• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP WARGA NEGARA DALAM HUKUM INTERNAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP WARGA NEGARA DALAM HUKUM INTERNAS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP WARGA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Oleh Tammy Sri Rahayu

Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

I. PENDAHULUAN

Hukum Internasional pada hakikatnya merupakan keseluruhan azas-azas yang mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara yang lainnya atau bisa diasumsikan sebagai hubungan antara subjek hukum Internasional. Selain itu negara merupakan salah satu subjek dalam Hukum Internasional, serta merupakan subjek yang dapat dikategorikan penting diantara subjek Hukum Internasional lainnya. Hal tersebut dikarenakan bahwa Negara lah yang mampu melakukan hubungan-hubungan internasional dengan negara lain dan tidak ada batasan dalam berhubungan dengan subjek lainnya selama ada aturan dan perjanjian yang disepakati, dalam aspek Hukum Internasional dapat dikatakan bahwa Negara lah yang menjadi penggerak hubungan-hubungan internasional. Jika di asumsikan lahirnya negara sebagai subjek Hukum Internasional seiring dengan lahirnya Hukum Internasional, sehingga dengan demikian negara dapat dikatakan sebagai subjek Hukum Internasional yang sifatnya klasik atau hukum internasional ada salah satunya karena hadirnya Negara.

(2)

biasanya ada beberapa aturan yang diterapkan melalui hasil ratifikasi hukum internasional.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Bangsa dan Warga Negara

Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa depan.1 Istilah bangsa menurut Otto Baeur diartikan sebagai sekelompok

manusia yang memiliki karakter dan sifat yang hampir sama karena persamaan nasib dan pengalaman sejarah dan budayanya yang saling sama dan juga tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya bangsa2.

Untuk menentukan definisi warga negara menurut Aristoteles, bergantung pada konstitusi yang berlaku di negara tersebut. Aristoteles menyatakan “different constitution require different types of good citizen”. Pernyataan ini memberikan indikasi bahwa untuk mengetahui pengertian warga negara serta sisapa yang menjadi warga negara tergantung pada konstitusi yang berlaku di negara tersebut. 3

Dalam konstitusi negara Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dalam pasal 26 warga negara ialah

1) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan menurut Undang-undang sebagai warga negara,

2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-undang.

Warga negara atau dalam bahasa Inggris disebut citizen, sedangkan dalam bahasa Perancis citoyen dalam bahasa Yunani yakni civic (asal

1 Tanpa Nama, “Konsep Kewarganegaraan”, [pdf], tt, diakses dari:

digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf

2 Tanpa nama, “Pengaturan hukum internasional tentang hubungan antara negara dengan warga

negara”, [pdf] di akses dari:httprepository.usu.ac.idbitstream123456789420403Chapter %20II.pdf, hlm. 23

3A Wahab dan Sapriya, Teori dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta CV, Bandung,

(3)

kata civicus) yang berarti penduduk sipil atau citizen. Penduduk sipil (citizen) ini melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam suatu polis atau negara kota (civic state). Turner mengatakan bahwa warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang tinggal dan hidup atau tinggal diwilayah hukum tertentu. Turner pula menegaskan bahwa warga negara adalah anggota dari suatu kelompok yang hidup dalam aturan-aturan pemerintah.4

Menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 12 tahun 2006, yang dimaksud warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara.5

B. Cara Memperoleh Kewarganegaraan

Yang mengikat seseorang dengan negaranya ialah kewarganegaraan yang ditetapkan oleh masing-masing hukum nasional, pada umumnya ada tiga cara penetapan kewarganegaraan yaitu:

1. Ius Sanguinis, adalah cara penetapan kewarganegaraan melalui keturunan, menurut cara ini, kewarganegaraan anak ditentukan oleh kewarganegaraan orang tuanya.

2. Ius Soli, menurut sistem ini kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya dan bukan kewarganegaraan orang tuanya. 3. Naturalisasi, suatu negara memberikan kemungkinan bagi warga

asing untuk memperoleh kewarganegaraan setempat setelah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti telah mendiami negara tersebut dalam waktu yang cukup lama atau melalui perkawinan.6

Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI mengatur tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, Berbagai cara orang asing agar menjadi Warga Negara Indonesia, antara lain melalui cara:

1. Menjadi WNI dengan cara Pewarganegaraan

4S Wuryan dan Syaifullah, Ilmu kewarganegaraan (civics), Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan Bandung, 2015, hlm. 108

5Asep Kurnia, Panduan Praktis Mendapatkan Kewarganegaraan Indonesia, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2012, hlm.11

(4)

Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui permohonan berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia. Pengertian pewarganegaraan atau yang lebih dikenal dengan istilah “naturalisasi” merupakan salah satu cara orang asing menjadi Warga Negara Indonesia. Persyaratan dan tata cara memperoleh kewaranegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan diatur mulai dari Pasal 8 sampai dengan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006.

Menurut Bagir Manan, Pewarganegaraan merupakan fungsi administrasi negara yang sangat penting, baik bagi negara maupun bagi pemohon. Dari segi negara, pewarganegaraan bertalian dengan salah satu unsur negara yaitu warga negara. Dari segi pemohon, pewarganegaraan menyangkut perubahan status, perubahan hak dan kewajiban terhadap negara, pemerintah, dan masyarakat.7

2. Menjadi WNI dengan Cara Menyapaikan Pernyataan

Pengertian kata pernyataan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal menyatakan, tindakan menyatakan, pemakluman, pemberitahuan. Dalam kaitannya dengan kewarganegaraan, kata pernyataan ini dapat ditemukan dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 yang menyatakan bahwa warga negara asing yang melakukan perkawinan secara sah dengan warga negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat.

Apabila orang asing melakukan perkawinan yang sah dengan perempuan Indonesia, hak menyampaikan pernyataan ada pada suami yang berkewarganegaraan asing. Sedangkan apabila orang asing melakukan perkawinan yang sah dengan laki-laki Indonesia, hak menyampaikan pernyataan ada pada istri yang berkewarganegaraan asing. Di sini terlihat ada asas “equal facility” atau adanya kedudukan

(5)

yang sama dari orang asing sebagai suami atau istri dari warga negara Indonesia.

Dengan demikian kata “menyampaikan pernyataan” dapat dipahami bahwa orang asing yang akan memperoleh kewarganegaraan Indonesia tersebut mendapatkan suatu keistimewaan karena orang asing tersebut melakukan perkawinan yang sah dengan Warga Negara Indonesia, dengan syarat telah nertempat tinggal di Indonesia sekurang-kurangya 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berberturut-turut-berturut-turut, dan kewarganegaraan tidak diberikan kalau akan menimbulkan kewarganegaraan ganda8

3. Menjadi WNI dengan Cara Pendaftaran

Pendaftaran menjadi WNI dilakukan dalam hal:

a. Anak yang lahir sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf l dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 5. b. Warga Negara Indonesia yang bertemat tiggal di luar wilayah

negara Republik Indonesia selama 5 tahun atau lebih tidak melaporkan diri kepada perwakilan RI telah kehilangan kewarganegaraan RI sebelum Undang-Undang ini diundangkan dapat memperoleh kembali kewarganegaraan dengan mendaftarkan diri di Perwakilan RI dalam waktu paling lambat 3 tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan sepanjang tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.9

4. Menjadi WNI karena Pemberian Pemerintah RI

Pemberian kewarganegaraan RI mengandung makna bahwa pemerintah RI melakukan inisiatif untuk memberikan kewarganegaraan RI. Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia, atau dengana alasan kepentingan negara dapat diberi kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyar RI. Orang asing yang telah berjasa kepada RI adalah orang

(6)

asing yang karena prestasinya yang luar biasa dibidang kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan lingkungan hidup, serta keolahragaan telah memberikan kemjuan dan keharuman nama bangsa Indonesia.

Sedangkan yang dimaksud dengan orang asing yang diberi kewarganegaraan karena alasan kepentingan negara adalah orang asing yang dinilai oleh negara telah dan dapat memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan khususnya dibidang perekonomian Indonesia.10

5. Dengan Sendirinya menjadi WNI dengan Ketentuan Undang-Undang

Kewarganegaraaan RI dengan sendirinya diberikan kepada orang asing, dengan ketentuan bahwa si penerima adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di Indonesia di mana ayah atau ibu memperoleh kewarganegaraan RI, maka dengan sendirinya anak tersebut berkewarganegaraan RI. Atau, anak warga negara asing yang belum berusia 5 tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia memperoleh warga negara RI.

Yang dimaksud dengan pengadilan di sini adalah pengadilan negeri di tempat tinggal pemohon yang bertempat tinggal di wilayah Indonesia. Bagi pemohon yang bertempat tinggal di luar negeri, pengertian pengadilan di sini adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.11

C. Asas-Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasonal

(7)

Asas-Asas dalam Hukum Keluarga Berbicara tentang hukum keluarga, maka pada dasarnya orang berbicara tentang perkawinan. Dalam Hukum Perdata Internasional, persoalan perkawinan transnasional adalah salah satu bidang yang paling vulnerable terhadap persoalan-persoalan Hukum Perdata Internasional. Di Indonesia, Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni: "Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." Ikatan semacam itu yang berlangsung antara seorang pria dan seorang wanita yang masing-masing tunduk pada sistem hukum nasional yang berbeda tentunya akan memunculkan persoalan Hukum Perdata Internasional dalam bidang hukum keluarga yang meliputi masalah validitas perkawinan sendiri.

Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasional:

1. Validitas Esensial Perkawinan Asas-asas utama yang berkembang dalam Hukum Perdata Internasional tentang hukum yang harus digunakan untuk mengatur validitas materiil suatu perkawinan, yakni: Asas lex loci celebrationis, perkawinan harus ditetapkan berdasarkan kaidah hukum dari tempat dilangsungkannya perkawinan/perkawinan diresmikan.

a. Asas yang menyatakan bahwa validitas materil suatu perkawinan ditentukan berdasarkan sistem hukum dari masing-masing pihak menjadi warga negara sebelum perkawinan dilangsungkan.

b. Asas yang menyatakan validitas material perkawinan harus ditentukan berdasarkan sistem hukum dari tempat masing-masing pihak berdomisili sebelum perkawinan dilangsungkan.

(8)

2. Validitas Formal Perkawinan berdasarkan asas locus regitactum, diterima asas bahwa validitas/persyaratan formal suatu perkawinan ditentukan berdasarkan lex loci celebrationis.

3. Akibat-Akibat Perkawinan Dalam Hukum Perdata Internasional tentang akibat perkawinan (seperti masalah hak dan kewajiban suami istri, hubungan orang tua dan anak, harta kekayaan perkawinan, dan sebagainya). Tunduk pada:

a. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (lex loci celebrationis). b. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga

negara salah setelah perkawinan (gemeenschapelijke nationaliteit/ joint nationality).

c. Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama setelah perkawinan (gemeenschapelijke woonplaats/ joint residence). Atau tempat suami istri ber-domisili tetap setelah perkawinan.

4. Perceraian dan Akibat Perceraian Perceraian harus diselesaikan berdasarkan siatem hukum dari tempat:

a. Lex loci celebrationis.

b. Gemeenschapelijke nationaliteit/ joint nationality.

c. Gemeenschapelijke woonplaats/ joint residence atau domicile of choice setelah perkawinan.

d. Diajukannya gugatan perceraian (lex fori).12 D. Hapus (hilangnya) Status Kewarganegaraan

Kehilangan status kewarganegaraan bisa saja terjadi pada seorang warga negara disuatu negara. Di Indonesia sendiri, kehilangan atau dihapuskannya warga negara dapat terjadi kepada seseorang berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, jika yang bersangkutan:

a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri

b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu

12 Dena Agustina, tt, “Hukum Perdata Internasional” [pdf], diakses dari:

(9)

c. Dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan

d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden

e. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia

f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut

g. Tidak diwajibkan tetapi ikut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing

h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegraan yang masih berlaku dari negara alain atas namanya, atau

i. Bertempat tinggal diwilayah negara Republik Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.13

1. Mengikuti Wajib Militer

(10)

Pasal 23 huruf d Undang-Undang No 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa warga negara Indonesia kehilangan kewarganegaraan jika yang bersangkutan masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden. Namun untuk hal ini ada celah pengecualian. Pasal 24 UU No. 12 tahun 2006 menyatakan adanya suatu pengecualian bagi mereka yang sedang mengikuti program pendidikan di negara lain dan negara tersebut mengharuskan mengikuti wajib militer.14

2. Kehilangan Kewarganegaraan dikerenakan Keterkaitan Orang Tua Pasal 25 ayat 1 Undang-Undang No.12 Tahun 2006 menyatakan bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidakdengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang mempunyai hubungan hukum dengan ayah nya sampai dengan anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin. Sedangkan ayat 2 menyatakan bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang Ibu tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya yang tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 tahun atau telah kawin. Dan ayat 3 menegaskan bahwa kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesi karena memperoleh kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya sampai dengan anak tersebut berusia 18 tahun atau sudah kawin.

Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraan.15

3. Kehilangan Kewarganegaraan Karena Keterkaitan Perkawinan

Hal yang berbeda terjadi pada kasus keterkaitan perkawinan. Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa

(11)

perempuan Warga Negara Indoesiayang kawin dengan laki-laki warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat perkawinan tersebut.

Sedangkan laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan tersebut. Hal ini termuat di ayat 2 Pasal tersebut. Perempuan atau laki-laki sebagaimana dimaksud pada kedua ayat tersebut jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia maka dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya melimputi tempat tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan dapat diajukan oleh perempuan atau laki-laki setelah 3 tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung.

Pasal 27 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 menyatakan bahwa kehilangan Kewarganegaraan bagi suami atau istri yang terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami.16

4. Kehilangan Kewarganegaraan RI dengan Sendirinya

Pasal 31 Ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2007 tentang tata cara memperoleh, kehilangan, pembatalan, dan memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegaraannya karena beberapa alasan.17

5. WNI Dinyatakan Hilang Kewarganegaraan Oleh Presiden Atas Permohonannya Sendiri

(12)

Pasal 23 ayat huruf c Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI menyatakan bahwa Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraan jika yang bersangkutan dinyatakan hilang kewarganegaraan oleh presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun, bertempat tinggal diuar negeri, dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan. Persyaratan untuk mengajukan permohonan tersebut adalah sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dipastikan juga dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadikan si pemohon tanpa kewarganegaraan.18

E. Hak-Hak Warga Negara dalam Aspek Hukum Internasional

Terdapat pertanyaan apakah individu dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional. Dalam menjawab pertanyaan tersebut terdapat dua konsep yang berbeda. Dengan merujuk pada praktik internasional yang berlaku dan hukum positif, pada umumnya pakar hukum berpendapat bahwa hukum internasional hanya mengatur hubungan antar negara dan oleh karena itu individu tidak dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional. Jadi pada intinya mereka berpendapat bahwa hanya negara saja yang merupakan subjek hukum internasional dan bukan individu.

Sebaliknya ada juga yang berpendapat terutama Prof. Georges Scelle, pakar hukum kenamaan dari Perancis bahwa hanya individu yang merupakan subjek hukum internasional. Para pendukung doktrin ini mendasarkan pandangannya bahwa bukankah tujuan akhir dari pengaturan-pengaturan konvensional adalah individu dan oleh karena itu dia mendapatkan perlindungan internasional. Suatu konvensi internasional yang ditandatangani oleh sejumlah negara yang berisikan ketentuan bahwa pelayaran atas suatu sungai internasional adalah bebas, tidak lain berarti sebagai pemberian kebebasan kepada individu-individu, pedagang, pemilik kapal, untuk dapat menggunakan sungai tersebut bagi

(13)

keperluan usaha mereka. Jadi keseluruhan dari ketentuan internasional mengenai pelayaran menyangkut individu-individu.

Ada juga naskah yang mengatur secara langsung keadaan individu seperti konvensi-konvensi mengenai tawanan perang (Konvensi Den Haag) yang mengatur perang dan Konvensi-Konvensi Palang Merah dan semuanya mempunyai tema yang sama yaitu perlindungan terhadap individu-individu yang lemah, menderita sakit, tidak bersenjata, dan lain-lain. Maka dari itu tidak dapat disangkal bahwa perlindungan terhadap individu merupakan tema umum dari pengaturan internasional dan keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum.

Telah kita ketahui bahwa banyak ketentuan internasional yang menyangkut individu-individu baik dalam bentuk keuntungan-keuntungan yang diberikan maupun kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan. Namun demikian tidak berarti bahwa individu secara otomatis merupakan subjek hukum internasional karena dalam banyak hal, negara bertindak sebagai layar antara mereka dan hukum internasional.

Secara prinsip merupakan tugas negara agar individu-individu yang berada di bawah yuridiksinya mematuhi kewajiban-kewajiban yang menyangkut mereka. Sebaliknya jarang terjadi individu yang secara langsung mendapatkan kemudahan yang diberikan oleh norma-norma internasional tertentu tanpa perantaraan negara. Pasca Perang Dunia II masyarakat dunia mulai memperhatikan tindakan-tindakan kekejaman, kekerasan, penganiayaan, dan pembunuhan masal yang dilakukan oleh rezim diktator selama perang berlangsung sehingga memunculkan kesadaran masyarakat internasional untuk melembagakan pemajuan dan perlindungan secara internasional terhadap hak asasi manusia.

(14)

perlindungan internasional HAM ini sudah diatur secara baik dalam hukum internasional HAM yang secara khusus mengatur mengenai perlindungan individu dan kelompok dari pelanggaran berat HAM yang dilakukan oleh aparat pemerintah.

PBB mempunyai kontribusi yang sangat penting dalam pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi di seluruh dunia. Tiga tahun setelah PBB berdiri, Majelis Umum mencanangkan pernyataan umum tentang HAM (Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948. Deklarasi tersebut terdiri dari 30 pasal yang mengumandangkan seruan agar rakyat menggalakkan dan menjamin pengakuan yang efektif dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan yang telah ditetapkan dalam deklarasi.

Pasal 1 dan 2 Deklarasi menegaskan bahwa semua orang dilahirkan dengan martabat dan hak-hak yang sama dan berhak atas semua hak dan kebebasan sebagaimana yang ditetapkan oleh Deklarasi tanpa membeda-bedakan baik dari segi ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, maupun yang lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, hak milik, kelahiran, atau kedudukan yang lain. Sedangkan dalam Pasal 3 sampai 21 Deklarasi tersebut menempatkan hak-hak sipil dan politik yang menjadi hak semua orang. Hak-hak tersebut antara lain. a. Hak untuk hidup

b. Kebebasan dan keamanan pribadi

c. Bebas dari perbudakan dan penghambaan

d. Bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak berperikemanusiaan ataupun yang merendahkan derajat kemanusiaan

e. Hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja sebagai pribadi

f. Hak untuk pengampunan hukum yang efektif

(15)

h. Hak untuk peradilan yang adil dan dengar pendapat yang dilakukan oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak

i. Hak untuk praduga tak bersalah

j. Bebas dari campur tangan sewenang-wenang terhadap keleluasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat

k. Bebas dari serangan kehormatan dan nama baik

l. Hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu

m. Bebas bergerak, hak untuk memperoleh suaka, hak atas suatu kebangsaan, hak untuk menikah dan membentuk keluarga, hak untuk mempunyai hak milik

n. Bebas berpikir, berkesadaran dan beragama, dan menyatakan pendapat

o. Hak untuk menghimpun dan berserikat, hak untuk ambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama terhadap pelayanan masyarakat

Pasal 22 sampai 27 dari Deklarasi tersebut berisikan hak-hak ekonomi sosial dan kebudayaan yang menjadi hak semua orang. Hak tersebut antara lain.

a. Hak atas jaminan sosial b. Hak untuk bekerja

c. Hak untuk membentuk dan bergabung pada serikat-serikat buruh d. Hak atas istirahat dan waktu senggang

e. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan kesejahteraan

f. Ha atas pendidikan

g. Hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan masyarakat19

(16)

III. PENUTUP

Negara merupakan salah satu subjek dalam Hukum Internasional, serta merupakan subjek yang dapat dikategorikan penting diantara subjek Hukum Internasional lainnya. Hal tersebut dikarenakan bahwa Negara lah yang mampu melakukan hubungan-hubungan internasional dengan negara lain sesuai dengan hukum Internasional dan perjanjian yang disepakati,

1. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang bersatu atau dipersatukan oleh adanya persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan di masa depan. Dalam konstitusi negara Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dalam pasal 26 warga negara ialah

a) Yang menjadi warga negara Indonesia ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan menurut Undang-undang sebagai warga negara.

b) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-undang.

2. Cara Memperoleh Kewarganegaraan dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI mengatur tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, Berbagai cara orang asing agar menjadi Warga Negara Indonesia, antara lain melalui cara:

a. Menjadi WNI dengan cara Pewarganegaraan

b. Menjadi WNI dengan Cara Menyapaikan Pernyataan c. Menjadi WNI dengan Cara Pendaftaran

d. Menjadi WNI karena Pemberian Pemerintah RI

e. Dengan Sendirinya menjadi WNI dengan Ketentuan Undang-Undang 3. Asas-Asas Hukum Keluarga dalam Hukum Internasonal, Asas-Asas

(17)

4. Hapus (hilangnya) Status Kewarganegaraan, Kehilangan status kewarganegaraan bisa saja terjadi pada seorang warga negara disuatu negara. Di Indonesia sendiri, kehilangan atau dihapuskannya warga negara dapat terjadi kepada seseorang berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,

(18)

IV. DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D. (tt). “Hukum perdata internasional”. [pdf]. Tersedia:

http://www.docs-engine.com/pdf/1/hukum-perdata-internasional.html . Di Akses: 22 November 2016

Kurnia, A. (2012). Panduan praktis mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mauna, B. (2000). Hukum InternasionaL. Bandung: PT Alumni

Tanpa Nama. (tt). “Konsep kewarganegaraan”. [pdf]. Tersedia: digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf. Di Akses: 22 November 2016

Tanpa nama. (tt). “Pengaturan hukum internasional tentang hubungan antara negara dengan warga negara”. [pdf]. Tersedia: http: repository.usu.ac.idbitstream123456789420403Chapter %20II.pdf, hlm. 23. Di Akses: 22 November 2016

Wahab, A. A dan Sapriya. (2011). Teori dan landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta CV.

Referensi

Dokumen terkait

Individu yang memiliki kompetensi yang baik dan didukung oleh kepercayaan diri yang tinggi dalam menyelesaikan suatu penugasan dapat berdampak positif dalam

hasil uji t yang dilakukan oleh peneliti nilai signi fi kansinya sebesar 0,850 dimana nilai tersebut lebih besar dibanding 0,05, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

Keseluruhan komponen gangguan tidur pada karakteristik subjektif tidur menunjukkan bahwa klien dewasa di ruang rawat inap RS X Depok mengalami gangguan tidur tingkat sedang

Jika tubuh berada dalam kondisi kekurangan kalori ataupun zat pemasok kalori yakni protein maka secara otomatis tenaga yang mampu kita gunakan pun akan menurun drastis, akibat dari

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang sebagai pelatihan untuk menerapkan teori

Laporan skripsi dengan judul “ Rancang Bangun Sistem Aplikasi Pemesananan Lapangan Futsal Di Intan Sport Kabupaten Kudus Berbasis Sms Gateway ” telah

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian dari Abukosim, et al., (2014) yaitu kepemilikan managerial tidak memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.. Tetapi

Pada suhu dan tekanan yang sama, manakah pernyataan yang benar, mengenai gas O 2 dan gas O 3 bila diambil pada volume yang sama3. Pada suhu dan tekanan yang sama, untuk