• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI HUBUNGAN ANTAR SUDUT DENGAN KONTEKS FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL

Ardi Nuryadi , Sesi Winarni, Suci Agustina Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNSRI

Email : [email protected] ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut. Penelitian ini menggunakan design research tipe validation study yang melibatkan 32 siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap pelaksanaan sesuai design research yang mengacu pada tahapan menurut Gravemeijer dan Cobb. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data dikumpulkan melalui tes, dan observasi langsung. Berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Palembang.

Kata Kunci: Problem Based Learning, Gerhana Matahari Total, Hubungan Antarsudut ABSTRACT

This study aims to determine the role of learning Problem Based Learning model application in the context of a total solar eclipse phenomenon developing student’s understanding about the concept of relationship between the Angles. This study used a validation study of design research was involving 32 students of VII.4 class in SMPN 1 Palembang. This research was done by three phases of implementation according to design research by Gravemeijer and Cobb. The type that have used in this research are qualitative data and quantitative data. Datas were collected by tests and direct observation. Based on the results of this research, model of problem based learning with the real problems or the context of the total solar eclipse phenomenon has an important role in developing student’s understanding the concept of the relationship between the angle that consist of opposite angular relationship and the straight angular relationship in VII.4 class SMP Negeri 1 Palembang.

Key words: Problem Based Learning, Total Solar Eclipse, The Relationship between

(2)

2 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan salah satu ilmu yang berperan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini membuat pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan berupaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pembelajaran matematika.

Matematika itu sendiri memiliki cabang-cabang ilmu diantaranya aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Febriyanti, 2012). Geometri adalah bagian dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang dan memiliki keterkaitan konsep yang tinggi (Wikipedia, 2011). Salah satu bahasan geometri yang dipelajari di kelas VII sekolah menengah pertama adalah hubungan antar sudut yang merupakan sub bab dari garis dan sudut.

Melihat dari kedudukannya, konsep hubungan antar sudut terdiri dari konsep sudut berpelurus, sudut

berpenyiku dan sudut bertolak belakang merupakan dasar dari konsep lainya. Konsep ini digunakan pada materi hubungan sudut pada garis sejajar, jumlah sudut dalam segitiga, ataupun pada konsep geometri lainnya (Febriyanti, 2012). Karena itulah konsep ini sangat penting dalam matematika. Atas dasar itulah, maka materi hubungan antar sudut ini perlu dikuasai siswa.

Namun pada kenyataannya, siswa masih mengalami kesulitan dalam belajar konsep hubungan antar sudut. Hal ini sebagaimana menurut Hastika (2012), siswa masih mengalami kesulitan dalam menghitung persamaan sudut berpelurus atau berpenyiku sehingga tidak dapat menyelesaikan perhitungan aljabar. Begitu juga menurut Firmansyah (2012), banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok hubungan antar sudut.

Permasalahan tersebut sangat lumrah terjadi. Hal ini sebagaimana menurut de Lange (Febriyanti, 2012) bahwa pembelajaran matematika seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengenalkan subjek, memberi contoh, lalu mungkin menanyakan satu atau dua pertanyaan, dan pada umumnya meminta siswa yang mendengarkan secara pasif untuk menjadi aktif dengan mengerjakan latihan di buku. Kemudian pembelajaran berakhir dengan tersusun secara rapi, dan pembelajaran berikutnya akan berlangsung dengan kegiatan serupa.

(3)

3 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Dari kondisi pembelajaran matematika di atas, maka alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mendesain pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif bagi siswa serta dapat menggiring siswa menemukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam desain pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini karena menurut Arends (Frestia, 2014) model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran dapat menggiring siswa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan memandirikan siswa.

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada masalah. Penggunaan strategi problem-based learning dalam pembelajaran matematika memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, bekerjasama secara efektif dalam interaksi belajar mengajar, dan guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa. Dengan demikian peran siswa dan guru dapat berjalan optimal. PBL mengarahkan siswa untuk belajar mandiri sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan dapat menganalisis masalah yang ada didunia nyata (Yuan. 2008).

