• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MANAJEMEN SEKURITI DI INDON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN MANAJEMEN SEKURITI DI INDON"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

A.

Konsep Manajemen

Suatu perusahaan merupakan suatu organisasi yang tidak dapatdipandang sebagai benda mati yang dapat diperlakukan semunya. Diperlukan suatu perawatan khusus agar perusahaan atau organisasi tetap berkembang. Perusahaan atau organisasi merupakan wadah yang statis dimana manajemen bergerak dengan dinamis untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Manajemen merupakan pengelola dan perawat sumber daya organisasi. Manajemen meliputi keterampilan memutuskan, memecahkan masalah, menilai, cara melakukan komunikasi dan berhubungan dengan sesamanya, keterampilan tekniks maupun taktis dan lain-lain.

Manajemen sebagai suatu kerangka sistem maka penerapannya mengandung nilai-nilai dan kebijakan, penyiapan rencana serta pelaksanaan aktivitas-aktivitas manjerial yang mencakup lingkup kegiatan yang relatif luas. Pengorganisasian sumber daya, pengerahan dan kepemimpinan serta motivasi pelaksanaannya termasuk mengawasi, menyediakan serta melakukan evaluasi. Sistem manajemen mengandung variasi luas yang tergantung pada misi dan visi serta penekanan-penekanan yang diinginkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Prinsip-prinsip manajemen sekuriti suatu perusahaan atau organisasi sesungguhnya adalah manajemen orang-orang didalamnya. Sumber daya merupakan faktor paling penting dalam keberlangsungan hidup suatu organisasi.

Manusia adalah pendiri, perancangan pekerja, pengamat, pengeritik, dan pemutus suatu organisasi. Tanpa manusia maka tidak ada organisasi. Oleh karena itu konsep manajemen termasuk manajemen sekuriti yang ideal haruslah berpusat pada mausia. Manajemen memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

a. Manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan;

b. Manajemen sebagai proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan, dan penganggaran;

c. Tersedianya sumber daya, manusia, material, dana dan sumber daya lainnya; d. Menggerakkan sumber daya tersebut secara efesien dan efektif;

(2)

f. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian yang harus dimiliki manajer.

Sebagai suatu sistem, manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Sebagai suatu proses manajemen merupakan rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatakn sumber daya yang telah tersedia. Manajemen sebagai suatu proses yang dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. Proses manajemen tersebut dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian atau komponen yang ada didalam organisasi.

Manajemen mengenal tahapan-tahapan yang harus dilalui agar proses manajemen dapat berjalan dengan baik, yaitu:

a. Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan organisasi. b. Pengorganisasian merupakan upaya manajer dalam menghimpun dan

mengkoordinasikan semua sumber daya manusia dan material suatu organisasi.

c. Kepemimpinan dari manajer sangat menentukan dalam fungsi penggerakkan. Tugas manajer adalah melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh komponen manajemen agar terbentuk sinergi dan menghindari tumpang tindih dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Pengendalian merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi dan perbaikan agar proses berjalan lancer sesuai dengan standart pengamanan yang telah ditentukan.

(3)

Penyelenggaran sekuriti harus dilaksanakan dengan manajemen yang professional. Menurut Sheril Straws yang dikutip Hadiman, konsep sekuriti adalah “security is prevention of looses all kind what ever cause”, sekuriti adalah pencegahan akan kerugian apapun penyebabnya. Dengan adanya manajemen, pelaksanaan pengamanan dapat dilakukan dengan benar sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Kebijakan keamanan ini memungkinkan pengelolaan fungsi yang disepakati dan diadaptasi agar jelas arahnya. Kebijaksanaan yang jells dan tertulis akan menjadi acuan pokok dan sumber dari semua petunjuk dan pedoman teknis baik ke dalam bentuk prosedur-prosedur tatacara kerja.

Selain itu terdapat sumber-sumber dan penyebab yang dapat menimbulkan gangguan yang berisiko untuk perusahaan atau organisasi terhadap kondisi yang rawan menimbulkan bencana. Pengelolaan yang tepat akan mempengaruhi mutu pelayanan keamanan atau sekuriti yang diberikan, namun juga dapat menjamin dicapainya efektivitas dan efesiensi usaha yang dilakukan. Adanya pertimbangan-pertimbangan manajemen dalam organisasi pada masalah efsiensi merupakan hal yang menentukan dalam menetakpan bagaimana dan sejauh mana fungsi keamanan tersebut. Artinya otonomi dari manajemen untuk menetapkan cara dan lingkup pengelolahan terhapad fungsi keamanan menyebabkan penampilan pengelolaan fungsi keamanan bervariasi.

Menurut Hadiman kondisi keamanan yang akan mengganggu keadaan keorganisasian dan manajerial perusahaan akan menunjukan indikasi sebagai berikut:

a. Internal

 Tidak tepatnya manajemen

 Tidak tepatnya sistem pengawasan internal  Tidak tepatnya sistem perlindungan perusahaan

 Lemahnya komunikasi diantara para karyawan dengan manajemen

 Lemahnya penorganisasian pengamanan perusahaan dan pencegahan

kerugian b. Eksternal

 Lemah dan terbatasnya hubungan dan komunikasi dengan asosiasi

(4)

 Lemah dan keterbatasan hubungan dan komunikasi dengan instansi

pemerintah terkait

 Kesulitan memperoleh dukungan dari lingkungan dan kondisi social yang

ada disekitar kawasan usaha, kondisi, dan lingkungan lain yang lebih luas.

Menurut Sennewald yang dikutip oleh R.Maminullah “Security contributes to company or corporate profits by reducing or eliminating preventavble loses, including those caused by criminal behavior”, pengamanan menyumbangkan kepada perusahaan atau korporasi keuntungan dengan cara mengurangi atau menghilangakan kerugian-kerugian yang dapat dicegah termasuk apa yang disebabkan karena perilaku jahat.

C. Visi dan Misi

Visi : mengembangkan industi sekuriti Indonesia menjadi professional dan diakui oleh pemangku kepentingan

Misi: 1. Mengembagkan sistem dan manajemen sekuriti di Indonesia

2. Menjadi mitra polri dalam mengembangkan regulasi dan inplementasi dibidang sekuriti di Indonesia

3. Menjadi profesi sekuriti menjadi bidang kerja yang lebih diakui, diminati, dan dihargai

4. Meningkatkan profesionalisme personil sekuriti melalui pendidikan dan pelatihan

5. Mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran sekuriti bagi individu dan perusahaan

6. Menggalang kerjasama dengan asosiasi bidang sekuriti, regional, dan internasional

7. Memperjuangkan hak-hak personil sekuriti perusahaan sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan dan polri

8. Mengupayakan pekerjaan dibidang sekuriti menjadi profesi D. Perkembangan Manajemen Sekuriti

(5)

modern. Sering pula tentara melaksanakan penjagaan keamanan. Pemolisian masyarakat yang demikian dikenal dengan sebutan “Kin Police”. Polisi modern lahir dengan Robert Peel di Inggris dengan mengangkat pegawai tetap, dilatih, diberi pakaian seragam dan digaji.

Di Indonesia, pada zaman Jepang digiatkan ronda kampung dan semasa revolusi fisik dilaksanakan “pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yang sekarang ditetapkan sebagai “sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta dalam UUD. Rakyat Indonesia, terutama dipedesaan yang merupakan wilayah Pemerintah Republik Indonesia “mengorbankan segala-galanya” untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan. Setelah pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949, Polri sebagai kepolisian nasional terus memelihara ronda kampung, yang kemudian dikenal dengan Siskamling. Hansip yang jumlahnya cukup banyak pada tahun 1960-an, sehingga di Departemen Hankam dibentuk Pusat Hansip (yang pernah dijabat oleh Jenderal Polisi Sutjipto Judodihardjo sebagai Kapus Hansip sebelum diangkat menjadi Menpangak). Hansip waktu itu dibagi dalam: Hansip Wanra dibina oleh TNI-AD dan Hansip Kamra dibina oleh Polri.

Di Mabes Polri terdapat dua unit organisasi, yaitu Badan Pembinaan Kepolisian Khusus (Babin Polsus) dan Badan Pembinaan Keamanan Rakyat (Babin Kamra) di bawah koordinasi Deputi Kapolri Urusan Khusus (Dekhus). Tahun 1968-1971, Dekhus dijabat oleh Irjen Pol. Dr. Awaloedin Djamin. Semasa jabatannya sebagai Kapolri 1978-1982, ditegaskan, bahwa Polri membutuhkan pemberdayaan Pengamanan Swakarsa, Swadaya dan Swadana (1979) yang terdiri atas sektor tradisional, ronda kampong atau siskamling dan sektor modern, yang dikenal dengan istilah “industrial security”. Tanggal 30 Desember 1980 ditetapkan pengaturan Satuan Pengamanan disingkat Satpam, yang sekarang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Satpam. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap dalam UU No. 2, tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(6)

bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.

 Pasal 3: Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang dibantu oleh : a. Kepolisian khusus

b. Penyidik pegawai negeri sipil

c. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa

 Pasal 14 (1) f: menyatakan salah satu tugas Polri adalah “melakukan koordinasi,

pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentu-bentuk pengamanan swakarsa”. “Tata cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa” diatur dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2012.

 Pasal 15 (2) f: “memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan

terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan”

 Pasal 15 (2) g: “memberi petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian

khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian”

(7)

agar kekhususan “Manajemen Keamanan dan Teknologi” pada PTIK diganti dengan “Manajemen Sekuriti”.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hadiman, Makalah Kuliah Sekuriti Fisik, S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia Angkatan XIIB, Jakarta, 2008

2. Prof. Drs. Koesparmono Irsan SH, MM, MBA, Manajemen Sekuriti, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta, 2010

3. Prof. Drs. Koesparmono Irsan SH, MM, MBA, Sekuriti Industri, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta, 2011

4. Drucker, Peter F, An Intoduction View of Management, Pengantar Manajemen, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1982, halaman 12

5. R.M. Aminulloh, Manajemen Pengamanan Unit Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Hukum Dan Hak AsasiManusia, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, halaman 28

6. Hadiman, opcit, halaman 7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan kegiatan manajemen kesiswaan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan sekolah adalah penentuan kebutuhan, dengan perlu menghitung ulang daya

Sesuai dengan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah dirumuskan diatas, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi dapat

Manajemen Kinerja diawali dengan suatu perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan yang diharapkan dimasa depan dan menyusun semua sumber daya dan kegiatan yang diperlukan

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya dalam organisasi, dengan tujuan untuk memberikan kepada organisasi suatu

Benjamin Bukit, dkk., menerangkan bahwa Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan suatu kegiatan atau sistem manajemen yang mengadakan dan mengelola sumber

Dengan demikian efisiensi itu berkaitan erat dengan sumber daya yang dikeluarkan dan hasil pencapaian tujuan yang diperoleh. Semakin kecil sumber daya yang dikerahkan untuk

Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga dapat dimaksudkan sebagai suatu

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dibatasi oleh biaya, mutu, dan waktu (Sumber: Suharto,1999:3) Sehingga manajemen