• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kebijaakan Umar dan keterkaitann

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Kebijaakan Umar dan keterkaitann"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN UMAR BIN KHATTAB DAN

SEJARAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN ‘AFFAN

Makalah ini disusun untuk merevisi tugas individu mata kuliah Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

Dosen pengampu : Prof. Dr. M. Abdul Karim, M.A., MA.

Disusun oleh:

Muhammad Khadiq Alfahmi (1420411112)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN ISLAM

KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah pemerintahan dikatakan maju dan berkembang serta mengalami kemunduran, sangat bergantung pada pemegang kekuasaan tertinggi. Kemajuan dan kemunduran suatu pemerintahan pun tak akan lepas dari kebijakan yang di ambil oleh sang pemegang kekuasaan. Kerap kali kemunduran bahkan kehancuran suatu bangsa bermula dari salah kaprahnya kebijakan yang diterapkan. Namun tak jarang juga, arus kemajuan dan kejayaan suatu bangsa bermuara dari kebijakan. Kebijakan sangat menentukan haluan suatu bangsa, kemana nahkoda bangsa hendak berlayar. Oleh karena itu, kebijakan merupakan hal yang sangat esensial dalam menentukan pengembangan sebuah bangsa dalam membangun satu peradaban dan menorehkan kemajuan. Pada akhirnya, maju mundurnya sangat tergantung pada kebijakan yang diterapkan.1

Dalam penentuan kebijakan, kemampuan seorang pemimpin atau pemegang kekuasaan sangat berandil besar. Menurut Werf (1997) yang dimaksud dengan kebijakan adalah usaha mencapai tujuan tertentu dengan sasaran tertentu dan dalam urutan tertentu.2

Oleh karena kebijakan begitu sistematis dan kompleks maka kemampuan seorang pemimpin menjadi kunci utama.Tercatat dalam lembaran sejarah, Islam pernah memiliki pemimpin-pemimpin (khalifah) yang namanya masih sering di perbincangkan dan di telaah, baik dikalangan akademisi maupun non-akademisi, bahkan menjadi rujukan dalam pengambilan kebijakan pada masa sekarang baik dalam ranah politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan.

Pada masa pemerintahan di tangan merekalah kejayaan islam pernah diraih, bahkan pada masa kepemimpinan Khulafurrasyidin kemajuan peradaban islam sungguh berada pada puncaknya. Pasca Nabi SAW ajaran islam tersebar luas, karena islam megang prinsip “tidak ada paksaan dalam beragama”.3 Dengan memegang prinsip

tersebut seolah islam memberikan keadilan kepada kaum yang tertindas, dan Islam tampil

1 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,

Yogyakarta: LESFI 2004

(3)

sebagai penyelamat masyarakat, oleh karena itu islam sangat mudah tersebar bahkan pada waktu tersebar itu hingga keluar arab. Kemajuan islam dibuktikan dengan meluasnya ekspansi Islam ke berbagai negara sekitarnya.

Berkaitan dengan itu, Umar bin Khattab adalah salah satu khalifah yang pernah menorehkan tinta emas pada lembaran sejarah peradaban umat Islam. Pada masanya, pemerintahan Islam semakin kuat, yang didukung dengan formulasi kebijakan yang sangat fenomenal. Banyak perubahan yang dilakukan, bukan saja di ranah ritual keagamaan, tetapi juga meliputi aspek sosial budaya, terutama pada ranah kebijakan ekonomi.

Dalam makalah ini juga kami tidak hanya membahas kebijakan-kebijakan pemerintahan pada masa Umar bin Khattab, melainkan juga mengeksplore lebih jauh keterkaitan antara kebijakan dan jihad yang dilakukan khalifah Umar dengan sebab terbunuhnya khalifah Utsman secara kejam yang dimulai dengan peristiwa tersebar luasnya fitnah di kufah, surat misterius, pengepungan hingga berakhirnya Utsman bin Affan di tangan kaum pemberontak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang yang mendasari pembuatan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab?

2. Apa saja Kebijakan Kebijakan yang diterapkan Umar bin Khattab?

3. Kenapa pajak al – Ghanimah tidak boleh diperoleh oleh tentara-tentara yang berhasil menguasai daerah taklukan tersebut?

4. Apakah hubungan kebijakan Khalifah Umar bin Khattab dengan wafatnya Khalifah Utsman bin Affan?

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG DIBENTUKNYA KEBIJAKAN PERTANAHAN DAN PERTAHANAN

Ath-Thabari, Ibnu Jauzi, dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bakar ra khawatir kaum muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau dan tidak memperoleh kata sepakat. Maka Abu Bakar meminta pendapat para tokoh sahabat mengenai penggantinya kelak. Setelah mengetahui kesepakatan mereka tentang keutamaan dan kelayakan Umar R.a, beliau pun keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah mengerahkan segenap usaha untuk memilih penggantinya kelak. Kepada khalayak, Abu Bakar meminta agar mereka menunjuk Umar Ra. sebagai Khalifah sepeninggalnya kelak. Mereka semua menjawab, “Kami dengar dan kami taat.” Jadi penunjukan Umar ra sebagai khalifah bukanlah berdasarkan keinginan Abu Bakar semata, akan tetapi merupakan hasil dengar pendapat dan rekomendasi dari para tokoh sahabat. Jadi sekali lagi, ini merupakan hasil syura dari Ahlul Halil wal ‘Aqdi. Adapun perkataan Abu Bakar dihadapan khlayak adalah sebagai pengumuman hasil keputusan yang sah dan harus dipatuhi oleh kaum muslimin.

Pada masa awal pemerintah Umar bin Khattab, beliau memanfaatkan dengan ekpansi dan perluasan wilayah Islam. Akan tetapi yang paling menonjol adalah bagaimana khalifah umar menerapkan kebijakan mengenai aspek ekonomi, yaitu pertanahan dan pertahanan. Khalifah mengeluarkan dekrit dengan membentuk tentara regular yang tinggal di barak dan menerima gaji tetap setiap bulan. Seluruh umat islam bahkan menerima pensiun tetap dari Negara sesuai kriterianya. Khalifah menerapkan kebijakan agar tanah-tanah subur di luar Arab yang berada dalam kekuasaan Islam tidak dikuasai oleh orang Arab, dalam arti transaksi jual beli tanah bagi bangsa Arab dilarang.4

Walaupun itu memberikan protes yang keras dari anggota Syura’, namun Umar member alasan, mutu tentara Arab menjadi mnurun, produksi menurun, Negara rugi 80% dari pendapatan dan rakyat akan kehilangan mata pencaharian (sawah) menyebabkan mereka

4 M. Abdul Karim, Bulan Sabit di Gurun Gobi, Sejarah Mongol-Islam di Asia Tengah,

(5)

mudah berontak terhadap negara. Upaya ini dilakukan khalifah Umar juga karena untuk menghindari perpecahan kaum muslimin, tanah arab yang tandus dan gersang menjadikan motivasi mereka untuk menguasai daerah-daerah yang subur, dan mulai memperebutkan tanah yang kaya yang menyebabkan ketamakan para prajuritnya kelak. B. KEBIJAKAN-KEBIJAKAN UMAR BIN KHATTAB

1. Perluasan Dan Pengelolaan Wilayah

Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Radhiallahu ‘anhu segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid bin Walid pada masa Khalifah Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar. Tetapi dalam usahanya itu tidak sedikit tantangan yang dihadapinya bahkan sampai menjadi peperangan.5

Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam meluas di Timur sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara. Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar melanjutkan kebijakan perang yang telah dimulai oleh Abu Bakar untuk menghadapi tentara Sasania maupun Byzantium baik di front Timur ( Persia ), Utara (Syam) maupun di Barat (Mesir). Ada beberapa sebab ekspansi Umar Bin Khattab ke wilayah-wilayah tersebut di antaranya :

a. Letak geografis Persia, Syam, Iraq maupun Mesir adalah wilayah perbatasan dengan pemerintahan Islam. Daerah Byzantium terletak sebelah barat laut dari Arab terdiri dari Syiria, Palestina, Yordania, dan Mesir. Mereka, sejak awal, memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan bangsa Arab.

b. Pada saat itu, Sungai Nil (Mesir) dan Mesopotamia merupakan lahan yang subur. Jika dibandingkan dengan keadaan di Arab yang gersang dan tandus, maka hal ini menarik keinginan para prajurit Islam untuk menguasai wilayah tersebut sebagai sentrum perjuangan dakwah di luar Jazirah Arab.

