• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PENSIUNAN POLRI YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PENSIUNAN POLRI YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA PENSIUNAN POLRI YANG

BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ANNISA EKA YANDERA G0008053

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul: Perbedaan Depresi Antara Pensiunan POLRI yang Bekerja dan Tidak Bekerja

Annisa Eka Yandera, G0008053, Tahun 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari …….., Tanggal ………. 2011

Pembimbing Utama Penguji Utama

H. Yusvick M. Hadin, dr., Sp. KJ Djoko Soewito, dr., SpKJ NIP 19490422 197609 1 001 NIP 19580223 198511 1 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

H Andy Yok, drg., M. Kes Riza Novierta, dr., M. Kes

NIP 19521120 198601 1 001 NIP 19651117 199702 2 001

Tim Skripsi

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, ……….

Annisa Eka Yandera

G0008053

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(4)

iv

ABSTRAK

Annisa Eka Yandera, G0008053, 2011.

Perbedaan Depresi antara Pensiunan

POLRI yang Bekerja dan Tidak Bekerja. Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan depresi antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2011 di Asrama Polisi Jati Baru, Cideng Barat, Jakarta Pusat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan random sampling dengan kriteria inklusi minimal telah menjalani masa pensiun selama satu tahun dan sampel tidak dapat dipilih jika hasil L-MMPI ≥ 10 dan tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Subjek mengisi (1) Informed consent dan lembar persetujuan, (2) Kuesioner L-MMPI untuk mengetahui kejujuran responden dalam mengisi kuesioner, (3) Kuesioner BDI untuk mengetahaui skor depresi. Diperoleh data sebanyak 60 subjek penelitian dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square melalui program SPSS 17.02 for Windows program.

Hasil Penelitian : Penelitian ini menunjukkan nilai X2 Chi-Square adalah 10,42, sedangkan nilai p adalah 0,001 atau p < 0,05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja.

Simpulan Penelitian : Terdapat perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja.

Kata Kunci : Depresi, Pensiunan POLRI, Bekerja

(5)

v ABSTRACT

Annisa Eka Yandera, G0008053, 2011. The Difference of Depression between Working and Non-Working Retired POLRI. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: This research aims to find out the difference of depression between working and non-working retired POLRI (Republic of Indonesia’s Police Officer).

Method: This study belonged to an analytical observational research with cross-sectional approach taken place on August-September 2011 in Police Dormitory of Jati Baru, Cideng Barat, Central Jakarta. The sample was taken using purposive sampling and random sampling with minimum inclusion criteria had undertaken pension period for one year and the sample was not selected when their result of L-MPPI ≥ 10 and they do not fill in the questionnaire completely. The subject filled in (1) informed consent and agreement page, (2) L-MMPI questionnaire to find out the respondent’s honesty in filling in the questionnaire, (3) BDI questionnaire to find out the depression score. The data was obtained about 60 research subjects and analyzed using Chi-Square test with SPSS 17.02 for Windows program.

Result: This research showed the c2 Chi-Square value of 10.42, while p value of 0.001 or p < 0.05 meaning that there was a significant difference of depression between working and non-working retired POLRI.

Conclusion: There was a significant difference of depression between working and non-working retired POLRI.

Keywords: Depression, Retired POLRI, Working

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(6)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang telah dilimpahkan sehingga skripsi dengan judul Perbedaan Depresi Antara Pensiunan POLRI yang Bekerja dan Tidak Bekerja dapat diselesaikan.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. H Yusvick M Hadin, dr., Sp. KJ selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini

3. H Andy Yok, drg., M. Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini

4. Djoko Soewito, dr., Sp. KJ selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini

5. Riza Novierta P, dr., M. Kes selaku Penguji Pendamping yang telah

memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini

6. Muthmainah, dr., M. Kes selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS yang telah

Muhammad Andre atas keceriaan dan doa yang selalu diberikan

9. Sahabat-sahabat terdekat, Etika AndiRakhman, Thaniya Dian Roosti, Nisya Hapsari, dan Tutut Desi Fajaria atas dukungan dan semangat yang tak henti-henti dan waktu yang selalu tersedia

10.Teman-teman angkatan 2008 khususnya Shaumy, Ali, Amel, Maya, Amin,

Yoga, Abim, Dharma, Tissa, dan Dayu atas semangat dan dorongan serta keceriaan luar biasa yang kalian berikan

11.Mbak Wulan dan Mbak Menik atas waktu dan kesediannya membantu

menyebar kuesioner

12.Para Responden yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini

13.Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, November 2011

(7)

vii

3. Hubungan Depresi dan Pensiunan POLRI ... 13

4. L-MMPI ... 14

5. BDI ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(8)

viii

F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 21

G. Definisi Operasional Variabel ... 21

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 25

Tabel 2. Perbedaan Jumlah Sampel Depresi antara Pensiunan POLRI yang Bekerja dan Tidak Bekerja ... 26

Tabel 3. Hasil Komperatif Data dengan SPSS ... 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 16

Gambar 2. Rancangan Penelitian ... 20

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Fomulir Biodata dan Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 4. Kuesioner Back Depression Index

Lampiran 5. Data Mentah Hasil Penelitian

Lampiran 6. Hasil Distribusi Data

Lampiran 7. Analisis Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(12)

ABSTRACT

Annisa Eka Yandera, G0008053, 2011. The Difference of Depression between Working and Non-Working Retired POLRI. Medical Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective: This research aims to find out the difference of depression between working and non-working retired POLRI (Republic of Indonesia’s Police Officer).

Method: This study belonged to an analytical observational research with cross-sectional approach taken place on August-September 2011 in Police Dormitory of Jati Baru, Cideng Barat, Central Jakarta. The sample was taken using purposive sampling and random sampling with minimum inclusion criteria had undertaken pension period for one year and the sample was not selected when their result of L-MPPI ≥ 10 and they do not fill in the questionnaire completely. The subject filled in (1) informed consent and agreement page, (2) L-MMPI questionnaire to find out the respondent’s honesty in filling in the questionnaire, (3) BDI questionnaire to find out the depression score. The data was obtained about 60 research subjects and analyzed using Chi-Square test with SPSS 17.2 for windows program.

Result: This research showed the c2 Chi-Square value of 10.417, while p value of 0.001 or p < 0.05 meaning that there was a significant difference of depression between working and non-working retired POLRI. The Odds Ratio value was 16.8 or OR > 10.0 showing the close relationship between the cause, namely not working, and the depression incidence as the effect.

Conclusion: There was a significant difference of depression between working and non-working retired POLRI and there was a close relationship between the cause, namely not working, and the depression incidence as the effect.

Keywords: Depression, Retired POLRI, Working

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Depresi merupakan salah satu gangguan mood atau afektif yang

ditandai dengan hilangnya energi dan minat, rasa bersalah, sulit

berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, serta memiliki pikiran akan

kematian atau bunuh diri. Penyebab depresi sangat bervariasi, mulai dari

peristiwa kehidupan sehari-hari, penyakit organik termasuk perubahan

kimia dalam otak, maupun efek samping obat.

Dewasa ini, depresi semakin banyak menyita perhatian dari

berbagai kalangan. Hal ini disebabkan angka kejadian yang semakin lama

semakin meningkat hingga mencapai 20 – 40 % dari total populasi

kehidupan. Bahkan, diproyeksikan pada tahun 2020 mendatang, depresi

merupakan gangguan mental yang paling banyak terjadi di masyarakat dan

akan menjadi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar

(Maramis, 2009).

Pola kehidupan yang semakin modern kemungkinan menjadi

penyabab penting meningkatnya kejadian depresi. Begitu banyak hal yang

bisa menjadi pemicu terjadinya depresi. Beban hidup yang semakin berat,

kesenjangan sosial, rutinitas sehari-hari, penambahan usia, hilangnya

pekerjaan bahkan mungkin kemacetan dan polemik-polemik sosial politik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(14)

pun mengambil andil yang besar untuk peningkatan prevalensi depresi jika

dibandingkan tahun-tahun terdahulu.

Depresi tidak hanya menyerang umur tertentu, tetapi bisa

mengenai semua umur dari anak-anak sampai lansia (lanjut usia). Telah

banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui prevalensi terjadinya

depresi pada semua usia dan terbukti usia rerata awitan depresi adalah

sekitar 40 tahun dengan 50 % pasien memiliki awitan antara usia 20 - 50

tahun. Penyebab depresi pada masing-masing rentang usia bervariasi

(Sadock, 2010).

Masa pensiun termasuk salah satu masa yang paling rentan terjadi

depresi. Hal ini disebabkan banyak sekali perubahan yang terjadi pada

masa tersebut. Usia yang semakin menua disertai keadaan fisik yang

semakin menurun selalu menjadi hal yang menakutkan bagi para

pensiunan dalam melanjutkan hidup. Rutinitas sehari-haripun berubah.

Sebagian besar waktu yang biasanya dipakai untuk bekerja kini hanya diisi

dengan kegiatan-kegiatan yang tak banyak menyita waktu. Walaupun tetap

memiliki penghasilan, ketakutan akan anggapan tak berguna dan menjadi

beban keluarga tak luput dari pikiran mereka. Hal-hal tersebut

menyebabkan depresi kemungkinan besar bisa terjadi.

Begitu juga yang terjadi pada pensiunan POLRI (Polisi Republik

Indonesia). Rutinitas sehari-hari ketika bekerja mengabdi negara kini

sudah tak ada lagi. Waktu yang biasanya sebagian besar dihabiskan di

(15)

3

mengabdi pun semakin lama semakin surut sehingga hanya waktu luang

yang berisi kegalauan menghadapi hari tua yang tersisa diiringi perasaan

tidak dibutuhkan oleh masyarakat.

Namun, di sisi lain, jika para pensiunan POLRI ini mengisi

waktunya dengan bekerja atau melakukan hal-hal yang bermanfaat,

pengalihan pikiran rasa tak berguna dan tak dihargaipun bisa dilakukan.

Hal ini kemungkinan akan menyebabkan gangguan mood menurun atau

depresi bisa diminimalisir.

Untuk membuktikan hal tersebut maka penulis melakukan

penelitian untuk mengetahui perbedaan depresi antara pensiunan POLRI

yang bekerja dan tidak bekerja.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan depresi antara pensiunan POLRI yang bekerja

dan tidak bekerja ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adakah perbedaan depresi antara pensiunan

POLRI yang bekerja dan tidak bekerja.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bidang psikiatri dan dapat dipakai sebagai

pedoman di dalam penelitian lebih lanjut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(16)

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

masyarakat dan pemerintah terkait pencegahan dan penatalaksanaan

depresi sehingga dapat membawa hasil yang optimal. Hasil penelitian

yang diperoleh juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau

bahan pembanding bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah

yang berkaitan dengan depresi apabila nantinya terbukti ada

perbedaan depresi antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak

bekerja.

(17)

5

menurun yang biasanya ditandai dengan kesedihan, perasaan putus

asa, dan tidak bersemangat. Depresi membentang dari keadaan

murung biasa hingga keadaan depresi yang berat atau biasa disebut

gangguan depresi mayor. Depresi dalam banyak cara menunjukkan

rasa kesedihan, kemurungan yang mengikuti kehilangan simpati, rasa

bersalah, menarik diri, dari kontak intrapersonal, dan gejala somatik

seperti gangguan makan dan tidur (Dorland, 2002)

Depresi bisa dikatakan normal ataupun abnormal. Batas antara

kedua hal tersebut adalah faktor kedalaman depresi dan lamanya

depresi. Adalah normal jika seseorang merasakan sedikit murung,

sedih, atau merasa tertekan. Namun, jika perasaan tersebut terlalu

dalam sehingga aktivitas sehari-hari terganggu itulah yang abnormal

(Semiun, 2006)

b. Insidensi

Insidensi untuk gangguan susasan perasaan yang pernah dialami

seumur hidup adalah sebesar 16%. Berbagai studi sepakat bahwa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(18)

perempuan memiliki kemungkinan mengalami gangguan suasana

perasaan dua kali lipat dibanding laki-laki. Begitu juga halnya yang

terjadi dengan depresi.

Depresi tidak hanya menyerang secara spesifik pada umur

tertentu. Semua jenjang usia dan kalangan bisa saja mengalaminya.

Asumsi bahwa kejadian depresi membutuhkan pengalaman hidup

tertentu seperti akumulasi peristiwa negatif atau kekecewaan seperti

asumsi masuk akal lainnya dalam psikopatologi tidak sepenuhnya

benar. Terbukti bahwa bayi tiga bulan pun bisa mengalami depresi.

Perkiraan prevalensi gangguan perasaan pada anak dan remaja sangat

bervariasi, akan tetapi tidak terlalu sering dibandingkan dewasa.

Namun, prevalensinya meningkat pada remaja. Terbukti 13 % dari

1.265 remaja mengalami gangguan depresi berat pada usia 14 - 16

tahun.

Di sisi lain, pada orang lanjut usia prevalensinya cukup berbeda.

Diperkirakan bahwa 18 – 20 % penghuni rumah jompo mungkin

mengalami episode-episode depresi berat. Bahkan, dalam sebuah

studi, pasien lanjut usia (56 - 85 tahun) yang mengalami depresi

diikuti selama enam tahun dan kira-kira 80 % diantaranya tidak

sembuh atau mengalami siklus depresi secara pasang surut (Durand

and Barlow, 2006).

(19)

7

c. Etiologi

Etiologi depresi sangat bervariasi. Namun, secara garis besar, bisa

digolongkan ke dalam faktor endogen dan eksogen (Semiun.2006).

Memisahkan kedua penyebab ini sangat penting untuk

memaksimalkan penatalaksanaan pasien depresi.

1). Faktor Endogen

Faktor endogen yang menyebabkan depresi adalah faktor dari

dalam diri seseorang yang tidak ada hubungannya atau tidak

distimulasi oleh faktor luar.

a). Genetik

Pada beberapa studi, ditemukan bahwa terlepas dari

variabilitasnya yang luas terbukti bahwa angka kejadian

gangguan suasana perasaan pada seseorang yang memiliki

anggota keluarga yang juga memiliki gangguan yang sama,

dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang

tidak memiliki gangguan tersebut.

Bukti terbaik terkait hubungan dengan genetik adalah

studi gangguan suasana perasaan pada orang kembar. Sebuah

studi membandingkan prevalensi terjadinya gangguan

suasana unipolar termasuk depresi pada kembar identik dan

kembar fraternal (yang hanya memiliki 50 % gen identik).

Hasilnya adalah kembar identik memiliki kemungkinan dua

sampai tiga kali lebih tinggi untuk memperlihatkan gangguan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(20)

perasaan unipolar (45,6 %), jika kembarannya memiliki

gangguan tersebut, dibanding kembar fraternal (22,2 %)

(Durand and Barlow, 2006).

b). Neurotransmiter

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

neurotransmiter yang berhubungan dengan terjadinya

gangguan suasana perasaan termasuk depresi adalah

serotonin, tetapi hanya dalam hubungannnya dengan

neurotransmiter lain seperti norepinefrin dan dopamin. Hal

ini dibuktikan oleh fungsi serotonin untuk mengatur

reaksi-reaksi emosional dengan mengatur sistem-sistem yang

berhubungan dengan kedua neurotransmiter tersebut.

Menurut sebuah hipotesis, ketika tingkat serotonin

rendah maka neurotransmiter lain ‘diizinkan’ untuk

membuat kisaran yang lebih luas, menjadi terdisregulasi

dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya depresi

(Durand and Barlow. 2006) (Sadock, 2010).

c). Hormonal

Hal ini dibuktikan oleh beberapa kasus. Di mana,

orang-orang yang menderita penyakit tertentu seperti

hipotiroidisme juga mengalami depresi. Selain itu,

ditemukan bahwa pada penderita depresi hormon kortisol

(21)

9

atau hormon stres meninggi dibanding orang normal

(Durand and Barlow, 2006).

2). Faktor Eksogen

Faktor eksogen atau faktor eksternal yang bisa menyebabkan

depresi sangat bervariasi. Namun kesemuanya merupakan stressor

psikososial yang berasal dari lingkungan, seperti halnya masalah

sosial ekonomi, pendidikan, dan status pernikahan (Semiun, 2006).

d. Diagnosis

Seseorang dikatakan mengalami depresi jika menunjukkan

tanda-tanda klinis berikut ini :

1). Gejala Utama

a). Afek Depresif

b). Kehilangan minat dan kegembiraan

c). Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan

mudah lelah (rasa lelah yang nyata setelah sedikit bekerja) dan

menurunnya aktifitas.

2). Gejala Lain

a). Konsentrasi dan perhatian berkurang

b). Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c). Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d). Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e). Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f). Tidur terganggu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(22)

g). Nafsu makan berkurang

Diagnosis depresi dikatakan positif apabila gejala tersebut

dialami sekurang-kurangnya dua minggu atau periode yang lebih

pendek jika gejala klinis luar biasa beratnya dan berlangsung

b). Ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala lainnya

c). Tidak boleh ada gejala berat di antaranya

d). Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya dua

minggu

b). Ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) dari

gejala lainnya

c). Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya dua

minggu

(23)

11

d). Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan, dan urusan rumah tangga

3). Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

a). Semua tiga gejala utama depresi harus ada

b). Ditambah sekurang-kuranganya empat dari gejala lainnya, dan

beberapa di antaranya harus berintensitas berat

c). Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotor) yang mencolok maka pasien mungkin tidak

mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci

d). Episode depresif berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu,

akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat

maka masih dibenarkan untuk mendiagnosis dalam kurun

waktu kurang dari dua minggu

e). Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan, atau rumah tangga, kecuali pada taraf yang

amat terbatas.

4). Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

a). Seperti halnya kriteria episode depresi berat tanpa gangguan

psikotik

b). Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif (Maslim. 2001)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(24)

f. Penatalaksanaan

Penanganan dari kasus depresi bervariasi tergantung penyebabnya.

Namun, secara umum penanganan kasus depresi adalah dengan

pengobatan yang memiliki efek pokok untuk mengubah level

neurotransmiter-neurotransmiter maupun bahan kimia saraf yang lain.

Terapi elektrokonvulsif pun bisa memengaruhi keadaan kimia otak

sehingga bisa mengilangkan efek depresi. Yang terakhir adalah

penanganan psikologis yang adekuat, selain bisa mengurangi efek

faktor eksogen, bisa juga mengubah keadaan kimiawi otak (Durand

and Barlow, 2006)

2. Pensiunan POLRI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pensiunan adalah seseorang

yang sudah tidak lagi bekerja karena habis masa dinasnya. (Tim Penyusun

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005). Begitu juga yang dimaksud dengan

pensiunan POLRI yakni seseorang yang tidak lagi bekerja di Kepolisian

Negara Republik Indonesia karna habis masa jabatannya atau disebut

purna anggota polisi. Menurut ayat 1 pasal 30 Undang Undang No. 2 tahun

2002 tentang pemberhentian anggota POLRI, seseorang dinyatakan

pensiun dari Kepolisian Negara Republik Indonesia jika usianya telah

mencapai 58 tahun atau bagi yang memiliki keahlian khusus dan sangat

dibutuhkan dalam tugas kepolisian dapat dipertahankan sampai dengan

usia 60 tahun (Rahardi, 2007).

(25)

13

Pensiunan POLRI yang bekerja adalah purna anggota polisi yang

memiliki pekerjaan pada masa pensiunnya. Pekerjaan tersebut bervariasi,

baik formal seperti satpam maupun tidak formal seperti pedagang. Di sisi

lain, pensiunan POLRI yang tidak bekerja adalah purna anggota polisi

yang pada masa pensiunnya tidak lagi memiliki perkerjaan.

3. Hubungan Depresi dan Pensiunan POLRI

Polisi merupakan salah satu pekerjaan yang berat dan banyak menyita

waktu. Pasal 13 Undang-Undang No. 2 tahun 2002 tentang tugas pokok

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa tugas POLRI

adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakkan hukum

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat (Rahardi, 2007).

Tugas-tugas tersebut selalu dilakukan para Polisi Republik

Indonesia (POLRI) sehari-hari selama masa jabatannya sehingga mereka

merasa dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Namun ketika masa

jabatan tersebut berakhir atau dikatakan masa pensiun, terjadi banyak

perubahan yang tidak bisa dihindari seperti tidak lagi memiliki sumber

keuangan yang memadai, pekerjaan, status (kedudukan dan jabatan), serta

aktivitas sehari-hari. Akibatnya perasaan tidak berguna dan hanya menjadi

beban keluarga sering menghinggapi mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(26)

Rutinitas sehari-hari yang sudah tidak ada meninggalkan

waktu-waktu kosong yang bisa menambah beban pikiran mereka. Usia yang

semakin menua dan keadaan fisik yang semakin menurun pun menambah

besar kemungkinan depresi terjadi pada pensiunan POLRI. Akibatnya,

mereka menanggung sendiri tanggung jawab dan beban hidup dari

berbagai peristiwa yang tidak diinginkan sehingga kejadian depresi sulit

terelakkan (Nefid et al. 2002). Hal ini nyata terlihat pada pensiunan yang

tidak bekerja.

Hal ini sesuai dengan teori psikodinamika klasik mengenai depresi

yang disampaikan oleh Freud, dimana orang yang telah mengalami suatu

kehilangan (pekerjaan, pasangan hidup, dan lain-lain) akan lebih mudah

mengalami depresi. Orang tersebut akan lebih fokus pada pikiran

mengenai objek atau tujuan penting yang hilang dan tetap tidak bisa

merelakan harapan akan entah bagaimana mendapatkannya kembali (Nefid

et al. 2002).

Lain halnya dengan pensiunan POLRI yang memiliki pekerjaan.

Kehilangan-kehilangan yang terjadi tidak akan menjadi beban pikiran

karena sudah memiliki pekerjaan pengganti walaupun dengan penghasilan

yang berbeda. Oleh sebab itu, kejadian depresi dapat diminimalisir.

4. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

Kuesioner Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory

(27)

15

hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek

penelitian dalam menjawab kuesioner penelitian. Tes ini bertujuan untuk

menguji kejujuran responden. Responden harus menjawab “ya” bila

pernyataan tersebut sesuai dengan dirinya dan “tidak” bila sebaliknya.

Menurut Handi (2004), nilai batas skala adalah 10, sehingga jika

responden memiliki skor “tidak” ³10, maka data yang diukur dari

responden tersebut dinyatakan invalid dan tidak diolah diikutkan dalam

penelitian (kriteria eksklusi).

5. Beck Depression Inventor (BDI)

Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) adalah salah satu skala

validitas yang digunakan untuk mengukur intensitas, keparahan, dan

kedalaman depresi. BDI terdiri dari dua puluh satu item pertanyaan yang

menggambarkan dua puluh satu kategori sikap dan gejala depresi.

Masing-masing item menggambarkan manifestasi depresi yang spesifik dan terdiri

dari empat hingga lima kemungkinan jawaban. Skor skala BDI adalah

0-63, dimana :

0 - 9 menunjukkan gejala depresi minimal/tidak depresi

10 - 16 menunjukkan gejala depresi ringan

17 - 29 menunjukkan gejala depresi sedang

30 - 63 menunjukkan gejala depresi berat

(Polgar, 2011).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(28)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar I. Kerangka Pemikiran

Pensiunan Polri

-Merasa tidak dibutuhkan

masyarakat

-Merasa tidak dihargai

-Menjadi beban keluarga

-Terlalu banyak waktu kosong

-Merasa mampu menghidupi diri

-Tidak jadi beban keluarga

-Ada pemusatan pikiran ke

pekerjaan

-Masih merasa beguna bagi

masyarakat

-Bekerja Tidak Bekerja

Kurang Depresi Lebih Depresi

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Tingkat Pendidikan

4. Tingkat sosioekonomi

5. Status Perkawinan

(29)

17

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, diajukan

hipotesis bahwa ada perbedaan depresi antara pensiunan POLRI yang bekerja

dan tidak bekerja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(30)

BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan

potong lintang (cross sectional), yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat yang diobservasi pada saat yang sama

(Taufiqurohman, 2009).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Asrama Polisi Jati Baru, Cideng Barat,

Jakarta Pusat pada bulan Agustus sampai September 2011.

C. Subjek Penelitian

Populasi target dari penelitian ini adalah perkumpulan pensiunan

POLRI. Restriksi dilakukan untuk membatasi sampel penelitian. Restriksi

sendiri dilakukan terhadap pensiunan POLRI yang sudah mengalamai masa

pensiun minimal satu tahun baik yang memiliki pekerjaan maupun yang tidak

memiliki pekerjaan. Sementara itu, kriteria eksklusi adalah jika skor L-MMPI

responden ≥10 dan atau responden tidak mengisi lengkap semua kuesioner

yang diberikan. Setelah itu, subjek penelitian (sampel) diambil secara acak

dari populasi sumber untuk dianalisis lebih lanjut.

(31)

19

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling

kemudian dilanjutkan dengan random sampling dimana sempel ditetapkan

dengan ciri-ciri atau kriteria tertentu. Adapaun menurut patokan umum, setiap

penelitian yang datanya akan dianalisis bivariat atau dua variabel

membutuhkan sampel minimal 30 subjek penelitian (Murti, 2006).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil sampel 30 orang

pensiunan POLRI yang bekerja dan 30 orang Pensiunan POLRI yang tidak

bekerja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(32)

E. Rancangan Penelitian

Gambar 2. Rancangan Penelitian Subyek penelitian

Pensiunan POLRI yang telah memenuhi kriteria

Bekerja Tidak Bekerja

1. Biodata

2. Lembar persetujuan

3. L-MMPI

1. Biodata

2. Lembar persetujuan

3. L-MMPI

BDI BDI

Analisis

(Chi-Square)

Depresi Non Depresi Depresi Non Depresi

Populasi Penelitian :

Pensiunan POLRI

(33)

21

F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas :

a. Pensiunan POLRI yang bekerja

b. Pensiunan POLRI yang tidak bekerja

2. Variabel terikat : depresi

3. Variabel luar : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat sosio

ekonomi dan status perkawinan.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Depresi

Depresi adalah keadaan suasana hati atau mood yang menurun yang

ditandai dengan anhedonia, rasa sedih, bersalah, dan lain-lain (Maramis,

2009). Pada penelitian ini depresi diukur dengan menggunakan kuesioner

Beck Depression Inventory (BDI). BDI sendiri memeiliki skala 0 - 63 yang

masing-masing rentangnya menggambarkan kriteria spesifik depresi

(Polgar, 2011). Dimana skor :

0 - 9 menunjukkan gejala depresi minimal/tidak depresi

10 - 16 menunjukkan gejala depresi ringan

17 – 29 menunjukkan gejala depresi sedang

30 – 63 menunjukkan gejala depresi berat

Dari scoring tersebut, nantinya responden hanya akan digolongkan

menjadi depresi dan non depresi, di mana depresi ringan, sedang, dan berat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(34)

digolongkan menjadi satu kelompok depresi sedangkan depresi minimal

atau tidak depresi digolongkan menjadi kelompok non depresi.

2. Pensiunan POLRI

Pensiunan POLRI adalah seseorang yang tidak lagi bekerja sebagai

polisi negara Republik Indonesia karna masa dinasnya telah habis.

Menurut pasal 30 Undang-Undang Nomer 2 tahun 2002, seseorang

dinyatakan pensiun dari POLRI jika sudah berumur 58 tahun atau jika

memiliki keahlian khusus dan sangat dibutuhkan di kepolisian, dapat

berumur 60 tahun (Rahardi, 2007).

Pensiunan POLRI yang bekerja adalah purna anggota polisi yang

memiliki pekerjaan pada masa pensiunnya. Pekerjaan tersebut bervariasi,

baik formal seperti satpam maupun tidak formal seperti pedagang.Namun,

yang dimaksud dengan memiliki pekerjaan dalam penelitian ini hanya

mencakup pekerjaan formal saja. Di sisi lain, pensiunan POLRI yang tidak

bekerja adalah purna anggota polisi yang pada masa pensiunnya tidak lagi

memiliki perkerjaan formal.

H. Instrumen Penelitian

1. Biodata dan Lembar Persetujuan

Pada bagian ini juga terdapat petunjuk pengisian kuesioner dan

lembar persetujuan untuk mengikuti penelitian.

(35)

23

2. Kuesioner L-MMPI

Kuesioner Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory

(L-MMPI) digunakan untuk mengukur tingkat kejujuran responden dengan

memakai skor yang telah ditetapkan, di mana jika terdapat jawaban tidak

≥10 maka data dianggap tidak valid dan tidak bisa dianalisis.

3. Kuesioner BDI

Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) digunakan untuk

mengukur apakah responden tersebut mengalami depresi melalui skor

yang telah ditetapkan.

I. Cara Kerja

Responden mengisi biodata dan lembar persetujuan

Kemudian responden dikelompokkan berdasarkan status pekerjaan

Responden mengisi kuesioner L-MMPI

Jika skor ≥ 10 maka responden invalid dan dikeluarkan dari penelitian

Responden mengisi kuesioner BDI

Kemudian sampel dikelompokkan menjadi depresi (skor 10 - 63) dan nondepresi (skor 0 - 9)

Semua data primer dianalisis dengan Uji Chi-Square

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(36)

J. Desain Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji analisis

Chi-Square (X2). Chi-Square adalah teknik statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih variabel, data

berbentuk nominal, dan sampelnya besar (Budiarto, 2004). Cara

penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 17.02 for

Windows program.

(37)

25

BAB IV

HASIL

A. Subjek Penelitian

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 72 orang pensiunan

POLRI yang diambil secara acak dan bertempat tinggal di Asrama Polisi Jati

Baru, Cideng Barat, Jakarta Pusat. Responden tersebut terdiri dari 34 orang

pensiunan POLRI yang bekerja dan 38 orang yang tidak bekerja. Namun, dari

jumlah tersebut, total sampel yang valid adalah 60 orang sementara sebanyak

12 sampel lain tidak valid karena memiliki skor L-MMPI ≥ 10, tidak mengisi

seluruh pertanyaan kuesioner, atau tidak memiliki kriteria inklusi.

B. Hasil Distribusi Sampel

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

No Status Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Tidak Bekerja 30 50 %

2. Bekerja 30 50 %

Jumlah 60 100 %

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(38)

Pada peneletian ini sampel pensiunan POLRI yang valid adalah

sebanyak 60 orang. Di mana jumlah pensiunan POLRI yang bekerja

berjumlah 30 orang atau 50 % dan pensiunan POLRI yang tidak bekerja

berjumlah sama yakni 50 %. Jumlah sampel ini telah memenuhi kriteria

minimal sampel atau role of tam.

Tabel 2. Perbedaan Jumlah Sampel Depresi dan Non Depresi antara Pensiunan POLRI yang Bekerja dan Tidak Bekerja

Dari ketiga tabel di atas bisa dilihat, 29 orang dari total 30 orang

pensiunan POLRI yang bekerja, atau sebesar 96,7 % tidak mengalami

depresi, dan 1 orang atau 3,3 % mengalami depresi. Di sisi lain, pada

pensiunan POLRI yang tidak bekerja, 19 orang atau sebesar 63,3 % tidak

depresi dan 11 orang atau 36,7 % mengalami depresi. Hal ini ditentukan

berdasarkan scoring kuesioner Back Depresion Inventory, di mana skor 0 - 9

menunjukan tidak depresi dan 10 - 63 menunjukkan depresi. Status Pekerjaan * Status Depresi Crosstabulation

Count

Status Depresi

Total Depresi Non Depresi

Status Pekerjaan Tidak Bekerja 11 19 30

Bekerja 1 29 30

Total 12 48 60

(39)

27

C. Hasil Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Chi-Square karena

variabel bebas dan variabel terikat termasuk variabel katagorik. Uji ini dapat

dilakukan jika jumlah sampel total > 40 tanpa melihat nilai expected atau jika

jumlah sampel antara 20 dan 40 dan smua nilai expected >5. Jika syarat

tersebut terpenuhi maka dapat dilakukan uji Chi-Square dengan menggunakan

program SPSS 17.02 for Windows program dan p < 0,05 dipilih sebagai

tingkat minimal signifikansinya.. Uji Chi-Square yang dipilih adalah uji

Chi-Square untuk dua kelompok tidak berpasangan karena sampel yang digunakan

dipilih secara independen.

Tabel 3 . Hasil Komperatif Data dengan SPSS

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 8.438 1 .004

Likelihood Ratio 11.850 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear Association 10.243 1 .001

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.

b. Computed only for a 2x2 table

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(40)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai X2 Chi-Square adalah 10,42, yang

menunjukkan hipotesis nol ditolak. Sementara itu, nilai p adalah 0,001 atau

p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan depresi yang bermakna

antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja dimana pensiunan POLRI

yang tidak bekerja lebih depresi dibandingkan pensiunan POLRI yang bekerja.

(41)

29

BAB V

PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini adalah pensiunan POLRI yang bertempat

tinggal di Asrama Polisi Jati Baru, Cideng Barat, Jakarta Pusat. Pada penelitian

ini, diambil 72 sampel secara acak yang terdiri dari pensiunan POLRI yang

bekerja dan tidak bekerja. Dari jumlah tersebut, sebanyak 60 orang memenuhi

kriteria yang telah ditentukan, sedangkan 12 orang lainnya tereksklusikan, di

mana jumlah sampel pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja

masing-masing 30 orang.

Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah pensiunan POLRI yang

minimal sudah mengalami masa pensiun selama satu tahun dengan rentang usia

59 - 72 tahun atau dengan kata lain tidak menunjukkan rentang usia yang jauh.

Seratus persen sampel memiliki jenis kelamin laki-laki. Hal ini membuat sampel

lebih homogen dan sekaligus menyingkirkan faktor perancu jenis kelamin, di

mana wanita memiliki kemungkinan depresi dua kali dibanding laki-laki.

Faktor lain yang mempengaruhi depresi seperti tingkat pendidikan bisa

dikendalikan secara tidak langsung karena syarat untuk masuk pendidikan polisi

adalah berpendidikan minimal SMA.

Hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian depresi

antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil uji hipotesis Chi-Square di mana X2 = 10,42 dan p < 0,05. Hasil ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(42)

menunjukkan bahwa pensiunan POLRI yang tidak bekerja lebih depresi dibanding

pensiunan POLRI yang bekerja.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sri Fatmahwati

(1998) mengenai derajat kecemasan pada pensiunan. Hasil penelitian tersebut

menyebutkan ada perbedaan yang sangat bermakna mengenai derajat kecemasan

antara pensiunan yang bekerja dan pensiunan yang tidak bekerja, di mana

pensiunan yang tidak bekerja lebih cemas dibanding pensiunan yang bekerja.

Kejadian depresi pada pensiunan POLRI ini dipengaruhi oleh banyak hal,

yakni kehilangan sumber keuangan yang menetap, pekerjaan, status (kedudukan

dan jabatan), serta rutinitas sehari-hari. Kehilangan-kehilangan ini akan membuat

para pensiunan lebih fokus pada pikiran mengenai objek atau tujuan penting yang

hilang dan tetap tidak bisa merelakan harapan akan entah bagaimana

mendapatkannya kembali. Hal ini sering membuat para pensiunan ini merasa

dirinya tidak berguna atau menjadi beban keluarga sehingga lebih cenderung

mengalami depresi.

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

adalah tugas-tugas mulia yang diemban para pensiunan ini ketika masih menjadi

anggota polisi. Hal tersebut menyebabkan ketika masa tugasnya berakhir, rutinitas

sehari-hari yang dihabiskan di markas besar, lalu lintas dan lain lain hilang dan

meninggalkan waktu-waktu kosong. Tugas besar yang membuat mereka memiliki

prestise tinggi dimata masyarakat sehingga merasa dibutuhkan dan dihargai pun

(43)

31

POLRI ini dan terlihat nyata pada mereka yang tidak bekerja. Hal ini bertambah

berat sejalan usia yang semakin menua dan kondisi fisik yang semakin menurun.

Pengucilan diri dari keluarga dan lingkungan pun sering dilakukan. Akibatnya,

mereka menanggung sendiri tanggung jawab dan beban hidup dari berbagai

peristiwa yang tidak diinginkan sehingga kejadian depresi sulit terelakkan.

Hal-hal tersebut nyta terlihat pada pensiunan POLRI yang tidak bekerja.

Di lain sisi, pensiunan POLRI yang bekerja memiliki rutinitas baru dalam

menjalani hidup. Kehilangan pekerjaan sebagai POLRI pun tidak membuat

penekanan pikiran yang berlebihan karena telah memiliki pekerjaan pengganti.

Hal ini membuat mereka merasa masih berharga karna masih bisa menghasilkan

uang dengan bekerja dan tak sepenuhnya menjadi beban keluarga sehingga

kejadian depresi dapat diminimalisir.

Masih banyak faktor lain yang bisa menyebabkan terjadinya depresi pada

pensiunan POLRI. Namun karena keterbatasan penelitian ini, faktor-faktor

tersebut belum bisa dianalisis lebih lanjut. Selain itu, penelitian ini belum mampu

mengendalikan faktor perancu depresi yang lain seperti tingkat sosio ekonomi dan

status perkawinan dari responden yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap

kejadian depresi. Hal lain yang menjadi kelemahan penelitian adalah tidak

diklasifikasikannya status depresi menjadi tidak depresi, depresi ringan, sedang,

dan berat karena keterbatasan jumlah sampel dan waktu penelitian.

Walaupun memiliki beberapa keterbatasan, penelitian ini mampu

membuktikan adanya perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan POLRI

yang bekerja dan tidak bekerja..

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(44)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat

perbedaan depresi yang bermakna antara pensiunan POLRI yang bekerja dan

tidak bekerja dimana pensiunan POLRI yang tidak bekerja lebih depresi

dibandingkan pensiunan POLRI yang bekerja.

B. Saran

1. Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan depresi

antara pensiunan POLRI yang bekerja dan tidak bekerja dengan klasifikasi

depresi yang lebih rinci dan penggolongan subjek penelitian yang lebih

jelas, serta pembatasan atau pengendalian terhadap faktor perancu.

2. Perlu diperhitungkan penggunaan sampel yang lebih banyak dan lokasi

lainnya agar penelitian lebih valid

3. Diharapkan Kepolisian Negara Republik Indonesia memberikan latihan

persiapan mental untuk menghadapi masa pensiun bagi anggotanya untuk

menghindari terjadinya depresi pada masa pensiun

(45)

33

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC

Dorland, W A Newman. 2004. Kamus Kedokteran edisi 29. Jakarta: EGC

Durand, V Mark dan Barlow, David H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal

edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Handi, P. 2004. Depresi dan Solusinya.Yogyakarta: Tugu Publiser

Maramis, Willy F dan Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran

Jiwa edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT

Nuh Jaya.

Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : UGM

Press

Nefid, Jefrey et all. 2002. Psikologi Abnormal Edisi 5 Jilid I. Jakarta:

Erlangga.

Polgar, Michael. 2011. Beck Depression Inventory.

http://www.minddisorders.com/A-Br/Beck-Depression-Inventory.html (21 Maret 2011)

Rahardi, Pudi. 2007. Hukum Kepolisian (Profesionalisme dan Reformasi

POLRI). Surabaya: Laksbang Mediatama

Sadock, Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Buku Ajar Psikiatri

Klinis edisi 2. Jakarta: EGC.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(46)

Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 2. Yogyakarta:

Percetakan Kanisius.

Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental edisi 5 jilid 3. Yogyakarta:

Percetakan Kanisius.

Fatmahwati, Sri. 1998. Studi Banding Derajat Kecemasan antara

Pensiunan yang Bekerja dan Tidak Bekerja. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret. Skripsi.

Taufiqurohman MA. 2009. Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu

kesehatan. Surakarta: UNS Press.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Kamus Besar

Bahasa Indonesia edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Gambar

Tabel 3. Hasil Komperatif Data dengan SPSS ....................................................
Gambar 2. Rancangan Penelitian .......................................................................
Gambar I. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. commit to user Rancangan Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Hutan Bayur, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 18 jenis jamur makroskopis anggota kelas

Target program PKM ini adalah sekelompok orang yang produktif secara ekonomi (usaha kecil). Program ini bertujuan untuk mengembangkan komunitas yang mandiri secara

Dengan demikian, serbuk ZrB2 memenuhi syarat sebagai bahan pelapis penyerap dapat bakar dari bahan bakar nuklir untuk reaktor daya tipe PWR.. Hal ini berarti

menggunakan model konvensional penulis menggunakan pembelajaran biasa saat ini ternyata hasilnya kurang memuaskan, karena kekeliruan dalam memandang proses

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa meskipun siswa mempersepsikan dirinya memiliki kapasitas yang cukup untuk membaca, namun ada suatu potensi yang

Hasil penelitian ini menunjukkan tekanan eksternal, ketidakefektifan pengawasan, opini audit, dan pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

Grice (dalam Rustono, 1999:77) menyebutkan bahwa implikatur percakapan adalah implikasi pragmatis yang terdapat di dalam percakapan yang timbul sebagai akibat