• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tren Selfie Situs Situs sebagai Upaya Me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tren Selfie Situs Situs sebagai Upaya Me"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan warisan budaya. Sudah seharusnya masyarakat pewaris budaya untuk melestarikan. Akan tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia masa kini, terutama generasi muda terjangkit xenosentrisme. Dampaknya adalah banyak kearifan budaya lokal yang tersimpan dalam cagar-cagar budaya mulai terpinggirkan.

Era modern dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan hubungan antar Negara. Menghilangnya sekat-sekat antar Negara membuat aliran pertukaran budaya semakin mudah. Arus budaya yang tidak lagi dapat dibendung berdampak pada masyarakat, terutama generasi muda terjangkit xenosentrisme. Masyarakat menganggap kebudayaan dan tradisi luar negeri lebih bagus daripada kearifan tradisi lokal.

Situs sejarah yang menjadi cagar budaya dengan multifungsi baik wisata maupun edukasi, kini mulai tergeser oleh tempat-tempat wisata modern. Selain menurunnya minat masyarakat terhadap situs sejarah, rusaknya bangunan fisik situs juga perlu mendapat perhatian yang serius. Misalnya saja, Pendopo Agung, juga petilasan-petilasan raja-raja Majapahit yang ada di daerah Panggih kecamatan Trowulan terlihat kumuh dan tidak terawat. Tidak sedikit pula yang beralih fungsi menjadi tempat mesum dan mencari nomor togel.

(2)

Dari segi kronologis, Indonesia merupakan Negara yang memiliki situs-situs bersejarah yang cukup lengkap. Mulai dari zaman praaksara, baik situs paleolitikum, mesolitikum, neolitikum dan paleometalik, hingga zaman aksara, dari munculnya peradaban hindhu-budha, islamisasi nusantara, masa kolonialisasi hingga

kemerdekaan. Mojokerto merupakan salah satu kota yang memiliki situs tersebut dengan cukup lengkap. Situs-situs tersebut merupakan bukti artefaktual yang sangat penting untuk mengungkap arah gerak sejarah Indonesia dan identitas bangsa.

Banyaknya situs-situs sejarah yang penting ini tentu mengharuskan masyarakat sebagai pewaris budaya untuk melestarikannya. Selain untuk memperpanjang usia situs, pelestarian situs perlu dikembangkan agar generasi yang akan datang masih dapat mempelajari secara nyata, bukan hanya melalui lisan dan tulisan. Generasi muda kelak diharapkan dapat mengambil pelajaran dari sejarah dan mempertahankan tradisi-tradisi yang mencerminkan kearifan bangsa.

Upaya pelestarian harus dilakukan dari dua sisi, yakni perawatan situs secara fisik dan perawatan situs secara non fisik. Perawatan situs secara fisik dimaksudkan supaya fisik situs tidak rusak bahkan hilang, sedangkan perawatan secara non fisik dimaksudkan untuk mengangkat popularitas sehingga banyak diminati masyarakat. Salah satu upaya yang diharapkan dapat mengangkat minat masyarakat terhadap pelestarian situs sejarah adalah dengan mempopulerkan tren selfie situs yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi situs-situs bersejarah di Mojokerto saat ini? 2. Apa sajakah pentingnya melestarikan situs bersejarah di Mojokerto? 3. Apa sajakah kendala dalam upaya melestarikan situs bersejarah?

4. Bagaimana upaya mempopulerkan tren selfie situs untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap pelestarian situs?

C. Tujuan

(3)

2. Untuk menjelaskan apa sajakah pentingnya melestarikan situs-situs bersejarah di Mojokerto.

3. Untuk memaparkan apa sajakah kendala dalam upaya melestarikan situs bersejarah.

4. Untuk menjelaskan bagaimana upaya mempopulerkan tren selfie situs untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap pelestarian situs bersejarah.

(4)

A. Kondisi Situs-Situs Bersejarah di Mojokerto

Mojokerto merupakan nama salah satu daerah di Jawa Timur. Terletak di lereng gunung Welirang, gunung Arjuna dan gunung Penanggungan di selatan serta

ditengahnya dialiri sungai Brantas. Berdasarkan topografi tersebut, tidak

mengherankan apabila Mojokerto mempunyai banyak situs bersejarah. Dimulai masa prasejarah, masa kejayaan kerajaan Majapahit, masa islamisasi Jawa hingga masa kolonialisme. Menurut Wulandari (2013:179), “ Mojokerto merupakan wilayah Propinsi Jawa Timur yang mempunyai banyak peninggalan bersejarah.

Kedudukannya penting sehingga banyak arkeolog dari Belanda yang datang ke daerah itu untuk melakukan penelitian tentang benda-benda arkeologi yang terdapat disana.”.

1. Situs Prasejarah Perning

Berdasarkan konsepsi lama, Soekmono membagi periodisasi prasejarah Indonesia menjadi 2 zaman yakni, zaman batu meliputi paleolitikum, mesolitikum dan neolitikum, serta zaman logam meliputi zaman tembaga, perunggu dan besi (1990:22). Di Jawa tersebar beberapa situs prasejarah, salah satunya adalah situs Perning yang terletak di desa Perning, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Situs ini merupakan tempat ditemukannya fosil Homo modjokertensis (Pithecanthropus modjokertensis). Fosil Homo modjokertensis yang ditemukan berupa atap tengkorak anak-anak usia kisaran 5-7 tahun. Fosil tersebut ditemukan oleh R. Tjokrohandojo yang bekerja sama dengan geolog asal Belanda, Johan Duyfjes.

(5)

Situs Perning saat ini masih kurang dikenali oleh masyarakat luas. Jika

dibandingkan dengan situs Ngandong Pacitan dan situs Sangiran, situs Perning masih kalah popularitasnya. Hal ini dibuktikan dengan minimnya kunjungan ke situs

Perning, baik berasal dari akademisi maupun masyarakat sekitar. Hal ini semakin diperparah dengan aktivitas penambangan galian yang ada di sekitar lokasi penemuan fosil. Apabila kondisi ini dibiarkan, bukan mustahil kekayaan bukti parasejarah akan musnah.

2. Situs Peninggalan Kerajaan Majapahit

Masa Indonesia madya adalah masa kejayaan kerajaan Hindu dan Budha. Pada masa ini Indonesia mulai masuk ke dalam masa sejarah ditandai dengan penemuan prasasti Yupa. Salah satu Kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, bahkan pengaruhnya hingga di seluruh Asia Tenggara, adalah Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M ini berpusat di hutan Tarik (sekarang sekitar Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto). Sebagai pusat Kerajaan, Trowulan merupakan kotaraja yang mempunyai banyak peninggalan bersejarah, baik berupa candi, petirtaan, maupun petilasan raja-raja Majapahit.

Berdasarkan letaknya, situs peninggalan kerajaan Majapahit setidaknya bisa diklasifikasi menjadi dua yakni kompleks percandian di Kecamatan Trowulan, dan kompleks percandian di sekitar lereng gunung Penanggungan, Kecamatan Pacet dan Trawas. Dalam kompleks percandian bukan hanya terdapat peninggalan berupa candi saja, melainkan kolam, petirtaan, pendopo dan juga petilasan. Kompleks percandian di sekitar lereng gunung Penanggungan merupakan mahakarya dari abad ke 10 M, yakni masa kerajaan Mataram Kuna yang diperintah dari Mpu Sindok hingga

(6)

Perbedaan antara kompleks percandian yang ada di Trowulan dan yang ada di lereng gunung Penanggungan adalah bahan penyusun candi. Kompleks percandian Trowulan karena rata-rata dibangun masa Majapahit maka bahan penyusun candi adalah batu-bata merah. Sedangkan kompleks percandian yang ada di lereng gunung Penanggungan adalah percandian langgam Jawa Tengah yang menggunakan batu andesit, karena rata-rata dibangun masa Mataram Kuna.

Kompleks percandian di daerah Trowulan diantaranya adalah candi Gentong, candi Brahu, petilasan Hayam Wuruk di Desa Panggih, petilasan Watu Ombo, kolam Segaran, candi Tikus, candi Bajang Ratu, Pendopo Agung, candi Wringin Lawang, candi Minak Jinggo, Makam Siti Inggil, candi Kedaton, serta situs umpak dan lantai segi enam Sentonorejo. Segala informasi tentang Kerajaan Majapahit dipusatkan dengan didirikannya museum Trowulan oleh Henry Maclaine Pont pada tahun 1987 atas persetujuan bupati Mojokerto saat itu, R.A.A. Kromodjojo Adinegoro.

Mayoritas candi-candi yang ada di Trowulan ramai dikunjungi masyarakat, baik dari kalangan akademisi maupun umum. Keadaan lingkungan candi juga sudah diperindah dengan dekorasi taman bunga yang rapi. Hanya saja salah satu candi yakni candi Gentong terlihat sepi. Candi yang terletak hanya sekitar 75 meter dari candi Brahu ini jarang sekali dikunjungi oleh masyarakat. Bentuk candi yang belum jelas karena masih dalam proses perekonstruksian mengakibatkan sepinya pengunjung.

(7)

sewaktu kecil. Kedua petilasan ini terletak di tengah sawah masyarakat. Kurangnya informasi serta letak petilasan yang terpencil mengakibatkan sepinya pengunjung.

Gambar 1 : petilasan Watu Ombo Gambar 2 : lingga yoni

Sumber : www.swetadwipa.blogspot.co.id Sumber :

2014/yoni-klinterjo.html

Dilihat dari nilai historis, gunung Penanggungan merupakan satu dari 9 gunung suci di Jawa. Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur gunung Semeru karena ada kemiripan di bagian puncaknya yakni berupa hamparan pasir dan batu yang luas. Menurut kepercayaan Jawa kuna, gunung Penanggungan merupakan salah satu bagian puncak Mahameru yang dipindahkan oleh dewata. Karena disakralkan, gunung yang semula bernama gunung Pawitra ini disekujur lerengnya ditemui berbagai peninggalan purbakala diantaranya petirtaan Jolotundo, candi Belahan, candi Jedong, candi Bangkal, candi Gajah Mungkur, situs Kutogirang dan masih banyak lagi.

(8)

ini seharusnya bukan diatasi dengan pembatasan akses ke situs, melainkan dengan sosialisasi pentingnya melestarikan warisan cagar budaya.

3. Situs Religi Bersejarah

Masyarakat Nusantara sebelum masuknya Hindu-Buddha bukan masyarakat yang belum mengenal agama. Di Jawa sendiri sudah terdapat kepercayaan animisme dan dinamisme yang endemik, yakni kepercayaan kejawen atau Sangkaparaningrum. Masuknya pengaruh kepercayaan luar seperti Hindu, Buddha maupun Islam tidak bisa menghapus kepercayaan dan tradisi lama, melainkan timbul akulturasi antara kepercayaan luar yang masuk dan budaya lokal. Perkembangan agama di Mojokerto sudah dimulai sejak kejayaan Hindu-Budha seperti Kerajaan Mataram Kuna,

Kerajaan Singhasari, terlebih pada masa Kerajaan Majapahit.

Empat abad setelah keruntuhan Majapahit pada abad ke XV, yakni sekitar abad ke XIX candi-candi yang di duga merupakan tempat beribadatan ditemukan oleh para arkeolog dari Belanda. Karena banyaknya tempat beribadatan kuno tersebut

dibangunlah Maha Vihara Mojopahit di Desa Bejijong, sekitar 2 kilometer dari lokasi salah satu candi yakni Candi Brahu. Maha Vihara Majapahit memiliki luas

(9)

Gambar 3 : patung Budha tidur di Maha Vihara Majapahit Sumber : www.chockysihombing.blogspot.com

Selain situs religi Budha, juga terdapat situs pemakaman muslim pada masa Majapahit. Situs makam Troloyo yang terletak di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan. Pemakaman Troloyo diperkirakan sudah ada pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1334-1389 M). Hal ini dibuktikan dengan adanya nisan Syekh Jamaluddin atau lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Syekh Jumadil Kubro yang berangka 15 Muharram 797 H (1376 M). Dalam kompleks makam Troloyo juga terdapat makam tokoh-tokoh penting pejabat Majapahit diantaranya Tumengung Satim Singgo Moyo, Kenconowungu, Sunan Ngudung, dan beberapa patih serta senopati.

(10)

tradisi animisme menyebabkan sulit untuk menetralkan kondisi mistis di makam-makam kuno.

4. Situs Peninggalan Kolonialisme Belanda

Sepanjang Jalan Majapahit, Jalan Ahmad Yani, Jalan Hayam Wuruk dan jalan-jalan lain sekitar alun-alun Mojokerto, apabila kita memperhatikan dengan cermat terdapat beberapa bangunan-bangunan kuno dengan arsitektur Eropa. Jalanan di sekitar alun-alun pada masa pendudukan Belanda hingga sekarang merupakan pusat perniagaan dan kantor-kantor pemerintahan. Terlepas dari terawat atau tidaknya bagunan tua tersebut, setidaknya sudah bisa digambarkan bahwa pada masa kolonialisme Belanda kemampuan arsitektur masyarakat sudah maju.

Bangunan tua yang terletak di Jalan Ahmad Yani adalah gedung Dinas

Pengairan Kota Mojokerto (lihat gambar 4) dan gedung bioskop Indra (lihat gambar 5). Bangunan tua Dinas Pengairan Kota Mojokerto merupakan peninggalan Belanda, berdiri sejak tahun 1912. Saat ini gedung tua ini sudah tidak dipergunakan lagi, namun kondisinya masih terawat dengan baik. Gedung bioskop Indra terletak di sebelah selatan alun-alun Mojokerto. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1920. Kondisi gedung saat ini dibiarkan kosong dan menjadi sarang burung wallet.

Gambar 4 : gedung Dinas Pengairan Gambar 5 : gedung bioskop Indra masa kolonial Kota Mojokerto

(11)

B. Pentingnya Pelestarian Situs Bersejarah

Sama halnya dengan kekayaan sumber daya alam, benda-benda purbakala mempunyai nilai tersendiri sebagai kekayaan sumber budaya bangsa. Dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan dan budaya, benda-benda purbakala akan menjadi sumber-sumber bagi masyarakat pewaris budaya untuk meneliti dan mengkaji kehidupan masa lampau sehingga ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah akan berkembang. Selain itu, situs-situs bersejarah juga mengandung pelajaran tentang filosofi bangsa apabila kita mampu memaknainya.

Sikap xenosentrisme, yakni sikap yang menganggap kebudayaan asing lebih baik dari kebudayaan sendiri. Masyarakat mengatas namakan modernitas,

menjadikan kebudayaan Barat, terutama Eropa sebagai kiblat kehidupan sehari-hari. Kebiasaan dan adat Indonesia yang khas budaya Timur seolah-olah tersisih. Budaya baru seperti mode pakaian, cara dan sikap sosial dalam masyarakat, serta ideologi-ideologi baru perlahan menggerus rasa nasionalisme. Contoh kecil saja, banyak orang merasa bangga bila mampu membeli produk luar negri dengan harga yang tinggi, meskipun produk lokal juga tidak kalah kualitasnya. Banyak orang merasa bangga dan berkeinginan untuk berwisata ke luar negeri padahal banyak lokasi-lokasi wisata dalam negeri yang tidak kalah eksotis.

Kebudayaan asing dianggap lebih berkelas karena masyarakat kurang belajar dari sejarah. Apabila menengok beberapa abad silam, Nusantara pernah memiliki kerajaan adidaya yang bahkan kekuasaannya diakui di seluruh kawasan Asia

Tenggara. Kerajaan Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lau bagi bangsa Indonesia pada abad-abad berikutnya. Pada masa kebangkitan nasional, para penggerak nasionalisme Indonesia merujuk Majapahit sebagai contoh Negara yang gemilang di masa lalu. Nama Pancasila sebagai landasan Negara Indonesia yang baru akan merdeka diambil oleh Ir. Soekarno dari salah satu mahakarya sastra masa Majapahit, yakni kitab Sutasoma karya Mpu Prapanca.

(12)

serta pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Mulyana, (1965, 38-39) mengungkapkan bahwa kebesaran Majapahit dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tiada henti bagi para seniman

selanjutnya untuk menuangkan kreasinya terutama di Indonesia.

Kejayaan Majapahit di masa lalu bukan hanya untuk dibangga-bangakan saja, melainkan menjadi pelecut nasionalisme, menjadi penyemangat anak bangsa untuk meraih prestasi, menjadi motivasi seluruh warga Negara untuk berpartisipasi aktif dalam mengembalikan kejayaan Indonesia. Melalui pelestarian situs sejarah, rasa nasionalisme bisa ditumbuhkan kembali serta menjadi tameng untuk ideologi-ideologi baru yang kurang sesuai dengan kearifan lokal. Oleh karena itu pengenalan situs sejarah dirasa sangat vital dalam pembentukan karakter bangsa. Pelestarian situs dimaksudkan agar masyarakat terutama generasi muda tidak hanya belajar sejarah melalui dongeng saja, melainkan dengan data-data artefaktual yang nyata.

Selain aspek edukatif, pelestarian situs sejarah dapat dimaksimalkan sebagai sarana pariwisata. Mojokerto merupakan daerah yang sangat kaya akan situs sejarah, mulai dari kompleks percandian di Trowulan, kompleks percandian di lereng gunung Penanggungan, situs religi bersejarah, hingga gedung-gedung tua peninggalan Belanda di sekitar alun-alun kota. Pembenahan dan pengelolaan infrastruktur situs akan menarik wisatawan baik lokal, nasional bahkan internasional. Meningkatnya jumlah wisatawan sangat menguntungkan bagi industri lokal. Industri khas Mojokerto seperti sandal dan sepatu kulit, kerajinan patung batu dan tembaga, serta jajanan khas Mojokerto akan mendapat pasar baru untuk pemasaran produk.

C. Kendala dalam Upaya Pelestarian Situs Bersejarah

Kendala utama dalam upaya pelestarian situs adalah kurangnya kesadaran sejarah dari masyarakat, baik masyarakat sipil maupun pemerintah. Hal ini tercermin dari sikap vandalisme atau perusakan situs. Kegiatan vandalisme ini sangat

(13)

Di pihak pemerintah, dibangunnya Pusat Informasi Majapahit (PIM) dan Majapahit Park di Trowulan di tuding merusak situs. Tanggal 3 November 2008, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meletakkan batu pertama

pembangunan Majapahit Park di tengah lapangan itu. Majapahit Park adalah proyek ambisius pemerintah untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu, dengan tujuan menyelamatkan situs dan benda- benda cagar budaya di dalamnya dari kerusakan dan menarik kedatangan turis. Bangunan Trowulan Information Center (disebut juga Pusat Informasi

Majapahit), yang memakan lahan seluas 2.190 meter persegi dan dirancang oleh arsitek Baskoro Tedjo itu adalah tahap pertama dari keseluruhan proyek senilai Rp 25 miliar, yang direncanakan selesai dalam tiga tahun mendatang. Ironinya, proyek pembangunan itu justru memakan korban situs itu sendiri, bahkan di tahap yang paling awal. Tiang-tiang beton penyangga yang ditanam merusak situs-situs yang masih terkubur didalam tanah.

Kurangnya kesadaran sejarah berakibat pada rasa tak acuh pada pelestarian situs serta kurangnya rasa kepemilikan. Selain itu faktor dana juga menjadi kendala dalam upaya pelestarian situs, terutama yang terletak di lokasi terpencil dan belum

mendapat SK dari pemerintah. Lokasi situs yang terpencil, kurangnya pengetahuan masyarakat serta minimnya sokongan dana untuk pelestarian situs menjadi masalah yang sangat krusial, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang reolusioner untuk menarik kembali minat masyarakat.

D. Upaya Mempopulerkan Tren Selfie Situs untuk Meningkatkan Minat Masyarakat dalam Pelestarian Situs Sejarah

(14)

Berbagai macam jenis media sosial menyediakan berbagai aplikasi seperti unggah foto, video, unggah status serta berinteraksi melalui public coment maupun privat chat. Dengan adanya aplikasi-aplikasi tersebut, lambat laun mempengaruhi mode fashion serta kehidupan sehari-hari penggunanya. Sejalan dengan

perkembangan gadget dan media sosial, kemudian muncul fenomena baru dalam masyarakat yakni selfie.

Selfie berasal dari bahasa Inggris Self yang artinya diri sendiri. Fenomena selfie adalah fenomena populernya kegiatan memfoto diri sendiri dengan berbagai pose untuk kemudian di unggah di media sosial. Pada perkembangannya kegiatan selfie ini bukan lagi memfoto diri sendiri melainkan juga dengan orang lain. Singkatnya, selfie merupakan bahasa kekinian dari berfoto-ria.

Aktivitas selfie ini telah menjadi suatu tren yang apabila dimanfaatkan dapat menghasilkan keuntungan. Berawal dari setiap orang pasti ingin tampil menarik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Hal ini tentu membuka peluang pasar untuk produk tertentu, misalnya pakaian, aksesoris, makanan bahkan untuk

mempromosikan suatu tempat wisata. Terbukti dengan merebaknya bisnis online seperti yang memanfaatkan media sosial seperti facebook, BBM dan instagram.

Bukan hanya produk saja, tetapi tren selfie ini juga bisa mendongkrak sektor pariwisata. Salah satu program televisi swasta yang mengusung tema pariwisita dalam negeri adalah program yang mampu menjadi virus di masyarakat terutama di dunia maya. Melalui jargon “My trip my adventure” banyak kalangan terutama anak muda mulai menyukai kegiatan traveling ke tempat-tempat yang eksotis dalam negeri. Mereka kemudian mengabadikan dalam sebuah foto yang di atur semenarik mungkin dan mengunggahnya ke media sosial untuk mengundang perhatian publik. Semakin banyak apresiasi melalui like atau love maka semakin tinggi kepuasan yang didapat oleh si pengunggah.

(15)

masyarakat agar mengunjungi situs-situs sejarah. Apabila banyak yang mengunjungi situs maka dana yang masuk ke pengelola situs juga dapat digunakan untuk biaya perawatan situs. Selain itu, tren selfie situs dapat dijadikan sarana pengenalan dan menumbuhkan sikap kepemilikan terhadap situs sejarah. Media sosial kemudian menjadi sarana publikasi selfie situs sehingga kegiatan selfie situs dengan jargon “My culture my adventure” dapat dipublikasikan secara luas.

Gambar 6: situs candi Jedong Gambar 7: situs candi Brahu Sumber : akun instagram @asli_mojokerto

Gambar 8: situs candi Wringin Lawang Gambar 9: situs candi Tikus Sumber: akun instagram @mojokertohitz

(16)

pelestarian situs dengan mengadakan pemilihan duta selfie situs atau duta fotografi situs, misalnya dengan mekanisme seperti program Raka-Raki Jawa Timur. Dalam acara ini Dinas Pariwisata dan Kebudayan bisa menggandeng pihak swasta, yakni produsen produk-produk yang digandrungi masyarakat terutama generasi muda serta komunitas-komunitas pecinta fotografi dan situs-situs sejarah, sehingga pengaruh tren selfie situs bisa tersebar luas.

Tren selfie situs bukan hanya sekadar ajang fotografi saja, melainkan juga sarana edukatif untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan etnosentrisme.

(17)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

1. Kondisi situs bersejarah di Mojokerto pada umumnya masih belum berfungsi maksimal sebagai mana mestinya.

2. Alasan pentingnya situs bersejarah untuk dilestarikan adalah karena sebagai sarana edukasi, pariwisata dan ekonomi masyarakat.

3. Kendala dalam upaya pelestarian situs sejarah meliputi kurangnya kesadaran sejarah, menurunnya popularitas situs sejarah serta minimnya dana.

4. Dipopulerkannya tren selfie situs melalui event lomba selfie situs, pemilihan duta selfie situs dan duta fotografi situs diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian situs sejarah.

B. Saran

(18)

DAFTAR RUJUKAN

1. Mulyana, Slamet. 1965. Menuju Puncak Kebesaran Majapahit. Jakarta: Balai Pustaka.

2. Soejono, R.P. 2010. Sejarah Nasional Indonesia edisi pemutakhiran (volume 2). Jakarta: Balai Pustaka.

3. Soekmono, R. 1990. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia (volume 1). Yogyakarta: Kanisius.

4. Widianto, Harry. 2011. Nafas Sangiran, Nafas Situs Hominid. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.

Gambar

Gambar 1 : petilasan Watu Ombo
Gambar 3 : patung Budha tidur di Maha Vihara Majapahit
Gambar 5 : gedung bioskop Indra masa kolonial
Gambar 7: situs candi Brahu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan basis referensi tidak adanya perubahan dalam tatanan rezim, perlu dipertanyakan sejauh mana rezim mampu mempengaruhi tindakan dan sikap para aktor,

Kerusakan lapisan ozon yang sudah berlangsung selama ini masih dapat diperbaiki jika kita memusnahkan gas CFC dan bahan perusak ozon (BPO) lainnya, sehingga kita dapat

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan prestasi belajar IPA materi gaya grafitasi melalui metode demonstrasi siswa kelas

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Keberkesanan aplikasi History Flip & Board Writing ditunjukkan melalui 3 aspek iaitu keputusan ujian pra dan pasca, maklum balas guru pemerhati dan murid

Melalui tahap- tahap pembelajaran problem based learning yang dimulai dari orientasi pada masalah fenomena gerhana matahari total sampai dengan siswa

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor yang berhubungan terhadap ketidaktepatan waktu pengembalian berkas rekam medis rawat inap antara lain dokter dan

Obyek Pendapat Kewajaran adalah Transaksi Afiliasi yang dilakukan oleh Perseroan atas Ruang Kantor Bank Mayapada dengan nilai transaksi sebesar Rp 265.000.000.000,00. Maksud