• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBAN (1)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN

KEHIDUPAN BERAGAMA

TUGAS MAKALAH

DIBUAT UNTUK MEMENUHI SARAT MENGUMPULKAN TUGAS PANCASILA AND CITIZENSHIPS DARI DOSEN HERLIANTORO, S.H., M.H., M.B.A

.

NAMA KELOMPOK :

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2015

1. DIMAS WILLY PRAYOGA 1510631020064 2. MONICA WITTY RAMADHANI 1510631020143

3. NIA DARNIA 1510631020160

4. RYSMI WULANDARI 1510631020196

5. TETI HAYATI 1510631020216

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang pengarahan dalam Pancasila and Citizenships. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai referensi dan kerja sama rekan rekan kelompok yang mau bekerjasama menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dan berbagai sumber referensi yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pancasila sebagai paradigma pembangunan kehidupan beragama untuk rekan rekan semua dapat memberikan pemahaman serta manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

Karawang, 27-November-2015

(3)

ii DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar isi ... ii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Makalah ... 4

BAB II: LANDASAN TEORI ... 6

A. pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ... 6

B. Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ... 10

C. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama ... 11

D. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia ... 12

E. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia ... 10

F. Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia ... 16

BAB III: MASALAH DAN DISKUSI ... 21

A. Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara ... 16

B. kehidupan antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia ... 18

BAB IV: PENUTUP ... 26

A. KESIMPULAN ... 26

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Dilihat dari butir-butir pancasila dapat dikembangkan mengenai pancasila sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari adanya lima sendi utama penyusun Pancasila atau secara umum merupakan isi Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sendi utama Pancasila tersebut tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Butir-butir pengamalan Pancasila

Kelima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

Adapun pengembangan butir pancasila yang menyinggung mengenai pancasila sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari butir sila ke 1, yang berisikan:

(5)

2

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa Pali.

Kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.

Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”.

(6)

3

sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:

1) Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.

2) Pasal 29 UUD 1945

3) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

4) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Berdasarkan butir-butir pancasila yang telah ada dapat dikembangkan mengenai pengembangan kehidupan beragama bahwa :

(7)

4

pada apa yang benar baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moril bagi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2) Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).Jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut:

a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan yang sehat.

b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif. c) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama. d) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.

Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.

(8)

5

4) Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan duniawi/kemasyarakatan. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Semakin kuat keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya kepada Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan terwujudnya kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri

1.2RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama?

2. Kenapa Pancasila penting sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan Beragama?

3. Bagaimana Mengaplikasikan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama?

4. Bagaimana keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia saat ini? 5. Bagaimana cara mengatasi atau menyelesaikan konflik atau masalah yang

terjadi di antara umat beragama?

1.3TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Pengembangan Kehidupan Beragama

2. Mengetahui Kenapa perlu adanya Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan Beragama

3. Mengetahui cara untuk mengaplikasikan Pancasila Sebagai Pengembangan Kehidupan Beragama

4. Mengetahui Keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia

(9)

6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama

A. Paradigma Pengembangan

Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma (paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir).

Menurut Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970:49), paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis (suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, tatacara penerapan dalam ilmu tersebut. Sedangkan menurut Drs. Kaelan, MS. Paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai kerangka berfikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunanm, reformasi, maupun dalam pendidikan.

(10)

7

Sedangkan kata Pengembangan (development) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan ataun menjadi/mengarah bertambah sempurna

Kata Pengembangan menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan yang terikat dengan keadaan yang harus digali dan harus dibangun agar dicapai kemajuan dimasa yang akan datang. Atas dasar arti kata pembangunan, dapat dipahami bahwa dalam pembangunan terdapat proses perubahan yang terus menerus diupayakan untuk meraih kemajuan dan perbaikan untuk mewujudkan tujuan yang dicita-citakan. Pembangunan adalah usaha manusia untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan untuk menuju masyarakat uang sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan Pengembangan atau Pembangunan adalah proses perubahan ke arah kondisi yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita, 1997). Menurut Sumodiningrat (2001), pembangunan adalah proses natural untuk mewujudkan cita-cita bernegara, yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata.

Paradigma Pengembangan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir sebagai upaya mewujudkan perubahan yang direncanakan sesuai dengan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Inuk Inggit Merdekawati, 2008: 26)

(11)

8

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, Sementara negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan demikian pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-Nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut Pancasila adalah manusia adalah makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia sebagai mahkluk monopluralisme adalah sebagai berikut:

a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga b. Sifat kodrat manusia sebagai individu dan social

c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan. Pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia terdiri dari aspek jiwa, raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional merupakan upaya dalam peningkatan manusia secara totalitas.

Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.

Visi dan Misi Pembangunan Nasional  Visi

(12)

9  Misi

Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang diterapkan adalah sebagai berikut :

1) Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarkat, berbangsa dan bernegara.

2) Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.

B. Pancasila dan Agama

Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang secara antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam Kaelan, 2012). Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme (Chaidar, 1998: 36).

(13)

10

Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh

founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag) yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber -Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan” (Zoelva, 2012).

Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010: 79).

2.2 Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama

(14)

11

Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara Indonesia.

Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan kepercayaannya masing – masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.

2.3. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama

1. Setiap warga Negara Indonesia patut percaya dan berkeyakinan untuk memeluk suatu agama.

2. Dengan adanya kepercayaan dalam memeluk agama, setiap warga Negara Indonesia memiliki arah hidup agar ketika melakukan sesuatu selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mengakibatkan untuk melakukan kehidupan bernegara sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai pancasila.

3. Dalam kehidupan bermasyarakat diharuskan setiap warga Negara Indonesia mengedepankan nilai toleransi dan saling menghargai antarsesama umat beragama, tidak satupun membenarkan dan menyalahkan suatu agama.

4. Dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dapat dijadikan tolak ukur dalam melakukan segala aktivitas beribadah dengan hikmad tanpa adanya diskriminasi dari agama lainnya

5. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

(15)

12

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara, maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

2.4 Pluralisme Agama yang ada di Indonesia

Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan Perbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan atau agama. Konsekuensi dari pluralitas agama agama adalah kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain, sehingga sikap keagamaan yang perlu dibangun dalam menghadapi pluralitas agama adalah prinsip kebeebasan dalam memeluk suatu agama.

(16)

13

Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di masyarakat adalah:

1. Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai elemen yang ada di masyarakat. Karena persoalan kurangnya kesadaran pluralisme agama bisa terdapat pada siapa saja, maka tidak salah ketika masyarakat umum mudah terprovokasi isu-isu yang bernuansa primordialisme

2. Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam bentuk formal yang dilembagakan seperti atas nama Lembaga Kajian, Forum Dialog dan semacamnya, karena akan menyebabkan tidak longgar bahkan terbatas dalam ruang-ruang tertutup. Tapi perlu membumi yang bersifat longgar dan dapat berakses ke mana saja.

3. Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan masyarakat dimana kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar, diskusi yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas, masyarakat luas tidak ikut mengakses. (Hamdan Farchan, 2005:1)

2.5Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu sebagai berikut: 1. Kerukunan intern umat beragama.

(17)

14

b. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat kerukunan atau tenggang rasa dan kekeluargaan

2. Kerukunan antar umat beragama

a. Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama sebagai rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.

b. Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan memeluk agama dan melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing. c. Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga keagamaan di Indonesia.

3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.

a. Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen orde baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

b. Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling diharapkan untuk dilaksanakan.

c. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan partisipasi aktif dan positif dalam:

1) Pemantapan ideologi Pancasila;

2) Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional; 3) Suksesnya pembangunan nasional

(www.ealerning.gunadarma.ac.id,2007:5)

Sebab-musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat, beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek antara lain:

(18)

15

2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain

3. Minimnya rasa menghargai para pemeluk agama lain, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain

4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat

5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat beragama dengan pemerintah, dan

6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat (Ajat Sudrajat, 2008:151)

Dalam menghadapi konflik agama yang terjadi di Indonesia dan sesuai prinsip-prinsip kerukunan hidup beragama di Indonesia, kebijakan umum yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan beragama tidak membenarkan menjadikan orang lain yang telah menganut agama tertentu menjadi sasaran propaganda agama yang lain. 2. Menggunakan bujukan berupa memberi uang, pakaian, makanan dan lainnya

supaya orang lain pindah agama adalah tidak dibenarkan.

3. Penyebaran pamflet, majalah, buletin dan buku-buku dari rumah ke rumah umat beragama lain adalah terlarang.

4. Pendirian rumah ibadah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat dan dihindarkan timbulnya keresahan penganut agama lain karena mendirikan rumah ibadah di daerah pemukiman yang tidak ada penganut agama tersebut. 5. Sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan

(19)

16

Indonesia harus berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan negara Indonesia, bersama pemeluk agama lain. Islam tidak membenarkan umat Islam bersikap eksklusif dalam tugas dan kewajiban bersama sebagai anggota warga negara Indonesia. (www.ealerning.gunadarma.ac.id.2007:17)

Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi yaitu Pancasila, hal tersebut sebagai titik tolak pembangunan. Perbedaan suku, adat dan agama bukanlah menjadi tombak permusuhan melainkan untuk memperkokoh persatuan. Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran pembangunan.

Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kehidupan keagamaan dan kepercayaan harus dikembangkan sehingga terbina hidup rukun diantara sesama umat beragama untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam membangun masyarakat. Selain itu, kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk memelihara ketentraman masyarakat.

2.6 Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia

A.Solusi dari konflik antar umat beragama yang terjadi di Indonesia, antara lain: 1.Meningkatkan pemahaman dan pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha

Esa Prinsip tata cara Pengamalan Sila Pertama Pancasila berikut ini: a. Bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.

b.Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda.

(20)

17

d.Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. Dalam batang tubuh UUD 1945 (Pasal 29 UUD 1945) tersirat mengenai pengaturan dan ketentuan kehidupan agama bagi penduduk Indonesia, Negara menjamin kemerdekaan kepada penduduk untuk memeluk agama yang diyakininya.

Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan. Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama. (http://verkay11-ricky.blogspot.com)

B. Dialog antar umat beragama

Untuk mencairkan kebekuan yang terjadi antar umat beragama, alternatif yang bisa dikemukakan adalah dengan mekanisme dialog keagamaan atau yang dikenal pula dengan istilah dialog antar iman. Dialog antar umat beragama ini diperkirakan bisa mengantarkan para pemeluk agama pada satu corak kehidupan yang inklusif dan terbuka.

(21)

18

a. Dialog Parlementer. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di tingkat dunia.

b. Dialog Kelembagaan. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan Organisasi-organisasi keagamaa.

c. Dialog Teologi. Tujuannya adalah untuk membahas persoalan-persoalan teologis –filosofi.

d. Dialog dalam Masyarakat. Dialog ini dilakukan dalam bentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural yang menggarap dan menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari. e. Dialog Kerohanian. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan

memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama. ( Ajat Sudrajat, 2009:158 ) .

C. Meningkatkan rasa toleransi

Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati setiap orang yang berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian, kepercayaan maupun tingkah laku. Toleransi beragama adalah sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain: a. Menghindari Terjadinya Perpecahan

(22)

19

dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.

Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

c. Menumbuhkan kesadaran bahwa masyarakat terdiri dari berbagai pemeluk agama yang berbeda dan kebersamaan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan utnuk menjaga kententraman kehidupan

(23)

20

e. Informasi yang adil tentang agama lain. Mungkin ini merupakan kelanjutan kontak diatas, namun bisa juga terjadi karena banyaknya media massa yang tidak mengenal batas kelompok

f. Sikap pemerintah, seperti negara Pancasila, yang tidak memperlakukan umat-umat beragama degan berat sebelah

g. Pendidikan yang tidak hanya mempertemukan beberapa anak pemeluk agama yang berbeda-beda namun juga mencerahkan pikiran dan memungkinkannya untuk membuka diri terhadap orang lain. (Hamdan Farchan, 1999:5)

h. Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan atau dibuat seminim mungkin.

i. Saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.

j. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

k. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan sedapat - dapatnya dihapuskan sama sekali.

(24)

21 BAB III

MASALAH DAN DISKUSI

3.1 Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara

JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pencari Fakta (TPF) Komite Umat untuk

Tolikara (Komat), melaporkan kesimpulan terkait insiden pembakaran sejumlah kios yang ikut menghanguskan mushola, di Tolikara, Papua, saat pelaksanaan shalat Idul Fitri lalu. Ketua TPF Komat, Ustadz Fadlan Garamatan mengatakan, berdasarkan temuan TPF, dapat disimpulkan insiden Tolikara bukan kasus kriminal biasa.

Aksi penyerangan ini juga disebut Komat bukan spontanitas, namun sudah direncanakan secara sistematis. "Ini bukan kriminal biasa. Diduga ada upaya sengaja menciptakan, mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya ada massa yang mengepung jemaah shalat Id dari tiga titik. Ada suara komando untuk menyerang," kata Fadlan dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (31/7/2015).

TPF juga menyimpulkan, pihak Gereja Injili di Indonesia (GIDI) sudah melakukan pelanggaran HAM berat, karena menghalangi umat lain untuk beribadah. Hal tersebut dapat dilihat dari surat GIDI yang ditemukan oleh anggota intel Polres, Bripka Kasrim, yang berada di Pos Moleo. "Presiden GIDI abai atas beredarnya surat ini," ucap Fadlan.

TPF juga menemukan fakta lain bahwa lahan Mushola Baitul Muttaqin yang terbakar dalam insiden, memiliki sertifikat resmi. Dia membantah Mushola tersebut tidak berizin. "Ini sekaligus mematahk an anggapan bahwa masjid ini berdiri di atas tanah ulayat," ucapnya.

(25)

22

"Kerusuhan itu ada yang men-setting. Tapi kita belum bisa memastikan adanya pihak asing dalam kejadian itu. Tapi ada beberapa orang luar dari wilayah itu terlibat dalam kerusuhan. Aktor intelektualnya kita masih cari," ucap Badrodin.

Hingga saat ini, penyidik dari Polda Papua telah menetapkan dua orang sebagai tersangka terkait insiden Tolikara.

"Inisialnya HK dan JW. Mereka berdasarkan penyelidikan diduga kuat terlibat kasus ini," ujar Kapolda Papua Irjen Yotje Mende kepada Kompas.com melalui sambungan telepon pada Kamis (23/7/2015).

Polri juga telah memeriksa Ketua GIDI Wilayah Tolikara Pendeta Nayus Wenda dan sang sekretaris, Pendeta Marthen Jingga. Keduanya merupakan orang yang menandatangani surat pemberitahuan yang ditujukan ke umat Islam di Tolikara itu.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Ham (Polhukam), Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, tidak ada permasalahan agama di Papua. Menurut dia, yang terjadi di Karubaga hanya karena kesalahpahaman

Penyebab terjadinya :

Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menjelaskan kronologi peristiwa keributan di Tolikara, Papua yang menyebabkan sejumlah bangunan rusak dan hangus terbakar termasuk satu masjid. Penjelasan kronoligis berdasarkan hasil survei langsung yang dilakuakan Polri pada Sabtu (18/7). (Jakarta, CNN Indonesia)

(26)

23

"Isi surat tersebut tentang pemberitahuan pada semua umat islam di Tolikara yang ditandatangani oleh pendeta dan sekeretarisnya, isinya itu adalah dalam rangka pelaksanaan seminar internasional dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) remaja GIDI," ujar Badrodin kepada wartawan di rumah dinas Kepala Badan Intelijen Negara, Jakarta, Kamis (23/7).

Lebih lanjut, Badrodin menyatakan, dalam surat edaran tersebut juga disampaikan, bahwa ada pelarangan mendirikan tempat ibadah bagi semua agama kecuali GIDI di Tolikara. "Termasuk gereja Adven yang ada disana di tutup. dan jemaahnya masuk ke GIDI," ujarnya.

Saat surat edaran GIDI dikeluarkan, Badrodin mengaku, Kepala Polisi Resor Tolikara telah melakukan konfirmasi dan berkordinasi dengan Presiden GIDI. Akan tetapi, presiden GIDI menyatakan surat edaran tersebut tidak resmi, karena tidak ditandatangani langsung olehnya.

Karena merasa surat edaran yang dikeluarkan GIDI di Tolikara bermasalah, Kapolres melakukan komunikasi dengan Bupati Tolikara, Usman Wanimbo dan menyepakati untuk mencabut dan tidak mengizinkan surat edaran tersebut diberlakukan.

3.2 Agama Suryadharma Ali berpendapat, kehidupan antarumat beragama di

Indonesia terbaik di dunia

(27)

24

Awalnya, Suryadharma mengutip pandangan mantan Presiden Polandia, Lech Walesa, ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010. Saat itu, lanjutnya, Lech Walesa menyebut negara-negara Barat harus belajar kepada Indonesia tentang kerukunan.

"Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, ada 1.200 suku, 720 bahasa daerah, berbagai macam agama, adat istiadat, dan budaya. Dari sisi demografis, Indonesia terpencar dalam bentangan Nusantara. Tapi Indonesia tetap pertahankan kesatuan, tidak terpecah belah seperti Yugoslavia, Uni Soviet," kata Suryadharma saat jumpa pers di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/7/2013).

Suryadharma lalu menceritakan beberapa peristiwa yang menurutnya monumental. Pertama, acara musabaqah tilawatil Quran tingkat nasional di Ambon tahun 2012. Penetapan lokasi di Ambon, katanya, atas permintaan Gubernur Maluku, tokoh-tokoh Kristen, Islam, Hindu, Buddha, Konghucu, kekuatan politik, hingga para kepala suku.

Umat Kristiani, lanjutnya, turut berpartisipasi, baik sebagai panitia maupun pengisi acara. Tidak hanya itu, rumah para pendeta dan pastor, hingga kantor Keuskupan yang baru diresmikan dihuni para peserta.

Peristiwa lain, tambah Suryadharma, Pesta Paduan Suara Gerejawi Nasional di Sulawesi Tenggara. Sebanyak 85 persen panitia acara merupakan umat Islam. "Tidak ada sedikit pun gangguan. Buat saya, itu peristiwa monumental buat kerukunan umat beragama," ucapnya.

(28)

25

Menurutnya, setelah mendengar kesimpulan yang disampaikannya, para tamu terperangah. Suryadharma mengatakan, mereka terkejut karena sudah mendapat masukan sepihak bahwa kehidupan umat beragama di Indonesia buruk. Ia memberi contoh lain, yaitu sikap presiden dan wakil presiden yang selalu ikut merayakan hari besar semua agama maupun kepercayaan.

(29)

26 BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, sama seperti apa yang telah dijelaskan pada butir-butir pancasila. Mengenai paradigm untuk perkembangan kehidupan beragama dapat dilihat dari Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma (paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir). Jadi dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai paradigm perkembangan kehidupan beragama memiliki makna bahwa pancasila dijadikan kerangka dasar, landasan utama untuk menjalankan segala aktivitas agama di masyarakat.

(30)

27

kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati, serta saling mencintai sebagai manusia yang beradab. Mengenai kerukunan umat beragama, kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama agar terlaksananya sikap yang baik antar umat beragama.

4.2 SARAN

1. Sebagai Negara yang beraneka ragam sudah seharusnya diperlukan sikap yang baik untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai pancasila dengan mengamalkan nilai-nilai pancasila.

2. Lebih menghargai setiap perbedaan agama yang ada agar terciptanya masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-paradigma-apa-itu-paradigma.html#

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama

https://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma

http://kbbi.web.id/kembang

www.kompas.com

Kaelan, pendidikan pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma, Yogyakarta, 2000 Oetoyo Oesman, dan Alfian, Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai

Referensi

Dokumen terkait

Sedarmayanti (2013) menyatakan: Pentingnya arti kinerja bagi keberlangsungan sebuah organisasi adalah untuk melakukan, menjalankan, melaksanakan serta melaksanakan atau

Perbuatan tersebut dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara terhadap kelangsungan pembangunan serta masa depan bangsa dan Negara Indonesia. Perekonomian Negara

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Agustus 2014 mencapai 398.424 orang, mengalami peningkatan sebanyak 25.112 orang dibandingkan satu tahun yang lalu

Dog- Leg Severity yang terlalu besar dapat menyebabkan kegagalan pada casing maupun tubing yang terletak pada sealing area, dan ketidakmampuan casing/tubing untuk menahan saat

Tentu saja selain mempelajari mahan ajar mata kuliah dengan baik, perlengkapan ujian yang arus dibawa adalah: Kartu tanda peserta Ujian atau KTPU (minta ke UPBJJ atau Sentra

Sebagaimana juga dapat dilihat pada aspek outcame memperoleh skor rerata 3,640 dan 87,5% yang dapat dikategorikan ”sangat baik”, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

with HA titer ≥ 2 3 , while for HI test using antisera of H9 subtype Avian Influenza Virus showed result with positive sample as much as 22 positive samples out of 29.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis sistem informasi monitoring dan evaluasi dosen berdasarkan tri dharma perguruan tinggi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai