PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA REMAJA YANG TIDAK PUNYA AYAH DENGAN TIDAK PUNYA IBU
DI PANTI ASUHAN YATIM YAYASAN NUR HIDAYAH ISLAMIC CENTRE JALAN PISANG NO.12 KERTEN LAWEYAN
SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
AYU KURNIA PURWARASARI J500 090 068
FAKULTAS KEDOKTERAN
ABSTRAK
AYU KURNIA PURWARASARI, 2013. PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA REMAJA YANG TIDAK PUNYA AYAH DENGAN TIDAK PUNYA IBU DI PANTI ASUHAN YATIM YAYASAN NUR HIDAYAH ISLAMIC CENTRE JALAN PISANG NO.12 KERTEN LAWEYAN SURAKARTA.
Latar Belakang: Keluarga merupakan lingkungan utama bagi perkembangan anak. Tumbuh kembang remaja yang baik memerlukan kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan pembinaan yang bersifat kejiwaan dari orang tua. Kematian orang tua menyebabkan peran orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani menyebabkan terganggunya tumbuh kembang dan berisiko mengalami depresi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat depresi pada remaja yang tidak punya ayah dengan tidak punya ibu di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dari pengambilan sampel secara simple random sampling. Data yang dapat dianalisis sebanyak 60 sampel. Penelitian ini menggunakan kuesioner BDI untuk mengukur ada tidaknya depresi yang terdiri dari 21 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban sesuai dengan gejala depresi. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square.
Hasil: Dari uji Chi-square didapatkan p=0,002 (p=<0,05). Artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap tingkat depresi pada remaja yang tidak punya ayah dengan tidak punya ibu.
Saran: Memberikan perhatian, kasih sayang, pendidikan, dan pembinaan yang bersifat kejiwaan bagi remaja agar dapat beradaptasi dan menerima kondisi keluarga yang tidak utuh sehingga dapat menurunkan angka kejadian depresi akibat kematian ayah/ibunya.
ABSTRACT
AYU KURNIA PURWARASARI, 2013. THE DIFFERENCE OF DEPRESSION LEVELS IN ADOLESCENT WHO HAS NOT A FATHER AND HAS NOT A MOTHER IN THE NUR HIDAYAH ISLAMIC CENTRE ORPHANAGE FOUNDATION JALAN PISANG NO.12 KERTEN LAWEYAN SURAKARTA. Background: Family is the primary environment for children's development. Good adolescent’s growth development need psychological love, attention, education, and guidance from parents. Parent's death caused parent can not be able to full fil the physical and spiritual needs that can affect growth and development and risk for major depression.
Objective: Knowing the difference of depression levels in adolescents who does not have a father and does not have a mother in the Nur Hidayah Islamic Centre Orphanage Foundation Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta.
Methods: This study was observational analytic with cross-sectional approach from simple random sampling method. The data that can be analyzed was 60 samples. This study used a BDI questionnaireto measure the presence or absence of depression which consist of 21 items of question with four alternative answers according to the symptoms of depression. Data was then analyzed using Chi-square test.
Results: From Chi-square test obtained p=0.002 (p=<0.05). This means that there is a significant difference to the level of depression in adolescents who does not have a father and does not have a mother.
Suggestion: Giving more attention, affection, education, and psychology coaching to adolescents in order to adapt and accept the conditions of incomplete families so that can reduce the incidence of depression which is caused by the death of the father / mother.
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa (Dinkes, 2006). Pada masa remaja banyak terjadi perubahan aspek biologis, psikologis, maupun sosial tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Depkes, 2004).
Sebagian besar populasi dunia lebih dari 1,75 miliar berusia antara 10 sampai 24 tahun (WHO, 2008). Satu dari setiap lima orang di dunia adalah remaja, dan 85% dari mereka tinggal di negara berkembang (WHO, 2008). Proyeksi penduduk remaja Indonesia tahun 2000-2025 oleh Bappenas umur 10-24 mencapai 64 juta pada tahun 2007 atau 28,6% dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Dan data BPS (2009) menyebutkan bahwa usia remaja sebesar 55% dari jumlah penduduk Indonesia 238.452.952 (Bappenas, 2011). Masa remaja dibagi menjadi tiga periode yang terdiri dari: masa remaja awal usia 10-14 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-16 tahun, dan masa remaja akhir usia 17-19 tahun (Depkes, 2004).
American Psychiatric Association (APA, 2000) memberikan definisi depresi merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Gejala psikis depresi seperti sedih, susah, tak berguna, gagal, putus asa, kehilangan, tak ada harapan, sulit konsentrasi, penyesalan yang patologis bahkan pikiran bunuh diri. Gejala somatik seperti anorekia, konstipasi, kulit lembab, tekanan darah dan nadi turun, tidak bersemangat (lesu), dan sulit tidur (Baihaqi dkk, 2005; Kusuma, 2006; Maramis, 2005). Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari (WHO, 2012).
Dari survei terbaru didapatkan bahwa depresi memiliki prevalensi paling tinggi (hampir 17%) dibandingkan gangguan jiwa lainnya (Sadock & Sadock, 2007). Setiap manusia yang lahir pastilah memiliki orang tua. Salah satu jaminan bagi tumbuh kembang anak agar sehat fisik, sosial dan religius adalah terwujudnya keluarga yang sehat dan bahagia (Hawari, 1999). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak (Depkes, 2004).
Walaupun depresi sudah dikenal sejak beberapa abad yang lalu, penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun telah diajukan sejumlah teori penting yaitu: faktor psikologis, biologis, teori genetik, dan berbagai faktor psikososial lainnya (Ardjana, 2007).
Pemenuhan kebutuhan afeksional oleh ayah dan ibu sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Seseorang yang kehilangan akan kebutuhan afeksional tersebut dapat jatuh dalam depresi (Hawari, 1999).
Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tingginya kualitas interaksi dengan ayah memprediksi kesehatan bayi lebih baik (Carr & Springer (2010). Penelitian lain oleh Rutter (1980) dengan hasil yang menyatakan bahwa anak laki-laki lebih banyak menunjukkan berbagai gangguan jiwa ketimbang anak perempuan manakala ayahnya meninggal (Hawari, 1999).
tidak punya ibu di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta ?”.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat depresi pada remaja yang tidak punya ayah dengan tidak punya ibu di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta. Sampel dalam penelitian ini ialah remaja laki-laki maupun perempuan yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Desember 2012 sebanyak 60 sampel, dimana pengambilan sampel tersebut dengan cara teknik simple random sampling. Kriteria inklusinya: remaja di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta pada bulan Desember 2012, remaja yang tidak punya ayah atau tidak punya ibu dikarenakan meninggal dunia, dan berusia 10–14 tahun. Penelitian ini dilakukan pada 6 Desember 2012. Analisis data ditampilkan dengan tabel 2 x 2, dan kemudian dianalisa dengan bantuan software SPSS 19 for Windows yakni dengan uji Chi-square.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Ketidakpunyaan Orang tua
Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
N % N % N %
Tidak punya ayah 15 25 15 25 30 50
Tidak punya ibu 15 25 15 25 30 50
Total 60 100
Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian
2. Analisis Data
Tabel 3. Data Uji Non Parametrik Chi-square
Uji yang digunakan adalah uji Chi-square (uji parametik) karena data pada penelitian ini adalah komparatif, tidak berpasangan dan dua kelompok. Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi maka dilakukan uji alternatif yaitu uji Fisher (uji non parametik) (Dahlan, 2011).
Tabel 3 memperlihatkan responden yang tidak punya ayah dengan depresi sebanyak 23 orang (76,7%) dan yang tidak depresi sebanyak 7 orang (23,3%), dengan keseluruhan responden sebanyak 30 orang. Sedangkan responden yang tidak punya ibu dengan depresi sebanyak 11 orang (36,66%) dan yang tidak depresi sebanyak 19 orang (63,33%) dengan jumlah keseluruhan responden sebanyak 30 orang. Jadi, dengan adanya jumlah sampel yang sama pada masing-masing kelompok penelitian maka diharapkan akan didapatkan hasil yang fair atau tidak timpang sebelah sehingga data hasil penelitian ini valid untuk dinilai. Tabel 3 menggambarkan deskripsi masing-masing sel untuk nilai observed dan expected. Nilai observed untuk sel a, b, c, d masing-masing 23, 7, 11, 19 sedangkan nilai expected-nya masing-masing 17,0; 13,0; 17,0; 13,0. Tabel 2x2 ini layak untuk diuji dengan Chi-square karena tidak ada nilai expected yang kurang dari lima. Nilai yang digunakan untuk menunjukkan nilai signifikasi dalam penelitian ini adalah nilai Pearson Chi-square (p) sebesar 0,002 maka, sehingga dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi pada remaja yang tidak punya ayah dengan tidak punya ibu di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta.
B. Pembahasan
Depresi merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri (APA, 2000). Gejala psikis depresi seperti sedih, susah, tak berguna, gagal, putus
Tingkat depresi
Total
p Depresi Tidak Depresi
N % N % N %
Tidak punya ayah
Expected Count 23 17,0
76,7 7 13,0
23,3 30 30,0
50
0,002 Tidak punya ibu
Expected Count 11 17,0
36,7 19 13,0
asa, kehilangan, tak ada harapan, sulit konsentrasi, penyesalan yang patologis bahkan pikiran bunuh diri. Gejala somatik seperti anorekia, konstipasi, kulit lembab, tekanan darah dan nadi turun, tidak bersemangat (lesu), dan sulit tidur (Baihaqi dkk, 2005; Kusuma, 2006; Maramis, 2005). Ada teori yang mengatakan adanya stres sebelum episode pertama menyebabkan perubahan biologis otak yang bertahan lama. Perubahan ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmitter dan sistem sinyal intraneuron termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya, seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood, sekalipun tanpa stresor dari luar. Data paling mendukung berhubungan dengan peristiwa kehidupan yang paling sering berhubungan dengan depresi adalah kehilangan orang tua sebelum berusia 11 tahun (Ismail & Siste, 2010).
Setiap manusia yang lahir pastilah memiliki orang tua. Salah satu jaminan bagi tumbuh kembang anak agar sehat fisik, sosial dan religius dalam menghadapi era globalisasi adalah terwujudnya keluarga yang sehat dan bahagia (Hawari, 1999). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak (Depkes, 2004).
Bobot pengetahuan orang tua (ayah/ibu) terhadap perkembangan anak berbeda-beda. Pada anak usia balita peran ibu jauh lebih penting dan dominan daripada ayah, pada anak usia antara 6-13 tahun (pra puber) peran ibu dan ayah mulai seimbang, sedangkan pada anak usia puber (14-18 tahun) peran ayah lebih penting dan dominan. Pada usia puber wibawa ibu biasanya sudah menurun, anak kurang patuh dan mendengar kata-kata ibunya. Pada masa demikianlah ayah lebih banyak tampil ke depan (Hawari, 1999).
Dikatakan Lederer bahwa kasih sayang ibu tidak bersyarat, kasih sayang ayah adalah atas dasar tuntutan dan bersyarat terhadap prestasi. Kekurangan peran ayah akan mengakibatkan kekurangan kamampuan daya juang pada anak. Kemampuan adaptasi juga jelek. Anak yang kurang mendapat kasih sayang ayah akan mudah mengalami depresi (Notosoedirdjo & Latipun, 2011).
instrumental, pemeliharaan, perhatian, dan persahabatan sehingga meningkatkan harga diri anak, kepuasan hidup, dan kompetensi sosial serta pemenuh ekonomi keluarga oleh ayah.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Terdapat perbedaan tingkat depresi dimana remaja yang tidak punya ayah lebih depresi dibandingkan dengan remaja yang tidak punya ibu di Panti Asuhan Yatim Yayasan Nur Hidayah Islamic Centre Jalan Pisang No.12 Kerten Laweyan Surakarta.
B. Saran
1. Setiap anak panti perlu figur orang tua sehingga dapat meminimalkan depresi pada anak panti.
2. Perlu diberikan perhatian, kasih sayang, pendidikan, pembinaan yang bersifat kejiwaan pada remaja panti guna meminimalkan terjadinya depresi pada remaja.
3. Remaja panti harus lebih mandiri setelah kematian ayah atau ibunya dan terus berprestasi serta tetap semangat menjalani hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an., QS. Ali Imran: 139
Alper, A., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 1. 20th ed. Jakarta: EGC. pp. 42-45
American Psychiatric Association (APA)., 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV-TR). Fourth Edition. WashingtonDC: APA. www.psycnet.apa.org diakses tanggal 7 Agustus 2012
Amir, N., 2007. Depresi pada Kondisi Medis Umum, dalam: Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 112
Ardjana, I. G., 2007. Gangguan Depresi, dalam: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahnnya. Cetakan Kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto. pp.219-227
Baihaqi dkk., 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama. pp.105-113
Baharits, A., 2005. Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-Laki. Cetakan Kedua. Jakarta: Gema Insani Press. pp. 28-50
Bappenas., 2011. Remaja Indonesia dan Permasalahan Kesehatan Reproduksi. http://www.bappenas.go.id diakses tanggal 6 November 2012
Beck, A. T, & Steve R., 1996. Comparison of Beck Depression Inventories IA and II in Psychiatric Outpatients. Journal of Personality Assessement. 67(3): 588-597
Ben Porath, Y. & Tellegen, A., 2008. MMPI-2-RF (Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2): Manual for administration, scoring, and interpretation. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Brant, D. & Birmaher, B., 2002. Adolescent Depression. N. Engl. J. Med. 347: 667-671
Carr, D. & Springer, KW., 2010. Advances in Families and Health Research in The 21st Century. Journal of Marriage and Family. 72: 743-761
Dahlan, M. S., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. pp. 18-19
Departemen Kesehatan RI., 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. pp. 150-156
Departemen Kesehatan RI., 2009. Kesehatan Jiwa sebagai Prioritas Global. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/392-kesehatan-jiwa-sebagai-prioritas-global-2009.html diakses tanggal 26 Juni 2012
Departemen Kesehatan RI., 2010. Perempuan Dua Kali Lebih Banyak Terkena Gangguan Jiwa Ringan dibandingkan Laki-Laki. http://www.depkes.go.id/ index.php/berita/press-release/1101-perempuan-dua-kali-lebih-banyak-terkena-gangguan-jiwa-ringan-dibandingkan-laki-laki.html diakses tanggal 26 Juni 2012
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., 2006. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jateng%202006.pdf diakses tanggal 26 Juni 2012
Friedman, R., 2012. Grief, Depression and DSM-5. N. Engl. J. Med. 366: 1855-1857
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. pp. 275-279
Harris, KM. Furstenberg, FF Jr. Marmer, JK., 1998. Paternal Involvement with Adolescents in Intact Families: The Influence of Fathers Over The Life Course. N. Engl. J. Med.35 (2): 201-216
Hawari, D., 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 85-92
Hawari, D., 2005. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 113-125
Hawari, D., 1999. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. pp. 202-217
Hurlock, B. E., 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. pp. 146-179, 246-313
Ismail, R. & Siste, K., 2010. Gangguan Depresi, dalam: Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. pp. 209-229
Jones, David., 2011. Depression Public Healt Agency of Canada. http://www.phac-aspc.gc.ca/cd-mc/mi-mm/depression-eng.php diakses tanggal 20 Desember 2012
Kusuma, W., 2006. Dari A sampai Z Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Jakarta: Professional Books. pp. 243-244
Maramis, W. F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan Kesembilan. Surabaya: Airlangga University Press. pp. 107
McCarty, C. A., 2008. Adolescent School Failure Predicts Depression among Girls. J Adolesc Health. 43 (2): 180-187
Neal, M. J., 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. pp. 60-63
Notosoedirdjo, M. & Latipun., 2011. Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Edisi Keempat. Malang: UMM Press. pp. 201-217
Rachmadita, S., 2011. Depresi. ml.scribd.com/doc/74258715/Depresi diakses tanggal 14 Juli 2012.
Rudyanto, M., 2000. Pengaruh Perceraian Orang tua terhadap Anak, dalam: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. pp. 44-49
Sadock, B. J. & Sadock, V. A., 2007. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Setyawati, Y., 2010. Waspada Bahaya Depresi pada Anak dan Remaja. http://medicastore.com/health/7/Waspada_Bahaya%20DepresiPadaAnak dan%20Remaja. html diakses tanggal 14 Juni 2012
Shopia, E., 2009. Depresi pada Remaja. http://medicastore.com/artikel/276/ DepresipadaRemaja.html diakses tanggal 15 Juni 2012
Soetjiningsih., 2007. Pertumbuhan Somatik pada Remaja, dalam: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung seto pp 1-14 Tomb, D. A., 2004. Buku Saku Psikiatri/David A. Tomb. Edisi Keenam. Jakarta:
EGC. pp. 116
WHO., 2008. Adolescent Health. http://www.who.int/features/factfiles/adolescent_ health/en/ diakses tanggal 6 November 2012
WHO., 2012. Depression. http://www.who.int/mentalhealth/management/ depression/definition/en/ diakses tanggal 26 Mei 2012