tentang Ketenagakerjaan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan

Nomor 29 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran, dan Penghentian Manfaat Jaminan Pensiun

Fenny Nathalia Khoe, 2013, Hak pekerja yang sudah bekerja namun belum menandatangani perjanjian atas upah ditinjau berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 Nomor 1

http://m.harnas.co/2017/03/01/kemen

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek Tb Paru yang terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, status

i. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi j. tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Pemalsuan akta dapat dilakukan baik secara

Dalam menentukan besamya tarif angkutan banyak faktor yang menentukan, selain biaya yang dikeluarkan oleh kapal, jasa kepelabuhanan juga yang turut

Bagi calon penyedia yang berhalangan dalam hal ini direktur/wakil direkturnya tidak dapat hadir, agar menunjuk pengurus perusahaan yang namanya tercantum dalam akte pendirian

Demikian disampaikan untuk dipedomani dan menjadi bahan untuk proses lebih lanjut, dan atas kerjasamanya diucapkan terima

Mojokerto merupakan daerah yang sangat kaya akan situs sejarah, mulai dari kompleks percandian di Trowulan, kompleks percandian di lereng gunung Penanggungan, situs religi

Pers nasional adalah surat kabar dan majalah dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah bahkan bahasa Belanda yang ditujukan terutama bagi