• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Aspek Lingkungan Hidup dalam Pada Pengelolaan Usaha Pertambangan - Dr Siti Kotijah SH MH Makalah DINAMIKA HAK GUGAT MASYARAKAT ADAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Aspek Lingkungan Hidup dalam Pada Pengelolaan Usaha Pertambangan - Dr Siti Kotijah SH MH Makalah DINAMIKA HAK GUGAT MASYARAKAT ADAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA HAK GUGAT MASYARAKAT HUKUM ADAT Dr. Siti Kotijah, S.H., M.H.1

1. Pendahuluan

Konsep hak gugat masyarakat hukum adat, dimulai dari titik anjak cara pikir dari perspektip hukum lingkungan, khusus pertambangan batubara yang berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat sekitar pertambangan batubara. Pengelolaan usaha pertambangan batubara bertujuan dalam rangka meningkat kesejahteraan warganegara, termasuk masyarakat hukum adat. Pada perkembangannya Masyarakat hukum adat menjadi pihak yang terpinggirkan, terasingkan dan tersingkirkan dalam pengelolaannya.

2. Aspek Lingkungan Hidup dalam Pada Pengelolaan Usaha Pertambangan Batubara.

Pertambangan batubara lokasinya banyak di kawasan areal di pendalaman, wilayah hutan, bukit, pesisir, pulau tertular, yang sudah ada masyarakat hukum adat tinggal. Eksplorasi pertambangan batubara berdampak positif dan negatif bagi masyarakat. Dampak positif antara lain: meningkat pendapat daerah dan devisa negara, membuka lapangan kerja, alih teknologi, pertumbuhan ekonomi, perdagangan di sekitar tambang dan lain-lainya. Dampak negatif berupa: kerusakan lingkungan hidup, baik secara ekologis,2 sosial3 dan eknomis.4 Problematika usaha pertambangan batubara secara umum bersifat high cost, high technology, high risk.5

3.Perlindungan Masyarakat Hukum Adat dalam Kontek UU Minerba

Dampak negatif usaha pertambangan batubara juga masuk di wilayah arel masyarakat hukum adat yaitu: pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, baik secara ekologis, sosial dan ekenomi, termasuk wilayah masyarakat hukum adat berupa hilang tata kelola kawasan, mata pencarian, budaya dan keturunannya. Hal ini karena pertambangan batubara dilakukan dekat di wilayah tata kelola masyarakat hukum adat, seperti contoh IUP batubara PT Kideco Jaya Agung di Kabupaten Paser dekat dengan wilayah tata kelola Masyarakat

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda.

2 Perubahan alih fungsi lahan hutan, perkebunan, pertanian menjadi pertambangan, berdampak pada pembabatan hutan, hilang sumber mata air, penggalian tanah, kebisingan mesin pertambangan, pencemaran udara, air dan tanah, pencemaran sungai, longsor, banjir.

3 Dampak lain yang timbul akibat pengelolaan pertambangan batubara, meliputi: turunnya produk pangan, akibat alih fungsi lahan pertanian, terganggu persedian air, akibat fungsi mata air dijadikan tambang contoh, tersebar penyakit ISPA, pencemaran, kerusakan lingkungan kematian bagi anak sekitar pertambangan batubara di Kota Samarinda.

4 Hilang mata pencarian masyarakat hukum adat, yang biasanya tergantung pada hutan, kebun, ladang, sebagai petani, pembuat gula, hasil hutan sehingga penghasilannya hilang dari hutan, yang berdampak pada ekonomi mereka dan kesejahteran.

(2)

Hukum Adat Dayak Paser. IUP batubara PT KPC berdekatan dengan kawasan tata kelola Masyarakat Hukum Adat Dayak Basef. Intinya tata kelola pertambangan batubara yang dekat dengan wilayah masyarakat hukum adat menimbulkan dampak. Masalah terhadap perlindungan pada masyarakat yang terkena dampak usaha pertambangan batubara di atas di atur di dalam Pasal 45 UU Minerba.

UU Minerba bertujuan pengelolaan mineral dan batubara salah satunya meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan Negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat (Pasal 3 huruf e). Masyarakat lokal dalam UU Minerba tidak dijelaskan pengertianya, ini termasuk di dalamnya masyarakat hukum adat atau tidak. Penjelasan Pasal 145 UU Minerba, disebut masyarakat adalah mereka yang terkena dampak negatif langsung dari kegiatan usaha pertambangan. Jadi, dalam UU Minerba tidak dijelaskan tentang keberadaan dan pengakuan terhadap masyarakat hukum adat, hanya di sebut masyarakat lokal dan masyarakat yang terkena dampak.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 145 UU Minerba, upaya perlindungan hukum bagi masyarakat yang terkena dampak negatif dalam pertambangan dapat melakukan yaitu: Masyarakat terkena dampak negatif langsung dari kegiatan pertambangan di atur di dalam ketentuan Pasal 145 Undang-undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, menyatakan:

(1)Masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dari kegiatan usaha pertambangan berhak:

a. Memperoleh ganti rugi yang layak dalam kesalahan dalam pengusahaan kegiatan pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian dalam pengusahaan pertambangan yang menyalahi ketentuan;

(2)Ketentuan mengenai perlindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 145 UU Minerba, sebagai upaya perlindungan hukum yang bersifat represif berupa gugatan dan ganti rugi. Upaya ini mempunyai beberapa kelemahan terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan seperti diuraikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Kelemahan Pasal 145 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

No Kelemahan

1 Perlindungan hukum bagi masyarakat hukum adat masih bersifat parsial, berdiri sendiri dan terpisah-pisah (tidak bersifat komunitas);

2 Perlindungan hukum ini memakai konsep 1365 BW, yang bersifat privat, sedangkan masalah dampak lingkungan pertambangan batubara bersifat publik;

3 Perlindungan hukum dengan konsep hukum perdata, berarti masyarakat yang harus membuktikan, sedang dalam hukum lingkungan untuk dampak B3 tidak perlu membuktikan (hukum publik);

4 Perlindungan hukum dengan konsep hukum perdata, gugatan yang dilakukan antara pribadi dan pribadi. Sedang masalah lingkungan menyangkut administrasi, perdata, dan pidana (privat dan publik);

(3)

6 Perlindungan hukum mencakup yang terkena dampak langsung pada masyarakat, sedang dampak tidak langsung pada masyarakat tidak di atur;

7 Ganti rugi yang layak, tidak jelas paremater layak untuk dampak pertambangan batubara;

8 Dalam banyak kasus pertambangan batubara, perbuatan hukum yang dapat dituntut hanya bersifat administrasi (izin), sedangkan yang bersifat pidana belum maksimal ; dan 9 Perlindungan hukum ini tidak mengatur, apabila terjadi penghilangan nyawa seseorang

di bekas pertambangan batubara.

Sumber: Dikelola Berdasarkan Pasal 145 Undang-undang Minerba.

Esensinya kepentingan hukum masyarakat hukum adat dalam pertambangan batubara terganggu atas lingkungan hidup yang tercemar atau rusak. Kepentingan yang terganggu atas lingkungan hidup di wilayah tempat tinggal berarti jaminan atas lingkungan yang baik dan sehat yang seharusnya dilindungi tidak terpenuhi. Kepentingan yang terganggu dalam pertambangan batubara menyebabkan kerugian bagi masyarakat hukum adat, sebagai dasar untuk melakukan hak gugat.

4. Konsep Hak Gugat Masyarakat/class action berdasarkan UU PPLH

Proses penyelesiaan sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan merupakan bentuk sarana hukum represif yang dapat dilakukan masyarakat, termasuk masyarakat hukum adat dalam pertambangan batubara dengan merujuk Pasal 91 UUPPLH. Pengaturan penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan dengan cara melakukan hak gugat masyarakat (Pasal 91 UUPPLH) yakni:

(1)Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian dalam pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

(2)Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya;

(3)Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Hak gugat masyarakat yang ada dalam UUPPLH, salah satu pilihan dapat digunakan masyarakat hukum adat dalam pertambangan batubara. Hak Gugat Masyarakat yang diatur pasal di atas, belum mengakomodir secara penuh kepentingan masyarakat hukum yang mempunyai karekteristik yang khusus, yang menjadi pembeda atas keberadaan mereka. Hak gugat masyarakat memberi upaya hukum represif untuk masyarakat secara umum, sedang masyarakat hukum adat bersifat khusus. Hak gugat masyarakat mengacu pada mekanisme/prosedur class action, yang jelas berbeda sifatnya dengan masyarakat hukum adat.

Gugatan perwakilan kelompok/class action berdasarkan atas kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya. Gugatan bisa dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri, ini berbeda dengan masyarakat hukum adat, apabila sudah diwakilkan sama ketua adat, tidak ada gugatan secara sendiri-sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan karekteristik masyarakat hukum adat itu. Hak gugat masyarakat mekanismenya dalam PERMA No.1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.

(4)

Hak gugat masyarakat hukum adat, ini dalam rangka menjaga atas komunitas masyarakat hukum adat dengan lingkungan hidup terhadap kerusakan lingkungan akibat pertambangan batubara. Hubungan antara komunitas masyarakat hukum adat, dan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mempunyai hak untuk dilindungi, dijaga, dan tidak dirampas atas IUP batubara. Kepentingan yang terganggu dan terjadi ketidakseimbangan ekosistem, menjadi dasar untuk menuntut hak berupa hak gugat dan ganti rugi atas rusaknya lingkungan dan keberadan komunitas masyarakat hukum adat. Beberapa argumentasi yang dapat dikemukakan sebagai dasar titik tolak terhadap penyatuan dari macam-macam bentuk lain dari hak gugat yang sudah ada di UUPPLH, seperti disebut dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2: Argumentasi Pengembangan Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat No Argumentasi Pengembangan Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat

1 Mekanisme penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan yang di atur dalam Pasal 90-93 UUPPLH tidak mengatur keberadaaan dan eksistensi masyarakat hukum adat, termasuk dalam pertambangan batubara atas hak gugat;

2 Terbitnya Keputusan MK Nomor 35/PUU-X/2013 Pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan terhadap UUD 1945, memberi eksistensi masyarakat hukum adat sebagai subyek hukum, sehingga bisa melakukan hak gugat sendiri atas nama komunitas masyarakat hukum adat;

3 Keputusan MK Nomor 47-81/PHPU.A-VII/2009 tentang Pelaksanaan pemilihan umum

di Kabupaten Yahukimo, mendasari bahwa bentuk/model lain dari kesepakatan warga”

atau “aklamasi”, tersebut merupakan model pemilihan yang sesuai dengan budaya dan adat setempat yang harus dipahami dan dihormati, sehingga kedepan model perwakilan yang dipegang ketua adat seharusnya bisa diterima sebagai ciri bentuk memberi surat kuasa pada komunitasnya dalam hak gugat masyarakat hukum adat;

4 Pasal 51 Undang undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK, Peraturan MK No.06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang, sebagai dasar hukum masyarakat hukum adat mempunyai hak Legal standing menjadi dasar pembenaran dari subyek hukum pencari keadilan untuk bisa mengajukan permohonan Mahkamah Konsitusi; 5 Hak gugat masyarakat hukum adat dalam proses penyelesaian sengketa lingkungan di

pengadilan, seharus menggunakan beban pembuktian terbalik, karena mereka adalah korban terkena dampak lingkungan hidup dalam pertambangan batubara;

6

7

8

Hak gugat masyarakat hukum adat mempunyai hak gugat yang melekat terhadap hak gugat pribadi, kelompok/masyarakat dan hak gugat organisasi lingkungan, tergantung pada peran, kepentingan dan tanggungjawabnya;

Masyarakat hukum adat dalam hal tuntutan ganti rugi, tuntutan yang utama adalah pengembalian lingkungan seperti kondisi semula (pemulihan), tidak hanya pada ganti rugi materiil saja sifatnya; dan

Masyarakat hukum adat dalam pertambangan batubara, sudah mengalami dampak sistematik, namun pengaturan dalam UU Minerba dan UUPPLH belum memadai, sehingga perlu pengaturan tersendiri atas eksistensinya dalam hak gugat.

Sumber: Disarikan dari UUPPLH dan UU Minerba.

(5)

dalam proses gugatan perdata (civil procedding) disederhanakan sebagai, “hak gugat.”6 Hak gugat atau legal standing, yang dimiliki masyarakat hukum adat diakui setelah ditetapkan oleh putusan MK. Hak gugat ini menjadi dasar pembenaran dari subyek hukum pencari keadilan untuk bisa mengajukan permohonan dasar dihadapan Mahkamah Konstitusi.7

Secara konsep hak gugat masyarkat hukum adat, dimulai dari kewajiban Negara dan hak warga Negara dalam hak atas lingkungan yang baik dan sehat, dapat digambarkan skema 1 sebagai berikut:

Gambar Skema 1: Konsep kewajiban Negara dan Hak Warga Negara dalam Hak Atas Lingkungan yang Baik dan Sehat

6 Mahkamah Konstitusi, Proyek Pembinaan Teknis Justisial MARI, Sekretariat Mahkamah Konstitusi; Jakarta, 1999, h. 75.

7Legal standing adalah keadaan di mana seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penyelesaian perselisihan atau sengketa atau perkara di depan MK. Siapapun yang mengajukan gugatan ke MK harus mereka yang memang benar memiliki legal standing.

Menurut Harjono, itu konsep pertama yang ditemukan MK pada saat mereka harus melakukan persidangan. Mereka tidak memiliki legal standing, akan menerima putusan MK menyatakan permohonan tidak dapat diterima (neit ontvankelijk verklaard).7

Negara

Menjamin Hak Atas Lingkungan Yang Baik dan

Sehat

Kewajiban

Warga Negara (Masyarakat

Hukum Adat) Hak

Belum Maksimal Pencegahan Berupa

Izin dan Pengawasan

(6)

Sumber:Sarikan dari UUPPLH

Skema di atas dapat diuraikan, konsep kewajiban negara dan hak warga negara dalam hak atas lingkungan yang baik dan sehat menjadi tanggungjawab Negara untuk menjamin hak atas lingkungan yang baik dan sehat sesuai amanat Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. Di sisi lain warga Negara (masyarakat hukum adat) mempunyai hak untuk mendapat lingkungan yang baik dan sehat. Jaminan atas lingkungan yang baik sehat pada kenyataanya masih belum maksimal dilakukan oleh Negara pada masyarakat hukum adat. Apabila kewajiban belum dilakukan secara maksimal (tidak mengakomedir) kepentingan masyarakat hukum adat seperti perizinan, pengawasan, akses informasi sumber daya batubara dalam hak gugat masyarakat, upaya lain yang dilakukan dengan melakukan hak gugat masyarakat hukum adat.

Hak gugat masyarakat hukum adat, filosofi dasarnya adalah menyatukan konsep yang sudah ada di dalam UUPPLH antara lain: atas hak gugat individu, Organisasi Lingkungan Hidup (OLH), dan hak gugat masyarakat. Hak gugat individu, hak gugat OLH, dan hak gugat masyarakat dalam Pasal 91-93 UUPPLH itu berdiri sendiri-sendiri, apabila hak gugat di atas diberlakukan pada masyarakat hukum adat, maka secara khusus belum bisa mengakomedir kepentingan mereka, mengingat masyarakat hukum adat mempunyai karekteristiknya sendiri yang bersifat khusus, yang berbeda masyarakat hukum pada umumnya, untuk lebih jelaskan digambarkan skema 2 sebagai berikut:

Skema 2: Konsep Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat

Hak Gugat Individu

Hak Gugat Organisasi Lingkungan

Hidup

Hak Gugat Masyarakat

Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat

Komunitas MHA

Lingkungan Hidup

(7)

Proses di atas, menunjukan bahwa hak gugat yang ada yakni hak gugat individu, hak gugat (OLH) dan hak gugat masyarakat menjadi dasar lahirnya hak gugat masyarakat hukum adat dalam pertambangan batubara. Hak gugat di atas sebenar sudah melekat pada masyarakat hukum adat yang secara tidak langsung seperti dikonsep UUPPLH, namun hak gugat itu terpisahkan dari makna dan eksistensi masyarakat hukum adat yang bersifat khusus yang berbeda dengan masyarakat secara umum.

Hak masyarakat hukum adat berbeda dengan hak gugat yang diatur dalam Pasal 91 UUPPLH berupa hak gugat masyarakat. Perbedannya hak gugat masyarakat yang ada diatur Pasal 91 UUPPLH tidak indentik dengan dengan hak gugat masyarakat hukum adat, karena subyek hukumnya berbeda. Hak gugat masyarakat atau perwakilan kelompok/class action

subyek hukum individu atau kumpulan individu yang bertindak untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan masyarakat atas kerugian akibat pencemaran lingkungan dalam pertambangan batubara. Pada hakikat hak gugat masyarakat dalam Pasal 91 UUPPLH dimaknai sebagai mekanisme/prosedur menggugat/gugatan perwakilan kelompok (/class action).Hak gugat masyarakat hukum adat, yakni hak gugat yang subyek hukumnya adalah masyarakat hukum adat. Intinya subyek hukum yang melakukan gugatan masyarakat secara komunal bukan individu, sebagai perbandingan dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3: Perbandingan Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Gugat masyarakat (Pasal 90 UUPPLH)

No Hak Gugat Masyarakat (Pasal 91 UUPPL)

Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat

1 Subyek hukum individu atau kumpulan individu yang membentuk kelompok

Subyek hukumnya masyarakat hukum adat

2 Gugatan diajukan untuk kepentingan individu atau kepentiangan masyarakat

Gugatan diajukan untuk kepentingan masyarakat hukum adat

3 Dalam gugat masyarakat adanya notifikasi (pernyataan keluar dari kelompok)

Tidak dikenal notifikasi

4 Tuntutan pada ganti rugi saja Tuntutannya utamanya pada pemulihan

pada kondisi semula kawasanya (wilayah) bukan hanya sekedar ganti rugi

5 Apabila sudah selesai gugatan (hak gugat masyarakat) maka kumpulan individu membubarkan diri

Tidak ada niat membubarkan diri pada masyarakat hukum adat

6 Ketentuan hak gugat masyarakat mengacu pada Perma MA Nomor 2 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok

Belum ada pengaturanya dalam peraturan perundangan-undangan

Sumber: Disarikan pada Pasal 91 UUPPLH.

(8)

beberapa kekurangan apabila hak gugat yang ada di UUPPLH diterapkan pada masyarakat hukum adat, untuk lebih jelaskan diuraikan pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3: Perluasan Konsep Hak Gugat yang ada dalam UUPPLH.

No Macam Hak Gugat UUPPLH Kekuranganya di Terapkan pada Masyarakat

hukum adat

1 Hak Gugat Individu Bertentangan dengan karekteristik

masyarakat hukum adat yang bersifat komunal.

2 Hak Gugat Organisasi Lingkungan a. Masyarakat hukum adat tidak berbentuk badan hukum;

b. Masyarakat tidak menegaskan didalam anggaran dasarnya, bahwa keberadaanya untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. Telah melaksankan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling sedikit singkat 2 (dua) tahun.

3 Hak Gugat Masyarakat a. Gugatan perwakilan kelompok ini

menggunakan mekanissme class action, pada dasarnya sifat legal standing adalah indvidu-individu bukan masyarakat hukum adat.

b. Mekanisme class action ini atau orang atau

lebih yang mewakili kelompok

mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri-diri dan sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak. c. Adanya Notifikasi (pernyataan keluar

apabila keluar kelompok).

Sumber: Disarikan dari Pasal 91-92 UUPPLH.

UUPPLH terkait dengan masyarakat hukum adat, melihat masyarakat hukum adat bagian dari masyarakat umum, sehingga sarana untuk melakukan hak gugat dengan cara hak gugat masyarakat, dengan melakukan gugatan melalui mekanisme class action.8 Berdasarkan Pasal 91

8Class action atau action popularis adalah a class action provides a means by which, where a large group of person are interested in a matter, one or more may sue or be sued as representatives of the class without needing to join every member or the class. Lihat Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary; difinition of the Terms and Phreses of American and English Jurisprudence, Ancient and Modern, St. Paull, Minn, West Publising Co, 1991, h. 67. Terdapat dua komponen utama gugatan kelompok yaitu perwakilan kelompok (class representatives) dan anggota kelompok (class members). Perwakilan kelompok dan anggota kelompok adalah para pihak yang mengalami kerugian yang diistilahkan concrete injured parties.Class representatives dalam jumlah sedikit tampil sebagai penggugat dengan mengatasnamakan dan memperjuangkan kepentingan diri sendiri maupun class members.

(9)

UUPPLH hak gugat masyarakat disebutkan:9 Kendala dalam hal ini bertentangan dengan karakteristik masyarakat hukum adat, dalam hal ini, pertama menyangkut sifat perwakilan kelompok, perwakilan kelompok ini bisa kelompok profesi, terbentuk kelompok karena kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan dalam gugatan. Kelompok ini apabila selesai gugatan class action langsung membubarkan diri, sedang kelompok dalam masyarakat hukum adat, adalah sekompok yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagai komunitas dan tidak ada niat membubarkan diri.

Kedua dalam gugatan class action dapat dilakukan dengan kelompok atau sendiri-sendiri, ini jelas berbeda dengan sifat masyarakat hukum adat, ada mungkin masyarakat bertindak sendiri-sendiri, semua diserahkan sama ketua adat. Ketiga dalam gugatan class action yang berupa tuntutan ganti rugi berupa sejumlah uang, ini berbeda dengan kepentingan masyarakat hukum bukan tuntutan ganti rugi berupa uang, tetapi lebih dari itu lingkungan seperti yang semula untuk hidup dan kehidupan mereka akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dikawasanya.

6. Kesimpulan

Intinya hak gugat masyarakat yang diatur dalam UUPPLH menyamakan konsep masyarakat secara umum (termasuk masyarakat hukum adat), namun sebenarnya ada perbedaan pada masyarakat hukum adat yang bersifat khusus. Setiap orang sama di depan hukum, namun ada perkeculian apabila ada perempuan hamil yang ditutut di pengadilan, tidak bisa langsung masuk penjara, menunggu perempuan tersebut melahirkan baru melaksanakan hukumanya. Perbedaan ini sama dengan masyarakat hukum adat, karena keterbatasan, kemampuan untuk bertahan hidup, pendidikan diberi perkecualian oleh hukum dan dijamin UUD 1945.

certification test, agar anggota kelompok dapat melakukan opt in dan opt out (sebelum prosedur dimulai). Opt in

merupakan mekenisme bagi anggota kelompok untuk memberikan penegasan bahwa mereka bagian dari class action, sedang opt out adalah prosedur bagi anggota kelompok (masyarakat) untuk menyatakan dirinya keluar dari

class action. Mekanisme ini opt in and opt out sebagai cara melakukan rekonfirmasi terhadap persetujuan terdahulu oleh anggota masyarakat, Lihat Siti Sundari Rangkuti, Op. Cit, h. 296-297.

9Pasal 91 UUPPLH, ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan hak gugat masyarakat ini

Gambar

Gambar Skema 1: Konsep kewajiban Negara dan Hak Warga Negara dalam Hak
Tabel 3: Perbandingan Hak Gugat Masyarakat Hukum Adat dan Hak Gugat masyarakat (Pasal 90 UUPPLH)
Tabel 3: Perluasan Konsep Hak Gugat yang ada dalam UUPPLH.

Referensi

Dokumen terkait

More student centered approaches allow students to choose their groupmates, while teacher centered approaches suggest that teachers choose group members.. Characteristics

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa gambaran empiris mengenai peningkatan kemampuan asertif siswa melalui

Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 12.1 dan 12.2 kemudian dari kedua kelas tersebut ditentukan satu kelas sebagai kelas eksperimen terdiri dari 30 orang

Perhitungan keekonomian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan parameter nilai tersebut dan juga dengan asumsi bahwa mesin dioperasikan 12 jam sehari, 365

Sebagai sebuah kota yang dulunya merupakan Kota Pelabuhan yang potensial pada jaman kolonial Belanda, Kota Lama Ampenan memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi dan pengaruh

Dalam garis bilangan, urutan setiap bilangan digambarkan dengan jarak yang sama.. Penempatan bilangan pada garis bilangan diurutkan dari bilangan yang lebih kecil ke bilangan yang

Untuk mengetahui efek Tai Chi terhadap kapasitas aerobik lansia di Griya Usia Lanjut Santo Yosef Surabaya, diberikan latihan Tai Chi dengan tipe Qigong selama 8

Hasil penelitian membuktikan bahwa pengetahuan petani tentang pengendalian hama terpadu (PHT) berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap perilaku petani