• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rakerda PD IAI Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rakerda PD IAI Kalimantan Barat"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Keprofesian dan peraturan

terbaru kefarmasian

Disampaikan dalam

Rakerda PD IAI Kalimantan Barat

Pontianak,21 Mei 2017

(2)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(3)

Pertumbuhan Apoteker Baru

Jumlah Perguruan Tinggi Farmasi 150

Jumlah Apoteker baru sekitar 5000/tahun

Disparitas kualitas lulusan apoteker

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(14)

PROFESI

Ornstein dan Levine (1984) menjelaskan bahwa Profesi merupakan jabatan yang sesuai dengan Pengertian Profesi sebagai Berikut:

 Melayani Masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).

 Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).

 Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian).

 Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

 Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat

(15)

PROFESI

 Otonomi dalam membentuk keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar).

 Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang

diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang

diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.

 Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.

 Menggunakan administrasi untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga

(16)

PROFESI

 Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.

 Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok 'elit' untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.

 Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang

meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

 Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya.

(17)

CIRI PROFESI

1. Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu belajar

2. Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu bekerja secara independen / mandiri

3. Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu

memelihara & mempertegas status profesi

4. Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu menolong sesama

(18)

PROFESIONAL

Seorang profesional

adalah

seseorang yang

memberikan jasa atau layanan atas kompetensi yang

dimiliki

, sesuai dengan

Standard Operating

Procedure

dan kode etik

serta peraturan dalam

bidang yang dijalaninya dan

menerima uang sebagai

imbalan atas jasanya.

Orang tersebut juga

merupakan anggota suatu entitas atau organisasi

yang didirikan sesuai dengan hukum di sebuah

negara atau wilayah”

(19)

Apoteker Praktek Profesional

Terimakasih bu

Apoteker,penjelasan

(20)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(21)

 1. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting.

 2. Kesehatan sebagai hak asasi manusia.

 3. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

bertanggung jawab,

 4. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih belum menampung

kebutuhan hukum

UU No. 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan

FILOSOFI, SOSIOLOGI, DAN

YURIDIS

TUJUAN PENGATURAN

memenuhi kebutuhan masyarakat

akan Tenaga Kesehatan;

mendayagunakan Tenaga Kesehatan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

memberikan pelindungan kepada

masyarakat dalam menerima penyelenggaraan Upaya Kesehatan;

mempertahankan dan meningkatkan

mutu penyelenggaraan Upaya Kesehatan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan; dan

memberikan kepastian hukum

(22)

1. Tenaga medis

2. Tenaga Psikologi Klinis 3. Tenaga Keperawatan 4. Tenaga Kebidanan

5. Tenaga Kefarmasian

6. Tenaga Kesehatan Masyarakat

7. Tenaga Kesehatan Lingkungan 8. Tenaga Gizi

9. Tenaga Keterapian Fisik 10. Tenaga Keteknisian Medis 11. Tenaga Teknik Biomedika

12. Tenaga Kesehatan Tradisional 13. Tenaga Kesehatan Lainnya

KELOMPOK DAN JENIS TENAGA KESEHATAN

TENAGA KEFARMASIAN

(23)

UU Tenaga Kesehatan No 36 TAHUN 2016

PASAL 1 Butir 1 :

“Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

(24)

Pasal 58

(1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

a. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan; b. memperoleh persetujuan dari Penerima Pelayanan Kesehatan atau

keluarganya atas tindakan yang akan diberikan;

c. menjaga kerahasiaan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;

d. membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumen tentang pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan; dan

e. merujuk Penerima Pelayanan Kesehatan ke Tenaga Kesehatan lain yang mempunyai Kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf d hanya berlaku bagi Tenaga Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perseorangan

(25)

Pasal 61

Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang

memberikan pelayanan langsung kepada Penerima

Pelayanan Kesehatan

harus melaksanakan upaya

terbaik untuk kepentingan Penerima Pelayanan

Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.

(26)
(27)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(28)

Mengingatkan kembali

Kompetensi, Sumpah dan Kode

Etik Apoteker

(29)

Standar Kompetensi

Apoteker

1. Praktik kefarmasian secara profesional dan etik 2. Komunikasi efektif

3. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi

4. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan 5. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat

kesehatan

6. Formulasi dan produksi sediaan farmasi 7. Upaya preventif dan promotif kesehatan

masyarakat

8. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan 9. Ketrampilan organisasi dan hubungan

interpersonal

(30)

TUJUAN SKAI

1. Memastikan bahwa seorang apoteker memiliki seluruh kompetensi yang relevan untuk mejalankan perannya dan mampu memberikan pelayanan kefarmasian

sesuai ketentuan tentang praktik kefarmasian. 2. Memberikan arah dalam pengembangan

pendidikan farmasi (a.l. identifikasi dan penetapan capaian pembelajaran, pengembangan kurikulum, dan evaluasi hasil belajar ) dan pelatihan di tempat kerja . 3. Memberikan arah bagi apoteker dalam

(31)

•PERTAMA: SAYA AKAN MEMBAKTIKAN HIDUP SAYA GUNA KEPENTINGAN PERIKEMANUSIAAN, TERUTAMA DALAM BIDANG KESEHATAN

KEDUA : SAYA AKAN MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG SAYA KETAHUI KARENA PEKERJAAN SAYA DAN KEILMUAN SAYA SEBAGAI APOTEKER

KETIGA : SEKALIPUN DIANCAM SAYA TIDAK AKAN MEMPERGUNAKAN PENGETAHUAN SAYA KEFARMASIAN SAYA UNTUKSESUATU YAN BERTENTANGAN DENGAN HUKUM KEMANUSIAAN

KEEMPAT : SAYA AKAN MENJALANKAN TUGAS SAYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA SESUAI DENGAN MARTABAT DAN TRADISI LUHUR JABATAN KEFARMASIAN

•KELIMA : DALAM MENUNAIKAN KEWAJIBAN SAYA, SAYA AKAN BERIKHTIAR DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH SUPAYA TIDAK TERPENGARUH OLEH PERTIMBANGAN

KEAGAMAAN, KEBANGSAAN, KESUKUAN, POLITIK, KEPARTAIAN, ATAU KEDUDUKAN SOSIAL

•“SAYA IKRARKAN SUMPAH/JANJI INI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DAN DENGAN PENUH KEINSYAFAN”

(32)

Pasal 4

Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

(33)

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.

(34)

Apakah selama ini Apoteker telah

Praktek bertanggung jawab ?

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

Kompetensi Apoteker dari dahulu hingga

Kini Tidak terbentuk

Tidak bisa Praktek Tidak Mau Praktek

Belum banyak ketemu role model Apoteker

Praktek

Ketemunya sama sama Apoteker nggak

praktek

Apoteker nya tidak paham harus praktek

PTF tertentu,tidak cukup mengajarkan praktek

karena pengajarnya nggak praktek.

IAI tidak cukup membina/memfasilitasi praktek

(42)

Jika kita jumpai Apoteker

“Penampakan”

Siapa

gurunya

? Siapa

Perceptor

nya ?

Lulusan dari Fakultas Farmasi

mana ?

Apakah

PTF nya telah memahami SKAI ?

Bagaimana caranya meracik SKAI menjadi

(43)

the state gives credence to the

pharmacist in Indonesia

Negara yang mewakili

seluruh

masyarakat

Indonesia melalui UU

Kesehatan no 36 tahun

2009 pasal 108 dan

PP51

tahun

2009

(44)

UU Kesehatan No. 36/2009 Pasal 108

Ayat (1) Pasca Judicial Review

Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian obat pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga kefarmasian, dan dalam hal tidak ada tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktik

kefarmasian secara terbatas, antara lain, dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat yang melakukan tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa dan

diperlukan tindakan medis segera untuk menyelamatkan pasien;

(45)

Raw Material s Active Ingredients Inactive Ingredients Finished Drug Smaller Wholesaler s National Regional Wholesaler s Hospitals Pharmacie s Patients

Implementasi Quality Assurance sebagai

wilayah Praktek KefarmasianApoteker

GMP

(46)

MANUFACTURING & DISTRIB

GATEKEEPER

• Ensures the

implementation of GMP & GDP

REGULATIONS

LAW ENFORCER

• Formulates and

implements healthcare polices/regulations in Indonesia

ACADEMIC

Lecture & Research

• Play a pivotal role in educating future generations of pharmacies

• Engaging in research activities

RESEARCH

CLINICAL RESARCHER

• Find new cures for untreated illnesses or medicines with less side efects for the beneft of

patients

COMMUNITY

PARTNER IN HEALTHCARE

• Manage minor

ailments (cough, cold, gastric discomfort and fungal infections etc)

• Fill your prescriptions

MARKETING

MEDICATION MARKETER

• Introduces and

educates healthcare providers on new treatment options

HOSPITAL

PATIENT-CARE TEAM PLAYER

• Provides professional advice on best choice of medicines for each patient

(47)

Kompetensi Utama Apoteker

di Pelayanan Kefarmasian

Pharma Klinik

Pharma Preuneur Pharma

(48)

Pharma

Klinik Pharma Sosial PreuneurPharma PHARMA SCORE

EXCELLEN T

TRADING

FROOZEN

FRUSTATIO N

(49)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(50)

Praktik Secara Legal

Memiliki dokumen yang masih berlaku meliputi :

1. Sertifikat Kompetensi

2. Surat Tanda Registrasi Apoteker

(Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja manjalankan praktik tanpa memiliki STR sebagaimana dimaksud pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.100.000.000,- / UU 36/2014 pasal 85 ayat 1))

3. Surat Ijin Praktik Apoteker

(51)

Melaksanakan Praktik Sesuai

Standar

1. Cara Pembuatan Obat Yang Baik (

Perka BPOM

No.HK.03.1.33.12.12.8195 Thn 2012

)

2. Cara Distribusi Obat Yang Baik (Perka BPOM No. HK.03.1.34.11.12.7542 Thn 2012)

3. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas (PMK 74/2016)

4. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (PMK 73/2016)

(52)

Surat BPOM RI untuk PP IAI

Dukungan Pelayanan kefarmasian

Surat Kepala BPOM RI ke Ketum PP IAI tertanggal 22 Agust 2016

Poin-poin penting :

1. Hasil pengawasan BPOM menunjukkan bahwa terdapat peredaran obat palsu yang ditemukan di fasilitas pelayanan kefarmasian sebagai akibat kurang berperannya apoteker penanggung jawab dalam pengelolaan sediaan farmasi

2. Banyak ditemukan fasilitas pelayanan kefarmasian yang beroperasional tanpa adanya apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

(53)

Pesan Menko PMK Ibu Puan

Maharani

1) IAI tolong buat himbauan ke seluruh Apoteker di

Apotek agar hadir ke Apotek, menjalankan praktik bertanggung jawab

untuk melayani masyarakat

2) Para Apoteker jangan meninggalkan Apotek dan

menyerahkan kewenangannya ke

Asisten Apoteker

(54)
(55)
(56)
(57)

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

meliputi standar:

a. pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik :

1) pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat;

2) Pelayanan Informasi Obat (PIO); 3) konseling;

4) ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap); 5) pemantauan dan pelaporan efek samping Obat;

6) pemantauan terapi Obat; dan

7) evaluasi penggunaan Obat. Oleh APOTEKER

PERMENKES 74/2016 TENTANG

(58)

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar: a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai; dan b. pelayanan farmasi klinik :

a. pengkajian Resep; b. dispensing;

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO); d. konseling;

e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);

Oleh APOTEKER

PERMENKES 73/2016 TENTANG

STANDAR PELAYANAN

(59)

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan

b. pelayanan farmasi klinik. a. pengkajian Resep;

b. dispensing;

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO); d. konseling;

e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);Oleh APOTEKER

PERMENKES 72/2016 TENTANG

STANDAR PELAYANAN

(60)

Menjaga dan Meningkatkan

Kompetensi

Peer group,Seminar &

Workshop

(61)

Menggunakan Jas

Praktik

61 Jas Praktik

(62)

Praktik Apoteker di apresiasi oleh tenaga kesehatan lainnya dan masyarakat merasakan manfaat Apoteker

 Praktik kolaborasi Apoteker dan Dokter

 Rata-rata 100 pasien per hari

 Praktik sesuai dengan kompetensi, etika dan perundang-undangan

(63)

Pharmacist Masaaki Goto

Spend time….

Spend cost...

Spend human

resources

But we know this is

Social request for

pharmacist

Following any rules

Following

accreditation

Following social

system

Even if no proft

(64)

AP T

AP T

DO K

DO K

MO H

MO H

(65)
(66)
(67)
(68)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(69)

PMK No.53 tahun 2016 tentang Pencabutan PMK 284/2007 tentang Apotek Rakyat

Dinas Kesehatan bersama-sama IAI dan

pihak terkait lainnya mensosialisasikan ke APA & Pemilik Modal Apotek Rakyat

Apotek Rakyat diberi waktu 6 (enam) bulan

untuk mengurus ijin baru sebagai Apotek atau Toko Obat (paling lambat 17 Mei

2017)

(70)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017

TENTANG APOTEK

BAB I

KETENTUAN UMUMPasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.

2. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

(71)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker.

5. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan

(72)

SURAT IJIN APOTEK (SIA)

Berdasarkan Permenkes 9/2017 :

Surat Izin Apotek yang selanjutnya

disingkat SIA adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota kepada Apoteker

(73)
(74)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 5

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat

mengatur persebaran Apotek di wilayahnya

dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.

Pasal 14

(1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama dengan

penerbitan SIPA untukApoteker pemegang SIA.

(75)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 16

Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan

(76)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 17

(1) Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada:

a. Apotek lainnya; b. Puskesmas;

c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d. Instalasi Farmasi Klinik;

e. dokter;

f. bidan praktik mandiri; g. pasien; dan

(77)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

(2) Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d hanya dapat dilakukan

untuk memenuhi kekurangan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:

a. terjadi kelangkaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di fasilitas distribusi; dan b. terjadi kekosongan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

(78)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

(3)

Penyerahan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis

pakai sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf e sampai dengan

huruf h hanya dapat dilakukan

(79)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 18

(1) Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:

a. papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama Apotek, nomor SIA, dan alamat; dan

b. papan nama praktik Apoteker, yang

memuat paling sedikit informasi mengenai

(80)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

(2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipasang di dinding bagian depan

bangunan atau dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca.

(3) Jadwal praktik Apoteker sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b harus berbeda dengan jadwal praktik Apoteker yang

(81)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 19

Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian

harus bekerja sesuai dengan standar profesi,

standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan

(82)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 21

(1) Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada

kepentingan masyarakat.

(2) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

(3) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam

(83)

PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK

Pasal 28

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan

Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Menteri,

kepala dinas kesehatan provinsi, dan kepala

dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai

dengan tugas dan fungsi masing-masing.

(2)

Pelaksanaan pengawasan sebagaimana

(84)

TATA CARA PERMOHONAN SIA

(PASAL 12-15 PERMENKES NO.9/2017)

KEGIATAN PERSYARATAN Pengajuan permohonan tertulis oleh Apoteker kepada

Pemda Kabupaten/Kota FC STRA, KTP, NPWP, Peta lokasi dan denah bangunan, daftar sarana, prasarana, dan

peralatan.

Pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek oleh Tim pemeriksa Dinas Kesehatan Kab/Kota

Pelaporan hasil pemeriksaan oleh Tim pemeriksa Dinkes

Kab/Kota kepada Pemda Kab/Kota BAP

Penerbitan SIA oleh Pemda Kab/Kota dengan tembusan Direktur Jenderal, Kadinkes Provinsi, Ka. Balai POM, Kadinkes Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi

• Penerbitannya SIA bersamaan dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.

• SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan

(85)

PERAN IAI TERKAIT IMPLEMENTASI PERMENKES TENTANG APOTEK

IAI

PERSYARATAN SIA : STRA

PERIZINAN APOTEK

Mendapatkan tembusan ketika SIA diterbitkan oleh Pemda Kab/Kota (Pasal 13 ayat (6))

PENGAWASAN IMPLEMENTASI

PERMENKES TENTANG APOTEK

Terlibat dalam pengawasan pelaksanaan Permenkes (Pasal 28 ayat (2))

- Memberikan sertifkat kompetensi profesi. - Mengeluarkan surat

rekomendasi untuk nantinya dilampirkan dalam

permohonan SIPA/SIPTTK

(86)

Perubahan Pada PMK 31/2016

Nomenklatur yang berbunyi

SURAT IZIN KERJA

dalam PMK

No. 889/2011, harus dibaca dan

dimaknai sebagai

SURAT IZIN

PRAKTIK

Surat Izin bagi Tenaga Kefarmasian

SIPA

bagi

Apoteker

(87)

PMK 889/2011 PMK 31/2016

Pasal 17 Pasal 17

(1) Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.

(1) Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja.

(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. SIPA bagi Apoteker

penanggungjawab di fasilitas pelayanan kefarmasian.

b. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian.

c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas

distribusi/penyaluran.

d.SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan

pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a.SIPA bagi Apoteker; atau b.SIPTTK bagi Tenaga Teknis

(88)

PMK 889/2011 PMK 31/2016

Pasal 18 Pasal 18

(1) SIPA bag Apoteker

penanggungjawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA

hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.

(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas

kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.

(2) Apoteker penanggungjawab di

fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja.

(2) Dikecualikan dari ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas

pelayanan kefarmasian dapat

diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.

(3) SIPA bagi Apoteker pendamping

dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan

kefarmasian.

(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka Apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.

(4) SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas

kefarmasian.

(4) SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas

(89)

PMK 889/2011 PMK 31/2016

Pasal 19 Pasal 19

SIPA, SIKA, atau SIKTTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan

SIPA atau SIPTTK sebagaimana

(90)

SIPA

atau

SIPTTK

diberikan

oleh

Pemerintah Kab/Kota

atas rekomendasi

pejabat kesehatan yang berwenang di

Kab/Kota tempat Tenaga Kefarmasian

menjalankan praktiknya.

Pemerintah Kab/Kota

dapat berbentuk:

- Dinas Kesehatan,

- Badan Perizinan Terpadu

- Lembaga lain yang ditetapkan oleh

Bupati/Wako

(91)

Rekomendasi IAI tetap harus ada,sesuai Pasal 21 Permenkes 889

(2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik

profesi atau surat keterangan dari pimpinan

fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari

pimpinan fasilitas produksi atau distribusi

/penyaluran;

c. surat rekomendasi dari organisasi profesi

;

dan

(92)

Surat Edaran terkait

Permenkes 889

SURAT EDARAN NOMOR

HK.02.02/MENKES/24/2017 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

MENTERI KESEHATAN NOMOR 31 TAHUN

2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR

889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG

(93)

A. Surat Izin Praktik

1. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

a. Setiap apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin berupa Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai tempat fasilitas kefarmasian.

Cukup jelas, sesuai dengan yang tertulis dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

KESEHATAN NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN,

(94)

b. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas Produksi atau Fasilitas Distribusi/Penyaluran hanya dapat diberikan 1 (satu) SIPA sesuai dengan tempatnya bekerja.

Cukup jelas, sesuai dengan yang tertulis dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 :

Pasal 18

(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.

(95)

c. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) SIPA, berupa:

1) SIPA Kesatu;

2) SIPA Kedua; dan/atau 3) SIPA Ketiga.

Cukup jelas, merupakan penjabaran lebih lanjut dari yang tertulis pada

pasal 18 ayat 2 :

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.

(96)

d. Dikecualikan dari butir 1.b bagi apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi Pemerintah/TNI/POLRI dapat memiliki paling banyak 3 (tiga) SIPA.

Jelas pernyataannya,tetapi menambah substansi baru

Pengecualian ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian pasal 18 ayat 1 : SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.

(97)

Karena berdasarkan pemahaman kita selama ini apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi Pemerintah (gudang farmasi) atau yang sejenis gudang farmasi di instansi TNI/POLRI adalah sarana distribusi.

Meskipun butir 1.d tersebut bertentangan, beberapa pertimbangan dan alasannya adalah :

Penugasan Apoteker sebagai Kepala Instalasi

Farmasi Kab/Kota/Pusat/ TNI/POLRI adalah dalam rangka menjalankan tugas negara

sebagaimana halnya penugasan sejawat

Apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah.

(98)

Penugasan Apoteker sebagai Kepala Instalasi

Farmasi Kab/Kota/Pusat/ TNI/POLRI biasanya dalam jangka waktu pendek karena terjadi proses mutasi dalam rangka pembinaan jenjang karir.

Penugasan Apoteker sebagai Kepala Instalasi

Farmasi Kab/Kota/Pusat/ TNI/POLRI kurang diminati dikarenakan kesejahteraannya belum diperhatikan pemerintah, sehingga di beberapa daerah jabatan ini di isi oleh tenaga selain Apoteker. Tentunya ini akan mengurangi peran dan fungsi Apoteker di Instalasi Farmasi Kab/Kota/Pusat sebagimana diamanatkan pasal 108 UU 36/2009 tentang Kesehatan dan PP 51/2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

(99)

Pemerintah mempertimbangkan dan menerima/

mengakomodir aspirasi sejawat anggota IAI

yang bekerja di Instalasi Farmasi

Kab/Kota/Pusat/ TNI/POLRI yang berdasarkan pekerjaannya memungkinkan memiliki waktu luang untuk melakukan pelayanan kefarmasian diluar jam kerjanya.

Meskipun dapat kita pahami aspirasi pemerintah tersebut, namun kita juga menyadari bisa saja terjadi, anggota IAI yang bekerja di sarana distribusi dan produksi meminta keadilan yang sama untuk dapat SIPA 2 dan 3, walaupun terlihat akan ada potensi konflik kepentingan terkait penjualan produk yang diproduksi di industrinya dan yang disalurkankan oleh distributor tempat apoteker bekerja.

(100)

Sehingga terkait masalah butir 1.d tersebut pembahasannya harus obyektif dan menyeluruh sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga kita harus cukup bijaksana untuk menyikapinya,apalagi sikap

pemerintah memandang perlu keberadaan

apoteker di instalasi farmasi

pemerintah/TNI/POLRI untuk dikecualikan

sebagaimana dalam butir 1.d

Berdasarkan hal tersebut,rasanya kita lebih perlu untuk mempertimbangkan menerimanya dari pada mempermasalahkannya.

(101)

Sebagai dasar pemerintah mengecualikan sebagaimana butir 1.d adalah Perpres No.35/2015 Tentang Kementerian Kesehatan Pasal 3 butir a tertulis :

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2, Kementerian Kesehatan

menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan kefarmasian dan alat kesehatan;

(102)

e. Apoteker hanya boleh mempunyai 1 (satu) Surat Izin Apotek (SIA). Dalam hal apoteker telah memiliki SIA, maka apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.

Cukup jelas, karena pada dasarnya surat izin apotek (SIA) hanya diberikan atas nama 1 (satu) apoteker yang bersangkutan. Meskipun apoteker tersebut masih dapat melakukan praktik kefarmasian pada 2 (dua) tempat praktik yang saling berbeda dengan mempertimbangkan keterjangkauan jarak yang masuk akal antar tempat praktik dengan jam praktik yang tidak saling tumpang tindih.

(103)

f. Bagi apoteker sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian milik pemerintah harus memiliki SIPA.

Cukup jelas, sesuai dengan Permenkes 889/2011 pasal 17 ayat 1 Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Contoh :

Kepala Instalasi Rumah sakit dan semua Apoteker IFRS

Kepala Instalasi Kab/Kota/TNI/Polri dan semua apoteker

Apoteker di Puskesmas

(104)

g. Dalam rangka permohonan untuk memperoleh SIA, apoteker dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga.

Cukup jelas, hal ini dimaksudkan agar apoteker yang bersangkutan memiliki pilihan untuk menentukan SIA nya berdasarkan pertimbangannnya sendiri, apakah ingin di SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga. Dan hal ini juga untuk menjelaskan bahwa SIA dapat melekat pada salah satu SIPA, yaitu SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga

(105)

h. SIA bersifat melekat pada SIPA, dan memiliki masa berlaku sesuai dengan SIPA.

Cukup jelas, hal ini untuk menjelaskan bahwa masa berlaku SIA sama dengan masa berlaku SIPA yang melekat dengan SIA,sebagaimana selama ini telah berlangsung.

(106)

i. Setiap apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian wajib memasang papan nama praktik yang mencantumkan:

1) Nama Apoteker; 2) SIPA/SIA; dan

3) Waktu praktik (hari/jam).

Cukup jelas, Sesuai dengan UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 47 :Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama praktik.

Papan nama praktik juga sesuai dengan harapan IAI dan Pemerintah selama ini meskipun pada surat edaran ini tidak mengatur bentuk dan ukuran papan nama praktik, sehingga bentuk dan ukuran dapat mengacu pada Peraturan Organisasi IAI tentang papan Praktek Apoteker

(107)

j. Fasilitas pelayanan kefarmasian hanya dapat memberikan pelayanan kefarmasian sepanjang apoteker berada di tempat dan memberikan pelayanan langsung kepada pasien.

Cukup jelas dan keren banget, Sesuai dengan PP 51/2009 pasal 1 butir 4 :

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien

(108)

Pasal 58 UU 36 /2014

(1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik wajib:

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta kebutuhan kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan;

Pasal 61 UU 36/2014

Dalam menjalankan praktik, Tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada Penerima Pelayanan Kesehatan harus melaksanakan upaya terbaik untuk kepentingan Penerima Pelayanan Kesehatan dengan tidak menjanjikan hasil.

Berdasarkan Peraturan perundang-undangan tersebut diatas tersurat bahwa tenaga kesehatan yang melakukan praktik, melakukan tugasnya tanpa diwakilkan tetapi melakukan pelayanan langsung dengan upaya terbaik.

(109)

k. Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, SIPA atau SIKA yang bersangkutan berlaku sebagai SIPA sampai habis masa berlakunya.

Cukup jelas

(110)

Kaitannya dengan rekomendasi IAI

:

1. IAI hanya memberikan rekomendasi yang

bersifat administratif sesuai dengan Peraturan

Organisasi, urusan jumlah apoteker yang

berpraktik di setiap sarana adalah urusan

Dinas Kesehatan/Kantor Perijinan Terpadu.

2. IAI

akan

memberikan

rekomendasi

sebagaimana

PO

No.

002/PP-IAI/1418/IX/2016

tentang

(111)

Rekomendasi Rakornas 2017

Untuk Internal

1. Disepakati bahwa Apoteker yang dapat melakukan pengadaan sedian farmasi ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah :

a) Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) di Apotek tersebut

b) Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) sebagaimana dimaksud pada poin (a) jika cuti/sakit/melahirkan/tugas dinas, mendelegasikan kepada apoteker yang memiliki SIPA di sarana yang sama dengan memberitahukan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat.

c) Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Rumah Sakit (RS) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RS sebagai Apoteker yang berwenang dalam pengadaan sediaan farmasi

d) Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Klinik dan Surat Keputusan Direktur/Pimpinan Klinik sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi

e) Apoteker yang memiliki SIPA di PUSKESMAS dan SK Kepala Dinas Kesehatan sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi

(112)

Rekomendasi Rakornas 2017

2. Pada dasarnya Rekomendasi IAI hanya berpedoman pada PO No.002/PP-IAI/ 1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker, dengan penyempurnaan rekomendasi berdasarkan lokasi praktik sebagai berikut:

a) Biaya rekomendasi setiap Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) berpedoman pada PO.No.002/PP-IAI/1418/IX/2016 tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker (maksimal 100 ribu rupiah)

b) Iuran anggota antar cabang didalam PD 100% + 50 % (Penjelasan : Bagi Apoteker yang memiliki SIPA kedua atau Ketiga di wilayah PC IAI yang berbeda dengan PC IAI dimana SIPA Kesatu berada, tetapi masih dalam satu wilayah PD IAI, maka selain membayar kewajiban Iuran Anggota sebagaimana diatur dalam PO.No.002/PP-IAI/1418/V/2015 tentan Iuran Anggota, juga dikenakan iuran anggota tambahan sebesar 50% iuran anggota untuk PC IAI dimana SIPA kedua atau SIPA ketiga berada)

(113)

Rekomendasi Rakornas 2017

Untuk Eksternal

Diharapkan kepada Ditjen Farmalkes Kemenkes dalam melakukan

Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/

Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian dan Surat

Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk

(114)

Outline

Pendahuluan

Profesionalisme

Tenaga Kesehatan

Apoteker Praktek bertanggungjawab

Permenkes 9/2017 tentang Apotek

dan Implementasi permenkes

31/2016 tentang 3 SIPA

(115)

Penutup

Dimulai dari pembenahan kurikulum PendidikanTidak mengingkari Sumpah/Janji Apoteker

Selalu ber pedoman pada Kode etik dan pedoman disiplin Apoteker

Indonesia dalam melakukan Praktek kefarmasian.

Melaksanakan Praktek Kefarmasian bertanggungjawab

Selalu meningkatkan kompetensi Apoteker (CPD) sesuai dengan

kebutuhan di tempat prakteknya

(116)

Jenis & Jenjang

Pendidikan

JENJANG PROFESI AKADEMIK VOKASI KKNI

Strata-3

Apoteker Spesialis

Doktor Ilmu

Farmasi 98

Strata-2

Internship* Magister Ilmu

(117)

Pola Pendidikan Terintegrasi

Domain Akademi

k

Tahun % Muatan

Pembelajaran Domain

(118)
(119)

Rencana UKAI OSCE

(120)

Perguruan Tinggi farmasi harus

mampu menghasilkan Apoteker

sebagai Tenaga Kesehatan yang

kompeten dan dapat melakukan

Praktek Kefarmasian yang

profesional, bertanggung

jawab,sesuai dengan etika dan

perundang undangan.

Menjadikan SKAI sebagai

(121)

3-T

(122)
(123)

T A T A P

 Praktik bersama Apoteker dan Dokter

 Rata-rata 100 pasien per hari  Omzet Apotek rata-rata 25

Jt/hari

(124)
(125)

Mau SIPA berapapun : Apoteker tetap

praktek bertanggung jawab…….

Apoteker “antara ada dan tiada”

(126)

Thank You

08121094448

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan galur harapan kacang tanah memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong per batang, jumlah

 A. Kendaraan yang akan di at maka setelah at mixin"   di !adi dan sesuai, 2at air yang ber1ungsi untuk mengenerkan ampuran 2at pe"arna dan 2at perekat

Sementara itu, Sumarsono (2002:202-203) menyatakan bahwa “campur kode terjadi apabila penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa

Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan yang lebih

Diceritakan  bahwa  Raja  Sungging  Perbangkara  tengah  pergi  berburu.  Di  tengah  hutan  Sang 

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu gambaran deskriptif mengenai efektivitas pengawasan presensi dalam meningkatkan disiplin kerja

Bagi Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota dapat mengajukan permohonan pendaftaran keanggotaan sesuai dengan alamat Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

Aparatur Sipil Negara (disingkat ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai