• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah MASA PERPECAHAN DAN KEMUNDURAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah MASA PERPECAHAN DAN KEMUNDURAN P"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAH

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam sebagai sistem nilai menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya dan kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Secara lebih spesifik, peradaban Islam dapat dimaknai sebagai bagian-bagian dan unsur-unsur yang halus dan indah seperti sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks,

Atas dasar itu, sejarah peradaban Islamadalah segala sesuatu yang merupakan daya cipta, rasa dan karsa, terutama seperti yang pernah dihasilkan oleh umat Islam dalam kurun sejarah. Dapat dikatakan pula bahwa sejarah peradaban Islam merupakan hasil konkrit nilai-nilai Islam dalam sejarah.

Dalam Sejarah Peradaban Islam tercatat bahwa telah terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan Islam, ada yang digantikan Karena memang dianggap sudah sewajarnya digantikan misalnya Khalifah Abu Bakar yang meminta untuk digantikan karena kondisi kesehatannya yang sudah tidak lagi memungkinkan untuk memimpin umat Islam. Sementara itu ada Khalifah yang wafat kerena dibunuh, serta Dinasti ada yang runtuh karena ada Dinasti lain yang kuat untuk membangun gerakatan kolektif. Kondisi tersebut sekaligus menjawab bahwa tidak ada kekuasaan yang total dan abadi pada suatu kepemimpinan Dinasti melainkan akan berangkat dari kondisi yang standar lalu meningkat hingga pada puncaknya. Entah puncak kejayaan biasa-biasa saja atau luar biasa tapi sesuatu yang pasti adalah bahwa akan terjadi penurunan setelah mencapai pucak untuk perjalanan roda kepemimpinan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari penjelasan di atas, dapat diuraikan sub permasalahan sebagai berikut ini:

1. Bagaimana terjadinya perebutan kekuasaan dalam pemerintahan? 2. Bagaimana terjadinya perang salib?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Perebutan Kekuasaan Dalam Pemerintahan

Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan. Setelah Nabi Muhammad wafat, beliau tidak menentukan bagaimana cara pergantian pemimpin, sehingga dalam perkembangan selanjutnya, proses suksesi kepemimpinan politik dalam sejarah islam berbeda-beda dari satu masa kemasa yang lain. Dalam rangka pemilihan Khalifah tak jarang ada yang dengan cara damai maupun dengan cara pertumpahan darah.

Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan juga terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khalifah dari Bani Abbas, yang terjadi hanyalah usaha merebut kekuasaanya dengan cara membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena, khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk Dinasti-Dinasti kecil yang merdeka.

Perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan bermula dari kebijakan Al-Mu’tashim, khalifah dari keluarga Abbas (833-842 M) yang memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, pemerintahan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit professional. Kondisi pertahanan keamanan yang kokoh tersebut semakin mengundang munculnya berbagai macam tatangan yang mengganggu stabilitas. Gerakan-gerakan tersebut seperti gerakan sisa-sisa Umayyah dan kalangan inter Bani Abbas, revolusi Al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Syi’ah dan konflik antar Bangsa serta aliran pemikiran keagamaan. Tentara Turki berhasil merebut kekuaasan-kekuasaan tersebut, sehingga khalifah seperti dijadikan boneka yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.

(3)

Perang salib sebenarnya terjadi karena kekalahan umat Kristen dari umat islam, yaitu terjadi pada saat Tentara Alp Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawi. Peristiwa besar ini menanamkan benih kebencian dan permusuhan orang-orang Kristen terhadap umat islam, dan dikarenakan oleh beberapa peraturan tentang tata cara berziarah ke Bait Al-Maqdis terhadapumat Kristen yang dirasa sangat meberatkan bagi mereka, sehingga pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen untuk melakukan perang suci, dan perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.

C. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kehancuran Bani Abbasiyah

Salah satu penyebab keruntuhan atau kehancuran Pemerintahan Bani Abbas adalah adanya serangan pasukan Mongolia. Akibat dari serangan pasukan Mongolia ini jugalah yang menyebabkan jatuhnya Kekuasaan Daulat Bani Abbasiyah. Adapun faktor atau sebab hancurnya pemerintahan bani Abbasiyah dapat kita lihat pada banyaknya peristiwa yang terjadi di dunia silam, saat pemerintaha Bani Abbasiyah. Juga melihat banyaknya wilayah yang memisahkan diri dan memiliki kekuasaan yang besar lalu hilang eksistensinya. Selain itu, kita melihat bahwa pemerintahan Abbasiyah mengalami masa jaya dimana kekuasaan sepenuhnya berada dibawa kontrol para khalifah. Setelah itu, grafik kekuatannya semakin menurun hingga akhirnya berhasil dihancurkan oleh tentara-tentara Mongolia.

Disamping kelemahan khalifah, banyak factor lain yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebur saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Persaingan Antar Bangsa

(4)

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah Dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.

Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab Dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka, mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah.

Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat.

2. Kemerosotan Ekonomi

(5)

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya Dinasti-Dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. Jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik Dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.

3. Konflik Keagamaan

Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

(6)

seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua Dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni. Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan Zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh Dinasti Abbasiyah (813-833 M.), dengan menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali itu (salaf) terhadap Mu'tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon intelektual.

Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Dinasti Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut aliran Asy'ariyyah, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.

4. Ancaman Dari Luar

(7)

kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.

Selain itu, secara ringkas sebab-sebab kehancuran pemerintahan Abbasiyah dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Munculnya pemberontakan keagamaan seperti pemberontakan Zinj, Gerakan Qaramithah, Hasyasiyun, Serta Munculnya pemerintahan Ubaidiyah dan kerakan kebatinan.

2. Adanya dominasi militer atas khalifah dan kekuasaan mereka sehingga banyak menghinakan dan merendahkan para khalifah dan rakyat.

3. Munculnya kesenangan terhadap materi karena kemudahan hidup yang tersedia saat itu.

4. Faktor yang paling berbahaya dan menjadi ancaman terbesar bagi kekuasaan khalifah Bani Abbasiya adalah karena mereka telah melupakan salah satu pilar terpenting dari Rukun Islam, yakni Jihad. Andaikata mereka mengarahkan potensi dan energi umat untuk melawan orang-orag salib, tidak akan muncul pemberontakan-pemberontakan yang muncul didalam negeri yang ujungnya hanya mengghancurkan pemerintahan Abbasiyah.

5. Munculnya serangan orang-orang Mongolia yang mengakhiri semua perjalanan pemerintahan Bani Abbasiyah.

(8)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai permasalahan yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa dari perjalanan rentang sejarahnya, ternyata faktor kemunduran dan kehancuran bani Abbas adalah karena adanya ketidak seimbangan politik sehingga mengakibatkan tatan pemerintahan tergoyahkan. Disamping itu juga diyakini adanya beberapa bentuk tekanan yang dihadapi sehingga Bani Abbas semakin melemah dan berakhir runtuh dikarenakan adanya ancaman dari luar kubu Bani Abbas, komplik keagamaan, persaingan antar bangsa serta kemerosotan ekonomi.

B. Saran

(9)

DAFTAR PUSTAKA

http://sarjoni.wordpress.com/2010/01/19/peradaban-islam

http://blogdeta.blogspot.com/peradaban-islam/perang-salib

Referensi

Dokumen terkait

Syarat mutu biji kakao menurut SNI 2323-2008 ditentukan berdasarkan adanya serangga hidup atau benda asing, kadar air, adanya biji berbau asap abnormal atau berbau asing lainnya,

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

RS Karya Medika II sebagal Rumah Sakit yang mengemban Visi menjadi pilihan utama dalam pelayanan kesehatan yang unggulan dengan misi menyediakan pelayanan pasien

Antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu, ukuran

bahwa berdasarkan Surat Kawat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/6859/SJ, tanggal 4 Nopember 1982, Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/11034/SJ, tanggal 19 Nopember 1983 perihal

pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah. c) Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis

Pada Hipotesis kedua menyatakan bahwa integrasi pasar modal ASEAN menyebabkan interdependence, terbukti secara statistik tidak ada negara yang tidak mempunyai hubungan dengan

• Dalam hal Anda menarik seluruh dana pada Nilai Akun yang ada dalam Polis, maka Anda dianggap melakukan penebusan Polis dan Penanggung akan membayarkan Nilai Tebus yang ada