Dalam pembelajaran Problem based learning tersebut, bahwa masalah yang berhubungan dengan dunia nyata juga disebut dengan konteks. Artinya,

suatu konteks nyata yang dapat memacu siswa lebih paham, serta tertarik dalam pelajaran matematika. Menurut Zulkardi (Sari,2015) konteks dapat diartikan dengan situasi atau fenomena / kejadian alam yang berkaitan dengan konsep matematika yang sedang dipelajari.

Jadi, konteks merupakan suatu situasi fenomena atau kejadian yang berkaitan dengan konsep matematika yang akan ataupun yang sedang dipelajari. Tujuan penggunaan konteks dalam pembelajaran matematika yaitu untuk membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang diharapkan.

Konteks nyata yang tepat dalam pembelajaran hubungan antar sudut ini yaitu dengan fenomena yang baru-baru ini terjadi, yaitu fenomena gerhana matahari. Fenomena gerhana matahari merupakan kejadian yang sangat langkah terjadi, fenomena gerhana matahari terjadi ketika posisi matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan matahari tertutup oleh bulan karena posisi bulan yang menghalangi bumi, sehingga dari bumi sendiri cahaya matahari akan tertutupi oleh bulan baik sebagian saja maupun total, yakni semua cahaya matahari tertutup oleh bulan. Meskipun ukuran bulan lebih kecil daripada matahari dan juga bumi, namun bayangan dari bulan sendiri mampu melindungi cahaya matahari sepenuhnya.

Dari pancaran sinar matahari yang terhalang sampai ke bumi inilah membentuk banyak sudut-sudut yang saling berhubungan. Sehingga, fenomena gerhana matahari ini cocok sebagai konteks dalam pembelajaran

(4)

4 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a matematika pada materi hubungan antar sudut di kelas VII SMP.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Desain Pembelajaran Materi Hubungan Antar Sudut Dengan

Konteks Fenomena Gerhana

Matahari Total”.

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran penerapan model pembelajaran Problem based Learning dengan konteks gerhana matahar total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan konteks fenomena gerhana matahari total dalam membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian desain (design research) yang mendesain materi hubungan antar sudut dengan model pembelajaran Problem Based Learning menggunakan konteks fenomena Gerhana Matahari Total (GMT). Metode design research yang digunakan type validation studies . Ini merupakan suatu cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan peneliti dan mencapai tujuan dari penelitian.

Gravemeijer dan Cobb (Sari,2015) menyatakan bahwa ada 3 tahap dalam pelaksanaan design research. Tahap pertama: preparing for the Experiment/Preliminary Design

(Persiapan untuk Penelitian/Desain Pendahuluan). Pada tahap ini dilakukan kajian literatur mengenai materi pembelajaran yaitu hubungan antar sudut dengan konteks GMT, model pembelajaran Problem Based Learning, kurikulum 2013 dan strategi awal siswa dalam pembelajaran hubungan antar sudut.

Kemudian pada tahap selanjutnya adalah Teaching experiment yaitu uji coba pembelajaran di kelas. Uji coba pengajaran dilakukan peneliti pada siswa SMP Negeri 1 Palembang. Uji coba pengajaran ini direkam dengan menggunakan dokumentasi foto dan video dan hasil kerja siswa juga dikumpulkan. Setelah uji coba, Tahap terakhir adalah Retrospective analisys. Tujuan pokok saat melakukan analisis retrospektif adalah menempatkan percobaan desain dalam konteks teoritis yang lebih luas, sehingga membingkainya sebagai paradigma yang terjadi secara menyeluruh yang ditentukan di awal, dalam hal ini yang dilakukan adalah menganalisis data yang diperoleh dari aktivitas pembelajaran di kelas dan hasil analisa ini digunakan untuk merencanakan kegiatan ataupun untuk mengembangkan desain pada kegiatan pembelajaran berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Palembang tahun ajaran 2015/2016 pada siswa kelas VII.4. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi berupa foto dan video, catatan lapangan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, serta lembar pekerjaan siswa.

(5)

5 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran ini didesain untuk melihat peran konteks gerhana matahari total yang mendukung pemahaman konsep siswa. Siswa dapat memahami dan menemukan konsep hubungan antar sudut yaitu konsep hubungan antar sudut berpelurus dan sudut bertolak belakang melalui tahap-tahap penyelesaian masalah sudut yang terdapat pada pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total yang terdapat.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, peran konteks gerhana matahari total yang didesain ternyata cukup membantu siswa dalam memahami dan menemukan konsep hubungan antar sudut. Berikut ini hasil analisis siswa dalam mengerjakan LKPD yang telah didesain :

Siswa menyelesaikan solusi 1, yaitu mensketsa gambar pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total dan memberi nama dari setiap titik perpotongan antar garis. Adapun perintah pada solusi 1 adalah sebagai berikut :

“Resketch total solar eclipse diagram! Name every intersection point on the sketch!”

Berikut ini cuplikan jawaban siswa :

Gambar 1. Jawaban siswa pada solusi 1

Berdasarkan gambar 1 terlihat siswa telah mampu untuk mensketsa ulang pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total dan memberi nama setiap titik perpotongan antar garis. Dengan mensketsa ulang pancaran sinar matahari pada gerhana matahati total, Siswa dapat membangun pengetahuan bahwa untuk membuat sketsa tersebut dibutuhkan empat garis yang keempat garis tersebut saling berpotongan pada titik-titik tertentu. Pada titik-titik perpotongan empat garis inilah yang membentuk sudut-sudut.

Selanjutnya siswa meyelesaikan solusi ke 2. Pada solusi kedua ini siswa mengalami kesulitan. Kesulitan siswa terjadi dalam menemungan sudut dan memberi nama sudut. Berikut ini kutipan diskusi tentang menemukan sudut yang terbentuk dari sketsa gerhana matahari total.

1. 2. 3.

Peneliti : Ada berapa sudut yang terbentuk dari gerhana matahari total tersebut? 4.

5. 6.

Siswa : Ada 3 kan Miss? (sambil menunjukkan ketiga sudut tersebut) 7.

8. 9.

Peneliti Benarkah cuma ada 3 sudut? Kenapa hanya tiga sudut tersebut? 10.

11. 12.

Siswa : Entah Miss, tapi saya rasa hanya tiga sudut tersebut Miss. 13 14 15 16 17 18 19

Peneliti : Bukan kah tadi telah dijelaskan bahwa sudut terbentuk dari titik perpotongan minimal dua gariskan? Di sketsa tersebut ada berapa titik perpotongan? 20 Siswa : Ada 6 titik perpotongan

(6)

6 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a 21 22 23. Miss. (Sambil menghitung titik perpongan) 24. 25 26 27

Peneliti : Nah kalau begitu kira-kira, benarkah sudut yang terbentuk hanya 3 saja?

28 29 30 31.

Siswa : Tidak benar, Miss. Sudut yang terbentuk akan banyak sekali dan pasti lebih dari 3 sudut. Berdasarkan transkrip tersebut terlihat jelas bahwa siswa tidak memahami konsep sudut. Hal ini terlihat dari perkataan siswa pada baris ke 4-6. Siswa menjawab bahwa sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari hanya 3 sudut yang terbentuk. Pada saat ditanya oleh peneliti mengenai alasan mengapa dia menjawab ada 3 sudut, siswa tersebut tidak bisa menjelaskan alasannya sebaimana terdapat pada percakapan pada baris 10-12. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak memahami konsep sudut. Setelah peneliti menjelaskan mengenai konsep sudut sebagaimana pada percakapan nomor 13-19 barulah siswa-siswa tersebut mengerti sebagaimana pada percakapan nomor 28-31.

Selanjutnya berikut kutipan diskusi siswa tentang memberi nama suatu sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Siswa : Bagaimana memberi nama sudut Miss? Kan dalam 1 titik perpotongan ada 4 sudut yang terbentuk. Jika kita menyebutnya ini sudut A? Terus bagaimana dengan sudut yang ini? Bukannya kalau ini sudut A berarti ini sudut A juga? (Sambil menunjuk pada salah satu titik perpotongan yang membentuk 4 sudut yang berbeda) 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Peneliti : Analisa yang bagus, Dik. Sekarang perhatikan contoh sudut dalam bangun datar berikut. (sambil memberi contoh menamai suatu sudut pada yang terbentuk pada persegi), Sekarang paham kan? 27 28 29 30 31 32 33.

Siswa : Oh iya yaa Miss, berarti setiap titik perpotongan kita beri nama, maka nama sudutnya adalah perpotongan antara ruas garisnya.

Berdasarkan transkrip tersebut terlihat bahwa siswa tidak memahami cara penamaan sudut secara jelas. Pada percakapan baris 1-16 terlihat bahwa siswa kebingungan, bagaimana menamai suatu sudut jika sudut tersebut terbentuk oleh satu titik perpotongan yang sama Namun setelah peneliti

(7)

7 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a memberikan salah satu contoh penamaan sudut yang terdapat pada persegi pada percakapan baris 17-26, barulah siswa mengerti bagaimana memberi nama sudut-sudut tersebut.

Setelah berdiskusi akhirnya siswa dapat menyelesaikan solusi 2. Adapun perintah pada solusi 2 adalah : “Find every angle on the sketch, how many are they? What are they?”

Berikut ini adalah cuplikan jawaban siswa :

Gambar 2. Jawaban siswa pada solusi 2

Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa siswa telah memahami konsep sudut. Indikator kepahaman siswa mengenai konsep sudut dapat dilihat dari jumlah sudut yang dapat mereka temukan pada sketsa pancaran sinar matahari. Dari gambar 2, terlihat bahwa siswa telah menemukan 20 sudut dari 22 sudut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah cukup mengerti mengenai apa sebenarnya yang dimaksud sudut dan bagaimana sudut bisa terbentuk sehingga dengan dasar pengetahuan tersebut, mereka dapat menentukan jumlah sudut yang terbentuk dari gerhana matahari total.

Jawaban solusi 2 pada gambar 2 juga menggambarkan kemampuan siswa dalam memberi nama sudut.

Kemampuan siswa ini dapat kami simpulkan dari membandingkan antara nama sudut yang mereka jawap pada solusi 2 dengan sudut yang terbentuk pada sketsa yang telah dibuat siswa pada solusi 1. Dari gambar 2, kami lihat jawaban mereka adalah benar. Sehingga kami menyimpulkan bahwa siswa telah mampu memberi nama sudut-sudut yanag cukup rumit yang terbentuk dari gerhana matahari total.

Selanjutnya, siswa menyelesaikan solusi 3 yaitu mengukur sudut-sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. Berdasarkan perintah yang terdapat pada solusi 3 ini, terdapat masalah yang terjadi. Berikut ini kutipan diskusi tentang mengukur sudut yang terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total (transkrip percakapan 3).

1 2 3.

Peneliti : Bagaimana kalian mengukur besar sudut <CED? 4. 5 6 7 Siswa : Bagaimana ya ? (Sambil memutar-mutar busurnya di atas <CED) 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19.

Siswa : Coba saya pinjam busurnya. Begini kan Miss? (sambil menunjukkan besar sudut yang telihat pada busur, namun terdapat kesalahan dalam menggunakan busur yaitu tidak menghitung dimulai dari 0° melainkan mulai dari 180° ). 20 Peneliti : Bukan seperti itu

(8)

8 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

adik, kita harus memulai

perhitungan besar sudut menggunakan busur dari 0° , nah selanjutnya kita lihat ujung nya berhenti dimana maka itulah yang menunjukkan besar sudutnya. Kalian paham ?

31 Semua : Iya Miss, paham

Berdasarkan transkrip tersebut terlihat jelas bahwa siswa masih bingung dalam mengukur sudut dengan menggunakan busur. Hal ini terlihat dari percakapan baris 4-19 dimana siswa terlihat siswa salah dalam menggunakan busur untuk menghiitung besar suatu sudut. Siswa bingung dan salah dalam menentukan derajat awal pada busur untuk menghitung besar suatu sudut..Namun setelah peneliti memberikan contoh dan pengarahan terlihat pada percakapan baris 20-30 barulah siswa mengerti dan bisa menhitung besar suatu sudut menggunakan busur.

Kemudian mereka menjawab perintah pada solusi 3. Adapun perintah pada solusi 3 adalah :

“Measure every angle that you find!” Berikut ini cuplikan jawaban siswa :

Gambar 3. Jawaban siswa pada solusi 3

Berdasarkan gambar 3 terlihat siswa telah mampu mengukur besar sudut dengan menggunakan busur. Indikator kemampuan ini dapat dilihat pola jawaban dan hasil observasi langsung di kelas. Pola jawaban yang diperoleh siswa akan benar jika masing-masing sudut yang diukur memiliki pasangan sudut lain yang sama besar dan memiliki juga pasangan sudut lain yang jika dijumlahkan dengan sudut tersebut maka hasilnya 180°, kita dapat lihat pada gambar 3 menunjukkan bahwa jawaban siswa telah sesuai dengan pola tersebut. Kemudian hasil observasi langsung di kelas juga menunjukkan bahwa siswa telah mengukur sudut mengunakan busur dengan tepat dan benar.

Selanjutnya, siswa menyelesaikan solusi 4, yaitu menentukan pasangan sudut-sudut yang memiliki ukuran yang sama. Pada perintah solusi 4 ini siswa tidak menemui masalah. Adapun perintah pada solusi 4 adalah :

“Determine every angle that has equal measure!”

Berikut ini cuplikan jawaban siswa :

(9)

9 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Gambar 4. Jawaban siswa pada

solusi 4

Berdasarkan gambar 4 terlihat jelas bahwa siswa dapat menentukan pasangan sudut yang memiliki besar yang sama. pada solusi 4 tidak terdapat kesulitan yang dialami siswa. Hal ini karena perintah pada solusi 4 sudah jelas dan mudah. Siswa hanya diperintahkan mencari pasangan sudut yang sama besar. Karena pengukuran sudut pada solusi 3 dilakukan dengan tepat dan benar, maka tentunya akan terdapat pasangan-pasangan sudut yang besarnya sama. Sehingga solusi 4 akan mudah diselesaikan.

Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 5, yaitu menarik kesimpulan dari pola yang terbentuk pada jawaban solusi 4. Dari perintah solusi 5 ini terdapat masalah yang dihadapi siswa. Berikut ini kutipan diskusi dari menarik kesimpulan dari pola yang terbentuk pada jawaban solusi 4 (transkrip percakapan 4). 1 2 3 4 5 6 7.

Siswa 1 : Miss, tidak ada pola pada solusi 4, hanya ada 4 pasangan sudut yang masing-masing pasangan memiliki besar sudut yang sama.

8 9

peneliti : Nah itulah polanya. Sekarang hasil yang

10 11 12 13 14 15 16 17 18 kalian peroleh tersebut coba kalian bandingkan dengan sketsa sudut yang telah kalian buat pada solusi 1. Dari hasil perbandingan tersebut apa yang kalian simpulkan? 19 20 21 22 23

Siswa 2 : Ohh, begitu ya Miss. Sekarang kita lihat <LEK dan <CED pada sketsa. Apa yang dapat kita simpulkan? 24

25 26 27 28

Siswa 3 : Sudut ini terbentuk dari satu titik perpotongan yaitu E. Itu saja yang dapat saya simpulkan. 29 30 31 32 33 34 35

Peneliti : Ya, pengamatan yang bagus sekali. Sekarang dari satu titik perpotongan E ada berapa sudut yang dibentuk? Dan amati kembali polanya.

36 37 38

Siswa 4 : Ada 4 sudut dan ada 2 pasang sudut yang sama. 39 40 41 42 43

Peneliti : Yah, bagus sekali. Sekarang lihat apa hubungan dari satu sudut dengan sudut pasanganya. 44 45 46 47 48 Siswa 5 : Hubungannya? Hmmm,, (sambil berpikir). Miss saya menemukannya polanya.

(10)

10 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Berdasarkan transkrip percakapan di atas, terlihat bahwa awalnya siswa bingung, kesimpulan apa yang dapat diambil dari jawaban solusi 4. Kebingungan ini nampak pada percakapan nomor 1-7. Kebingungan ini wajar dialami oleh siswa. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan pada soal yang dibuat peneliti. Perintah dan petunjuk pada solusi 5 kurang jelas dan informatif. Sehingga siswa mengira bahwa kesimpulan tersebut hanya di dapat dari jawaban solusi 4 tanpa membandingkan dengan sketsa pancaran sinar matahari pada solusi 1. Setelah peneliti memberikan arahan pada percakapan nomor 2, barulah siswa mulai membandingkan antara jawaban solusi 4 dengan sketsa solusi 1. Pada saat membandingkan terlihat siswa kebingungan mencari informasi apa yang mereka dapat simpulkan . Namun dengan arahan dan bimbingan dari peneliti akhirnya siswa dapat menemukan kesimpulannya, sebagaimana terlihat pada percakapan pada beris 24-48.

Kemudian mereka menjawab perintah pada solusi 5. Adapun perintah pada solusi 5 adalah :

“Observe the pattern that in the answered point number 5.b, what information you can get?

Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 :

Gambar 5. Jawaban siswa pada solusi 5

Berdasarkan gambar 5, terlihat bahwa siswa telah mampu menarik kesimpulan dari membandingkan jawaban solusi 4 dengan sketsa pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total. Hasil kesimpulan siswa bahwa sudut-sudut yang bertolak belakang besar sudutnya pasti sama. dari hasil kesimpulan ini menunjukkan bahwa siswa telah berhasil menemukan konsep hubungan sudut bertolak belakang.

Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 6(a), yaitu menemukan sudut lurus dan unit-unit pembentuk sudut lurus tersebut. Sudut lurus tersebut terbentuk dari pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total, dimana sudut tersebut terbentuk karena titik perpotongan dua garis dan titik tersebut terletak diantara bulan dan matahari. Adapun perintah pada solusi 6(a) adalah :

“Look at the intersection point between two lines of the moon and the sun! Recall the straight angle concept, how many straight angles are there? Observe the straight angles that you found. Are they made of the other angles?”

Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 :

(11)

11 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Gambar 6. Jawaban siswa pada

solusi 6(a)

Berdasarkan gambar 8 di atas, terlihat bahwa siswa sudah mampu menemukan sudut lurus, hal ini menunjukan bahwa mereka telah memahami konsep sudut lurus yaitu sudut yang memiliki besar 180°. Dari gambar di atas dapat dilihat juga bahwa siswa dapat menemukan unit-unit pembentuk sudut lurus tersebut, hal ini menunjukkan bahwa daya analisa siswa sangat baik.

Selanjutnya siswa menyelesaikan solusi 6(b), yaitu menganalisis data pada solusi 6(a) dan menentukan hubungan antara sudut lurus dengan unit-unit sudut pembentuk sudut lurus tersebut. Adapun perintah pada solusi

Berikut ini cuplikan jawaban dari kelompok 6 :

Gambar 11. Contoh 1 cara menjawab siswa pada solusi 6(b)

Berdasarkan gambar 11 di atas terlihat bahwa siswa telah mampu menemukan hubungan yang terbentuk dari sudut lurus dengan unit-unit sudut penyusun sudut lurus tersebut. Kesimpulan ini didapat siswa dari hasil analisa dan perbandingan antara data besar sudut yang diperoleh dengan sketsa pancaran sinar matahari pada gerhana matahari total.

Setelah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada aktivitas ini, siswa mempresentasikan dan membuat kesimpulan. Selanjutnya siswa mengerjakan dua soal latihan untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai hubungan antar sudut yaitu hubungan sudut berpelurus dan sudut bertolakbelakang.

Berikut ini hasil analisis jawaban latihan siswa :

Soal No.1

Dalam memahami soal tersebut, siswa diharapkan mampu untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan serta mampu memahami makna dari symbol-simbol yang diberikan dalam soal berkonteks tersebut dan juga siswa diharapkan memiliki sikap analitik dalam menentukan besar sudut

1. Find the value of x from this picture!

(12)

12 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a berpelurus.

Gambar 12. Contoh 1 Jawaban siswa pada soal evaluasi No. 1

Berdasarkan gambar di atas, sebenarnya siswa sudah memahami apa saja yang diketahui dan juga unsur-unsur yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah tersebut akan tetapi siswa tidak menuliskan secara tersurat apa saja yang diketahui dan juga apa yang ditanyakan selanjutnya siswa juga tidak memperhatikan syimbol yang ada pada gambar. Sehingga ketika mensketsa gambar ia terpaku pada bentuk gambar bukan pada symbol yang ada pada gambar hal ini menunjukan bahwa sikap analitik siswa masih rendah dalam menentukan besar sudut. Jika dilihat dari sketsa dan juga dari cara aljabar terdapat sebuah kontradiksi jawaban antar keduanya dan juga terdapat sesuatu hal yankg terlihat dipaksakan pada sketsa hal ini menunjukan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa terhadap sudut berpelurus masih rendah sehingga siswa terlihat bingung dengan fakta-fakta yang ada sehingga mengakibatkan siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari apa yang

diperoleh.

Gambar 13. Contoh 2 Jawaban siswa pada soal evaluasi No.1

Berdasarkan gambar diatas terlihat siswa sudah memahami apa yang di tanyakan hal itu terlihat ketika siswa mulai bergerak dari apa yang ditanyakan untuk menjawab soal akan tetapi siswa belum memahami fakta sehingga ia salah dalam mengidentifikasi unsur-unsur yang di ketahui dan juga yang di perlukan untuk menjawab soal hal tersebut berakibat kepada salahnya konsep yang diterapkan dan juga salahnya operasi yang di lakukan sehingga hasil yang di dapatkan juga kurang tepat.

Soal No.2

Based sketch above, seen near the place of registration are intersection. If the angle formed at the bus terminal is 60 degrees, what is the angle formed at the place of registration?

(13)

13 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a Dalam memahami soal tersebut, siswa diharapkan mampu untuk mensketsakan kembali soal yang sudah diberikan, mengidentifikasi sudut dan juga dapat menentukan besar sudut yang bertolak belakang dan sudut berpelurus serta dapat menerapkannya dalam konteks nyata.

Gambar 14. Jawaban siswa pada soal evaluasi No.2

Dari jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa tidak paham soal dan juga ia tidak bisa memahami bagaimana prosedur mengerjakannya sehingga ia hanya dapat mensketsa ulang gambar dari situ juga terlihat bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah dan juga penguasaan konsep masih lemah sehingga ia tidak dapat memecahkannya ketika soal dalam bentuk konteks nyata.

Gambar 15. Jawaban siswa pada soal evaluasi No.2

Dari jawaban siswa tersebut terlihat bahwa siswa sudah memahami soal sehingga ia melakukan sesuai prosedur yaitu mensketsa lalu kemudian menentukan posisi sudut yang diketahui dan posisi sudut yang ditanyakan lalu siswa mengambil kesimpulan, dari jawaban tersebut juga terlihat bahwa siswa sudah memahami konsep sudut sehingga ia dapat menjawab dengan tepat bahwa sudut antara yang diketahui dan yang ditanyakan saling bertolak belakang dan dari jawaban tersebut siswa juga telah paham bahwa sudut yang saling bertolak belakang sama besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning dengan masalah nyata atau konteks fenomena gerhana matahari total memiliki peranan penting untuk membantu siswa memahami konsep hubungan antar sudut yang terdiri dari hubungan sudut bertolakbelakang dan hubungan sudut berpelurus di kelas VII. Melalui tahap-tahap pembelajaran problem based learning yang dimulai dari orientasi pada masalah fenomena gerhana matahari total sampai dengan siswa menemukan sendiri suatu konsep sangat membantu siswa mengatasi kesulitannya dalam memahami konsep hubungan antar sudut berpelurus.

(14)

14 | U n i v e r s i t a s S r i w i j a y a DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, Helen. 2012. Desain Diktatis Konsep Hubungan Antar Sudut pada Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Firmansyah, Dian Teguh. 2012.

Keefektifan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe SQ3R terhadap Kemampuan Pemecahan Siswa SMP Kelas VII. UJMER (UNNES Journal of Mathematics Education Research). ISSN NO 2252-6927 Hastika, Fitriana .2012. Desain

Dikdaktis Konsep Hubungan Sudut-sudut pada Garis-garis Sejajar dalam Pembelajaran Matematika SMP. Skripsi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sari, Paramitha. 2015. Desain

Pembelajaran Materi Pengukuran Sudut dengan Pendekatan PMRI untuk Kelas VI. Jurnal Pendidikan Matematika (Ejournal UNSRI). Vol. 1 No. 1, p. 33-42.

Wikipedia. 2016. Geometri. [online]. Tersedia : http:// id.wikipedia.org/wiki/Matematik a. [01 Mei 2016]

Yuan et.al. 2008. Promoting Critical Thinking Skill through Problem Based Learning. CMU. Journal of Soc. Sci. And Human, 2 (2): 85-100

Frestia, Rina. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran SAVI dan Model PBL Berbantu CD Interaktif terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Materi Pokok Sudut Kelas VII. Prosiding. Mathematics and Science Forum 2014. ISBN 978-602-0960-00-5

Gambar

Gambar 1.  Jawaban siswa pada  solusi 1
Gambar 2.  Jawaban siswa pada  solusi 2
Gambar 3.  Jawaban siswa pada  solusi 3
Gambar 11. Contoh 1  cara  menjawab siswa pada solusi 6(b)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan metode fuzzy pada smoking room digunakan untuk mengontrol exhaust fan dengan input berupa sensor asap MQ-2 dan sensor gas CO (Karbon Monoksida) MQ-7.. Range

ORODDQQ\D EHUVLIDW NHOXDUJD NDUHQD PHPDQJ JDODQJDQ GLEDQJXQ GDQ GLPLOLNL ROHK NHSDOD NHOXDUJD LQWL 7HWDSL WXNDQJ NDSDO XPXPQ\D GDUL DQJJRWD NHOXDUJD GHNDW DWDX GDUL NHODQJDQ

Selama berdiskusi, baik pembawa acara maupun narasumber se- cara visual nonverbal masing-masing berupa- ya menunjukkan eksistensinya di dalam layar untuk menyajikan perbincangan

Dalam kegiatan usaha normalnya, Perusahaan dan beberapa Anak perusahaan tertentu melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, di mana transaksi

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) Sebelum diberikan treatment dengan pendekatan antisipasi didaktis

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alur cerita yang digunakan dalam kitab tersebut adalah alur maju dimulai dari sebelum Rasulullah dilahirkan

Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar,

Pelatihan pembuatan seni mozaik ini akan diterapkan di SD Negeri Kemandungan 03 Kota Tegal dimana disekolah tersebut belum ada pembelajaran seni mozaik. Pelatihan seni mozaik