• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGALITAS USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEGALITAS USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

307 LEGALITAS USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Lukmanul Hakim1, Eka Travilta Oktaria2.

ABSTRAK

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terutama dalam hal ini mendorong para pelaku usaha untuk mendirikan usaha depot air minum isi ulang yang dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi pelaku usaha. Dalam mendirikan usaha depot air minum isi ulang pelaku usaha wajib memperhatikan legalitas kegiatan usaha, sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya, bagi pelaku usaha akan mendapatkan perlindungan hukum terhadap usaha yang dijalaninya. Begitupun bagi konsumen yang akan mengkonsumsi air minum isi ulang dapat terhindar dari perilaku curang atau tidak adil yang dilakukan oleh pelaku usaha. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah legalitas usaha yang dimiliki depot air minum isi ulang serta kaitannya pada perlindungan terhadap konsumen pengguna depot air minum isi ulang.

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Yuridis Normatif - Empiris yaitu dengan cara mempelajari serta mengkaji bahan-bahan atau teori-teori yang berkaitan dengan pemenuhan legalitas usaha depot air minum isi ulang. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara studi pustaka dan data primer sebagai penunjang data skunder dengan cara wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu seleksi data, klasifikasi data, dan sistematika data. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa pelaku usaha depot air minum isi ulang pada umumnya belum memenuhi legalitas usaha terhadap usaha yang dijalaninya. Dokumen legalitas bentuk usaha dapat diketahui dalam akta pendirian perusahaan, nama perusahaan, serta merk perusahaan. Setiap usaha yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat legalitas operasional usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat legalitas operasional usaha tersebut dinyatakan sebagai usaha yang mempunyai bukti legalitas kegiatan usaha. Dokumen Legalitas kegiatan usaha yang dimaksud terdiri atas Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Bukti Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Pembukuan. Depot air minum isi ulang diwajibkan memiliki sertifikat laik hygiene sebagai legalitas usaha yang khusus dari dinas kesehatan, dan depot air minum isi ulang telah memenuhi legalitas kegiatan usahanya, seperti memiliki tanda daftar usaha perusahaan, surat izin usaha perdagangan, dan surat izin tempat usaha. Perlindungan hukum terhadap konsumen dapat ditempuh dengan cara Preventif dan Represif. Berdasarkan Pasal 19 UUPK, pelaku usaha bertanggungjawab memberi ganti kerugian, pengembalian uang ataupun pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila terbukti bersalah. Selain itu, menurut Pasal 23 UUPK pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan kebadan peradilan ditempat kedudukan konsumen.

Kata Kunci : Legalitas, Usaha, Depot Air Minum, Perlindungan Konsumen.

1 Dosen Fakultas Hukum, Universitas Bandar Lampung Email : lukman517422@gmail.com

(2)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

308 I. PENDAHULUAN

Sistem perekonomian yang sehat

seringkali bergantung pada sistem

perdagangan yang sehat, sehingga

masyarakat juga membutuhkan adanya peraturan hukum yang dapat menjamin kepastian terhadap sistem perdagangan tersebut, kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia dalam

bidang perdagangan. Keadaan

perekonomian yang sekarang ini semakin sulit, menyebabkan terjadinya persaingan diberbagai bidang kehidupan, termasuk

persaingan dalam dunia bisnis.

Mengingat kegiatan bisnis semakin meningkat dari hari ke hari, maka tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa atau konflik diantara para pihak yang terlibat.

Kemajuan teknologi yang

semakin berkembang perusahaan dituntut

pula untuk dapat mengikuti

perkembangan zaman agar tidak

tertinggal. Untuk dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik, maka

perusahaan tersebut harus dapat

mengantisipasi perkembangan ekonomi

yang semakin kompetitif dengan

melakukan strategi yang tepat agar tidak tersisih dalam persaingan.

Salah satu contoh dalam

perkembangan teknologi saat ini adalah

adanya Keberadaan depot–depot air

minum isi ulang yang merupakan salah

satu bentuk kegiatan bisnis yang

dilakukan oleh pelaku usaha akan semakin bertahan dengan diterbitkannya

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (untuk selanjutnya disebut UU WDP).3 Pentingnya kegiatan bisnis air minum isi ulang ini dalam

dunia usaha tercermin dari dasar

pertimbangan dikeluarkannya UU WDP, yaitu sebagai upaya dalam mewujudkan

3 Lihat dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

pemberian perlindungan hukum, serta juga pembinaan kepada dunia usaha dan perusahaan khususnya golongan ekonomi yang lemah. Dalam penyusunannya diperhatikan pula kebiasaan-kebiasaan

yang benar-benar hidup dalam

masyarakat pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya.

Air minum adalah air yang memiliki proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila

memenuhi persyaratan fisika,

mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi adalah total bakteri coliform dan escericia coli. Air yang dibutuhkan manusia meliputi air layak pakai yang bersih yang sehat untuk keperluan memasak, mencuci, dan mandi serta air yang layak konsumsi untuk

keperluan air minum.4

Usaha air minum isi ulang merupakan bentuk usaha kecil dalam dunia usaha mampu untuk memperluas lapangan kerja yang baru memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat, serta mendorong

pertumbuhan ekonomi khususnya bagi pelaku uasaha. Usaha kecil sangat berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya. Namun pada kenyataannya, usaha kecil masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan

peranannya secara optimal dalam

perekonomian nasional. Pada

kenyatannya menunjukkan bahwa usaha

kecil masih menghadapi berbagai

hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran,

pemodalan, sumber daya manusia,

(3)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

309 teknologi, serta iklim usaha yang belum

mendukung perkembangannya.

Seiring dengan makin majunya

teknologi diiringi dengan semakin

sibuknya aktivitas manusia maka

masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah dalam memenuhi kebutuhan air minum. Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif adalah dengan menggunakan air minum isi ulang yang diproduksi oleh Depot air Minum Isi Ulang (DAMIU). Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum

dan menjual langsung kepada konsumen.5

Perkembangan usaha kecil dan

menengah berinteraksi dengan

perkembangan ilmu dan teknologi yang akan mengarah ke perkembangan hukum. Hubungan antara ilmu dan teknologi dengan bidang hukum menyebabkan temuan teknologi yang menghasilkan produk-produk berdampak positif dan negatif bagi masyarakat. Untuk itu diperlukan aturan-aturan hukum yang

baru untuk mengaturnya serta

pemanfaatan perkembangan ilmu dan teknologi untuk kepentingan hukum.

Seiring dengan kemajuan

teknologi serta semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat, yang merupakan salah satu kebutuhan primer yaitu air minum, maka pelaku usaha akan semakin terdorong untuk melakukan usaha dalam

bidang air minum. Hal tersebut

disebabkan karena dalam memenuhi kebutuhan air minum, setiap keluarga

untuk memasak air minum untuk

kebutuhan sehari-hari dan membutuhkan

waktu yang relatif lama. Untuk

memanfaatkan efektivitas dan efisien waktu dari berbagai kesibukan para pengguna air minum, dalam memenuhi kebutuhan air minum tersebutdengan membeli air minum bersih di depot-depot air minum isi ulang. Hal ini dikarenakan

5 Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI .2004. Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI No.651/MPP/Kep/10//2004 tentang persyaratan teknis depot air minumdan perdagangannnya. Jakarta : Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI

praktis serta harga yang ditawarkan relatif murah dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Mendirikan usaha air minum isi ulang yang sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi. Sebab telah tersebar diseluruh wilayah Indonesia, termasuk di Bandar Lampung. Berbagai upaya telah dilakukan pelaku usaha air minum isi ulang dalam menjalankan usahanya

tersebut. Secara optimal, untuk

mendapatkan legalitas usaha yang telah dijalankan serta peningkatan kualitas

terhadap produk yang dihasilkan

sehingga pelaku usaha mendapatkan perlindungan hukum dalam menjalankan usahanya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Untuk memperoleh legalitas

usaha dan meningkatkan kualitas

produksi, pelaku usaha perlu

meningkatkan standar mutu air minum yang telah ditetapkan oleh instansi-instansi yang terkait dan menangani standar mutu yang akan dipasarkan. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan ketat dari Dinas Kesehatan.

Pengetahuan konsumen tentang air minum isi ulang yang masih terbatas,

seringkali menjadikan masyarakat

diperlakukan kurang adil atau dirugikan. Hal tersebut merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha akibat adanya produk air minum isi ulang yang tidak memenuhi standar dan syarat kesehatan. Sehingga banyak pelaku usaha yang tidak mempunyai legalitas dalam menjalankan usaha air minum isi ulang.

Pelaku usaha air minum isi ulang sekarang ini sudah semakin banyak dan besar. Hal tersebut terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah depot usaha air minum isi ulang diberbagai tempat sehingga dalam menjalankan

kegiatan usahanya akan terjadi

persaingan sesama perusahaan air minum isi ulang.

(4)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

310 masih banyak pelaku usaha yang melihat

usaha depot-depot air minum isi ulang ini sangat menjanjikan, terutama dalam hal biaya yang relatif murah, produksi yang

cepat, serta efisiensi waktu yang

dibutuhkan. Di samping itu pelaku usaha air minum isi ulang banyak yang melakukan pelanggaran seperti air yang diproduksi tidak memenuhi standar

kesehatan, sebab air tersebut

mengandung bakteri e coli sehingga masyarakat dan konsumen diperlakukan kurang adil.

Pelaku usaha dalam mendirikan usaha depot air minum isi ulang sering tidak memperhatikan legalitas terhadap usahanya. Hal inilah yang membuat masyarakat seringkali tidak memperoleh perlindungan hukum, karena banyak depot-depot air minum isi ulang yang tidak mempunyai legalitas usaha.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang disebut juga dengan penelitian hukum teoritis atau penelitian hukum dogmatik karena tidak

mengkaji pelaksanaan impementasi

hukum.6 Penelitian ini meneliti dan

mengkaji mengenai pemberlakuan atau

implementasi ketentuan hukum

perusahaan berdasarkan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan serta Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Serta dilakukan juga Pendekatan secara Empiris yaitu dengan meneliti dan mengumpulkan data primer sebagai pendukung data sekunder yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan

wawancara dengan responden atau

narasumber yang berhubungan dengan legalitas usaha depot air minum isi ulang.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

6 Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, Hlm.102.

Menurut Abdulkadir Muhammad

penelitian hukum deskriptif bersifat

pemaparan dan bertujuan untuk

memperoleh gambaran atau deskripsi lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu yang terjadi

dalam masyarakat.7 Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi

secara jelas dan lengkap yang

memaparkan mengenai legalitas usaha dan dikaitkan juga kedalam perlindungan terhadap konsumen depot air minum isi ulang.

I. PEMBAHASAN

A. Legalitas Usaha Dalam Depot Air Minum Isi Ulang

Perusahaan merupakan badan

usaha yang menjalankan kegiatan di

bidang perekonomian (keuangan,

industri, dan perdagangan), yang

dilakukan secara terus menerus atau

teratur (regelmatig), terang-terangan

(openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Menurut pemerintah Belanda, pada

waktu membacakan “memorie van

toelichting” Rencana Undang-Undang “Wetboek van Koophandle” di hadapan Parlemen, bahwa “perusahaan” ialah keseluruhan perbuatan yang dilakukan

secara tidak terputus-putus dengan

terang-terangan dalam kedudukan

tertentu dan untuk mencari laba.

Menurut Molengraff, perusahaan

adalah keseluruhan perbuatan yang

dilakukan secara terus menerus,

bertindak keluar, untuk memperoleh

penghasilan, dengan cara

memperdagangkan atau menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan. Molengraff memandang pengertian perusahaan dari sudut ekonomi saja karena tujuan memperoleh

penghasilan dilakukan dengan cara

memperdagangkan barang, menyerahkan

barang, dan perjanjian perdagangan.8

7 Ibid, Hlm.50.

(5)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

311 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

arti dari legal adalah resmi, sesuai dengan

aturan atau Perundang–undangan,

sedangkan legalitas merupakan perihal sah. Legalitas suatu usaha merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pelaku usaha, baik dalam kegiatan usaha yang bersifat badan hukum, non badan hukum maupun usaha perseorangan.9

Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah

atau ketentuan hukum perusahaan.

Pihak–pihak tersebut dapat berupa badan

legislatif yang menciptakan Undang–

Undang, pihak–pihak yang mengadakan

perjanjian menciptakan kontrak, Hakim yang memutus perkara menciptakan kebiasaan dalam kegiatan usaha jadi, hukum perusahaan itu terdiri atas kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam

Perundang–undangan, kontrak,

yurisprudensi, dan kebiasaan yang

mengacu dalam kegiatan usaha.10

Menurut ketentuan Undang–

Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan mengenai Bentuk usaha adalah badan usaha yang

berfungsi sebagai organisasi yang

menjalankan kegiatan usaha. Bentuk

usaha tersebut harus memenuhi

persyaratan yang diatur oleh Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan. Setiap bentuk usaha yang telah memenuhi

persyaratan Undang–Undang tersebut

akan dinyatakan sebagai bentuk usaha yang sah dan juga telah mempunyai legalitas bentuk usaha. Bentuk usaha tersebut dapat berupa : Persekutuan

Badan Hukum, dan Perseorangan.11

Dokumen legalitas bentuk usaha dapat diketahui dalam akta pendirian perusahaan, nama perusahaan, serta merk

perusahaan. Setiap usaha yang

menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat legalitas operasional Bandung, Hlm. 7.

9 Kamus Besar Bahasa Indonesia,2010, Hlm. 238. 10 Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, Hlm. 73 1111 Ibid, Hlm. 297.

usaha. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat legalitas operasional usaha tersebut dinyatakan sebagai usaha yang mempunyai bukti legalitas kegiatan usaha. Dokumen Legalitas kegiatan usaha yang dimaksud terdiri atas Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Bukti Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Pembukuan.

Mencoba bisnis baru dibidang air

minum isi ulang, ternyata tidak

dibutuhkan modal yang terlalu besar, hanya saja dibutuhkan tempat yang strategis. Ternyata dapat meningkatkan penjualan hingga 50%, selain harga tentunya yang lebih kompetitif. Bisnis air minum isi ulang ini semakin banyak diminati oleh pelaku usaha maupun konsumen, dikarenakan harga air minum yang sudah mempunyai merek terkenal semakin tinggi, bahkan air kemasan botol pun semakin mahal walaupun kandungan mineral yang terdapat pada air minum ini boleh dibilang tidak jauh berbeda dengan air minum isi ulang yang dijual di depot-depot pengisian air minum isi ulang.

Mendirikan usaha air minum isi ulang ini lebih sederhana jika dibandingkan dengan perusahaan persekutuan atau badan hukum. Pendirian usaha ini tidak memerlukan perjanjian karena hanya didirikan oleh seorang pengusaha. Dalam mendirikan usaha depot air minum isi ulang ini juga tidak memerlukan legalitas bentuk usaha, tetapi ada legalitas lainnya, seperti surat izin dari dinas kesehatan dan sertifikat

(6)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

312 Meskipun usaha yang dijalani

oleh pelaku usaha itu hanya merupakan usaha kecil, tetapi harus diperhatikan pula oleh pelaku usaha bahwa akta pendirian tersebut sangat penting untuk keberlangsungan usahanya.

Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa depot air minum isi ulang tidak memiliki akta pendirian sehingga dapat dikatakan bahwa usaha depot air minum isi ulang tersebut tidak mempunyai legalitas bentuk usaha terhadap usaha yang dijalaninya dan depot ini dapat dikatakan sebagai bentuk usaha perseorangan dikarenakan tidak memiliki akta pendirian usahanya. menjalankan kegiatan usahanya. Dengan adanya nama usaha tersebut maka depot air minum isi ulang yang ada dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat keberadaannya. Nama usaha ini dapat ditemukan di dalam surat-surat resmi yang ada dalam perusahaan.

Nama usaha akan melekat pada bentuk usahanya, seperti contoh yang ada pada depot usaha air minum isi ulang yang merupakan bentuk usaha perseorangan. Nama yang diambil dari nama pribadi pemilik dibolehkan, misalnya “depot Anna”, akan tetapi dilarang memaka nama pribadi sebagai nama perusahaan yang memberi kesan seolah-olah perusahaan itu milik orang lain yang namanya dipakai itu. Sebagai contoh, pemilik depot air minum isi ulang itu bernama Andy tidak boleh menggunakan nama depotnya dengan nama depot Anna. Nama ini memberikan kesan bahwa depot tersebut milik Anna padahal milik Andy.

Penggunaan nama usaha juga dilarang menggunakan nama usaha dengan nama pribadi yang mirip dengan

nama perusahaan orang lain karena akan data membingungkan masyarakat dan konsumen. Misalnya pemilik depot air minum isi ulang bernama Sandy memberi nama kepada depotnya dengan nama depot Sandy, padahal sudah ada depot dengan nama yang sama.

Penggunaan nama pribadi yang membentuk nama usaha dan disatukan dengan bentuk hukum usahanya, misalnya PT. Andy, nama ini dibolehkan karena PT. adalah bentuk hukum perusahaan dan Andy adalah nama pribadi pemilik. Akan tetapi, dilarang menggunakan nama usaha yang memberi kesan seolah-olah jenis usaha itu berbentuk persekutuan, padahal jenis usaha itu berbentuk perseorangan. Misalnya, depot Andy adalah usaha perseorangan, tetapi diberi nama Andy & co, nama ini menunjukan nama persekutuan firma.

Penggunaan nama juga dilarang untuk memakai nama perusahaan orang lain yang sudah ada dan dipakai lebih dahulu walaupun terdapat sedikit perbedaan. Hal ini akan membingungkan masyarakat dan konsumen, misalnya sudah ada perusahaan penerbitan PT. Citra Aditya Bakti Bandung. Kemudian muncul perusahaan penerbitan baru yang bukan dari grupnya yang diberi nama PT. Citra Aditya Usaha Bandung. Nama perusahaan yang baru ini bertentangan dengan etika bisnis dan akan menimbulkan persaingan usaha yang bersifat melawan hukum. Nama perusahaan yang baru ini tidak dibolehkan karena akan merugikan perusahaan yang sudah ada lebih dahulu. Bentuk hukum persekutuan atau perseorangan akan diketahui ketika mendaftarkan usahanya. Setiap usaha yang berbentuk persekutuan harus didaftarkan, jika tidak berarti usaha itu berbentuk perseorangan.

b. Merek Usaha Depot Air Minum Isi Ulang

(7)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

313 terjadi bahwa nama usaha dijadikan juga

merek usaha dalam satu lingkungan jenis usaha tertentu. Ada kemungkinan juga terjadi bahwa nama usaha megandung merek orang lain atau merek yang mengandung nama usaha orang lain.

Di dalam surat izin yang dimiliki oleh pelaku usaha juga tidak ada disebutkan merek usaha, tetapi hanya disebutkan nama usahanya saja. Bagi konsumen tidak akan kebingungan dalam menyikapi hal tersebut, karena banyak yang menganggap bahwa nama usaha dan merek usaha merupakan hal yang sama, walaupun sebenarnya menurut hukum perusahaan itu sangat berbeda arti dan maknanya.

Pelaku usaha air minum isi ulang yang akan menjalankan kegiatan usahanya harus memperhatikan legalitas bentuk usaha yang berfungsi untuk dapat menjalankan kegiatan usaha, sehingga pelaku usaha yang telah memiliki legalitas bentuk usaha dapat menjalankan kegiatan usahanya dan terlindungi secara hukum dan bagi konsumen sendiri akan merasa terlindungi dari pelaku usaha yang tidak adil dan yang berbuat curang, kecuali dengan adanya izin usaha dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan serta Dinas Kesehatan.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas diketahui bahwa usaha depot air minum isi ulang pada umumnya tidak memiliki legalitas bentuk usaha yaitu tidak memiliki akta pendirian, nama usaha serta merek usaha. Hal ini disebabkan karena pelaku usaha depot air minum isi ulang itu merupakan usaha perseorangan, sehingga pelaku usaha tidak perlu memiliki akta pendirian. Dengan tidak memiliki akta pendirian, nama dan merek usaha, maka usaha depot air minum isi ulang tidak memiliki legalitas bentuk usaha yang dijalaninya tersebut.

Masih banyak pelaku usaha yang berlaku curang serta tidak adil terhadap air minum yang diproduksinya, seperti masih ditemukan depot air minum yang

menjual air yang mengandung bakteri e coli, padahal penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare, hepatitis dan tifoid menduduki peringkat tertinggi. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui pasti akan mutu standar dari proses pembuatan air minum isi ulang tersebut.

Dengan menjamurnya depot air minum isi ulang, belum dapat menjamin bahwa air yang dikonsumsi masyarakat bebas dari bakteri dan zat lain yang membahayakan kesehatan. Kondisi inilah yang memacu dinas-dinas terkait untuk dapat menindaklanjuti hal seperti ini. Mulai saat ini, setiap usaha depot air minum harus mengantongi sertifikat laik sehat yang dikeluarkan oleh dinas terkait, dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan.

Pelaku usaha juga harus

mengurus sertifikat laik sehat, setiap

depot-depot air minum isi ulang

diwajibkan melakukan uji berkala. Uji berkala dilakukan setiap penggantian air baku atau pembersihan tandon air, atau minimal tiga bulan sekali terutama untuk pemeriksaan kadar bakteriologi, serta depot-depot air minum isi ulang juga diwajibkan untuk mempunyai legalitas

terhadap usaha yang dijalaninya,

sehingga akan adanya perlindungan hukum yang menjamin beroperasinya usahanya tersebut. Untuk memperoleh sertifikat laik hygiene pelaku usaha dapat megajukan permohonan tertulis terlebih dahulu kepada Dinas Kesehatan untuk dapat memeriksa kualitas air baku dan air hasil produksinya. Setelah mengajuan permohonan tersebut, maka tim dari Dinas Kesehatan akan langsung ke lapangan untuk mengambil sampel air minum isi ulang.

Pemeriksaan sampel dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu uji fisik, uji kimia, dan uji mikrobiologi. Pemeriksaan sampel dilapangan hanya terbatas pada uji fisik air minum saja, sedangkan untuk uji kimia dan mikrobiologi hanya dapat

(8)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

314 Kesehatan Kota Bandarlampung.

Setelah didapat dari hasil

pemeriksaan laboratorium akan

disampaikan kepada pelaku usaha

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari untuk

pemeriksaan mikrobiologi dan 10

(sepuluh) hari untuk pemeriksaan kimia.

Adapun syarat ketentuan standar

mengenai parameter kualitas air minum

isi ulang yag harus memenuhi laik

hygiene dan diperiksa di laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung.

Syarat dan ketentuan parameterkualitas air minum, sebagai berikut:

1. Parameter yang berhubungan

dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi (per

100 ml) (1) E Coli

0

(2) Total bakteri kolifon

0

b. Kimia an-organik (mg/I)

(1) Arsenic

2. Parameter yang tidak langsung

berhubungan dengan kesehatan

b. Parameter Kimiawi

(1) Aluminium 0,2

Dilihat secara fisik, konsumen dapat mendeteksi apakah air minum itu layak untuk dikonsumsi atau tidak. Dilihat dari segi fisik, air minum tidak boleh memiliki bau, rasa, dan warna (harus jernih). Baik dalam kemasan baru maupun yang ada di depot-depot air minum isi ulang.

Melalui tes laboratorium dapat diteliti dari segi kimiawai, air minum harus bebas dari kandungan zat kimia berbahaya, seperti logam berat (air raksa atau merkuri), timbale (Pb), aluminium (Au), besi, serta klorida. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung, air minum isi ulang tersebut akan aman dikonsumsi jika disertai data hasil penelitian yang valid, misalnya jumlah sampel yang diambil, kandungan air minum isi ulang dan sebagainya.

(9)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

315 konsumen. Hal ini dimaksudkan agar

masyarakat dan konsumen tahu serta tidak ragu ketika akan mengkonsumsi air isi ulag tersebut.

Pada prinsipnya, air minum isi ulang banyak dijual oleh pelaku usaha layak dikonsumsi oleh konsumen, karena kualitasnya sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan. Intinya, air yang layak diminum melewati tiga syarat kelaikan sehat, yaitu dari segi fisik, kimia, dan mikrobiologi. Jika syarat standar kesehatan tersebut oleh pelaku usaha depot air minum isi ulang telah terpenuhi, maka depot tersebut akan diberikan sertifikat izin laik hygiene dari Dinas Kesehatan. Bagi usaha depot air minum isi ulang tersebut sudah dapat untuk menjalankan kegiatan usahanya di bidang air minum isi ulang. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Pengawasan Air Minum pada Depot Isi Ulang.

Selanjutnya menurut pemilik

depot air minum isi ulang zam-zam yang

berada di daerah untung suropati

mengatakan bahwa legalitas memang hal yang sangat penting terutama dalam meyakinkan konsumen akan air yang

dikonsumsi merupakan air yang

berstandar dan telah diuji sehingga konsumen tidak lagi perlu takut akan air yang akan dikonsumsi. Selain itu penerapan laik hygienis oleh dinas kesehatan memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi konsumen yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum isi ulang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan secara mandiri didapati bahwa beberapa depot air minum isi ulang (DAMIU) yang ada di Kota Tomohon masih belum melakukan pengolahan secara

tepat dan benar, misalnya dalam

penanganan air hasil pengolahan, jenis peralatan yang digunakan, serta belum adanya pemeriksaan secara rutin terhadap

kualitas air minum hasil

produksiPemeriksaan fisik depot air minum

isi ulang dengan angka sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Kementerian Kesehatan tahun 2014.12

Dengan adanya legalitas terhadap usaha depot air minum isi ulang, maka konsumen dapat lebih terjamin. Dinas terkait yang mengeluarkan legalitas usaha juga harus teliti dan tepat dalam mengeluarkan sertifikat laik sehat kepada pelaku usaha sehingga konsumen dapat

lebih mendapatkan perlindungan.

Legalitas kegiatan usaha ini penting bagi

pelaku usaha, dikarenakan dengan

adanya legalitas kegiatan usaha, pelaku

usaha dapat menjalankan kegiatan

usahanya dengan benar dan jujur, sehingga akan terhindar dari perbuatan curang dan kurang adil yang seringkali dilakukan oleh para pelaku usaha depot air minum isi ulang.

B. Perlindungan Konsumen Dalam Pelaksanaan Kegiatan Usaha Depot Air Minum Isi Ulang

Kata “Perlindungan” mempunyai arti, antara lain tempat berlindung, perbuatan penyelamatan, memberikan pertolongan, membuat sesuatu menjadi aman. Perlindungan adalah perbuatan yang melindungi sesuatu dari gangguan yang dapat merugikan, yang dilaksanakan oleh pihak–pihak lain. Perbuatan untuk melindungi sesuatu tesebut diatur oleh hukum yang berlaku, artinya hukum mencegah dengan ancaman hukuman apabila ada pihak lain yang melanggar, maka pihak lain yang merasa dirugikan berhak menuntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Istilah Konsumen berasal dari alih

bahasa yaitu kata consumer (Inggris–

Amerika), atau consument/konsument

(Belanda). Secara harfiah kata consumer

itu adalah setiap orang yang

(10)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

316

menggunakan suatu barang, dan

konsument adalah pemakai terakhir dari barang dan jasa yang diserahkan kepada mereka dari pengusaha (produsen dan pedagang perantara).

Pasal 1 angka (2) Undang–

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen. Konsumen

adalah Setiap orang memakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.13

Pasal 1 angka (1) Undang–

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan konsumen.

Sebenarnya kedudukan antara pelaku usaha dan konsumen adalah setara karena hubungan antara pihak tersebut sederajat dan timbal balik (reciprocal) serta memiliki hak dan kewajiban yang timbal balik pula. Namun pada kenyataannya konsumen selalu berada pada posisi yang lemah. Pelaku usaha lebih cenderung

memanfaatkan kelemahan dan

ketidaktahuan konsumen akan haknya. Konsumen sering kali menjadi objek aktivitas bisnis untuk memperoleh keuntungan yang sebesar–besarnya bagi pelaku usaha. Hal ini didukung oleh sikap mental konsumen yang menerima atas perlakuan pelaku usaha tanpa melakukan tuntutan hukum. Hal tersebut perlu dilakukan oleh konsumen untuk melindungi dirinya dari gencarnya pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa

yang belum diketahui kualitas

produknya. Untuk itulah diperlukan suatu sikap kritis dari konsumen agar ia tidak selalu berada pada posisi yang lemah.

Hubungan hukum antara pelaku

usaha dan konsumen dimana masing–

masing pihak memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda, namun terkadang dalam hubungan hukum ini posisi

13 Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

konsumen lebih rendah dari pelaku usaha

sehingga konsumen memerlukan

perlindungan hukum terhdap

kepentingannya. Namun berbeda dengan kelompok masyarakat pelaku usaha, kepentingan mereka dalam penggunaan suatu produk adalah untuk membuat prosuk lain atau memperdagangkannya, baik berupa barang ataupun jasa yang merupakan bidang usaha atau profesi mereka. Perlindungan yang mereka perlukan adalah bagaimana menjalankan

bisnis mereka masing–masing dengan

baik dan lancar serta memperoleh

keuntungan yang sebesar–besarnya.

Menurut Pasal 1 angka (1)

Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen,

Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Ada tiga unsur utama yang terdapat dalam konsep perlindungan

hukum menurut Undang–Undang

Perlindungan Konsumen yaitu:

a. Adanya Jaminan.

b. Kepastian Hukum.

c. Perlindungan Konsumen.14

Adanya jaminan hukum dikaitkan

dengan adanya Peraturan Perundang–

Undangan yang melindungi kepentingan konsumen dari perbuatan pelaku usaha yang kurang baik. Dengan adanya

Peraturan Perundang–undangan tersebut

berarti hukum memberikan jaminan

terhadap para subjek hukum atas

kepentingan dan haknya. Jaminan akan kepastian hukum, ukurannya secara

kualitatif ditentukan dalam Undang–

Undang Perlindungan Konsumen untuk memberikan perlindungan konsumen,

baik dalam bidang hukum privat

(perdata) maupun bidang hukum

publik.15

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui bahwa perlindungan

14 Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(11)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

317

konsumen adalah suatu cara atau

perbuatan hukum untuk melindungi

kepentingan konsumen dari suatu

perbuatan yang merugikan. Maka yang dimaksud perlindungan konsumen adalah usaha atau perbuatan untuk melindungi konsumen, berupa perlindungan hukum

dalam bentuk ketentuan–ketentuan

tertulis yang memuat hak dari konsumen

dan melalui lembaga–lembaga yang

ditentukan oleh badan hukum untuk dapat menyelesaiakan setiap kegiatan atau perbuatan pelaku usaha yang merugikan konsumen air minum isi ulang.

Dalam ilmu hukum, perlindungan hukum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Perlindungan secara Preventif

Keselamatan konsumen melalui

perundang–undangan dan peraturan–

peraturan yang dilaksanakan sebagai hukum yang menanggulangi keadaan yang tidak diharapkan dan memberikan perlindungan bagi seseorang, sekelompok masyarakat dari suatu keadaan yang telah terjadi yang tidak diinginkan.

b. Perlindungan secara Represif

Upaya penanggulangan

keselamatan konsumen yang dilakukan oleh lembaga perlindungan konsumen, swadaya masyarakat, pelaksanaan dan

kesalamatan konsumen dilaksanakan

sebagai pelaksana hukum yang

menanggulangi keadaan yang tidak

diharapkan dan memberikan

perlindungan bagi seseorang, masyarakat atau sekelompok masyarakat dari suatu keadaan yang tidak diinginkan.

Dalam pelaksanaan kegiatan

usaha mempunyai suatu hubungan

hukum konsumen dengan pelaku usaha yaitu bersifat timbal balik artinya baik

konsumen maupun pelaku usaha masing–

masing memiliki hak dan kewajiban secara seimbang. Konsumen diberikan perlindungan secara represif yang artinya

diberikan perlindungan oleh suatu

lembaga perlindungan konsumen,

swadaya masyarakat yang merupakan lembaga nonpemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang bertugas

menangani dan mengawasi kegiatan perlindungan konsumen.

Salah satu lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau sering disebut dengan YLKI yang hingga saat ini masih aktif mengawasi

kegiatan perlindungan konsumen.

Sebagai lembaga perlindungan konsumen swadaya msyarakat Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia bermaksud

memberikan bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat selaku konsumen agar terhindar dari hal–hal yang merugikan dan membela serta memperjuangkan

hak–hak konsumen yang telah diakui dan

disepakati oleh lembaga–lembaga

perlindungan konsumen yang tergabung

dalam International Organization of

Consumers Union (IOCU).

Menurut Ketua YLKI Lampung saat ini konsumen telah dijamin oleh undang-undang perlindungan konsumen khususnya dalam hal jaminan kesehatan pengguna depot air minum dalam hal ini adalah konsumen yang mengkonsumsi air minum depot telah diberikan izin serta legalitas usaha yang baik dari instansi dan pengawasan yang cukup ketat oleh dinas kesehatan yang mengeluarkan sertifikasi laik hygiene.

C. Tanggungjawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Bila Terjadi Kerugian Akibat Mengkonsumsi Air Minum Isi Ulang Dalam UUPK

Tanggungjawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,

dipersalahkan, diperkarakan dan

(12)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

318 tersebut.

Tanggungjawab pelaku usaha

diatur dalam Pasal 19 UUPK yang menyatakan bahwa:

a. pelaku usaha bertanggungjawab

memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran dan/atau

kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan/atau

jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan

b. ganti rugi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat berupa

pengembalian uang atau

penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku

c. pemberian ganti rugi dilaksanakan

dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi

d. pemberian ganti rugi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) tidak menghapuskan

kemungkinan adanya tuntutan

pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan

e. ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan

tersebut merupakan kesalahan

konsumen.

Tanggungjawab pelaku usaha

dalam hal ini terkait dengan hak konsumen dan kewajiban pelaku usaha. Dimana dalam Pasal 4 UUPK menyatakan konsumen memiliki hak antara lain:

1. Hak untuk memperoleh keselamatan

a. Hak ini dimaksudkan untuk

memberikan jaminan keamanan dan keselamatan dalam memakai atau menggunkan barang dan/jasa (dalam hal ini air minum isi ulang). Oleh karena itu, setiap pelaku usaha air minum isi ulang dalam memproduksi air minum isi ulang berkewajiban untuk:

a) memenuhi persyaratan

peraturan yang telah

ditentukan oleh

pemerintah;

b) menjamin bahwa air

hasil produksinya aman dan tidak berbahaya bila dikonsumsi.

2. Hak untuk memperoleh informasi

Hak ini dimaksudkan agar

konsumen mendapat informasi

yang benar dan jelas untuk setiap

barang/jasa yang akan

digunakannya dan konsumen dapat

memilih barang/jasa yang

dibutuhkan serta terhindar dari berbagai kerugian. Informasi yang dibutuhkan konsumen air minum isi ulang meliputi:

a. bahan baku air;

b. parameter yang berhubungan dengan kesehatan;

c. proses pengolahan.

3. Hak untuk memilih

Konsumen memiliki hak untuk memilih barang/jasa yang dibutuhkan secara bebas atas dasar keyakinan diri sendiri bukan karena pengaruh lingkungan luar. Dalam memilih, konsumen berhak

untuk menentukan pilihannya baik

kualitas maupun kuantitasnya. Untuk menjamin hak pilih konsumen ini, maka diciptakan iklim usaha yang sehat dab tidak monolistis.

4. Hak untuk didengar

Konsumen dalam hal ini berhak didengar pendapatnya, baik secara kolektif

maupun indvidu berkaiatan dengan

kualitas suatu barang/jasa yang dapat berakibat merugikan konsumen. Hak untuk didengar ii diwujudkan dengan cara mengadu kepada pelaku usaha apabila

konsumen merasa dirugikan atau

dikecewakan atas barang/jasa hasil

produksinya.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi

Hak ini dimaksudkan untuk

(13)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

319 Adapun kewajiban pelaku usaha

menurut Pasal 7 UUPK adalah:

a. beritikad baik dalam

melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang

benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta member pejelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan dan melayani

konsumen secara benar, jujur, dan tidak diskriminasi;

d. menjamin mutu barang

dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. member kesematan kepada

konsumen untuk menguji atau mencoba barang dan/atau jasa

tertentu, serta memberikan

jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan;

f. memberikan kompensasi, ganti

rugi dan/atau pengganti atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberikan kompensasi, ganti

rugi dan/atau pengganti apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Hak-hak konsumen dan kewajiban pelaku usaha di atas dimaksudkan untuk menciptakan tanggungjawab pelaku usaha

terhadap konsumen. Konsumen

mempunyai hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Hak atas informasi yang benar dan jujur

dimaksudkan agar konsumen dapat

memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk (dalam hal ini air minum isi ulang), karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang

diinginkan/sesuai kebutuhannya serta

terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk.

Informasi yang merupakan hak konsumen air minum isi ulang tersebut diantaranya adalah mengenai bajan baku air, parameter yang berhubungan dengan

kesehatan, serta proses pengolahan.

Informasi ini sangat penting bagi

konsumen untuk memilih barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Maka apabila terjadi kelalaian atau kesalahan yang dilakukan pelaku usaha yang

mengakibatkan kerugian terhadap

konsumen, wajib memberikan

kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian atas kerugian akibat

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

Berdasarkan Pasal 19 UUPK, pelaku usaha bertanggungjawab memberi

ganti kerugian, pengembalian uang

ataupun pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila terbukti bersalah. Selain itu, menurut Pasal 23 UUPK pelaku usaha yang menolak

dan/atau tidak memberi tanggapan

dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan kebadan peradilan ditempat kedudukan konsumen.

II. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Legalitas Usaha yang ada di dalam

Usaha Depot Air Minum Isi Ulang antara lain:

a. Nama Perusahaan;

b. Merek Perusahaan;

c. Laik Higienis yang dikeluarkan

oleh Dinas Kesehatan.

2. Perlindungan Konsumen dapat

(14)

Vol 1 No. 04, 2018 Pactum Law Journal

©2018 Hukum Perdata all right reserve ISSN: 2615-7837

320

a. Perlindungan secara Preventif

b. Perlindungan secara Represif

3. Tanggung Jawab Yang dilakukan

berdasarkan Pasal 19 UUPK pelaku usaha bertanggung jawab memberi ganti kerugian berupa pengembalian uang, santunan yang sesuai dengan

ketentuan peraturan

perundang-undangan.

B. Saran

1. Pelaku usaha depot air minum isi

ulang yang menjalankan usahanya

harus memenuhi syarat hukum

perusahaan yaitu memenuhi legalitas usaha baik legalitas bentuk usaha maupun legalitas usaha, sehingga dalam menjalankan usahanya akan terlindungi dan sah secara hukum dan adanya rasa aman serta terjaminnya keberlangsungan usaha depot air minum isi ulang tersebut;

2. Dinas Kesehatan, dapat melakukan

pengawasan rutin terhadap depot-depot air minum isi ulang, sehingga air minum yang beredar di masyarakat

benar-benar hygiene sesuai dengan

ketentuan Kepmenkes No. 907/2002 dan memiliki jaminan kepastian hukum bagi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya;

3. Pemerintah Daerah dapat membuat

suatu kebijakan terkait

berkembangnya depot air minum isi ulang sebagai usaha mikro kecil dan menengah sehingga butuh peran serta pemerintah untuk membuat suatu kebijakan secara khusus mengenai Depot Air Minum Isi Ulang.

Daftar Pustaka

Buku-Buku/Literatur

Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan

Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

Abdul kadir Muhammad, 2010, Hukum

Perusahaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

Ahmadi Miru dkk, 2004, Hukum

Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Jurnal

Rumondor P. 2014. Identifikasi Bakteri Pada Depot Air Minum Isi Ulang di Kota

Manado.Jurnal e-Biomedik, Volume 2, Nomor 2, 2014 (Online).

(http://download.portalgaruda.org./article.php ?)

Filisita V Pandeinuwu1, HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA TOMOHON TAHUN 2015, PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN 2302 – 2493

Sumber Lainnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia,2010, Hlm. 238.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang Pengawasan Air Minum pada

Depot Isi Ulang.

Referensi

Dokumen terkait

Gatot Efdi Saputra : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (Amd) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan depot air minum isi ulang oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan periode yang lebih rutin lagi tidak hanya

Hukum perlindungan konsumen terhadap usaha DAM isi ulang ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dikaitkan dengan peraturan menteri

apabila berang atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian... 2) Bentuk Perlindungan sebagai Pengawasan terhadap Usaha Air Minum Isi Ulang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pekerja depot air minum isi ulang dalam menjaga kualitas air minum isi ulang di Kabupaten Dairi.. Metode yang dipakai

Ada, pemilik hanya mengajarkan menggunakan alat-alat depot air minum isi ulang tetapi tidak memberitahukan bagaimana menjaga kualitas air minum isi ulang yang baik (1)b.

Penerapan standar mutu pada air minum isi ulang oleh pelaku usaha depot air di Kota Padang dibuktikan berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Padang baik

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan..