• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA “ Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi Komunikasi sebagai

Optimalisasi Peran Sosial Warga Retardasi Mental

( Studi Kasus Kampung “ Idiot” Dusun Sidowayah, Kabupaten Ponorogo)”

BIDANG KEGIATAN : PKM – PENELITIAN

Diusulkan oleh :

Alifiana Ariani Nisa ( 145120207111052) / ANGKATAN 2014

Dwi Nur Santi ( 145120207111036) / ANGKATAN 2014

Erlyn Widiyanti ( 145120201111028) / ANGKATAN 2014

Eka Abdillah Nuriyansyah ( 145120307111015) / ANGKATAN 2014

Sony Harnanta Pratama ( 145090107111022) / ANGKATAN 2014

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN 1. Judul Kegiatan :“Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi

Komunikasi Sebagai Optimalisasi Peran Sosial Warga Retardasi Mental (Studi Kasus:

Kampung “idiot”, Dusun Sidowayah, Kabupaten Ponorogo”

2. Bidang Kegiatan : PKM-P

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Alifiana Ariani Nisa

b. NIM : 145120207111052

c. Jurusan : Ilmu Komunikasi

d. Universitas : Brawijaya Malang

e. Alamat Rumah/HP : Perumahan Griyashanta Blok L No. 123 Malang/ 085655562887

f. Email : alifianarianisa@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 Orang 5. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Antoni, S.Sos., M.Si

b. NIDN : 0010107207

6. Alamat Rumah/HP : Jalan Candi Panggung 6C Malang/

081329026143 7. Biaya Kegiatan Total

a. Dikti : Rp. 7.500.000

b. Lain-lain :

-8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 Bulan

(3)

RINGKASAN

Penelitian dengan judul “Analisis Pola Komunikasi Berbasis Biologi Komunikasi sebagai Optimalisasi Peran Sosial Warga Retardasi Mental yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan warga retardasi mental merasa tenang, tertekan, yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk menganalisis bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi sebagai optimalisasi peran sosial warga retardasi mental di Dusun Sidowayah. Target luaran dari penelitian ini adalah menggambarkan pola komunikasi warga retardasi mental Dusun Sidowayah dan mengembangkan empati di lingkungan warga retardasi mental serta mengedukasi mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan observasi dan wawancara. Dari hasil terjun langsung di Dusun Sidowayah, peneliti perlu melakukan eksplikasi yaitu penjernihan istilah karena istilah “Down Syndrome” tidak tepat untuk menggambarkan kondisi warga di Dusun Sidowayah. Hal tersebut dikarenakan Retardasi mental dan Down Syndrome memiliki karakteristik yang berbeda.

Biologi komunikasi menganalisis perilaku yang didasarkan pada sumber pengendali pesan yaitu otak. Pada warga retardasi mental terdapat hambatan pada intelektual yang menyebabkan lambannya mereka dalam merespons stimulus. Hal tersebut semakin parah apabila lingkungan sekitar membuat mereka tidak nyaman. Maka dari itu perlu situasi komunikasi yang membuat mereka merasa nyaman.

Pola komunikasi merupakan gambaran sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antar komponen komunikasi. Komponen komunikasi yang bisa menggambarkan pola komunikasi warga retardasi mental adalah jenis komunikasi, pesan, feedback yang diberikan, dan situasi komunikasi. Pola komunikasi warga retardasi mental adalah cenderung menggunakan komunikasi non verbal karena bergantung pada kondisi fisik. Dilihat dari komponen komuniikasi berupa pesan, warga retardasi mental tanggap pada pesan-pesan sederhana dan menggunkan simbol atau gesture untuk mengungkapkan keinginan mereka. Feedback yang warga retardasi mental adalah menggunakan perkataan singkat dan sederhana. Situasi komunikasi yang membuat warga retardasi mental merasa tenang adalah dengan kasih sayang atau afeksi.

Dengan mengetahui pola komunikasi warga retardasi mental, perlu pengoptimalisasian peran warga retardasi mental agar tidak menjadi beban bagi masyarakat sekitar. Selain itu penelitian ini berpotensi untuk menjadi jurnal ilmiah agar menambah khasanah ilmu biologi komunikasi yang sampai saat ini masih minim kajiannya.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN PKM-PENELITIAN...i

RINGKASAN... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB 1. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...2

1.3. Tujuan... 2

1.4. Manfaat...2

1.4.1 Secara akademis...2

1.4.2 Secara praktis...2

BAB 2 TARGET LUARAN...3

BAB 3 METODE PENELITIAN...3

3.1 Metode Penelitian...3

3.2 Tahapan Penelitian...3

3.3 Indikator Capaian...3

3.4 Teknik Pengumpulan Data...3

3.5 Teknik Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan...4

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI...5

4.1 Pola Komunikasi Warga Retardasi Mental di Dusun Sidowayah, Ponorogo... 6

BAB 5 POTENSI HASIL...8

BAB 6 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA...8

DAFTAR PUSTAKA...9

LAMPIRAN DOKUMENTASI...10

(5)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap orang berhak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif dan suportif, termasuk bagi mereka yang mengalami retardasi mental. Retardasi mental merupakan salah satu bentuk gangguan yang timbul pada usia sebelum 18 tahun dengan karakteristik penderitanya yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 70) dan mengalami gangguan adaptif di berbagai bidang meliputi ketrampilan bermasyarakat, komunikasi, dan kemandirian. Menurut catatan Pusdatin Kesos di 24 provinsi tahun 2007-2009, penderita retardasi mental tercatat sebanyak 249.364 orang. Dusun Sidowayah merupakan dusun yang dihuni oleh banyak penderita retardasi mental. Penderita retardasi mental di Sidowayah kurang lebih 150 jiwa lebih atau sekitar sembilan persen dari hampir 3.000 penduduk (Liputan6.com). Istilah retardasi mental digunakan karena istilah “down syndrome” tidak tepat digunakan untuk menggambarkan warga di Dusun Sidowayah, hal tersebut dikarenakan penderita down syndrome dan retardasi mental memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukannya eksplikasi. Eksplikasi adalah memberikan informasi kepada para pembaca tentang istilah-istilah inti/kunci dalam sebuah definisi yang original (Parera, 2004, h. 207)

Masalah keterbelakangan mental seperti dikemukakan oleh Budhiman (dalam Hendriani, Handaryanti, Sakti, 2006), berdasarkan sejumlah tulisan sejak periode 1981 telah mengemukakan bahwa keterbelakangan atau retardasi mental merupakan masalah yang cukup besar di Indonesia sehingga membutuhkan perhatian secara khusus. Penderita retardasi mental cenderung disisihkan dari lingkungannya. Mereka juga termarginal kan secara sosial.

Penderita retardasi mental di dusun tersebut membutuhkan suatu pendekatan komunikasi khusus dan dukungan dari lingkungan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar dapat menstimulus optimalisasi peran sosial mereka. Menurut Darmawan (2010), biologi komunikasi merupakan model komunikasi yang menganalisis masalah perilaku individu secara biologi internal, karena mempelajari asal usul perilaku berdasarkan kajian dan pemahaman terhadap sumber pengendali perilaku, yaitu otak. Melalui kajian ini, perilaku manusia dapat muncul berdasarkan kebebasan dari stimulus yang diberikan, sehingga memunculkan respons. Dari respons yang muncul terdapat fenomena biologis sebagai kotak hitam yang harus diteliti dan dianalisis. Berdasarkan analisis terhadap otak ditemukan bahwa perilaku biologis dipengaruhi oleh kecerdasan, kasih sayang, dan aktivitas mental serta fisik. (Darmawan, 2010).

Analisis pola komunikasi berbasis biologi komunikasi pada warga retardasi mental di Dusun Sidowayah tidak menggunakan alat Elektroensephalografi ( EEG) yang merupakan alat untuk menjelaskan proses biologi komunikasi antara otak kiri dengan otak kanan, melainkan hanya menggunakan analisis terhadap pola komunikasi yang terjadi pada warga retardasi mental.

(6)

mengkaji lebih dalam bagaimana pola komunikasi warga retardasi mental dengan menggunakan kajian biologi komunikasi, sebagai sarana optimalisasi peran sosial warga retardasi mental di dusun tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penjabaran latar belakang diatas, permasalahan penelitian yang ingin dikaji adalah:

1. Apa saja faktor yang membuat warga retardasi mental di Dusun Sidowayah merasa tenang (relax) dan tertekan ?

2. Bagaimana dukungan lingkungan sekitar terhadap warga retardasi mental di Dusun Sidowayah ?

3. Bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi sebagai sarana optmalisasi peran sosial warga retardasi mental di Dusun Sidowayah ?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui faktor--faktor yang menyebabkan warga retardasi mental merasa tenang, tertekan, dan bentuk dukungan lingkungan sekitar mereka, yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk menganalisis bagaimana pola komunikasi berbasis biologi komunikasi sebagai optimalisasi peran sosialwarga retardasi mental di Dusun Sidowayah.

1.4. Urgensi Penelitian

1. Minimnya riset biologi komunikasi sehingga masih sedikit pula kajian terkait analisis biologi komunikasi pada penderita retardasi mental.

2. Penelitian-penelitian terdahulu lebih fokus mengenai penerimaan, dan penolakan terhadap penderita retardasi mental, sehingga masih sedikit yang mengkaji dari perpektif komunikasi.

1.5. Luaran yang Diharapkan

1. Mampu menggambarkan pola komunikasi warga down syndrom Dusun Sidowayah 2. Munculnya rumusan alternatif kebijakan untuk warga down syndrome di Dusun

Sidowayah, sehingga peran sosial mereka lebih optimal.

3. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya mampu mengembangkan empati warga sekitar dan mengedukasi mereka agar melihat, dan memperlakukan warga downsyndrome tidak hanya dari kaca mata “orang normal”

1.4.1 Secara akademis

1. Diharapkan dapat menambah dan memperkaya penelitian pada bidang kajian biologi komunikasi.

(7)

1.4.2 Secara praktis

1. Sebagai stimulus serta saran untuk pengambilan kebijakan pemerintah dalam menangani permasalahan warga retardasi mental di Dusun Sidowayah agar peran sosial mereka lebih optimal.

2. Sebagai edukasi untuk warga “normal” dalam berkomunikasi dan melakukan pendekatan dengan warga retardasi mental di Dusun Sidowayah.

BAB 2 TARGET LUARAN

Target luaran dari penelitian ini adalah: 1. Jurnal Ilmiah

2. Menggambarkan pola komunikasi warga retardasi mental Dusun Sidowayah

3. Diharapkan hasil penelitian ini mampu mengembangkan empati warga sekitar dan mengedukasi mereka.

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau memberikan informasi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang tengah diselidiki. Dalam konteks ini, peneliti mencoba menjelaskan dan menggambarkan secara faktual pola komunikasi warga retardasi mental di Dusun Sidowayah. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2012) menyatakan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

3.2 Tahapan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi literatur, perencanaan sistem kerja di lapangan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dan saran bagi stakeholder.

3.3 Indikator Capaian

Tercapainya penelitian ini apabila peneliti mampu mengungkapkan begaimana pola komunikasi warga retardasi mental di Dusun Sidowayah dengan masyarakat sekitar menggunakan kajian biologi komunikasi sebagai upaya optimalisasi peran sosial mereka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

A. Data Primer : Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung dari objek penelitian. Objek penelitian ini meliputi warga penderita retardasi mental, keluarga penderita, tetangga sekitar penderita, ketua dusun serta para stakeholder. Data ini dikumpulkan dengan dua cara yaitu :

(8)

2. Wawancara : Untuk mempermudah peneliti menggali data dari informan di lapangan, maka dibuat panduan wawancara yang menjabarkan dari jawaban permasalahan yang akan diolah.

B. Data Sekunder : Data Sekunder adalah data pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data sekunder meliputi : dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan dan laporan dari pihak Lurah dan Kamituwo, karena benar-benar mengetahui kondisi objek yang akan diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Menurut Moleong (2012), analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, ketegori dan satuan uraian dasar sehungga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Proses ini dimulai dengan menelaah seluruh data baik data primer maupun sekunder. Langkah selanjutnya adalah melakukan reduksi data dengan menyusun abstraksi-abstraksi yang merupakan rangkuman proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga agar tetap berada didalamnya, kemudian disusun dan dikategorikan. Lebih lanjut Cresswell (dalam Moleong, 2012) mengilustrasikan analisis data dalam penelitian kualitatif :

Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data untuk menentukan derajat kepercayaan pemeriksaan data. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data dari berbagai sumber yang berbeda-beda mengenai sebuah permasalahan yang akan dikaji.

7 Data mentah (transkrip, data lapangan,

gambar dan sebagainya)

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis

Membaca keseluruhan data Meng-coding data (tangan atau

(9)

Pemilihan triangulasi sumber data ini disesuaikan dengan karakteristik masalah, dimana peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan pengamatan dan wawancara terhadap key informan serta melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Sehingga dalam pemeriksaan keabsahan data juga perlu membandingkan hasil dari proses pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI

Warga retardasi yang kami temui di lapangan dan menjadi informan dari penelitian ini memiliki kondisi fisik dan mental yang berbeda-beda. Ada yang kondisi fisiknya normal dan masih bisa diajak berinteraksi, meskipun mereka hanya dapat menerima pesan atau informasi yang sederhana. Ada pula yang tuna wicara dan mengalami kelumpuhan sehingga untuk berinteraksi mereka menggunakan isyarat. Penelitian ini melibatkan 9 warga retardasi mental sebagai informan peneliti. Kesembilan informan diambil secara acak melalui data yang telah diberikan oleh Kamituwo Dusun Sidowayah. Berikut adalah tabel data informan penelitian yang dihimpun dari data Kamituwo serta hasilwawancara, observasi peneliti terhadap informan dan keluarga serta masyarakat sekitar warga penderita retardasi mental:

No Nama Usia Kondisi Fisik Aktivitas Sehari-hari

1 Kemen

g

56 Normal -; bergantung pada keluarga

2 Gonah 51 Tunawicara Berkebun

3 Mesdi 49 Tunawicara Serabutan

4 Kinem 49 Normal Mengambil air dari sumber

5 Meseno 45 Normal - ; bergantung pada keluarga

6 Ganden 55 Normal Berkebun & memasak

7 Fais 10 Tunawicara ; Lumpuh - ; bergantung pada keluarga

8 Andika 17 Tunawicara ; Lumpuh - ; bergantung pada keluarga 9 Sutrisno 17 Tunawicara ; Lumpuh - ; bergantung pada keluarga

Table 1. Data informan penelitian (Data disusun berdasarkan data dari Kamituwo, wawancara dan observasi peneliti)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat warga retardasi mental yang tetap dapat melakukan pekerjaan seperti serabutan, berkebun, memasak dan mengambil air dari sumber untuk mendapatkan upah layaknya orang normal. Mesdi dan Ganden dapat melakukan aktivitas sehari-harinya karena diajarkan oleh keluarganya, sedangkan Kinem belajar mengambil air dari sumber untuk mendapatkan upah melalui self-learning. Kinem mengambilkan air untuk para tetangga yang bak airnya kosong tanpa disuruh. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat retardasi mental dapat belajar dengan perhatian khusus, artinya tidak dapat disamakan dengan orang normal.

(10)

dikarenakan faktor lingkungan sangatlah penting pada perilaku individu.Perilaku individu ataupun peran terbentuk karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya dengan menggunakan proses mental, persepsi, motivasi, nilai-nilai, ingatan dan kepribadian. Dalam pengoptimalan peran, jenis lingkungannya terbagi menjadi tiga, yaitu lingkungan yang mendukung, menghambat dan netral (Darmawan, 2010). Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa lingkungan di dusun Sidowayah merupakan lingkungan yang menghambat dalam optimalisasi peran warga retardasi mental. Masyarakat bukan penderita menganggap bahwa penderita retardasi mental merupakan orang peko’ (bodoh), tidak dapat diajari, dan sulit diatur. Sehingga masyarakat sendiri tidak menyadari potensi dari warga retardasi mental tersebut. Padahal dengan menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang nyaman bagi retardasi mental, potensi yang mereka miliki dapat dikembangkan sehingga peran sosial mereka lebih optimal. Oleh karena itu, peneliti perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat warga retardasi mental merasa nyaman, rileks dan tertekan.

4.1 Pola Komunikasi Warga Retardasi Mental di Dusun Sidowayah, Ponorogo

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soejanto, 2001 dalam Gunawan, 2013).Berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti menemukan bahwa pola komunikasi warga retardasi mental dipengaruhi oleh kondisi fisik, kecerdasan mental serta situasi dan kondisi lingkungan sekitar (Darmawan, 2010). Hasil dari pengolahan data primer dan data sekunder yang peneliti himpun, peneliti perlu menjabarkan komponen-komponen komunikasi untuk membentuk pola komunikasi warga retardasi mental dusun Sidowayah, yaitu :

a. Terdapat dua jenis komunikasi yaitu verbal dan nonverbal. Warga retardasi mental dusun Sidowayah menggunakan kedua jenis komunikasi ini, tergantung pada kondisi fisik penderita warga retardasi mental yang bersangkutan. Untuk warga retardasi mental yang fisiknya normal dan dapat berbicara seperti Kinem, Meseno, Ganden dan Kemeng, mereka menggunakan kedua jenis komunikasi, verbal maupun nonverbal dalam berinteraksi, sedangkan bagi penderita yang tunawicara dan mengalami kelumpuhan, mereka cenderung hanya menggunakan komunikasi nonverbal, seperti Gonah, Mesdi,Andika, Sutrisno, dan Fais. Namun sejauh pengamatan peneliti, jenis komunikasi nonverbal lebih sering digunakan warga retardasi mental untuk mengungkapkan keinginan, menunjuk dan meminta sesuatu.

b. Untuk membuat situasi dan kondisi yang nyaman dan rileks bagi warga retardasi mental, perlu untuk menghindari situasi yang membuatnya tertekan. Situasi yang membuat nyaman para warga retardasi mental ini berbeda-beda setiap individu, namun secara garis besar hal yang ,membuat mereka nyaman adalah sentuhan afeksi dan ketika benda-benda yang mereka ia sukai tetap berada di tempatnya dan tidak orang lain yang menyentuh atau mengambilnya, serta tidak membicarakannya sebagai orang yang bodoh. Peneliti menyimpulkan bahwa sentuhan afeksi dapat membuat mereka lebih tenang berdasarkan

Menginterpretasi tema-tema atau deskripsi-deskripsi

Gambar 1. Ilustrasi analisis data dalam penelitian kualitatif

(11)

seperti memeluk, dan merangkul, meskipun peneliti termasuk orang asing yang belum pernah bertemu dengan informan sebelumnya. Sentuhan afeksi berhasil membuat Meseno yang menurut keluarga dan Ketua RT setempat pemarah, berubah menjadi ramah kepada peneliti ketika peneliti menanyai dan mengajaknya berfoto. Hal ini membuat keluarga dan Ketua RT yang mengantar kami terheran-heran. Dengan menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman bagi warga retardasi mental, akan mendorong merekamudah dalam mempelajari sesuatu.

c. Pesan yang dapat diterima dan disampaikan oleh warga retardasi mental hanya pesan-pesan sederhana, seperti saat peneliti menanyakan anggota keluarga salah satu informan (Kemeng), informan langsung memanggil ibunya. Ataupun saat informan ingin meminta sesuatu, seperti ketika Andika ingin minum kopi, maka dia akan menunjuk tremos. Retardasi mental yang diderita informan membuat informan tidak dapat mengolah pesan dan informasi yang rumit. Seperti ketika peneliti menanyakan kegiatan sehari-hari informan langsung pada informan, informan tidak mampu menjawab dan hanya memberikan senyuman. Ini didukung oleh penjelasan Darmawan (2010) bahwa secara alamiah manusia berperilaku dan berinteraksi sesuai dengan keadaan fisiknya. Perilaku dan interaksi yang terjadi berdasarkan pada hasil proses transformasi pikiran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Hal ini dipengaruhi juga oleh kondisi tubuhnya normal atau tidak, sehingga kontribusi dalam pengembangan perilaku biologi komunikasi keduanya akan memberikan warna yang berbeda pada perilaku dan kemampuan berinteraksi manusia yang bersangkutan.

Dari penjabaran, peneliti menarik pola komunikasi warga retardasi mental:

1. Jenis Komunikasi Jenis komunikasi yang paling sering mereka

gunakan adalah non verbal

2. Pesan Pesan yang dapat mereka berikan dan tangkap

hanya berupa pesan-pesan sederhana. Jika ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka gunakan simbol atau gesture.

3. Feedback Feedback yang dapat mereka berikan hanya berupa perkataan singkat, sederhana, atau gesture yang ingin menunjukkan sesuatu kepada lawan bicara.

4. Situasi Komunikasi Situasi komunikasi yang mereka sukai adalah

situasi yang penuh dengan kasih sayang atau afeksi.

BAB 5 POTENSI HASIL

(12)

menjadi jurnal ilmiah agar menambah khasanah ilmu biologi komunikasi yang sampai saat ini masih minim kajiannya. Jurnal ilmiah ini juga dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya di bidang kajian biologi komunikasi. Hasil dari penelitian ini berpotensi untuk adanya diskusi lebih lanjut mengenai peran sosial warga retardasi mental, karena topik ini masih belum banyak didiskusikan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat bukan penderita lebih berempati dan peka terhadap eksistensi warga penderita retardasi mental, karena proses pengoptimalan peran sosial warga retardasi mental ini sangat bergantung kesadaran masyarakat bukan penderita sebagai lingkungan sosial yang mendukung, netral atau bahkan menghambat dalam pengoptimalan peran sosial warga retardasi mental.

BAB 6 RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

Peneliti akan melanjutkan rencana tahap selanjutnya dari penelitian ini yaitu membuat artikel jurnal ilimiah berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan. Artikel jurnal ilmiah rencananya akan peneliti ajukan pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI). Kemudian peneliti mulai mengerjakan laporan akhir untuk diupload di Simlitabmas dan membuat tembusan laporan akhir untuk BAKESBANG POLINMAS Ponorogo, Camat Kecamatan Jambon, Kepala Desa Sidoharjo dan Kamituwo Dusun Sidowayah sebagai bukti dan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Laporan akhir yang diserahkan pada pihak yang bersangkutan akan disertai dengan kenang-kenangan sebagai tanda terimakasih peneliti atas bantuan yang telah diberikan.Peneliti juga akan mengajukan proposal kepada CSR perusahaan untuk membantu warga retardasi mental di dusun Sidowayah.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. ( 2010). Biologi komunikasi melalui implementasi information communications technology. MIMBAR, 26 (2), 183-204.

Handariyanti, R., Hendriani, W. & Sakti, T. M. (2006). Penerimaan Keluarga

Terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.INSAN, 8 (2), 100-111.

Kementerian Sosial Republik Indonesia. ( 2012). Kementerian sosial dalam rangka

pembangunan kesejahteraan nasional. Jakarta : Kementerian Sosial Republik Indonesia. Mata yang mendengar di Sidowayah. ( 2012). Diakses pada 16 Mei 216, dari

http://m.liputan6.com/news/read/397773/mata-yang-mendengar-di-sidowayah

Moleong, L. J. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja

(13)
(14)
(15)

LAMPIRAN KEUANGAN BIAYA

a. Dana Hibah dari Dikti : Rp 7.500.000,00 b. Realisasi Anggaran (Pengeluaran)

(16)

4 orang kelancaranpenelitian

(17)

penelitian

n. Makan Malam:4 orang

Untuk

(18)

ketika penelitian

b. Print, penjilidan, dan fotocopy Laporan

1 kali Untukmerapikan dokumen

Rp 15.000 Rp 15.000

c. HVS 1 RIM 1 kali Untukpembuatan

laporan

d. Oleh-oleh diawalpenelitian

(19)

Total Rp 519.000

Gambar

Table 1. Data informan penelitian (Data disusun berdasarkan data dari Kamituwo, wawancaradan observasi peneliti)

Referensi

Dokumen terkait

Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru bimbingan dan konseling tentang bagaimana metode yang dilakukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terkait

Financing To Deposits Ratio (FDR) berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apabila semakin

The NPT was found to be segregating population (BC4F2), the gene for resistance .i susceptible to all the six races while O. The hybrids were found to be susceptible to