• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Penelitian Program Pascasarjana"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BERBASISMIND MAPPING SISWA KELAS XI IPA3 SMA NEGERI 2 KOTO XI TARUSAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Efriyanti¹, Yetty Morelent¹, Abdurahman² 1

Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta 2

Universitas Negeri Padang Email:

Abstract

The purpose of this research is to describe the result of an increase students speaking skills in XI IPA 3 SMAN 2 Koto XI Tarusan through STAD cooperative learning model based on mind mapping.Trianto (2007) explains that the STAD cooperative learning is one type of cooperative learning model using small groups with a number of group members hiterogen 4-5 students.Begins with the delivery of learning objectives,delivery of material, group activities, quizzes,and the appreciation of the group. After the study group was divided,learning continued with mind mapping techniques as said Swadarma (2013),mind mapping technique is the use of whole-brain techniques using visual images and other graphical infrastructure to form an impression. This type of research can be categorized as quantitative research, and design used in this study is a classroom action research.The results showed that:there is an increase in students speaking skills which can be seen from the comparison between the percentage value before the cycle activity, the percentage of the value of the first cycle and the percentage of the value of the second cycle. The results of the comparison of the percentage of the average value of the class between prasiklus activity with activity cycle I,is 55.96 to 69.61,meaning an increase of 13.65. Comparison of the percentage of the average value between the class action activity first cycle with the second cycle of activities, namely 69.61to72.88, meaning an increase of 3.27. Based on the research results it can be concluded that the use of mind mapping techniques can improve the students speaking skills in learning Indonesian.

Key Words: Speaking Skill, STAD Cooperative Learning, Mind Mapping

Abstrak

(2)

penelitian kualitatif, dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa yang dapat dilihat dari hasil perbandingan antara persentase nilai kegiatan prasiklus, persentase nilai siklus I dan persentase nilai siklus II. Hasil dari perbandingan persentase nilai rata-rata kelas antara kegiatan prasiklus dengan kegiatan tindakan siklus I, yaitu 55,96 dengan 69,61, berarti terjadi peningkatan sebesar 13,65. Perbandingan persentase nilai rata-rata kelas antara kegiatan tindakan siklus I dengan kegiatan tindakan siklus II, yaitu 69,61 dengan 72,88, berarti terjadi peningkatan sebesar 3,27. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan teknikmind mapping siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Kooperatif Tipe STAD,Mind Mapping.

1. PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun secara tertulis.

Bahasa merupakan keterampilan khusus yang kompleks, berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau instruksi formal, dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya, secara kualitatif sama dalam diri setiap orang, dan berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih umum dalam hal memproses informasi atau berprilaku secara cerdas. Melalui penguasaan kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia peserta didik diarahkan, dibimbing, dan dibantu agar mampu berkomunikasi bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Sesuai dengan Kurikulum 2013, kompetensi inti mata pelajaran bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), bertujuan agar siswa terampil dalam berkomunikasi secara lisan. Hal yang sama, juga dikemukakan oleh Musaba (2012:122) bahwa dalam berbicara berarti berbahasa siswa

dituntut dapat menyampaikan sesuatu dari seseorang kepada orang lain dan bisa berkomunikasi secara lisan dalam proses pembelajaran. Keterampilan berbicara merupakan kegiatan yang produktif, oleh karena itu perlu perlakuan

khusus untuk pengajaran

keterampilan berbicara, bukan hanya teori tapi juga praktik. Guru sebagai pengajar harus mampu menyiasati pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran berbicara adalah pembelajaran yang mengajarkan anak berbicara bukan mengajarkan teoriberbicara disekolah guru masih banyak menjelaskan mengenai teori berbicara dan praktik

berbicara sering tidak

dilaksanakan.Keterampilan berbicara yang terdapat dalam kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD) 3.1

“Memahami struktur dan kaidah teks

cerita ulang biografi, baik melalui lisan maupun tulisan dan KD 4.1 Menginterpretasi makna teks cerita ulang, baik secara lisan maupun

tulisan”. (Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2013:56-57).

(3)

pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan fakta bahwa banyak siswa tidak terampil berbicara dengan baik. Terlihat dari siswa yang tidak memiliki keberanian yang memadai untuk menunjukkan keterampilan berbicaranya ketika diberi tugas untuk menjawab pertanyaan lisan,

menanggapi, mengajukan

pertanyaan, menyampaikan buah pikiran dan perasaan berbagai masalah merupakan kendala dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil ulangan harian semester 1 tahun ajaran 2014-2015 yang dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2014 di kelas XI IPA3 dengan standar KKM 70 jumlah siswanya 26 orang, ternyata hasil yang diperoleh siswa yang tuntas hanya 4 orang saja yang mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) a: 75, b: 80, c: 75, d: 70 dan 22 siswa lagi di bawah (KKM). Jika dipersentasekan dari 26 orang siswa rata-rata yang berani

menunjukkan keterampilan

berbicaranya hanya 15 %, berarti kemampuan berbicara siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan tidak mampu berbicara sesuai dengan yang diharapkan. Hasil evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara perolehan nilai yang didapatkan kurang menggembirakan. Sebagian siswa memperoleh nilai di bawah 70. Ternyata sangat sulit bagi mereka untuk mengungkapkan ide atau gagasan secara lisan, padahal keterampilan berbicara itu sangat perlu dalam proses pembelajaran. Kerena itulah keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diperkirakan penyebab kekurangmampuan siswa berbicara

dalam mengikuti proses

pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilihat seperti: siswa belum bisa mengkonsep pikirannya di mana, antara konsep dengan kenyataan tidak sama sehingga menimbulkan masalah. Oleh karena itu siswa tidak tahu apa yang harus ditanyakan selama proses pembelajaran berlangsung, dan oleh sebab itu masalah ini perlu diteliti.

Hal lain yang menjadi faktor penghambat dalam keterampilan berbicara, yaitu guru belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, dengan jalan membangkitkan partisipasi siswa berbicara dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping agar masalah tersebut dapat diatasi.

(4)

menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, (6) mengingat dengan lebih baik, (7) belajar lebih cepat dan efisien (Buzan, 2009:6) dari tampilan itulah yang kemudian diungkapkan secara lisan di depan kelas.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut penting sekali dilakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sebagai

upaya untuk memperbaiki

keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan proses peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping.

2. Mendeskripsikan hasil peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbais mind mapping.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis mind mapping siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan.

2. KAJIAN TEORETIS

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan

berbicara atau berujar dipelajari (Tarigan, 2008:3).

Berbicara sama halnya seperti kombinasi angka dalam sebuah kunci koper, tugas kita adalah menemukan kombinasi angka yang tepat, dalam tata letak dan waktu yang tepat, sehingga kita dapat memperoleh apa yang kita inginkan (Sirait, 2013: 17).

Sejalan dengan Aleka (2010:28), juga menjelaskan pada hakikatnya, berbicara adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Salah satu ciri khusus berbicara ialah fana(transitory).

Sementara itu, Ur (1996:12) menyatakan bahwa berbicara merupakan salah satu dari keterampilan yang penting. Diperlukan untuk mempunyai keterampilan lain bagi orang yang ingin ahli dalam kemampuan berbicara seperti kompetensi tata bahasa, kemampuan mendengar, penguasaan perbendaharaan kata dan pengucapan yang lain.

Bertolak dari beberapa pendapat ahli tersebut jelaslah berbicara bukanlah sekedar menuturkan lambang bunyi atau kata˗ kata, lebih jauh dari itu berbicara merupakan suatu alat untuk menyampaikan gagasan˗ gagasan secara langsung yang disusun sesuai dengan kebutuhan pendengarnya.

(5)

secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu (Slavin, 2005:11).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 4-5 orang siswa secara hterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007:52).

Suprijono (2009: 133 - 134) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STADadalah: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campur menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain); (2) guru menyajikan pelajaran; (3) guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggta-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; (4) guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu; (5) memberi evaluasi; (6) kesimpulan.

Swadarma (2013:2˗ 3), teknik mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Suatu cara mencatat yang efektif, efesien, kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran˗ pikiran peserta didik. Sistem berpikir yang terpancar sehingga dapat mengembangkan ide

dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Alat organisasional informasi yang berkerja sesuai dengan mekanisme kerja otak sehingga dapat memasukkan dan mengeluarkan informasi dari dan ke dalam otak dengan mudah. Metode penulisan yang bekerja dengan menggunakan prinsip manajemen otak sehingga dapat membuka seluruh potensi dan kapasitas otak yang masih tersembunyi.

Selanjutnya, menurut Windura (2013:16) mind mapping adalah berbentuk visual alias gambar, sehingga mudah untuk dilihat, dibayangkan, ditelusuri, dibagikan kepada orang lain, dipresentasikan dan didiskusikan bersama, dan sebagainya.

Menurut Swadarma (2013:10˗ 13), ada tujuh cara dalam membuat mind mapping sebagai berikut: (1) kertas, gunakanlah kertas putih polos; (2) warna, gunakan spidol warna˗ warni dengan jumlah warna 2˗ 7 warna, dan tiap cabang berbeda warna; (3) garis, buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal menuju ujung; (4) huruf, pada cabang utama yang dimulai dari central image menggunakan huruf kapital,

sedangkan pada cabang

(6)

prinsip mapping adalah radiant thinking, jadi tema besar ditengah kertas akan memancar (radiasi) melalui ke segala arah. Pada umumnya terdiri atas 2˗ 7 garis dan dimulai dari kanan atas sesuai arah jarum jam.

Menurut Swadarma (2013:8), kegunaan mapping adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis;

(2) mengembangkan dan

menganalisis ide atau pengetahuan seperti yang biasa dilakukan pada saat proses belajar mengajar; (3) memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang˗ ulang ide dan gagasan; (4) membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin; (5) mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan di atas selembar kertas; (6) dapat melihat gambar besar dari suatu gagasan, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut; (7) menyederhanakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan mudah dilihat menjadi lebih mudah; (8) menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan; (9) mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya; (10) mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan unsur kreativitas.

3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini digolongkan , jenis penelitian ini adalah kualilatif, dan

rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini menyangkut tentang peningkatan keterampilan

berbicara melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasismind mapping.

Sukidin dkk (2008:16)

menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mulyasa (2012:4) penelitian tindakan kelas merupakan suatu cara untuk menandai sebuah bentuk kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta dijadikan suatu program untuk merefleksikan diri terhadap penerapan tujuan pengembangan yang dilakukan.

Selanjutnya, Wardhani (2007:1.4) menjelaskan tentang penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

(7)

(perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan berdasarkan

pertimbangan rasional

(menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi; (3) tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat

dilakukan dalam parktik

pembelajaran).

Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri atas beberapa tahap. Siklus aktivitas dasar dalam penelitian tindakan meliputi: mengumpulkan data, mengolah data, menyusun rencana penelitian, dan menyusun laporan. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti kemudian mengulang dan mengembangkannya pada langkah tindakan yang berikutnya, dan seterusnya (Arikunto, 2010:60).

Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini dirancang dengan langkah˗ langkah sebagai berikut: cara memulai, perlunya penelitian dilakukan, cara merumuskan pertanyaan dan selalu melakukan perbaikan.

Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan, yang beralamat di Nagari Barung˗ Barung Balantai Jalan Rimbo Gajah No 3, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.

SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan memiliki daya tampung 23 kelas. Kelas X 7 kelas, kelas XI 8 kelas, dan kelas XII 8 kelas. Siswa yang menjadi objek penelitian kelas XI IPA3 yang berkemampuan sedang, ini dapat dilihat dari evaluasi

pada akhir semester. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini 2 bulan, yaitu semester I Tahun ajaran 2014˗ 2015 kegiatan dimulai dari bulan Juli 2014 sampai selesai. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan. Jumlah siswa di kelas ini adalah 26 orang.

Prosedur Penelitian ini adalah pertama melakukan prasiklus, baru kemudian perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang disebut sebagai siklus I, selanjutnya siklus II yang ditentukan hasil refleksi siklus I dengan memperbaiki perencanaan awal berdasarkan masalah yang ada pada siklus I.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru. Sumber data dari siswa berupa angka˗ angka yang diperoleh dari keterampilan berbicara siswa berdasarkan unjuk kerja. Sedang sumber data dari guru pengamat dan guru peneliti berbentuk deskripsi atau paparan hasil pengamatan selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru mendeskripsikan bagaimana, dengan metode dan teknik apa yang digunakan kepada siswa, agar terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan hasil yang memuaskan.

Dalam penelitian ini instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data terdiri dari dua jenis, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes dikumpulkan melalui unjuk kerja, sedangkan nontes dikumpulkan melalui observasi, wawancara, angket dan catatan lapangan.

Teknik pengumpulan data

(8)

tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setelah berakhirnya siklus I dan II.

Data yang dikumpulkan

menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan. Data dari tes hasil belajar diperoleh melalui hasil unjuk kerja keterampilan berbicara siswa. Kemudian, data melalui lembaran observasi untuk melihat tindakan guru dan perilaku siswa diisi oleh guru pengamat.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara (Sugiyono, 2008:224˗ 225) mengatakan (1) setting, yaitu data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, misalnya dengan berbagai responden. (2) Sumber, yaitu maka

pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (3) cara, yaitu dapat dilakukan dengan observasi, interview, kuesioner, dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Teknik analisis data dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran sehubungan dengan kepuasan peneliti dalam usaha peneliti mencapai tujuan penelitian. Dengan pengertian bahwa perlakuan dalam

pembelajaran ”bagaimana” telah

mencapai hasil ”seperti apa” serta

bagaimana perlakuan dalam pembelajaran berikutnya.

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan peneliti, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (Arikunto, 2008:131). Data kualitatif dapat berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa terhadap mata pelajaran, pandangan dan sikap siswa terhadap metode, antusias dan motivasi belajar yang tergambar dalam hasil observasi, dan data lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis deskriptif. Misalnya, mencari nilai rata˗ rata, persentase keberhasilan. Teknik pengabsahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga jenis penelitian, yaitu data observasi, data catatan lapangan, dan data hasil belajar. Data yang satu dengan data yang lain dibandingkan untuk saling mengecek. Teknik pengabsahan data ini dilakukan dengan menunjukkan instrumen penelitian kepada validator I dan validator II diperbaiki sesuai dengan saran yang diberikan. Data hasil penelitian juga dilakukan dengan menunjukkan kepada pembimbing I dan pembimbing II beserta penguji tesis ini juga diperbaiki sesuai dengan kritik dan saran dari penguji dan pembimbing.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(9)

mengetahui keterampilan awal siswa dalam berbicara. Hasil perolehan nilai keterampilan berbicara siswa dalam kegiatan prasiklus ini dianalisis berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Wardhani (2007: 2.40) dan Nurgiyantoro (2011:48) yaitu dengan perolehan hasil jumlah jawaban benar dibagi jumlah skor maksimal kali seratus. Misalnya Afrila Intan Putri mendapat skor 12 dari skor maksimal 20. Nilai Afrila Intan Putri = 12 : 20 x 100 = 60 berarti keterampilan berbicara Afrila Intan Putri tidak tuntas karena

ketuntasan minimum 70.

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat prasiklus adalah 55,96. Dengan demikian nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa sebelum melakukan tindakan sangat rendah. Hanya 2 orang siswa (7,69%) yang mencapai kriteria ketuntasan minimum, sedangkan 24 orang siswa (92,30%) masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yang harus mencapai nilai 70 dari kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Penelitian siklus I difokuskan pada pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakanmind mapping. Mappingyang digunakan

adalah “teks cerita ulang biografi

Nelson Mandela. Pelaksanaan siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Sabtu 13 September 2014, pertemuan kedua hari Senin 15 September 2014 , dan pertemuan ketiga Sabtu 20 September 2014. Pertemuan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, pertama kegiatan pendahuluan 10 menit, kegiatan inti 70 menit, kegiatan penutup 10 menit.

Nilai rata-rata siswa diperoleh Pada siklus ini adalah 69,61%, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh pada kegiatan prasiklus adalah 55,96 %. Dengan demikian, nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa pada tindakan siklus I sudah jauh meningkat. Bila dilihat dari kriteria ketuntasan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum sudah bertambah menjadi 18 orang siswa (69,23 %), sedangkan siswa yang dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) sudah berkurang menjadi 8 orang (30,76 %). Dengan demikian, keterampilan berbicara siswa pada tindakan siklus I ini sudah dikategorikan meningkat, bila dibandingkan dengan hasil keterampilan berbicara siswa pada kegiatan prasiklus.

Berdasarkan hasil refleksi pada kegiatan tindakan siklus I, dapatlah ditentukan bahwa belum semua siswa yang mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70. Nilai rata-rata kelas juga masih kurang di bawah standar ketuntasan minimum yaitu 69,61%, oleh sebab itu dilaksanakan tindakan siklus II.

Nilai rata-rata yang diperoleh dari keseluruhan siswa adalah 72,88, sedangkan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa pada kegiatan tindakan siklus I hanya mencapai69,61.

(10)

Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 72,88.

Dari seluruh hasil analisis

yang telah diuraikan

penelitianinitelahmenghasilkanbahw amelaluimodel

pembelajarankooperatiftipe STAD berbasismindmappingdapatmeningka tkanketerampilanberbicarasiswaSMA Negeri 2 Koto XI Tarusan kelas XI IPA3.

Peningkatanketerampilanberbicarater sebutterbuktidenganadanyahasilpenin gkatanketerampilanberbicara yang dihitungdenganpersentasepeningkata

njumlahsiswa yang

memilikiketerampilanberbicaradenga nkategoribaikdaripratindakandansetel ahtindakan yangselalumeningkat,

dimanamasing-masingsiklusmenunjukanpeningkatan

yang cukupbaik. Hal

inisesuaidenganpendapatNurjamal

(2011:24) yang

menyatakanbahwaberbicara itu sendiri adalah kemampuan seseorang mengemukakan gagasan pikiran, pendapat, pandangan secara lisan langsung kepada orang lain baik bertatap muka langsung maupun

tidak langsung.

Jadidengankemampuansiswadalamm engemukakanpikirandanpendapataka nsangatmempengaruhiketerampilansi swadalamberbicara.

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan mind mapping diperoleh melalui angket diisi dengan cara ceklis sesuai dengan jawaban yang dipilih yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) baik dalam pertanyaan positif maupun dalam pertanyaan negatif.

Daritabel tanggapan siswa tersebut dapat diketahui bahwa dari 20 butir pernyataan yang diberikan kepada siswa rata-rata kriteria sangat setuju diperoleh dengan hasil 6,07%, sedangkan kriteria setuju berjumlah 13,42%, kriteria tidak setuju berjumlah 7,22% dan sangat tidak setuju berjumlah 7,67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari seluruh pernyataan yang diberikan kepada

siswa rata-rata yang

diperolehsiswasangatsetujudenganpe nggunaanmetodemindmappingterhad ap keterampilan berbicara siswa.

5. PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian terhadap Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbasis Mind Mapping Siswa Kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan, maka dapat disimpulkan, bahwa dengan mind mapping siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Peningkatan itu dapat dilihat dari hasil tes unjuk kerja dan nontes. Hasil tes unjuk kerja yang diperoleh selalu meningkat dari setiap tindakan yang dilakukan, sedangkan hasil nontes dapat dilihat dari pembelajaran. Mind mapping dapat memotivasi dan menimbulkan rasa percaya diri serta meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran berbicara. Selain itu penggunaan mind mapping dapat menyediakan kesempatan untuk berlatih berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.

5.2 Implikasi

(11)

penelitian terhadap pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA3 SMA Negeri 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut:

Pertama, mind mapping sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dikatakan demikian, karena mind mapping yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD), membuat siswa terpancing berbicara, menimbulkan percaya diri dan memudahkan siswa mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran berbicara khususnya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya.

Kedua,mind mapping dapat mengubah perilaku siswa, menemukan pengetahuan baru, suasana kelas lebih hidup, siswa sudah berani berbicara. Disamping itu guru perlu mempunyai kiat dan strategi agar siswa termotivasi untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran.

Ketiga, dengan menerapkan mind mapping, guru maupun siswa dapat mencapai hasil maksimal dalam proses pembelajaran. Harapan guru, siswa terlatih untuk berbicara dalam proses pembelajaran selanjutnya.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk guru bahasa Indonesia sebaiknya menggunakan mind mapping dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara pada masa yang akan datang karena teknik ini termasuk teknik yang lebih baik untuk meningkatkan

keterampilan berbicara dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia

2. Siswa perlu diberikan latihan dan waktu yang memadai untuk keterampilan berbicara, baik secara individu maupun secara kelompok, agar tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dapat tercapai. 3. Peneliti yang lain perlu

memikirkan penggunaan

mind mapping untuk

meningkatkan keterampilan siswa berbicara dalam bahasa

Indonesia, dengan

kelengkapan indikator keterampilan berbicara. Pada penelitian ini indikator keterampilan berbicara dibatasi dengan kebahasaan, dilihat dari segi pengucapan, kebahasaan, sedangkan nonkebahasaan difokuskan pada isi yaitu kesesuaian isi mind mapping dengan topik, dan ekspresi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Aleka dan Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Kencana. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Buzan, Toni. 2009. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kementerian Pendidikan dan

(12)

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Pusat

Kurikulum dan

Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

Musaba, Zulkifli. 2012. Terampil Berbicara. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Mulyasa, E. 2012. Praktik Penelitian

Tindakan Kelas.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurjamal, Daeng, dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran

Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Sirait, Charles Bonar. 2013. The

Power of Public

Speaking. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sukidin, dkk. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajara.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Swadarma, Doni. 2013. Penerapan Mind Mapping dalam

Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tarigan, Hendri Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik.

Surabaya: Prestasi Pustaka.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

LOKASI KEGIATAN Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Karbon aktif adalah bahan karbon berpori yang telah mengalami reaksi dengan gas atau dengan penambahan bahan kimia (KOH, NaOH, ZnCl2) sebelum, selama atau setelah karbonisasi

Indikator-indikator yang digunakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJM adalah sebagaimana terlihat pada

1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran dan media yang telah disiapkan. 2) Melakukan tes siklus I untuk mendapatkan data mengenai peningkatan

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

above, the student is requested to provide letter from Direktorat Kemahasiswaan UGM stating current status of free-scholarship at the latest of 14 June 20172.

[r]

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pembelajar bahasa Jepang merespon pujian dalam bahasa Jepang, sebagai pembanding bagaimana native merespon