BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan akhir-akhir ini semakin marak dibahas di dunia baik di media cetak,
elektronik, maupun dalam seminar-seminar. Corporate Social Responsibility
(CSR) mengungkapkan bahwa perusahaan tidak hanya dihadapkan tanggung
jawab yang berpijak pada single bottom lines, yaitu nilai perusahaan yang
direfleksikan pada kondisi keuangaan (financial) saja. Tanggung jawab
perusahaan juga harus berpijak pada triple bottom lines, yang terdiri dari
financial, sosial, dan lingkungan. Hal ini harus diperhatikan karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan atau berkesinambungan (Asmiran, 2013).
Praktik pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) telah
banyak diterapkan oleh perusahaan publik di Indonesia. Pada laporan tahunannya,
perusahaan telah menyebutkan aspek pertanggungjawaban sosial walaupun dalam
bentuk yang relatif sederhana. Perusahaan berhak memilih bentuk pengungkapan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas organisasinya. Meskipun
informasi mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkap dalam
laporan tahunan tersebut belum mendetail, itikad baik perusahaan ini perlu untuk
mendapatkan apresiasi, setidaknya perusahaan telah menyadari pentingnya
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-program
Corporate Social Resposibility (CSR) perusahaan karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya. Corporate Social Responsibility (CSR)
perusahaan tidak memberikan hasil secara keuangan dalam jangka pendek.
Namun Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan akan memberikan
hasil, baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa
mendatang. Investor juga ingin investasi dan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaannya menjadi citra yang baik di mata masyarakat umum.
Kasus kerusakan lingkungan di lokasi penambangan timah inkonvensional
di pantai Pulau Bangka-Belitung dan tidak dapat ditentukan siapakah pihak yang
bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi karena kegiatan penambangan
dilakukan oleh penambangan rakyat tak berizin yang mengejar setoran pada PT.
Timah Tbk. Sebagai akibat penambangan inkonvensional tersebut terjadi
pencemaran air permukaan laut dan perairan umum, lahan menjadi tandus, terjadi
abrasi pantai, dan kerusakan laut.
Perusahaan manufaktur dan pertambangan memiliki kontribusi yang
cukup besar dalam masalah-masalah polusi, limbah, keamanan produk, dan tenaga
kerja. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut adalah perusahaan yang
paling banyak berinteraksi dengan masyarakat. Dalam proses produksinya
perusahaan tersebut mau tidak mau akan menghasilkan limbah produksi dan hal
ini berhubungan erat dengan masalah pencemaran lingkungan. Proses produksi
yang dilakukan perusahaan tersebut juga mengharuskan mereka untuk memiliki
kerja. Selain perusahaan tersebut adalah perusahaan yang menjual produk kepada
konsumen sehingga isu keselamatan dan keamanan produk menjadi penting untuk
diungkapkan kepada masyarakat (Sulastini, 2007).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2009 (Revisi
1998) paragraf kesembilan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu :
Perusahaan dapat juga menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya mengenai industri yang mana faktor-faktor lingkungan hidup tersebut memegang peranan penting dan bagi industri
yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting.
Adanya program dari Kementerian Lingkungan Hidup yaitu Program
PROPER (Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam informasi. PROPER merupakan
program unggulan kementerian lingkungan hidup yang berupa kegiatan
pengawasan dan pemberian intensif dan/atau diinsentif kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan. PROPER merupakan salah satu bentuk kebijakan
pemerintah, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya PROPER juga merupakan perwujudan transparansi dan demokratisasi
dalam pengelolan lingkungan di Indonesia. Pelaksanaan program ini dilakukan
Pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial di Indonesia
masih bersifat sukarela (voluntary disclosure) namun menurut Undang-Undang
Perseroan Terbatas (UU PT) Nomor 40 tahun 2007 Bab V pasal 74 menyebutkan
antara lain :
1. perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2. tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
3. perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap kewajiban perusahaan
untuk melakukan tanggung jawab sosial yang dibuktikan dalam bentuk regulasi
bagi perusahaan untuk menyampaikan laporan tahunan perusahaan tentang
pelaksanaan tanggung jawab sosial. Bagi perusahaan, dengan menjalankan praktik
akuntansi dan pelaporan atas aktivitas sosialnya diharapkan dapat memberikan
nilai tambah yang diperoleh dari para stakeholder-nya.
Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan
hubungan praktik Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap keuntungan
perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan
menganggap Corporate Social Responsibility (CSR) tidak memberi dampak atas
prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa Corporate Social Responsibility
Menurut Tamba (2011) dalam penelitiannya variabel independen yang
diteliti kepemilikan asing pada perusahaan Manufacturing Secondary Sectors
yang terdaftar di BEI tahun 2009 sebagai populasinya membuktikan bahwa
kepemilikan asing yang hanya memiliki efek positif dan signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan Pian (2010) pada laporan tahunan di Indonesia. Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa kepemilikan saham asing tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.
Sementara itu Ziaul (2010) menyatakan bahwa kepemilikan saham
institusional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap CSRD. Hasil
penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamba
(2011) yang berhasil membuktikan bahwa kepemilikan saham institusional tidak
memiliki efek positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
CSR.
Penelitian yang dilakukan oleh Uwuigbe (2011) yang berjudul “An
Examination of The Relationship between Management Ownership and Corporate Social Responsibility” menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat CSRD pada perusahaan.
Sementara Tamba (2011) mengungkapkan bahwa kepemilikan saham manajerial
tidak memiliki efek positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR.
Pian (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa tipe industri
ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silaen (2011) yang
menyatakan bahwa tipe industri tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Permana (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun pada
penelitian Wijaya (2012) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Begitu juga dengan penelitian Wijaya (2012) dengan variabel
independennya kinerja lingkungan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sementara Permana (2012)
menyatakan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh untuk mengungkapkan
laporan tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat adanya perbedaan hasil penelitian yang
terdapat dari beberapa penelitian terdahulu. Perbedaan hasil penelitian tersebut
dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Perbedaan Hasil Penelitian
NO VARIABEL PENELITI
TERDAHULU HASIL PENELITIAN
1 Kepemilikan
Saham Asing
Tamba (2011) Kepemilikan saham asing yang hanya
memiliki efek positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR
Pian (2010) Kepemilikan saham asing tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia
2 Kepemilikan
Saham Institusional
Ziaul (2010) Kepemilikan saham institusional
Tamba (2011) Kepemilikan saham institusional tidak memiliki efek positif dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat CSRD pada perusahaan
Tamba (2011) Kepemilikan saham manajerial tidak
memiliki efek positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR
4 Tipe Industri Pian (2010) Tipe industri berpengaruh terhadap
pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR)
Silaen (2011) Tipe industri tidak mempunyai pengaruh
terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
5 Profitabilitas Permana
(2012)
Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Wijaya (2012) Profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
6 Kinerja
Lingkungan
Wijaya (2012) Kinerja lingkungan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Permana (2012)
Kinerja lingkungan berpengaruh untuk mengungkapkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan
Penelitian ini merupakan gabungan dari beberapa penelitian sebelumnya
yang menfokuskan penelitian menjadi enam variabel independen diantaranya
kepemilikan saham asing, kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham
manajerial, tipe industri, profitabilitas dan kinerja lingkungan. Penelitian juga
mengacu pada ketidakkonsistenan beberapa penelitian yang pernah dilakukan
dengan menambahkan tahun yang diteliti menjadi tiga tahun, maka penelitian kali
ini bermaksud menguji analisis berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan
manufaktur dan pertambangan yang listing di BEI selama 2011-2013.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka permasalahan
yang diangkat untuk dibahas pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. apakah kepemilikan saham asing secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)?
2. apakah kepemilikan saham institusional secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR)?
3. apakah kepemilikan saham manajerial secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)?
4. apakah tipe industri secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
5. apakah profitabilitas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)?
6. apakah kinerja lingkungan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)?
7. apakah kepemilikan saham asing, kepemilikan saham institusional,
kepemilikan saham manajerial, tipe industri, profitabilitas, dan kinerja
lingkungan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
perusahaan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui pengaruh kepemilikan saham asing secara parsial terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
2. untuk mengetahui pengaruh kepemilikan saham institusional secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
3. untuk mengetahui pengaruh kepemilikan saham manajerial secara parsial
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
4. untuk mengetahui pengaruh tipe industri secara parsial terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
5. untuk mengetahui pengaruh profitabilitas secara parsial terhadap
6. untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan secara parsial terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR).
7. untuk mengetahui pengaruh kepemilikan saham asing, kepemilikan saham
institusional, kepemilikan saham manajerial, tipe industri, profitabilitas, dan
kinerja lingkungan secara simultan terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR).
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi terkait
Agar instansi yang penulis jadikan lokasi penelitian dapat
mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan saham asing, kepemilikan
saham institusional, kepemilikan saham manajerial, tipe industri,
profitabilitas, dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR). 2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan pengetahuan
penulis tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas mengenai pengaruh kepemilikan saham asing, kepemilikan
saham institusional, kepemilikan saham manajerial, tipe industri,
profitabilitas, dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan Corporate
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan masukan yang dapat membantu penelitian lain dalam penelitian
di bidang atau masalah yang sama, serta menjadi salah satu informasi yang