(6)

c. Damaskus pada saat itu merupakan kota penting. Damaskus dijadikan kota dan jalur perdagangan internasional.6

Di antara sebab-sebab yang membuat ekspansi Islam ke luar daerah Semenanjung Arabia demikian cepat adalah hal-hal berikut:7

a. Ajaran-ajaran Islam mencakup kehidupan didunia dan akhirat.

b. Keyakinan yang mendalam di hati para sahabat tentang kewajiban menyampaikan ajaran-ajaran Islam ke seluruh daerah.

c. Kekaisaran Persia dan Byzantium dalam keadaan lemah

d. Islam tidak memaksa rakyat di wilayah perluasan untuk mengubah agamanya. e. Rakyat di wilayah tersebut memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka

daripada Byzantium

f. Wilayah perluasan adalah daerah yang subur.

Untuk pengelolaan wilayah perluasan, Umar membawa transformasi penakluk arab menjadi sebuah kelompok elite militer untuk bertugas menjalankan penaklukan berikutnya, dan untuk membentengi wilayah-wilayah yang telah ditundukkan. Mereka sama sekali tidak terlihat sebagai pekerja atau profesi dari pekerjaan penduduk setempat, juga tidak sebagai pemilik tanah atau sebagai petani untuk mencegah penyerbuan Badui secara semena-mena.

Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah kekuasaan dengan masuk Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari kaum Muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka hidup lebih aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam dibandingkan ketika mereka hidup dibawah tekanan kekuasaan hegemoni Byzantium dan Sasania, sehingga mereka masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari kaum muslimin.

2. Pengelolaan Kas Negara

Pada masa Rasulullah SAW dan Abu Bakar, kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif, dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi), sedangkan pada masa Umar, lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan.

6 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher, 2014. hal 85

7 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:UI Press,

(7)

Diantara kebijakan yang dilakukan umar adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan), mengadopsi model persia. Misalnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian dan juga jawatan pekerjaan umum. Tugas diwan adalah menyampaikan perintah dari pemerintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah.8 Wilayah negara pada masa

pemerintahannya dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu : Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Tujuannya adalah untuk melancarkan hubungan antar daerah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mata uang telah ditempa sendiri pada masanya. Kemudian untuk mengenang peristiwa hijrah ditetapkan peristiwa tersebut sebagai awal tahun hijriah.9

3. Penataan Birokrasi Pemerintahan

Masa Khalifah Umar lembaga yudikatif sudah berdiri sendiri, terpisah dari eksekutif dan legislatif. Ia memisahkan kekuasaan yudikatif di Madinah dari kekuasaannya, dan untuk itu ia mengangkat Abu ad-Darda’ yang diberi gelar Qadi

(Hakim). Dalam pemerintahan Umar terjadi banyak perubahan, ia membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna tanpa memperoleh contoh sebelumnya, sehingga ia pantas mendapatkan julukan “Peletak Dasar/Pembangun Negara Modern”. Hal-hal penting sebagai prasyarat bagi suatu bentuk pemerintahan yang demokratis sudah mulai diletakkan. Dalam masa pemerintahannya terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis yang bersidang atas pemberitahuan umum dan majelis yang hanya membahas masalah-masalah yang penting.

Wilayah negara terdiri dari provinsi-provinsi yang berotonomi penuh, kepala pemerintahan provinsi bergelar Amir. Di setiap provinsi tetap berlaku adat kebiasaan setempat selama tidak bertentangan dengan aturan pemerintah pusat.10 Para Amir

(gubernur) provinsi dan para pejabat distrik sering diangkat melalui pemilihan. Pemerintahan Umar menjamin hak setiap orang dan orang-orang menggunakan kemerdekaannya dengan seluas-luasnya. Khalifah tidak memberikan hak istimewa

8 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,

Yogyakarta: LESFI 2004 hal 47

9 M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher, 2014. hal 86

(8)

tertentu. Tidak seorangpun memperoleh pengawal, tidak ada istana dan pakaian kebesaran, baik untuk khalifah sendiri maupun bawahan-bawahannya. Tidak ada perbedaan antara penguasa dan rakyat, setiap waktu mereka dapat dihubungi oleh rakyat.

Agar mekanisme pemerintahan berjalan lancar, dibentuk organisasi negara Islam yang pada garis besarnya sebagai berikut :

a. An-Nidham As-Siyasy (Organisasi Politik), yang mencakup :

Al-Khilafat : terkait dengan cara memilih khalifah

Al-Wizariat : para wazir (menteri) yang bertugas membantu khalifah dalam urusan pemerintahan.

Al-Kitabat : terkait dengan pengangkatan orang untuk mengurusi sekretariat negara.

b. An-Nidham Al-Idary : organisasi tata usaha/administrasi negara, saat itu masih sangat sederhana.

c. An-Nidham Al-Maly : organisasi keuangan negara, mengelola masalah keluar masuknya uang negara. Untuk itu dibentuk Baitul Mal.

d. An-Nidham Al-Harby : organisasi ketentaraan yang meliputi susunan tentara, urusan gaji tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng-benteng pertahanan.

e. An-Nidham Al-Qadla’i : organisasi kehakiman yang meliputi masalah-masalah pengadilan.11

Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan yang dihasilkan oleh pemikiran keras Umar bin Khattab ini diperoleh setelah berhasil memadukan sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang sudah mulai berkembang pada saat itu.

4. Pemberlakuan Ijtihad

Tatkala islam mulai meluas ke Syam, Mesir, Persia, dll. Timbullah berbagai macam kesulitan dan masalah- masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum Muslimin. Umar bukan saja menciptakan peraturan- peraturan baru, tetapi juga

11 Siti Maryam (ed.) dkk. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern…hal

(9)

memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bila memang peraturan itu perlu diperbaiki dan diubah.12

Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bilamana peraturan itu memang harus diperbaiki dan diubah. Misalnya peraturan yang telah berlaku bahwa kaum muslim diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang didapat dengan berperang, Umar mengubah-nya bahwa tanah itu harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi dikenai pajak tanah (kharaj).

Di antara ijtihadnya di bidang hukum yang cukup spektakuler yaitu:

a. tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa mencuri demi membebaskan dirinya dari kelaparan.

b. menghapuskan bagian zakat bagi para muallaf (orang yang dibujuk hatinya karena baru masuk Islam).

c. menghapuskan hukum mut’ah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan dan sampai sekarang masih diakui oleh orang-orang Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.

Dengan melaksanakan ijtihad, Umar hanya ingin memberikan tuntunan dan pengertian bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan al-Hadits.

C. KONSEP PAJAK AL – GHANIMAH

Pada pembahasan konsep pajak al-Ghanimah ini sendiri sebenarnya berkaitan erat dengan kebijakan ekonomi Khalifah Umar bin Khattab, Pada masa Umar ini pulalah mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak tanah.13 Terkait dengan

masalah pajak, Umar membagi warga negaranya dalam dua kelompok yaitu muslim dan non muslim (dzimmy). Bagi muslim diwajibkan untuk membayar zakat, sedangkan bagi non muslim dipungut kharaj (pajak tanah) dan jizyah (pajak kepala). Bagi muslim diberlakukan hukum islam, bagi non muslim diperlakukan hukum menurut agama atau adat mereka masing-masing. Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada hakekatnya

12 Ibid.,

(10)

merupakan upaya mengkonsolidasikan bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.

Ketika wilayah kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak dan Syria serta Mesir sudah barang tentu yang menjadi persoalan adalah pembiayaan, baik yang menyangkut biaya rutin pemerintah maupun biaya tentara yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah tetangga lainnya. Oleh karena itu, dalam kontek ini Ibnu Khadim mengatakan bahwa institusi perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.14 sedangkan bagi orang Islam membayar 2,5% dari harga barang dagangan. Umar juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang inovatif yang tidak terdapat pada periode sebelumnya, misalnya demi keamanan, menjaga kualitas/mutu tentara Arab, produksi panen yang memadai, menghindari negara dari kerugian pajak 80%, keadilan, menghindari diskriminasi Arab dan non-Arab, khalifah melarang transaksi jual beli tanah bagi orang Arab di luar Arab. al-Mal al-Ghanimah selama pemerintahannya dibagikan kepada kepala negara sebesar 20% dan tentara 80%, Umar memasukkannya ke kas negara.15 Dalam al-Mal al-Ghanimah yang dulunya 4/5 dimiliki oleh tentara dan sisanya

disebut al-Khums bagi kepala Negara dirubah dan dimasukkan ke kas Negara, sebagai solusi guna mengatasi gejolak keuangan, ia member gaji tetap kepada tentara dan pensiun kepada seluruh sahabat Nabi. Maka sejak Umar terbentuklah regular armyyang tinggal di berbagai barak di sekitar daerah kekuasaan Islam. Upaya kebijakan khalifah tersebut dilakukan guna menjaga kualitas/mutu tentara Arab karena mendapat bayaran tetap dan tidak tergiur akan ketamakan harta yang lebih melimpah , produksi panen yang memadai karena rakyat tentram dan tidak terganggu, menghindari kerugian pajak Negara 80% dan menghindari diskriminasi Arab dan Non-Arab.

14 Muhammad Husein Haikal, Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang

pertumbuhan islam dan kedaulatannya dimasa itu, Bogor : Pustaka Lintera Antar Nusa, 2002. Hal 45

(11)

D. HUBUNGAN KEBIJAKAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DENGAN WAFATNYA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN

Pada Periode I Masa Khalifah Utsman bin affan, umat islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, diantaranya kekuasaan islam meluas sampai ke jantung Asia tengah, dan di bukukannya Al-Qur’an sehingga menjadi mushaf yang sampai sekarang kita kenal dengan mushaf Utsmani dan masih banyak kemajuan yang lainnya.

Pada Periode II masa khalifah Utsman tidak terjadi kemajuan yang berarti jika dibandingkan dengan fase awal pemerintahannya. Fase kedua mengalami kemunduran, bahkan kemunduran total akibat adanya tuduhan ketidakadilan (nepotisme). Sebagian ahli sejarah menilai Khalifah Utsman melakukan nepotisme karena ia mengangkat sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan yang strategis kemudian bahwa para pejabat dan para panglima Umar I, hampir semuanya dipecat Usman dan menggantikannya dengan mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu dan tidak cakap sebagai pengganti mereka. Oleh karena itu Usman diklaim bahwa ia telah ber-KKN.

(12)

Sementara di Kuffah terjadi pergantian gubernur sebanyak 6 kali semasa Khalifah Usman, yaitu 1) Mughirah bin Syu’bah, 2) Sa’ad bin abi Waqqas, 3) Seseorang pilihan rakyat yang hanya berkuasa beberapa bulan 4) Walid ibn ‘Uqbah 5) Sa’id ibn al-‘Ash 6) Abu Musa al-Asy’ari. Mughirah dipecat atas perintah Umar I, sementara sa’ad diberhentikan karena penyalahgunakan jabatan, ketika itu amir Sa’ad meminjam uang dari kas provinsi dan tidak melapor kepada khalifah, Akhirnya atas laporan rakyat dan

jasus serta laporan tahunan ‘Amil (Abdullah bin Mas’ud), maka khalifah memanggil keduanya dan dalam persidangan memutuskan Sa’ad benar-benar bersalah maka dia dipecat beserta ibn mas’ud karena penyalahgunakan sebagai ‘Amil. Selanjutnya diganti dengan saudara susuan Usman Walid ibn Uqbah, namun karena banyak keluhan dari rakyat bahwa Walid ibn Uqbah keras dan kasar serta peminum khamr, maka khalifah Usman mengambil kebijakan seperti di Basrah, akan tetapi hanya bertahan beberapa bulan dan gagal juga. Oleh karena itu khalifah mengangkat Sa’id ibn al-‘Ash(kemenakan Khalid bin Walid dan keluarga dekat Khalifah), Ia dipandang cakap dan berprestasi atas penaklukan front Persia Utara dan Azerbeijan. Akan tetapi Amir ini dituduh menomorsatukan orang Arab (Umayah) dan menomor duakan pribumi,orang yang tidak sabaran dan peminum khamr. Itu membuat sekelompok rakyat menentang dan mengancam akan membunuhnya. Setelah itu guna mengatasi konflik di Kuffah, Khalifah berfikir untuk mengirim seseorang yang kompeten dan tidak ada yang lebih cakap selain al-Asy’ari. Tapi karena nasi sudah menjadi bubur, al-Asy’ari pun tidak bisa mengatasinya.

Lain halnya di Mesir terdapat tokoh penting, yaitu Amr ibn al-Ash dan Abdullah ibn Sa’ad ibn Abi Sarah. Awalnya Amr bin Ash menjadi gubernur di seluruh Mesir, pada masa Umar I posisi amil dibagi menjadi dua bagian Mesir Utara dengan amil Amr bin Ash dan Nubia/Mesir selatan dengan amil Abdullah ibn Sa’ad . Pada saat diminta laporan tahunan terdapat ketimpangan, dan ketika itu Amr bin Ash dinilai gagal mengumpulkan pajak sebagai amil karena Abdullah bin Sa’ad bisa mengumpulkan 2X lipatdari kiriman Amr. Karena ingin membangun pasukan dan armada guna menghadapi Byzantium Khalifah berkeinginan bahwa Amr sebagai Amir seluruh Mesir dan Abdullah sebagai

(13)

tingkat kesopanan, padahal dia bawahan khalifah. Oleh karena itu Amr dipecat dan Abdullah bin Sa’ad diangkat sebagai wakil Khalifah.

Hal-hal tersebut di atas kemudian menjadi bara api protes yang nyalanya sangat tinggi karena para kepala daerah yang memberi fasilitas orang Arab untuk menguasai tanah-tanah subur yang selanjutnya tidak dapat diatasi dengan adanya persoalan kebijakan pertanahan yang tidak sesuai dengan pendahulunya, memancing rakyat tidak suka kepada kepala daerah dan berbondong-bondong datang dating ke Madinah untuk protes terhadap kelakuan kepala daerah16

Jadi, disamping fitnah yang dilancarkan oleh Abdullah ibn Saba’ dan khalifah sudah berusia lanjut (wafat pada usia 82 tahun)sebenarnya faktor utama penyebab terbunuhnya Khalifah Usman adalah tidak terlepas ekonomi yang telah diterapkan oleh khalifah terdahulu dan tidak berjalan mulus sepenuhnya akibat kebijakan kepala daerah yang kurang mengindahkan kebijakan pusat disamping khalifah usman sudah berusia lanjut. Akhirnya khalifah yang saleh itu terbunuh oleh para pemberontak (kebanyakan adalah petani dari Kufah, Basrah, dan Mesir yang kehilangan mata pencaharian).17

E. KRONOLOGI TERBUNUHNYA UTSMAN BIN ‘AFFAN 1. Tersebarnya Fitnah

Pada periode II pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan ini muncul beragam fitnah seperti nepotisme dll, di Kufah adalah sumber pemberontakan utama dalam kekhalifahan Utsman. Banyak penduduk yang mengeluhkan pejabat-pejabat dan para petinggi kota itu. Salah satu bentuk kekecewaan penduduk adalah mereka marah kepada Sa’d bin Abi Waqqas, dan mereka menuduh Walid bin Uqbah meminum khamar. Melihat adanya celah untuk memecah belah, ada beberapa tokoh yang mengambil kesempatan ini untuk membangkitkan kebencian dalam hati orang di kota-kota itu, diantaranya apa yang telah dilakukan oleh Abdullah bin Saba’ ( seorang yahudi dari San’a di Yaman yang pada masa Utsman kemudian masuk Islam ) yang mengunjungi sejumlah kota dalam kawasan Islam dengan berusaha membangkitkan kemarahan penduduk kepada Utsman. Di Bashrah banyak orang awam yang terpengaruh oleh seruannya itu. Sesudah hal itu diketahui oleh Abdullah bin Amir, ia dikeluarkan dari kota. Setelah itu ia pergi ke Kufah menyebarkan seruan yang sama.

16 Ibid… Hal 96

(14)

2. Utsman Bermusyawarah

Melihat segala propaganda jahat anti politik Utsman dikota-kota kawasan itu, pada musim haji tahun 34 ia memanggil pejabat-pejabatnya yang di kota-kota tersebut untuk dimintai keterangan sebab-sebab terjadinya fitnah itu. Ketika itu datang Abdullah bin Amir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Abdullah bin Abi Sarh, Sa’id bin As dan Amr bin ‘Ash. Utsman berkata pada mereka : “Setiap imam mempunyai pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat. Kalian adalah pembantu-pembantu dan penasihat-penasihat saya serta orang-orang kepercayaan saya. Seperti sudah kalian ketahui, mereka menuntut supaya saya memecat para gubernur itu dan menarik kembali semua yang tidak mereka senangi dan menggantinya dengan yang mereka sukai. Berikanlah pendapat dan saran kalian kepada saya dengan sungguh-sungguh.”18

3. Tragedi Pengepungan

Setelah mereka betul-betul telah mengepung rumah Utsman , mereka menuntut Utsman untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan atau mereka akan membunuhnya. Dan orang yang berdemo dan menuntut tersebut adalah orang-orang yang sangat rendah agama, akhlak maupun keilmuannya, mereka bukanlah para ulama (ahlul halli wal ‘aqdi). Dengan adanya tuntutan mereka ini, maka sungguh benarlah apa yang telah disabdakan oleh Nabi , dan telah tiba saatnya untuk mengamalkan wasiat beliau . Oleh karena itulah, Utsman menolak untuk mengundurkan diri dari kekhalifahan, seraya berkata : “Aku tidak akan melepaskan pakaian yang telah Allah berikan kepadaku”. Beliau mengisyaratkan kepada wasiat Rasul untuk beliau.

Para pemberontak tersebut melarang Utsman untuk shalat di masjid Nabawi dan melarang beliau makan serta minum dari sumur Rumah yang beliau beli sendiri dari harta beliau untuk orang yang sedang dalam perjalanan.

Pada saat Utsman berada dalam rumah dan para pemberontak berada didepan rumah beliau, beliau mendengar suara dari para pengepung tersebut yang mengancam untuk membunuh beliau. Dan yang nampak, bahwa Utsman tidak mengira perkara ini akan seperti itu. Kemudian beliau keluar dari tempat masuk dan masuk lagi bersama sebagian para sahabat, sedangkan raut wajah beliau telah berubah.

(15)

Ia berkata : Sesungguhnya mereka mengancam akan membunuhku tadi. Para sahabat menjawab : Semoga Allah melindungi anda, wahai amirul mukminin. Beliau berkata : Kenapa mereka ingin membunuhku ?! Padahal aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal berikut : Seseorang yang kafir setelah beriman, atau dia berzina setelah menikah atau membunuh jiwa tanpa haq”. Demi Allah, aku tidak pernah berzina baik di zaman Jahiliyah atau Islam, dan tidak pernah terbesit dalam diriku untuk aku mengganti agamaku sejak Allah memberi hidayah kepadaku, dan tidak pernah aku membunuh jiwa, maka mengapa mereka ingin membunuhku ?”

Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama 40 hari. Sekali-kali Utsman mengingatkan kaum pemberontak itu akan bahaya fitnah dan menyebutkan beberapa ayat al-Qur’an. Tetapi mereka sama sekali tidak menghiraukannya. Tak lama kemudian para pemberontak itu maju menyerang rumah Utsman, membakar pintu dan berandanya, yang kemudian terjadi pertempuran sengit antara para sahabat-sahabat Utsman terutama Hasan dan Husen yang ditugaskan Ali untuk menjaganya dan para pemberontak. Yang diakhiri dengan terbunuhnya Utsman secara kejam oleh sebelumnya Muhammad bin abu Bakr yang pertama kali ingin menghunuskan pedangnya ke Usman karena dendam, akan tetapi ketika Usman menceritakannya ayahnya sahabat Abu Bakar, maka dia mengurungkan diri, tetapi dua pemberontak yang masuk langsung menikam usman tanpa ampun.

4. Terbunuhnya Utsman

Tragedi terbunuhnya Utsman telah direncanakan pada malam hari oleh para pemberontak yang melampaui batas kejahatan. Mereka merencanakannya dengan matang untuk membunuh seorang Khalifah Ar-Rasyid dan untuk menghancurkan agama Islam. Mereka ini merupakan kelompok gabungan dari musuh-musuh Islam dan bukanlah perorangan. Dan pemimpin mereka adalah seorang yahudi pendusta Abdullah bin Saba’ yang dikenal dengan Ibnu As-Sauda’.

(16)

terjadi dialog serta perundingan, mereka pun puas dengan ucapan Utsman . Beliau membantah tuduhan-tuduhan mereka dengan bukti dan keterangan yang nyata dan mereka setuju untuk berdamai, kemudian mereka kembali ke Mesir dan Irak.

Setelah terjadinya perdamaian yang agung ini dan kembalinya mereka ke tempat tinggal mereka masing-masing dalam keadaan ridha, para penyulut api fitnah merasa gagal dan tujuan mereka yang keji telah kandas ditengah jalan. Oleh karenanya, mereka membuat makar kembali untuk menyalakan api fitnah agar perdamaian tersebut menjadi hancur dan musnah.

(17)

1. Pada periode Khalifah Umar (634-644 M), peta Islam semakin meluas, di Timur sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah di Barat sampai Afrika Utara. Setelah memangku jabatan kekhalifahan, Umar dengan strategi kebijakannya setelah mempertimbangkan bahwa wilayah kekuasaan Islam semakin luas, maka di buatlah sistem pemerintahan dengan sistem desentralisasi yang menyerahkan wewenang pemerintahan sepenuhnya kepada daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sendiri, dengan tidak terlepas dari pertanggungjawaban kepada khalifah.

2. Faktor utama Khalifah Utsman terbunuh adalah faktor ekonomi yang juga termasuk masalah pertanahan. Dalam kondisi yang serba tidak kondusif akibat dikuasainya tanah-tanah produktif di luar Arab oleh orang Arab, sehingga rakyat setempat kehilangan mata pencaharian, kemudian mereka berduyun-duyun datang ke Madinah pada musim haji untuk protes seraya menuntut keadilan.

3. Faktor sampingan : Terbunuhnya Utsman merupakan akibat dari tuduhan yang menyebutnya berlaku nepotis. Para sejarawan mengemukakan sebab-sebabnya sebagai berikut:

a. adanya fitnah penyalahgunaan uang negara yang diberikan Utsman kepada keluarganya

b. pengangkatan para kepala daerah dari kalangan keluarga Utsman dengan kata lain, adanya tuduhan nepotisme dalam pengangkatan kerabat terdekat sebagai kepala daerah.

c. faktor umur Utsman yang telah memasuki usia lanjut. Pada masa akhir kepemimpinan Utsman, para Gubernur yang diangkat oleh Utsman bertindak sewenang-wenang. Faktor usia lanjutnya Utsman ini kemudian di manfaatkan oleh para kepala daerah yang telah diluar kontrol khalifah, sehingga rakyat menganggap hal tersebut sebagai kegagalan Utsman, sampai pada akhirnya Utsman terbunuh.

(18)

Haikal, M. Husein. Umar bin Khatthab, sebuah telaah mendalam tentang pertumbuhan islam dan kedaulatannya dimasa itu, Bogor : Pustaka Lintera Antar Nusa, 2002.

Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2014. (5)

_____, Bulan Sabit di Gurun Gobi, Sejarah Mongol-Islam di Asia Tengah, Yogyakarta; Suka Pers, 2014. (1)

Maryam (ed.) dkk, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,

Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga & LESFI 2004.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta:UI Press, 2001.

Setiawan, Arif. Islamdimasa Umar bin Khatthab, jakarta : Hijri Pustaka, 2002.

Joshuaig.wordpress.com di akses tgl 26 Oktober 2014

Referensi

Dokumen terkait

Gula merah tebu cap Panela ini termasuk inovasi baru yang menjawab kebutuhan masyarakat akan pemanis yang lebih sehat namun dengan target sasaran yaitu sebagai

keaneragaman hayati sebagai aset bangsa. Pasokan bahan jamu sangat terkait dengan kelancaran produksi & kualitas jamu, di samping itu aktivitas ini berdampak

Adalah fluida kerjanya mendapat panas dari luar(extral heating) sehingga fluida kerja ini tidak bersinggungan langsung dengan gas panas hasil pembakaran.Karena

In Industri komponen dan suku cadang motor penggerak mula dan perdagangan besar (distributor utama) dan Jasa pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas migas (operating and

Perjalanan dilanjutkan menuju Jericho untuk mengunjungi Mesjid dan Maqom Nabi Musa, Mt of Temptaion, setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Allenby Bridge untuk

Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan

Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk merencanakan operasi test produksi dan sampling sumur migas. ELEMEN KOMPETENSI