• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA TANPA IZIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA TANPA IZIN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA

TANPA IZIN

(Jurnal)

Oleh Supri Sugiarto

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERANAN KEPOLISIAN DAERAH LAMPUNG DALAM PEMBERANTASAN TENAGA KERJA INDONESIA

TANPA IZIN

Oleh

Supri Sugiarto, Eddy Rifai, Firganefi Email : sugiartosupri45@gmail.com

Tenaga kerja Indonesia tanpa izin di Provinsi Lampung sudah sangat meresahkan, oleh karena itu diperlukan tindakan Kepolisian secara represif dan preventif guna mencegah terjadinya Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin. Permasalahan adalah Bagaimana Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dan faktor–faktor yang menghambat. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpulan data yaitu dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola menggunakan metode induktif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa: Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin meliputi (1) upaya represif yaitu dilakukan dengan meningkatkan penindakan oleh pihak kepolisian yaitu melakukan proses penyidikan sampai kepengadilan; (2) upaya preventif yaitu dilakukan yaitu peningkatan kinerja dan koordinasi dengan instansi terkait, serta melakukan patroli dan penjagaan di daerah-daerah rawan; (3) upaya pre-emtif yaitu dilakukan dengan memberi sosialisasi kepada masyarakat secara rutin. Faktor penghambat yang paling relevan dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung yaitu faktor Penegak hukum yaitu kurangnya sinergitas dari instansi-instansi lain, sarana dan fasilitas yang belum memadai, Kurangnya simpati masyarakat. Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut: Diharapkan kepada pemerintah secepatnya membuat satuan tugas khusus Daerah Lampung dalam pencegahan Tenaga kerja Indonesia tanpa izin dilampung; Diharapkan kepada masyarakat dapat bekerja sama dengan pihak Kepolisian dalam pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Sehingga memperkecil gerak dari pelaku sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

(3)

ABSTRACT

POLICE ROLE OF LAMPUNG REGION IN INDONESIA EMPLOYMENT ERADICATION

WITHOUT PERMISSION

By: Supri Sugiarto, Eddy Rifai, Firganefi Email: sugiartosupri45@gmail.com

Unlicensed Indonesian workers in Lampung Province have been very disturbing, therefore it is necessary to repressive and preventive Police measures to prevent unemployed Indonesian Workers. The problem is how the role of Lampung Police in the Eradication of Indonesian Workers without permission and the factors that hamper. In this study the authors perform two approaches namely the juridical normative approach and empirical juridical approach. The data collection procedure is by library and field study. The data obtained is managed using an inductive method. Based on the results of research and discussion, it can be seen that: The role of Lampung Regional Police in the Eradication of Unlicensed Indonesian Workers includes (1) repressive efforts that is done by increasing the action by the police that is conducting the investigation process until the court; (2) preventive efforts, namely the improvement of performance and coordination with related institutions, and patrolling and guarding in vulnerable areas; (3) the pre-emtive effort is done by giving socialization to the community on a regular basis. The most relevant inhibiting factor in the Eradication of Indonesian Workers without permission by Lampung Regional Police is the factor of law enforcement namely the lack of synergy of other agencies, facilities that have not been adequate, Lack of public sympathy. Suggestions that can be submitted by the author are as follows: It is expected to the government as soon as possible to make a special task unit of Lampung Region in the prevention of Indonesian Workers without permission to be completed; It is expected that the community can work together with the Police in eradicating the crime of Indonesian Workers without permission. So that minimize the movement of the perpetrators of Unemployed Indonesian Workers syndicate.

(4)

I. Pendahuluan

Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.1 Dalam amandemen UUD 1945 tentang Ketenagakerjaan juga disebutkan dalam Pasal 28d ayat (2) UUD 1945. Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk memfasi-litasi warga negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu perencanaan matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut.

Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri juga masih mewarnai kondisi ketenagakerjaan Indonesia, khususnya terkait dengan penyelenggaraan, penempatan dan perlindungan Tenaga kerja Indonesia masih perlu terus diperbaiki dan disempurnakan agar Tenaga Kerja Indonesia dapat bekerja dengan baik, terlindungi hak asasinya, dan bisa menikmati hasil jerih payah secara penuh. Sejauh ini masalah yang dihadapi adalah minimnya perlindun-gan hukum, sejak rekrutmen, ketika bekerja di luar negeri, dan setibanya kembali ke tanah air. Bahkan terjadi banyak kasus pemulangan Tenaga Kerja Indonesia secara paksa karena mereka tidak memiliki dokumen lengkap.2 Hal tersebut di karenakan

1

Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.

2Adrian Sutedi, Hukum Perburuan,Rajawali

Pers, Jakarta, 2009, Hlm. 2.

Tenaga Kerja Indonesia tersebut ketika rekrutmen tidak sesuai.

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah warga negara indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.3

Pada saat ini ditemukan berbagai macam Modus Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dalam hal ini pemerintah harus tegas dalam memberantas pelaku-pelaku yang memberangkatkan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin dalam hal ini Kepolisian harus aktif dalam memberantas pelaku-pelaku Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin di lampung. Dalam hal ini Kepolisian memiliki tugas yaitu:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2. Menegakan hukum, dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Apakah Kepolisian itu sudah menjalankan sesuai dengan kedud-ukannya maupun sesuai dengan peranannya yang diinginkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Teori tentang Peranan, Suatu peranan tertentu dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut

1) Peranan yang ideal (ideal role) 2) Peranan yang seharusnya

(expected role)

3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

3Zaeni Asyadie, Hukum Kerja, Rajawali

(5)

4) Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).

Kerangka sosiologis tersebut, akan diterapkan dalam Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberan-tasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, sehingga pusat perhatian akan diarahkan pada peranannya. Namun demikian, di dalam hal ini ruang lingkup hanya dibatasi pada peranan yang ideal dan seharusnya.4 Dalam upaya melindungi dan mengawasi Tenaga Kerja Indonesia Pemerintah juga membuat Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja, Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun 2014 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indone-sia Provinsi Lampung di Luar Negeri5 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.6

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan berbentuk skripsi dengan judul Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberan-tasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu:

4Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Rajawali Pers, Jakarta, 2012, Hlm. 21.

5

Perda Provinsi Lampung No 16 Tahun

2014 Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

provinsi Lampung Di Luar Negeri

6Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 3 tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

1) Bagaimana Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja IndonesiaTanpa Izin.

2) Apakah faktor–faktor pengham-bat Dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa Izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung.

Pada penelitian ini penulis melakuk-an dua pendekatmelakuk-an yaitu pendekatmelakuk-an yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Prosedur pengumpu-lan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan. Data yang diperoleh dikelola dengan menggunakan meto-de induktif.

II. Hasil dan Pembahasan

A.Peranan kepolisian Daerah Lampungdalam Pemberantasan tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudu-kannya, dia menjalankan suatu peranan.7

Teori tentang Peranan, Suatu peranan tertentu dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut

1) Peranan yang ideal (ideal role) 2) Peranan yang seharusnya

(expected role)

3) Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role) 4) Peranan yang sebenarnya

dilakukan (actual role).

7Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu

(6)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai Peranan kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan tenaga Kerja Indonesia tanpa izin adalah sebagai berikut:

Hasil wawancara ferizal8, dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin Kepolisian melakukan kerjasama dan berkoordinasi terhadap instansi-instansi yang terlibat dalam Tenaga Kerja Indonesia, seperti berko ordinasi dengan pihak imigrasi, Disnakertrans Provinsi Lampung dan pihak BP3TKI Lampung. Selain berkoordinasi terhadap instansi yang terkait tersebut, Kepolisian Daerah Lampung melakukan upaya-upaya dalam mencegah, menanggulangi dan memberantas para sindikat pelaku tindak pidana Tenaga Kerja tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang lebih menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan ancaman bagi pelakunya.9

Upaya Represif yang dilakukan Kepolisian melakukan proses penyidikan sampai kepengadilan dalam hal ini di atur juga di Pasal

8Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit

IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017.

9Soerdato, Hukum dan Hukum Pidana.

Alumni Bandung, 1986. hlm. 113

101 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindu-ngan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri yaitu:

1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, kepada Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di instansi Pemerin-tah, Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagai-mana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, untuk melakukam penyidikan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:

a) melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan tentang tindak di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

b) Melakukan pemeriksaan terha-dap orang yang diduga melaku-kan tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

c) meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang penem-patan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

d) melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam perkara tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

(7)

penem-patan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

f) meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tug-as penyidikan tindak pidana dibidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;

g) menghentikan penyidikan apa-bila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

3) Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimak-sud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.10

2. Upaya Non Penal

Ferizal11 mengemukakan bahwa selain upaya penal ada juga upaya non penal yang dilakukan oleh aparat penegak hukum merupakan upaya dalam pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa iziny ang bersifat preventif dan pre-emtif.

a) Upaya Pre-emtif

Menurut Ferizal12 upaya pre-emtif yang dilakukan pihak Kepolisian dalam pencegahan, penangulangan dan pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin

10Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 39 Tahun 2004 Tentang

Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

11

Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017.

12

Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017.

yaitu pihak kepolisan melakukan penyuluhan dan memberi informasi tentang bahayanya menjadi Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin kepada masyarakat umum. Tujuan penyu-luhan yaitu agar masyarakat menin-gkatkan kesadaran hukum dan ikut serta menjaga keamanan ditengah masyarakat itu sendiri dan memberi-kan pencerahan kepada masyarakat.

b) Upaya Preventif

Menurut Ferizal13 upaya preventif yang di lakukan oleh Kepolisian dalam, penanggulanagan dan pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yaitu mencegah terhadap kemungkinan kejahatan yang mungkin terjadi dengan cara:

a) Patroli

Patroli adalah salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang merupakan perwujudan tindakan pencegahan yang perlu dilaksanakan sehingga menghilangkan faktor niat dan mencegah dari tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Dalam melaksanakan kegiatan Patroli Kepolisian memiliki kegiatan Yaitu:

a. Deteksi:Mencari dan mengum-pulkan informasi mengenai sin-dikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin melalui Kamtibmas yang tersebar di Provinsi lampu-ng, sebagai masukan informasi kepada pimpinan Kepolisian setempat guna menentukan lang-kah dan tindakan yang akan diambil.

b. Represif: yaitu apabila

13

(8)

kan peristiwa tertangkap tangan dapat mengambil tindakan berupa pengamanan tersangka, barang bukti, tempat kejadian peristiwa (TKP) dan saksi-saksi yang ada guna proses penyidiakan selanjutnya.

c. Dialogis: yaitu Kepolisian berkomunikasi langsung kepada masyarakat guna menciptakan pencitraan yang baik oleh Kepoli-sian kepada masyarakat untuk menjalin kerjasama dan berkoor-dinasi yang baik dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di daerah-daerah yang rawan terjadinya tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin guna mene-kan angka dan menghilang-mene-kan tindak pidana itu terjadi.

b) Penjagaan

Penjagaan adalah salah satu bentuk kegiatan Kepolisian yang dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada keselamatan orang, harta benda atas kepentingan masyarakat bangsa dan negara. Sasaran-sasaran dalam pelaksanaan kegiatan penjagaan untuk pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan yaitu daerah-daerah yang rawan terjadinya tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin guna mempersempit gerak para pihak sindikat tersebut.

Menurut Ferizal14 dari banyaknya kasus tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin di Lampung pihak Kepolisian hanya mampu mengungkap satu atau dua saja setiap tahun di karenakan sulitnya memberantas Tenaga Kerja

14

Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017.

Indonesia tanpa izin dan sampai saat ini pelaku-pelaku yang tertangkap tidak sampai ke proses pengadilan di karenakan kurang lengapnya alat bukti yang kuat sehingga hanya sampai di proses penyidikan saja.

Menurut Adma Husni Malik15 dalam membantu pihak Kepolisian Daerah Lampung pihak imigrasi melakukan tindakan-tindakan yaitu, berkoordi-nasi dengan instansi terkait Tenaga Kerja Indonesia, mengecek surat-surat atau dokumen yang di apakah dokumen itu palsu atau tidak, setelah itu pihak Imigrasi melakukan wawancara ketika pembuatan paspor tujuannya agar mengetahui niat dari pembuat paspor tersebut apakah ada indikasi tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, apabila cara-cara tersebut masih bisa lolos maka pihak imigrasi menempatkan anggotanya di bandara-bandara dengan melakukan pemeriksaan barang-barang dan dokumen-dokumennya yang di namakan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) apabila ketika pemerikasaan pihak imigrasi menemukan dokumen-dokumen yang mencurigakan pihak imigrasi berkerjasama dengan Kepolisian untuk proses selanjutnya.

Dalam pemeriksaan pihak imigrasi berpatokan terhadap peraturan yang sudah ada seperti Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017 tentang Pencegahan Tenaga Kerja Indonesia Nonprosedural16 yaitu

15

Hasil wawancara dengan Adma Husni Malik, Kantor Imigrasi Kelas 1 bandar lampung. Selasa, 05 Desember 2017.

16Surat Edaran Direktur Jenderal Imigrasi

Nomor IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017

tentang Pencegahan Tenaga Kerja

(9)

dalam melakukan pemeriksaan pihak imigrasi harus cermat dan selektif terhadap kebenaran formil dan materil yang di lampirkan serta melakukan pemeriksaan atau verifikasi terhadap keabsahan Kartu tanda penduduk atau rekomendasi Tenaga Kerja Indonesia yang tersedia di portal Direktorat Jenderal Imigrasi.

Menurut waydinsyah17 dalam membantu pihak Kepolisian dalam memberantas Tenaga Kerja Indon-esia tanpa izin adalah pihak BP3TKI Lampung melakukan sosialisasi ke daerah-daerah rawan tindak pidana tenaga kerja indonsia Tanpa izin, memberikan pemaham-anan terhad-ap masyarakat bahayanya menjadi Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin, selain itu pihak BP3TKI Lampung melakukan koordinasi terhadap Kepolisian, dinaskertrans dan imigrasi dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indone-sia Tanpa izin, selain itu BP3TKI Lampung memberikan perlindungan tehadap korban Tenaga Kerja Indonesia tanpa izin yang di atur dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinyaitu: ayat (1) Setiap calon Tenaga Kerja Indonesia/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan.

17

Hasil wawancara dengan Waydinsyah,

Kepala Seksi Perlindungan dan

Pemberdayaan BP3TKI Lampung. Senin, 04 Desember 2017.

Menurut Nuning Sri Rahayu18 dalam membantu pihak kepolisain, Disnakertrans melakukan koordinasi terhadap instansi yang terkait Tenaga Kerja Indonesia dan melakukan Sosialisais atau penyuluhan program tentang penempatan dan perlindung-an Tenaga Kerja Indonesia. Dalam berkoordinasi sitiap instansi harus meningkatkan fungsi dan tugasnya sehingga dalam pemberantasannya dapat maksimal.

Menurut Maroni19 upaya atau peranan yang dapat dilakukan Kepolisian Daerah Lampung dalam mengaplikasikan ketiga fungsinya ini, Kepolisian jangan hanya bersifat represif, justru yang lebih diutamakan adalah peranannya dalam kaitannya yaitu dalam pencegahannya Preventif yaitu dimulai dari pengurusan administra-si, jadi jika ada Biro-biro yang menyelenggarakan penampungan Tenaga Kerja Indonesia tersebut. Pihak Kepolisian tersebut harus Proaktif dalam menanyakan legalitas dari Biro-biro tersebut. Dalam mengurus administrasi seperti SKCK Kepolisian harus mengaitkan dengan adanya kemungkinan-kemungkinan terjadinya kejahatan-kejahatan dalam bidan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia. Kepolisian harus secara intergratif untuk melakukan peranannya, baik dari pengawasan maupun penindakan.

Teori yang harus di gunakan

18

Hasil wawancara dengan Nuning Sri rahayu, Kasi Penempatan Tenaga kerja Luar negeri Disnakertrans Lampung. Rabu 08 November 2017.

19

Hasil wawancara dengan Maroni, Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

(10)

Kepolisian dalam menjalankan peranannya agar lebih optimal, secara standar yaitu peranan normatif dikarenakan pihak Kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan hukum yang ada, namun dalam konteks dia bukan hanya sebagai Penegak Hukum melainkan sebagai pelindung masyarakat.

Kepolisian seharusnya melakukan peranannya yaitu bersifat ideal yang jangkauannya secara futuristik atau kedepan, jangan melihatnya seketika saja. Anggaran bukan menjadi satu-satunya alasan Kepolisian dalam memberantas Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin, jika Kepolisian melakukan upaya-upaya yaitu subsidi anggaran selain itu Kepolisian bisa melakukan kerja sama dengan instansi-instansi sehingga walaupun tidak mempunya anggaran tetapi bisa berjalan. Kepolisian dapat mengoptimalkan peranan dari Babinkamtibmas yang ada di desa-desa. Kepolisian juga dapat mengoptimalkan teknologi ITE dalam memberi informasinya, sehingga tidak memakan biaya banyak.

Berdasarkan Peraturan terkait Tenaga Kerja Indonesia setiap instansi harus bekerja dan memaksimalkan tugas dan fungsinya masing-masing sesuai peranannya tetapi tidak melupakan koordinasinya sehingga setiap instansi bisa berjalan optimal dan dapat memberantas sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izintersebut.

Penulis sependapat dengan Maroni bahwa Kepolisian dalam melakukan pemberantasannya tidak hanya mengandalkan upaya penal saja tetapi dengan mengkolaborasikan

antara upaya penal dan non penal karena Kepolisian tidak dapat atau mustahil untuk menjalankan perananya yaitu pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinjika hanya menggunakan upaya penal saja. Sehingga Kepolisian harus meningkatkan upaya non penal dengan cara kerjasama anatar semua pihak baik dari Kepolisian, instansi maupun masyarakat untuk bersama-sama mencegah tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

Upaya penal dan non penal tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan harus dilaksanakan secara bersama-sama sehingga ada dua upaya pihak Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izindi provinsi lampung. Sehingga dapat memenuhi tugas dan fungsi yang sebagaimana yang diharapkan.

B. Faktor – faktor Penghambat dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh Kepolisian Daerah Lampung.

(11)

Hambatan cenderung bersifat nega-tif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang di kerjakan oleh seseorang. Berdasarkan penelitian di lapangan yang di lakukan dan selaras dengan Soerjono Soekanto, secara garis besar faktor-faktor yang mengham-bat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinoleh Kepolisian Daerah Lampung. Menu-rut Soerjono Soekanto20 faktor-faktornya adalah:

1) Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja.

2) Faktor penegak hukum, yak-ni pihak-pihak yang membent-uk maupun menerapkan hmembent-ukum. 3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. 4) Faktor masyarakat, yakni

ling-kungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh jawaban atas permasalahan mengenai faktor Penghambat dalam Pemberan-tasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh Kepolisian Daerah Lampu-ng. adalah sebagai berikut:

1) Faktor Aparat Penegak Hukum

Menurut hasil wawancara dengan Ferizal21,maka diketahui bahwa

20Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi penegak Hukum di

Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1983, Cetakan ke-4.

21

Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017

faktor aparat penegak hukum yang menghambat Peranan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberant asan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin adalah secara kuantitas masih kurangnya sumber daya manusia di dalam Direktorat Kriminal Umum Polda Lampung yang khusus melakukan penyelidikan dan penyi-dikan, kurangnya pengetahuan dari sebagian personil yang bertugas sehingga dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin belum maksimal sampai saat ini dan belum adanya tim khusus yang di tetapkan dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yang mendukung penegakan hukum sehingga kurang maksimalnya sinergitas antara masing-masing instansi.

Menurut Maroni,22 bahwa dalam memberantas Tenaga Kerja Indone-sia Tanpa izin pihak KepoliIndone-sian harus berkerjasama atau berko-ordinasi kepada instansi atau lembaga yang berkaitan dengan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin sehingga masalah anggaran tidak menjadi alasan dalam bekerjanya pihak Kepolisian dalam memberan-tas pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Kepolisian juga bisa mengoptimal-kan peranan semua instansi yang terlibat dalam urusan Tenaga Kerja Indonesia, sehingga anggaran tidak menjadi alasan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Ferizal dan Maroni mengenai faktor-faktor penghambat

22Hasil wawancara dengan Maroni, Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

(12)

dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung, selain itu penulis memberikan sedikit tambahan yaitu minimnya pemahaman dan pengeta-huan terhadap anggota Kepolisian Daerah Lampung ketika melakukan operasi pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinsehingga mengalami kegagalan.

2) Faktor Sarana dan Prasarana

Menurut Ferizal,23 Sarana dan prasarana yang menghambat Per-anan Kepolisian Daerah Lampung dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin yaitu keterbatasan sarana dan prasarana dalam mengungkap sindikat Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin di karenakan para pelaku selalu mencari modus baru dalam perekrutan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin, bila satu modus tersebut terungkap maka para pelaku akan mencari modus lain.

Menurut Adma Husni Malik24 dalam memberantas Tenaga Kerja Indo-nesia Tanpa izin sangatlah sulit karena sarana dan prasarana masih kurang dan belum memadai seperti ketika masyarakat ingin membuat paspor ke luar negeri pihak imigrasi melakukan wawancara dan meng-ecek persyaratan-persyaratan. Ke-tika pihak imigrasi melakukan wawancara kepada masyarakat, pihak imigrasi masih mengunakan sistem kepercayaan terhadap masyarakat sehingga ada saja yang

23Hasil wawancara dengan Ferizal, Kasubit

IV Renakta Polda Lampung. Senin, 11 Desember 2017.

24Hasil wawancara dengan Adma Husni

Malik, Kantor Imigrasi Kelas 1 bandar lampung. Selasa , 05 Desember 2017.

lolos, dengan alasan keluar negeri yaitu liburan dan berkunjung ke tempat keluarganya padahal niatnya ingin bekerja disana. Pihak imigrasi belum mempunya alat bantu pendeteksi kebohongan sehingga belum maksimal dalam membantu pihak Kepolisian dalam memberan-tas Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Feizal dan Adma Huni malik mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung.

3) Faktor Masyarakat

Menurut Ferizal25 kurangnya kesadaran dan kepudulian mas-yarakat terhadap sesuatu hal yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat tersebut merupakan salah satu yang menjadi faktor penghambat. Masyarakat juga harus ikut serta membantu pihak kepolisan jika melihat kegiatan-kegiatan yang tidak wajar dengan cara melapor ke pihak Kepolisian atau instansi yang terkait. Masih banyak masyarakat yang ketakutan atau keengganan untuk melapor dan menjadi saksi dalam proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

Ketakutan tersebut dapat disebabkan oleh adanya ancaman dari pihak pelaku yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap masyarakat yang berani melaporkan kegiatan tersebut. Masyarakat yang

25

(13)

takut dan tidak melapor ketika ada kegiatan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin kepada aparat penegak hukum, dapat menghambat Kepoli-sian dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

Kepolisian Daerah Lampung mengemban tugas dan fungsi di bidang ketertiban dan menegakan hukum di wilayah kerjanya, melayani dan mengayomi masyarakat dengan baik. Apapun yang di lakukan pihak Kepolisian dalam upaya pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin tetapi tidak didukung oleh warga masyarakat, upaya tersebut tidak akan memperoleh hasil yang di harapkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Ferizal mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin oleh kepolisain Daerah Lampung.

4) Faktor Budaya

Menurut Nuning Sri Rahayu26 kebiasaan masyarakat yang mencari pekerjaan yang cepat karena tidak mau mengikuti syarat-syarat menjadi Calon Tenaga Kerja Indonesia secara resmi karena masyarakat berpendapat bahwa biaya mengurusi syarat-syarat tersebut mahal. Sehingga masyarakat kebanyakan memilih jalur cepat yaitu Tanpa izin. Selain itu penilaian masyarakat terhadap

26Hasil wawancara dengan Nuning Sri

rahayu, Kasi Penempatan Tenaga kerja Luar negeri Disnakertrans Lampung. Rabu 08 November 2017.

Kepolisian mempengaruhi kinerja Kepolisian tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sependapat yang dikemukakan oleh responden yaitu Nuning Sri rahayu mengenai faktor-faktor penghambat dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izinoleh kepolisain Daerah Lampung, selain itu penulis memberikan sedikit tambahan yaitu faktor kebudayaan sangat penting dalam menghambat pihak Kepolisian Daerah Lampung dalam pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin apabila masyarakat masih bersifat toleran dan mebiarkan pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin menjalankan kejahatannya.

Faktor yang paling relevan dan dominan dalam proses penanggu-langan tindak pidana pemerasan dan/ atau pengancaman melalui media elektronik ini yaitu faktor sarana dan fasilitas yang belum memadai sehingga memperlambat kinerja kepolisian. Kurang baiknya prosedur pemuatan akun seperti

facebook, BBM, instagram, twitter

yang biasanya tidak sesuai dengan identitas yang sah (KTP). Dan juga keberadaan pelaku yang berada di luar wilayah Polda Lampung.

III. Penutup

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan penulis, maka dapat disimpulkan yaitu:

(14)

izin dapat dilakukan melalui upaya represif dan preventif. 1) upaya represif yaitu dilakukan

dengan meningkatkan peninda-kan oleh pihak kepolisian dengan memberikan sanksi tegas dan berefek jera kepada pelaku.;

2) upaya preventif yaitu dilakukan melalui peningkatan kinerja kepolisian dan pening-katan koordinasi dengan instansi terkait seperti Disnak-ertrans, BP3TKI, Imigrasi dan Pemerintah Provinsi Lampung, serta melakukan patroli dan Penjagaan di daerah-daerah rawan terjadinya Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin;

3) upaya pre-emtif yaitu dilakuk-an dengdilakuk-an memberi sosialisasi kepada masyarakat bahayanya menjadi Tenaga Kerja Indon-esia tanpa izin serta mencipta-kan hubungan harmoni antara masyarakat dengan Kepolisian.

2. Faktor penghambat Dalam Pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin Oleh Kepolisian Daerah Lampung adalah:

1) Faktor penegak hukum yaitu kurangnya sinergitas dari instansi-instansi lain sehingga sampai saat ini belum

maksimalnya dalam

pemberantasan tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin.

2) Faktor sarana dan prasarana, yang belum memadai. Maka dari itu diperlukan biaya yang mendukung kemampuan ang-gota kepolisian, serta fasilitas berupa laboratorium sebagai pengembangan teknologi dan

informasi dalam melakukan penelitian bagi kepentingan penyidikan.

3) Faktor masyarakat yaitu masih adanya ketakutan atau keengganan masyarakat untuk melapor serta menjadi saksi dalam proses penyidikan dan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin dan kurangnya simpati masyarakat terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya.

4) Faktor budaya yaitu masih kentalnya budaya bahwa bekerja di luar negeri itu dapat meningkatkan derajat hidupnya sehingga semakin banyaknya masyarakat yang ingin menjadi Tenaga Kerja Indonesia.

Faktor Penghambat yang paling relevan dan dominan dalam proses pemberantasan tenaga kerja Indone-sia tanpa izin yaitu minimnya anggaran sehingga sarana dan prasarana belum memadai sehingga memperlambat kinerja kepolisian.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam hal ini penulis dapat memberikan saran:

(15)

sus dibida-ng cyber crime seperti pelatihan pendeteksian dini kejahatan mela-lui akun-akun

palsu.

2. Diharapkan kepada Kepolisian Daerah Lampung mengembang-kan jaringan kerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin. Hal ini diperlukan guna mengantisipasi meningkatnya angka tindak pidana Tenaga Kerja Indonesia Tanpa izin di provinsi lampung

Daftar Pustaka

Buku:

Asyadie, Zaeni, 2008, Hukum Kerja,

Rajawali Pers, Jakarta.

Kamus Bahasa Indonesia, 2002, Balai Pustaka, Jakarta.

Soedarto, 1986, Kapita selekta Hukum Pidana. Alumni, Bandung.

Soekanto, Soerjono,1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.

---. 2010, Sosiologi suatu pengantar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sutedi, Adrian, 2009, Hukum Perburuan,Sinar Grafika, Jakarta.

Universitas Lampung, 2012, Format Penulisan karya Ilmiah Univer-sitas Lampung, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Perda Provinsi Lampung No 16

Tahun 2014 Tentang

Penempatan dan Per-lindungan Tenaga Kerja Indonesia provinsi Lampung Di Luar Negeri

Surat Edaran Direktur Jenderal

Imigrasi Nomor

IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017 tentang Pencegahan Tenaga Kerja Indonesia Nonprose-dural

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada analisis struktur support pemegang sumber dan karakterisasi yang meliputi pengujian kinerja sistem kendali dan kinerja

Berdasarkan tabel 4.9 tentang tabulasi silang hubungan antara kualitas pelayanan kesehatan Posyandu dengan frekuensi kunjungan ibu balita di Posyandu XI

Sebelum digunakan, inkubator, wadah dan alat-alat untuk mengambil telur dicuci dengan alkohol 10%, sedangkan air yang digunakan diberi larutan Malachite green dengan

menggunakan giliran berbicara kita, dan bagaimana kualitas suara dan sikap fisik kita di dalam berbicara itu. Penguasaan bahasa yang baik, khususnya dalam komunikasi tidak

Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah” adalah suatu penelitian tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

8 Tahun 2016 memiliki cakupan yang luas yaitu mencakup semua perbuatan atau tidak berbuat/mengabaikan yang dapat merintangi Penyandang Disabilitas untuk mendapatkan