• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Reproduksi Serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur Dan Tris Soya Pada Pejantan Sapi Pasundan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Reproduksi Serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur Dan Tris Soya Pada Pejantan Sapi Pasundan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI REPRODUKSI SERTA KEBERHASILAN

PEMBEKUAN SEMEN MENGGUNAKAN PENGENCER

TRIS KUNING TELUR DAN TRIS

SOYA

PADA

PEJANTAN SAPI PASUNDAN

ABDULLAH BAHARUN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Potensi Reproduksi serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

ABDULLAH BAHARUN. Potensi Reproduksi serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan. Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan TUTY L YUSUF.

Pelestarian sumberdaya genetik ternak lokal Indonesia melalui pengkajian potensi reproduksi pejantan sapi pasundan belum pernah dilaporkan di Indonesia, meskipun pemerintah telah menetapkan sebagai salah satu sapi lokal. Sapi pasundan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan relatif tahan terhadap penyakit tropis.

Tujuan penelitian ini untuk mengukur potensi reproduksi sapi pasundan jantan melalui hubungan antara morfometri testis dengan produksi spermatozoa, dan mempelajari karakteristik spermatozoa dan kemampuan bertahan spermatozoa terhadap pembekuan (freezing capability) menggunakan pengencer Tris kuning telur dan Tris soya dibandingkan dengan AndroMed®. Penelitian terdiri atas tiga tahapan, yaitu 1) pengukuran bobot badan, panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lingkar skrotum, pengamatan libido dibandingkan dengan kualitas semen. 2) Karakteristik semen segar, secara makroskopik dan mikroskopis menggunakan computer assisted sperm analyzed (CASA, AndroVision®). 3) Kemampuan spermatozoa bertahan dalam proses pembekuan menggunakan pengencer Tris kuning telur, Tris soya dibandingkan dengan AndroMed®.

Empat belas ekor sapi pasundan jantan dengan kisaran umur 3 sampai 5 tahun digunakan pada tahap 1 untuk parameter bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak, lingkar skrotum, dan libido. Sebanyak empat ekor digunakan sebagai sumber semen untuk tahap 2 dan 3. Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan dua kali dalam seminggu. Semen yang diperoleh segera dievaluasi secara makroskopis dan mikroskopis. Semen yang memiliki motilitas >70% dengan konsentrasi >800×106/ml dan abnormalitas spermatozoa <20% dibagi tiga bagian, masing-masing diencerkan menjadi 100×106 per ml, menggunakan pengencer Tris kuning telur dan Tris soya dan AndroMed®. Semen yang telah diencerkan, diekuilibrasi pada suhu 5 oC selama 4 jam, dan dikemas dalam straw 0.25 ml. Straw dibekukan dalam uap nitrogen cair selama 10 menit dan disimpan dalam kontainer untuk pengujian lebih lanjut. Pengujian motilitas dilakukan menggunakan Androvision® pada semen segar, setelah pengenceran, setelah ekuilibrasi dan postthawing.

(5)

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara produksi spermatozoa dengan lingkar skrotum dan libido pada sapi pasundan.

Pada tahap 3 kualitas semen beku post thawing sapi pasundan menunjukkan motilitas progresif dalam pengencer Tris soya (39.34±6.33%) lebih rendah (P<0.05) dibandingkan dengan pengencer AndroMed® (58.64±0.72%). Pengencer TKT (49.45±1.22%) memiliki nilai yang hampir sama (P>0.05) dibandingkan pengecer AndroMed®. Rerata penurunan motilitas progresif selama proses pembekuan pada sapi pasundan adalah sebesar 33.27±5.57% Kesimpulan dari penelitian ini adalah sapi pasundan jantan memiliki potensi reproduksi yang baik untuk diproses menjadi semen beku. Diperlukan penelitan lebih lanjut untuk mencari komposisi yang tepat pada pengencer Tris soya.

(6)

SUMMARY

ABDULLAH BAHARUN. Reproductive Potentials and Freezing Capability of Pasundan Bull Semen Using Tris Egg Yolk and Tris Soy Extender. Supervised by R. IIS ARIFIANTINI and TUTY L YUSUF.

The genetic conservation of Indonesian local cattle resources through reviewing the potential reproductive of pasundan bulls has not been reported, even the government have already enroll as the local Indonesian cattle. Pasundan cattle known easy to adapt with local environment and relative resistant’s to tropical diseases.

The study aims to measure the reproductive potential of pasundan bulls cattle through the relationships between testicle morphometric with sperm production, to study the semen characteristics and freezing capability of pasundan bulls sperm using Tris egg yolk, Tris soy extender with commercial extender (AndroMed®). The research consist of three phases; 1) Characteritic of Pasundan bulls by measurement body weight, body length, chest depth, hip height, scrotal circumference and libido scoring. 2) Characteristics of fresh semen; semen was evaluate macroscopic and microscopically. Characteristic of sperm movements was evaluate using computer assisted sperm analyzed (CASA, AndroVision®). 3) Freezing capability of pasundan bull spermatozoa using Tris egg yolk, Tris soy extender with AndroMed®.

Fourteen sexually mature bulls aged 3 to 5 years old were used for characteristic of pasundan bulls and four head used as semen source. Semen was collected using artificial vagina, and evaluate macros and microscopycally. Semen showed >70% spermatozoa motility, >800×106/ml spermatozoa concentration and <20% spermatozoa abnormality used in this study. Semen were diluted with Tris egg yolk (TEY), Tris soy (TS) and AndroMed® to final concentration of 100×106/ml (25×106/straw), equilibrated at 5 °C for 4 hours packed in straw and freeze in liquid nitrogen vapor for 10 minutes and stored in liquid nitrogen tank for further evaluation. The spermatozoa motility of fresh, after equilibration and after freezing were performed using AndroVision®.

The result showed that pasundan bulls ages 3-5 years old, having 306.08±10.86 kg of body weight, 119.46±1.72 cm of body length, 151.84±1.96 cm of chest depth, 118.46±1.37 cm of hip height. Scrotal circumference was 25.46±0.51 cm, and 3.00±0.00 of libido scoring (scale 1 to 3). Characteristic of pasundan bull fresh semen were 3.80±0.58 ml in semen volume, milky-white to creamy in colour, tin to tick in consistency, and pH of 6.43±0.08. Microscopically showed mass activity from ++ to +++ with 82.41±2.97% of progressive sperm motility. Sperm concentration, viability, abnormality and intact membrane were 1355.85±6×106/ml, 84.37±1.05%, 11.13±0.39% and, 84.89±1.00% respectively. There were no correlation between scrotal circumference with spermatozoa production, and libido scoring.

(7)

potentials and freezing capability of spermatozoa in Tris eggyolk is not differ than commercial extender. Future study needed to find suitable buffer composition for Tris soy especially to determine of soya source and its composition.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Biologi Reproduksi

POTENSI REPRODUKSI SERTA KEBERHASILAN

PEMBEKUAN SEMEN MENGGUNAKAN PENGENCER

TRIS KUNING TELUR DAN TRIS

SOYA

PADA

PEJANTAN SAPI PASUNDAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)

Judul Penelitian : Potensi Reproduksi serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan

Nama : Abdullah Baharun NRP : B352130111

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi Ketua

Prof Dr drh Tuty L Yusuf, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Biologi Reproduksi

Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah potensi reproduksi, dengan judul Potensi Reproduksi serta Keberhasilan Pembekuan Semen Menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof DR Dra R Iis Arifiantini, MSi dan Prof Dr drh Tuty L Yusuf, MS selaku pembimbing dan motivator yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk dapat membimbing penulis. Kepada Ketua Program Studi Biologi Reproduksi Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi dan Prof Dr drh Iman Supriatna selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini. Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Ir Henderiana L L Belli, MS PhD dan Dr W Marlen M Nalley, MSi yang telah mengarahkan dan sekaligus menjadi ibu untuk penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Ir Dody Firman Nugraha dan Bapak drh Susanto beserta staf Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis, serta Ibu Rita dan Ibu Ai sebagai staf di Laborotarium Inseminasi Buatan Ciamis, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu drh Iin Indasari yang telah banyak memberi masukan dan motivasi. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Ayahanda Ali Baharun, Ibunda Erna Bandung Syafur, serta seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada paman saya Alimuddin untuk motivasi dan dukungannya. Ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman Biologi Reproduksi dan Ilmu Biomedis Hewan angkatan 2013.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 2

Tujuan 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Karakteristik Sapi Pasundan 3

Morfometri Testis Sapi Pasundan 4

Libido Sapi Pasundan 5

Karakteristik Semen Sapi Pasundan 6

Kriopreservasi Semen 7

Pengencer Semen Sapi 8

Pengencer Tris Kuning Telur 9

Pengencer Tris Soya 9

Pengencer AndroMed® 10

3 MATERI DAN METODE 11

Tempat dan Waktu Penelitian 11

Hewan Penelitian 11

Penelitian I. Potensi Produksi Spermatozoa Sapi Pasundan dan

Hubungannya dengan Lingkar Skrotum dan Keinginan Kawin 11

Karakteristik Semen Sapi Pasundan 12

Penelitian II. Daya Tahan Spermatozoa Sapi Pasundan dalam Proses Pembekuan menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur, Tris Soya

dan AndroMed® 13

Analisis Data 15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 16

Keadaan Umum Ternak Penelitian 16

Umur, Bobot Badan dan Ukuran Tubuh 16

Hubungan Lingkar Skrotum dengan Produksi Spermatozoa dan Libido

Sapi Pasundan 18

Kualitas Semen Segar Sapi Pasundan 20

Kualitas Semen Beku Sapi Pasundan 22

Kualitas Semen Beku Sapi Pasundan pada Berbagai Tahapan

(14)

Pengaruh Bahan Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi

Pasundan 24

Daya Tahan Spermatozoa Sapi Pasundan Terhadap Proses Pembekuan 25

5 SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

(15)

DAFTAR TABEL

1 Respon libido sapi pasundan 12

2 Komposisi buffer 14

3 Komposisi bahan pengencer semen beku sapi pasundan 14 4 Rerata umur, bobot badan, ukuran tubuh, lingkar skrotum dan libido

sapi pasundan 16

5 Rerata lingkar skrotum, kualitas spermatozoa, dan libido sapi pasundan 18 6 Korelasi antara lingkar skrotum dengan kualitas semen dan libido 19

7 Kualitas semen segar sapi pasundan 21

8 Karakteristik gerakan spermatozoa semen segar sapi pasundan 22

9 Kualitas semen beku post thawing 22

10 Penurunan motilitas, spermatozoa sapi pasundan selama proses

pengolahan 24

11 Recovery rate semen beku sapi pasundan post twahing 26 12 Longivitas semen beku sapi pasundan post thawing (motilitas 10%) 27

DAFTAR GAMBAR

1 Sapi pasundan di BPPT Sapi Potong Ciamis 4

2 Motilitas dan viabilitas spermatozoa sapi pasundan post thawing pada

tiap jam pengamatan dalam tiga bahan pengencer 27

DAFTAR LAMPIRAN

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di Indonesia diperlukan pengembangan ternak sapi khususnya sapi potong lokal. Salah satu sapi potong lokal tersebut adalah sapi pasundan yang secara genetik memiliki gen yang khas sapi bali, sapi jawa, sapi ongole dan sapi madura. Sapi pasundan telah ditetapkan sebagai salah satu plasma nutfah sapi potong lokal Indonesia khususnya di daerah. Jawa Barat melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1051/ kpts/ SR.120/ 10/ 2014. Sapi pasundan memiliki karakteristik mudah beradaptasi dengan lingkungan, mudah dipelihara, memiliki kualitas karkas yang baik, dan relatif tahan terhadap penyakit tropis.

Populasi sapi pasundan terdapat sekitar 52 540 ekor yang tersebar di beberapa kabupaten yakni di Ciamis (535 ekor), Pangandaran (5 130 ekor), Tasikmalaya (7 231 ekor), Cianjur (10 346 ekor), Sukabumi (12 897 ekor), Garut (1 842 ekor), Purwakarta (2 788 ekor), Kuningan (7 218 ekor), dan Majalengka (4 553 ekor) (Dinas Peternakan Jawa Barat 2014). Pemerintah provinsi Jawa Barat mencanangkan perbaikan mutu genetik untuk sapi ini melalui teknologi reproduksi yaitu program inseminasi buatan (IB) menggunakan bibit sapi pasundan jantan hasil seleksi dengan pusat produksi semen beku di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD Ciamis-Jawa Barat).

Untuk tujuan IB produksi semen harus menggunakan jantan hasil seleksi, di antaranya melalui breeding soundness examination (BSE) dengan cara mengamati kapasitas reproduksi seperti morfometri testis, pengamatan libido (keinginan kawin) dan kualitas semen. Dalam penilaian kualitas semen, kemampuan bertahan hidup spermatoza pada saat proses pembekuan (freezing cability) merupakan hal yang perlu diketahui karena sangat berpengaruh terhadap kualitas semen post thawing. Proses pembekuan semen (kriopreservasi) akan menurunkan kualitas semen akibat pemberian pengencer yang hiperosmotik dan perubahan suhu yang terjadi selama pembekuan. Kemampuan bertahan hidup terhadap proses pembekuan juga dipengaruhi oleh individu ternak (Arifiantini et al. 2014), teknik pembekuan, jenis dan konsentrasi krioprotektan yang digunakan (Aboagla dan Terada 2004) serta jenis bahan pengencer yang digunakan (Arifiantini et al. 2010). Semen yang dibekukan akan mengalami kerusakan sekitar 40%, sehingga untuk menghasilkan semen beku yang terjamin kualitasnya, dibutuhkan bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pendinginan, pembekuan maupun pada saat thawing (Aboagla dan Terada 2004).

(18)

2

konsepsi yang cukup tinggi. Pengencer modifikasi tersebut mengandung buffer Tris (hydroxymethyl) aminometan yang secara universal digunakan untuk semen beku pada berbagai ternak di antaranya pada, semen kambing (Tambing 2004), semen domba (Rizal et al. 2003), semen rusa (Saenz 2007), semen anjing (Yildiz et al. 2000) dan semen kerbau (Asr et al. 2011).

Tris kuning telur sampai saat ini percaya lebih mampu menjaga stabilitas

membran plasma dibandingkan dengan Tris soya dengan komposisi utama berupa

protein yang terkandung dalam kuning telur, sehingga kerusakan spermatozoa

dapat diminimalisir dengan baik. Meskipun demikian, pengencer Tris soya

memberikan harapan untuk dapat digunakan sebagai pengencer berbasis lesitin nabati untuk pengencer semen.

Mengingat potensi reproduksi sapi pasundan jantan saat ini belum dipelajari secara komprehensif dan untuk eksistensinya sebagai sapi potong yang berpotensi serta pentingnya seleksi sapi jantan pasundan untuk menjadi pejantan di BIBD Ciamis, penelitian ini bertujuan untuk mengukur potensi reproduksi sapi pasundan melalui hubungan antara morfometri testis dengan produksi spermatozoa, dan juga mempelajari karakteristik semen dengan kemampuan daya tahan spermatozoa selama proses pembekuan menggunakan pengencer Tris kuning telur dan Tris soya dibandingkan dengan AndroMed®.

Kerangka Pemikiran

Konsentrasi spermatozoa ditentukan oleh besar dan aktivitas testis. Lingkar skrotum berhubungan dengan potensi substansi fungsional tubuli seminiferi yang dapat dipengaruhi oleh mutu genetik dan kondisi tubuh sesuai dengan asupan nutrisi yang diperoleh jantan tersebut. Libido dan tingkah laku kawin pejantan dipengaruhi karena faktor genetik dan manajemen yang baik serta didukung oleh kondisi hormonalnya.

Untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas, dibutuhkan bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pembekuan maupun pada saat thawing. Pengencer Tris kuning telur mengandung bahan atau zat yang diperlukan oleh spermatozoa sebagai sumber nutrisi dalam kuning telur yang dapat digunakan spermatozoa sebagai sumber energi serta mengandung protein yang dapat menjaga stabilitas membran plasma

spermatozoa. Tris soya mengandung protein asal nabati berbasis lesitin yang memberikan harapan untuk dapat melindungi spermatozoa selama proses pembekuan.

(19)

3 Tujuan

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi reproduksi sapi pasundan, dan tujuan khususnya adalah :

1. Mengukur potensi reproduksi sapi pasundan melalui hubungan antara morfometri testis dengan produksi spermatozoa dan libido.

2. Mempelajari karakteristik semen dan kemampuan spermatozoa bertahan dalam proses pembekuan menggunakan pengencer Tris kuning telur, Tris soya dibandingkan dengan AndroMed®.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi reproduksi dan bahan pengencer yang cocok untuk meningkatkan kualitas semen beku sapi pasundan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Sapi Pasundan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/ kpts/ SR. 1230/ 10/ 2014 menetapkan sapi pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat. Sapi pasundan merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan, serta mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun sapi asli atau sapi lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumberdaya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

(20)

4

memiliki ukuran tubuh (tinggi pundak, panjang badan, dan lingkar dada) masing-masing adalah 109.74±6.30 cm, 110.09±9.80 cm, dan 138.22±11.85 dengan bobot badan 220.30±22.00 kg.

Morfometri Testis Sapi Pasundan

Sapi jantan akan mengalami perkembangan organ reproduksi selaras dengan pertambahan umur perkembangan kondisi badan ternak selama pencapaian masa pubertas dan dewasa tubuh. Salah satu bagian terpenting dari organ kelamin jantan adalah testis. Secara anatomi dan morfologi testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal yang disebut tunica albugenia. Menurut Aku et al. (2013) bahwa potensi reproduksi sapi jantan dapat dinilai berdasarkan kondisi organ testis. Testis merupakan tempat pembentukan spermatozoa dan produksi hormon kelamin jantan. Testis tersebut dibungkus oleh skrotum yang mencerminkan ukuran testis dan menyatakan banyaknya jaringan atau tubulus seminiferus yang berfungsi untuk memproduksi spermatozoa (Kuswahyuni 2009).

Hasil penelitian Noviana et al. (2009) memperoleh ukuran testis akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Akan tetapi, pada saat hewan mencapai dewasa tubuh ukuran testis akan mencapai angka yang tetap dan tidak berubah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa berat testis berkolerasi positif dengan berat epididimis dan volume testis mempunyai kolerasi positif dengan keliling kauda epididimis.

Kesuburan sapi jantan dapat diukur dengan menguji lingkar skrotum dan kuantitas dan kualitas semen (Hafez dan Hafez 2000). Lingkar skrotum memiliki korelasi yang signifikan dengan produksi semen yakni volume ejakulasi (Field dan Taylor 2003) dan jumlah spermatozoa per ejakulasi (Blockey 1980). Menurut Soeroso dan Duma (2006) setiap kenaikan 1 cm ukuran lingkar skrotum maka terjadi peningkatan sebesar 0.18 unit skor warna dan konsistensi cairan epididimis, sedangkan konsistensi semen, viabilitas, abnormal dan motilitas spermatozoa berhubungan erat dengan ukuran lingkar skrotum pada sapi bali. Setiap kenaikan 1 cm ukuran lingkar skrotum maka konsentrasi spermatozoa mengalami kenaikan sebesar 0.15x109 per ml, persentase viabilitas menurun sebesar 0.22%, sperma abnormal primer menurun 0.25% dan skor gelombang massa meningkat 0.18 unit.

(21)

5 Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lingkar skrotum dengan kapasitas testis pada sapi, hal ini berhubungan dengan semakin tinggi konsentrasi tubulus seminiferus maka produksi substrat-substrat yang mengatur dan menjalankan kegiatan reproduksi menjadi lebih baik (Hastono dan Arifin 2008). Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran lingkar skrotum tidak berhubungan positif dengan volume semen, konsentrasi, dan motilitas spermatozoa pada sapi Limousin dan Simmental (Prayogo et al. 2013). Lebih lanjut tidak adanya korelasi antara lingkar skrotum dengan konsentrasi spermatozoa pada domba garut, namun adanya korelasi antara bobot badan dengan lingkar skrotum yang mana semakin besar bobot badan, semakin besar pula lingkar skrotum tetapi tidak berdampak terhadap kualitas semen dan kadar testosteron dalam darah domba garut (Hastono dan Arifin 2008).

Libido Sapi Pasundan

Salah satu aspek kelakuan kawin yang menggambarkan keberhasilan reproduksi seekor pejantan dalam melayani betina adalah libido. Libido adalah tingkat kemampuan seekor pejantan untuk mengawini hewan betina atau dikoleksi menggunakan vagina buatan. Libido yang tinggi sangat penting untuk menjamin tingginya angka konsepsi yang dicapai dari sekelompok betina yang dikawini (Wodzicka et al. 1991).

Uji libido atau kemampuan kawin dari seekor pejantan dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1) jumlah kawin per satuan unit waktu (termasuk uji kelelahan), (2) waktu reaksi atau waktu saat perkenalan pejantan dan betina sampai dengan perkawinan pertama, (3) periode waktu antara satu perkawinan dengan perkawinan berikutnya, dan (4) skor secara subyektif. Farin et al. (1989) mengelompokkan ternak menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat libidonya. Skor 9 sampai 10 adalah untuk ternak-ternak yang mempunyai libido tinggi, skor 6.0 sampai 8.5 untuk ternak berlibido sedang dan skor kurang dari 6 untuk berlibido rendah.

Menurut Hoflack et al. (2006) libido dapat diamati berdasarkan interval waktu yang menggambarkan waktu reaksi dari pejantan yaitu waktu pertama kali mendekati betina, menaiki pertama kalinya sampai dengan ereksi yang diekspresikan dalam satuan waktu (detik). Farin et al. (1989) menyatakan bahwa adanya hubungan yang erat antara libido dengan kesuburan kelompok betina yang dikawini. Mereka mencatat bahwa pejantan yang memiliki libido tinggi (skor 9 sampai 10) mengawini lebih banyak betina (81.3 vs 63.5%) dan menghasilkan angka kebuntingan yang lebih tinggi (36.5 vs 15.6%) dibandingkan pejantan berlibido sedang (skor 6.0 sampai 8.5) dan rendah (di bawah skor 6.0). Selain itu kondisi fisik ternak adalah penentu dalam ekspresi libido dan kapasitas kawin seekor pejantan. Selanjutnya penurunan libido dan kapasitas kawin disebabkan oleh penurunan kondisi fisik ternak.

(22)

6

Karakteristik Semen Sapi Pasundan

Menurut Ogbuewu et al. (2010) bahwa semen merupakan suspensi cairan seluler yang terdiri dari spermatozoa sebagai gamet jantan dan sekresi yang berasal dari kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap pada saluran reproduksi hewan jantan. Cairan yang terkandung dalam plasma semen yang dihasilkan pada saat ejakulat disebut plasma semen. Semen sapi pada umumnya terdiri atas dua bagian yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan cairan yang disekresikan terutama oleh kelenjar vesikularis dan kelenjar aksesoris lainya. Plasma semen berfungsi sebagai medium perjalanan spermatozoa dari saluran reproduksi jantan ke traktus reproduksi betina selama ejakulasi, sebagai medium aktivasi bagi spermatozoa non-motil dan menyediakan penyangga serta kaya akan makanan yang penting untuk mendukung hidup spermatozoa setelah deposisi ke traktus reproduksi betina. Plasma semen berwarna kuning yang disebabkan oleh sekresi riboflavin dari kelenjar vesikularis. Plasma semen yang komponen terbesarnya adalah air (75%), merupakan cairan netral dengan tekanan isotonik serta berisi substansi organik dan anorganik sebagai cadangan makanan dan perlindungan bagi spermatozoa.

Cairan isotonik plasma semen terutama dipertahankan oleh substansi organik seperti fruktosa, sorbitol, inositol, asam sitrat, gliserilfosforikolin, fosfolipid, prostaglandin, dan protein. Fruktosa merupakan sumber energi terbesar untuk spermatozoa dalam semen (Morrell 2010). Bearden dan Fuquay (2004) menyatakan bahwa komponen plasma semen terdiri atas glycosaminoglycan (GAG) yang merupakan suatu protein, natrium dan klorin yang berfungsi sebagai bahan anorganik, penyangga dan sebagai sumber energi bagi spermatozoa baik yang digunakan secara langsung seperti fruktosa dan sorbitol, maupun secara tidak langsung digunakan dalam bentuk glyceryl phosphoryln choline (GPC). Menurut Garner dan Hafez (2000) di dalam plasma semen terdapat asam sitrat dalam konsentrasi tinggi, ergotionin, fruktosa, GPC, dan sorbitol yang berfungsi sebagai energi cadangan apabila substrat yang lain telah habis. Selain itu terdapat pula asam amino, asam askorbat, protein, lipid, asam lemak dan beberapa enzim.

(23)

7 Kriopreservasi Semen

Kriopreservasi adalah proses pengawetan sel atau jaringan dengan pendinginan pada suhu di bawah 0 oC. Pada suhu terendah, aktivitas biologis termasuk reaksi biokimia yang mengakibatkan kematian sel, secara efektif dapat dikurangi atau terhenti, namun ketika cold shock terjadi, sel-sel yang diawetkan dapat rusak akibat pembekuan ke titik terendah dan thawing pada suhu kamar.

Fenomena utama selama proses kriopreservasi yang dapat menurunkan viabilitas sel spermatozoa adalah kejutan dingin (cold shock) dan perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang berkaitan dengan pembentukan kristal es. Selain itu ada faktor tambahan, yakni peroksidasi lipid dan faktor anti-beku pada plasma semen seperti egg-yolk coagulating enzyme, triglyserol lipase, dan faktor anti-motilitas. Kerusakan umum pada sel spermatozoa selama proses kriopreservasi akibat adanya fenomena tersebut adalah kerusakan mekanik yang ditandai dengan kerusakan organel sitoplasma atau pecah karena ekspansi es, konsentrasi larutan menjadi toksik dan tebal akibat adanya dehidrasi dari suspensi media baik intraseluler maupun ekstraseluler dan perubahan fisik serta kimiawi diantaranya presipitasi, denaturasi, koagulasi dari protein, disosiasi ion dan kehilangan sifat-sifat absorpsi atau sifat-sifat pengikat air (Paulenz et al. 2005).

Kejutan dingin (cold shock) mencakup kerusakan pada membran seluler dan perubahan dalam fungsi metabolik, yang kemungkinan disebabkan oleh perubahan dalam susunan struktur membran (Medeiros et al. 2002). Kejutan dingin terjadi karena adanya penurunan temperatur secara mendadak dari temperatur tubuh ke temperatur rendah (di bawah 0 οC) sehingga akan menurunkan viabilitas sel. Fenomena kejutan dingin berkaitan dengan fase transisi dari membran lipid yang menyebabkan terjadinya fase pemisahan dan penurunan sifat-sifat permeabilitas secara selektif dari membran biologik sel hidup (Watson 2000). Dijelaskan lebih lanjut bahwa tingkat sensitivitas sel terhadap kejutan dingin dipengaruhi oleh tingkat pendinginan dan interval suhu.

Efek kejutan dingin pada spermatozoa adalah penurunan aktivitas flagella, kerusakan organel intraseluler dan kerusakan membran sel (Drobnis et al. 1993). Ada dua tipe kerusakan pada sel akibat kejutan dingin dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung yang bersifat laten (Gazali dan Tambing 2002). Kerusakan langsung akan memengaruhi struktur dan fungsi seluler, misalnya penurunan proses metabolisme spermatozoa, sedangkan kerusakan tidak langsung sulit untuk diamati dan baru terlihat setelah proses pencairan kembali. Pengaruh utama dari kejutan dingin terhadap sel spermatozoa ialah penurunan motilitas dan daya hidup, perubahan permeabilitas dan perubahan komponen lipid pada membran. Jumlah spermatozoa motil mengalami penurunan disertai pelepasan enzim, perpindahan ion melewati membran, dan penurunan kandungan lipid seperti fosfolipid dan kolestrol yang sangat berperan dalam mempertahankan integritas membran plasma, serta penurunan kemampuan sel spermatozoa untuk mengontrol aliran Ca2+ (Ogbuewu et al. 2010).

(24)

8

dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang tidak mengalami pembekuan (Watson 2000).

Perubahan fisik di dalam sel selama kriopreservasi ada kaitannya dengan cooling rate atau derajat penurunan suhu. Prinsip utama cooling rate adalah kecepatan optimal yang dapat memberi kesempatan air keluar dari sel secara kontinyu bertahap sebagai respon sel terhadap kenaikan konsentrasi larutan ekstraseluler yang semakin tinggi di antara kristal-kristal es yang terbentuk. Jika cooling rate berlangsung lambat, air akan banyak keluar dari sel untuk mencapai keseimbangan potensial kimiawi air intra dan ekstraseluler serta terjadi dehidrasi untuk menghindari pembekuan intraseluler. Apabila medium pengencer didinginkan di bawah titik beku, maka kristal-kristal es bernukleasi dan air akan berkristalisasi sebagai es (Watson 2000). Jika cooling rate cepat, keseimbangan potensial air akan terganggu dan sel intraseluler membeku, dan cooling rate yang sangat cepat akan menyebabkan pembentukan kristal es yang halus intraseluler dimana mempunyai energi permukaan yang besar dan tidak stabil serta cenderung membentuk kristal-kristal es yang besar, akibatnya akan bersifat letal terhadap sel (Gazali dan Tambing 2002).

Efek yang ditimbulkan pada sel spermatozoa akibat pembentukan kristal es adalah penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke luar sel, dan kerusakan pada organel-organel sel, seperti lisosom dan mitokondria (Gazali dan Tambing 2002). Jika lisosom pecah akan mengeluarkan asam hidrolase sehingga akan mencerna bagian sel yang lain, sedangkan mitokondria rusak menyebabkan putusnya rantai oksidasi. Organel mitokondria mempunyai peranan sebagai sumber energi yang akan menggertak mikrotubul sehingga terjadi pergesekan di antara mikrotubul dan akibatnya spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motile progresive).

Pengencer Semen Sapi

Dalam menjamin kebutuhan fisik dan kimia sehingga spermatozoa dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya selama proses kriopreservasi maka harus ditambahkan bahan pengencer. Syarat bahan pengencer antara lain mengandung unsur-unsur yang hampir sama dengan sifat fisik dan kimia semen, tidak boleh mengandung zat-zat yang bersifat racun baik terhadap spermatozoa maupun terhadap saluran kelamin hewan betina, dan tetap mempertahankan serta tidak membatasi daya fertilitas spermatozoa (Purdy 2006).

Bahan pengencer semen mempunyai fungsi, antara lain sebagai sumber energi, melindungi spermatozoa terhadap kerusakan akibat pendinginan yang cepat (anti cold shock), sebagai penyangga (buffer) yang mencegah efek membahayakan terhadap perubahan pH akibat terbentuknya asam laktat, mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit, menghambat pertumbuhan bakteri, menambah volume semen, dan melindungi sel spermatozoa selama proses pembekuan (krioprotektan). Secara umum bahan pengencer terdiri atas tiga bagian, yakni (1) bahan dasar seperti kuning telur dan air susu, (2) bahan penyangga (buffer), seperti natrium-kalium bikarbonat, asam sitrat, Tris, dan (3) bahan tambahan, seperti gliserol dan antibiotik (Hafez dan Hafez 2000).

(25)

9 glukosa, laktosa, sakarosa, sitrat, susu skim, dan Tris. Glukosa, laktosa, dan sakarosa merupakan sumber energi sehingga spermatozoa tetap bertahan hidup selama proses pembekuan. Sitrat dan Tris berperan sebagai komponen penyangga sehingga dapat mempertahankan pH semen secara fisiologi.

Pengencer Tris Kuning Telur

Menurut Susilawati (2011) bahan pengencer yang dapat digunakan antara lain Tris kuning telur (TKT). Pengencer ini memiliki bahan atau zat yang diperlukan oleh spermatozoa sebagai sumber nutrisi, seperti fruktosa, laktosa, rafinosa, asam-asam amino dan vitamin dalam kuning telur yang dapat digunakan spermatozoa sebagai sumber energi dalam jumlah yang cukup untuk dapat bergerak progresif.

Tris (Tris hydroxymethyl aminomethane) pada umumnya digunakan sebagai komponen utama dalam pengencer untuk sapi, kambing dan domba baik untuk semen cair maupun semen beku yang diperkirakan memiliki kapasitas penyangga yang baik dan toksisitas yang rendah pada konsentrasi tinggi. Pengencer harus berisikan beberapa agen protektif untuk melindungi spermatozoa selama proses kriopreservasi, antara lain kuning telur untuk melindungi membran sel selama pendinginan sampai suhu 5 oC dan krioprotektan yang melindungi spermatozoa terhadap kerusakan membran selama pembekuan (Khalifa dan El-Saidy 2006).

Hasil penelitian Paulenz et al. (2002) menunjukkan bahwa pengencer dasar Tris dapat mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa lebih baik daripada pengencer sitrat maupun susu skim pada semen cair domba pada suhu 5 dan 20 oC. Tris merupakan pengencer dasar terbaik untuk preservasi semen pada kambing peranakan Etawah (Arianti et al. 2013). Ax et al. (2000) menyatakan bahwa pengencer Tris mempunyai beberapa kelebihan antara lain dapat mempertahankan pH, mempertahankan tekanan osmotik dan menjaga keseimbangan elektrolit.

Penggunaan kuning telur dalam pengencer bertujuan sebagai bahan krioprotektan ekstraseluler yaitu krioprotektan dengan molekul-molekul besar, yang tidak dapat menembus membran sel (Supriatna dan Pasaribu 1992). Kuning telur mengandung lesitin dan lipoprotein. Lesitin dan lipoprotein merupakan protein berberat molekul tinggi yang akan menyelubungi spermatozoa sehingga dapat mengurangi cold shock pada waktu pembekuan. Kuning telur terdiri dari 49 % air, 16.5 protein, 32% lemak dan 1% hidrat arang (Sudaryani 2003). Lemak kuning telur terdiri dari 62% gliserida, 33% phosphatidil cholin dan 5% kolesterol. Sedangkan phospholipid terdiri dari 73% lesitin dan 15% cephalin.

Penggunaan kuning telur minimal sebanyak 5% dari bahan pengencer bila langsung digunakan, sedangkan bila akan disimpan pemakaian kuning telur maksimum sebanyak 20% dari bahan pengencer. Sedangkan gliserol sebagai penghasil fruktosa dengan lebih sedikit asam laktat, dapat ditambahkan ke dalam pengencer sebanyak 5% sampai 10% (Toelihere 1993).

Pengencer Tris Soya

(26)

10

kemasan yang dijual. Susu dan kuning telur mengandung fosfolipid dan lesitin dalam pengencer yang sangat dibutuhkan karena melindungi spermatozoa dari cold shock pada saat pendinginan ataupun pembekuan (Amirat et al. 2004).

Tris kuning telur lebih mampu menjaga stabilitas membran plasma dibandingkan dengan Tris soya dengan komposisi utamanya yang berupa protein, sehingga kerusakan spermatozoa dapat diminimalisasi dengan baik. Meskipun demikian, hal ini membuktikan bahwa pengencer Tris soya memberikan harapan untuk dapat digunakan sebagai pengencer berbasis lesitin nabati untuk semen kambing (Ariantie et al. 2014).

Ariantie et al. (2014) melaporkan bahwa pengunaan Tris soya yang disuplementasi 50 mM dengan trehalosa dan rafinosa pada semen cair kambing peranakan Etawah memperoleh motilitas progresif spermatozoa dalam pengencer TS dapat bertahan selama 48 sampai 60 jam, hasil ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan TKT pada penelitian yang sama yang mendapatkan motilitas progresif spermatozoa dapat bertahan sampai 50% selama 72 sampai 84 jam.

Pengencer AndroMed®

Pengencer AndroMed® merupakan salah satu pengencer komersial berbahan dasar Tris yang tidak menggunakan sumber protein asal hewan yang menjadi andalan untuk pengencer semen beku sapi (Minitub 2001). Dengan adanya medium komersial ini diharapkan dapat mempermudah penyiapan medium untuk pengenceran dan penyimpanan semen dalam jangka waktu panjang. AndroMed® terdiri dari fosfolipid, Tris (hydroxymethyl aminomethane), asam sitrat, fruktosa, gliserol, lesitin, tylosine tart rat, gentamycin sulfat, spectinomycin dan lincomicin yang biasa digunakan untuk pembuatan semen beku sapi (Minitub 2001). Tatacara penggunaan dilakukan hanya dengan penambahan aquades steril (milli-Q-water) dengan perbandingan AndroMed® dan aquadest steril yaitu1:4.

Sumber lesitin di dalam pengencer semen komersial AndroMed® berasal dari ekstrak kacang kedelai, yang juga dapat menjalankan fungsi seperti pada lesitin kuning telur (pengencer Tris kuning telur). Aku (2005) melaporkan bahwa selain lesitin, AndroMed® juga mengandung protein, karbohidrat (fruktosa, glukosa, manosa dan maltotriosa), mineral (natrium, kalsium, kalium, magnesium, klorida, fosfor dan mangan), asam sitrat, gliserol, lemak, lesitin dan gliserilphosphoril choline (GPC).

AndroMed® mengandung lesitin yang cukup tinggi yaitu sebanyak 6.76 g/100 ml. Seluruh bahan-bahan yang terkandung di dalam AndroMed® tersebut merupakan bahan-bahan yang umum digunakan dalam menyusun pengencer semen selama ini. Lesitin berfungsi melindungi membran plasma sel dari pengaruh coldshock selama proses pengolahan berlangsung (Aku 2005).

(27)

11 menggunakan straw sapi aceh yang dibekukan dengan pengencer AndroMed® belum menghasilkan tingkat kebuntingan yang optimal.

3

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Sapi Potong Ciamis (Laboratorium Inseminasi Buatan Daerah Sapi Potong Ciamis) dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR), Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2015.

Hewan Penelitian

Semua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini telah mendapatkan persetujuan atas perlakuan etik (ethical approval) dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Hewan-Institut Pertanian Bogor, dengan Sertifikat Persetujuan Etik Hewan Nomor: 022/KEH/SKE/III/2015 tertanggal 16 Maret 2015.

Empat ekor sapi pasundan jantan terpilih dengan bobot badan 300 sampai 350 kg, dipelihara dalam kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pemberian pakan berupa hijauan segar 10% ditambah konsentrat sebanyak 1% per ekor dari bobot badan per hari dalam dua kali pemberian, pagi dan sore serta air minum diberikan secara ad libitum.

Penelitian I. Potensi Produksi Spermatozoa Sapi Pasundan dan Hubungannya dengan Lingkar Skrotum dan Keinginan Kawin

Pengukuran Lingkar Skrotum

Pengukuran lingkar skrotum dapat menggambarkan besarnya testis. Pengukuran lingkar skrotum dilakukan dengan menggunakan pita ukur (Sorensen 1979), dan dilakukan pengamatan terhadap konsistensi testis yaitu dengan cara palpasi dan kemudian dibuat skor 1 sampai 5 dengan kriteria 1 (sangat lunak), skor 2 (lunak), skor 3 (normal), skor 4 (keras) dan skor 5 (sangat keras).

Libido

(28)

12

waktu berikutnya, kemudian diberi skor 1 (kurang), skor 2 (sedang) dan skor 3 (tinggi). Pemberian skor tersebut berdasarkan kriteria sebagai berikut (Tabel 1).

Karakteristik Semen Sapi Pasundan

Semen dikoleksi menggunakan vagina buatan pada pagi hari pukul 7.00 sampai 8.00 WIB, dengan frekuensi penampungan dua kali dalam seminggu. Penilaian terhadap karakteristik semen sapi dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Penilaian makroskopis mencakup volume, derajat keasaman (pH), warna dan konsistensi atau derajat kekentalan. Penilaian mikroskopis dilakukan dengan mengamati gerakan massa, gerakan individu (motilitas dan velositi), konsentrasi, spermatozoa hidup, morfologi dan keutuhan membran plasma spermatozoa (MPU).

Evaluasi Makroskopis

Karakteristik makroskopis dilakukan dengan mengukur volume, derajat keasaman (pH), konsistensi atau derajat kekentalan, dan warna. Volume diukur menggunakan pipet ukur. Warna diamati secara visual berdasarkan kisaran warna krem, kuning, dan putih. Konsistensi atau kekentalan semen diperiksa dengan memiringkan tabung penampung yang berisi semen secara perlahan-lahan dengan kriteria penilaian encer, sedang dan kental. Semen yang berkualitas tinggi mempunyai konsistensi kental. Derajat keasamaan (pH) diukur menggunakan pH special indicator paper (skala 6.4 sampai 8.0).

Persentase motilitas spermatozoa dievaluasi dengan menggunakan Computer assisted sperm analyzed (CASA) yaitu AndroVision® (Minitub, Germany). Alat ini dapat menilai gerakan spermatozoa yaitu spermatozoa motil progresif dengan lebih objektif. CASA ini menampilkan 8 parameter gerakan spermatozoa, yaitu total motility, progressive motility, rapid motility, slow motility, circle motility, hyperactive, local motility, dan immotile.

Evaluasi dilakukan dengan cara meneteskan sedikit semen di atas gelas objek yang bersih dan hangat, kemudian ditambahkan 4 sampai 5 tetes NaCl fisiologis, dihomogenkan dan diambil satu tetes pada objek gelas yang lain dan ditutup dengan gelas penutup. Sampel diletakkan pada CASA dan analisis dilakukan dari 5 lapang pandang. Spermatozoa yang hiperaktif mempunyai nilai wobble <56% dan curvilinear velocity >169 μm/s. Spermatozoa yang mempunyai gerakan cepat (rapid average path=RAP) adalah yang mempunyai nilai curvilinear velocity >30 μm/s dan untuk bisa menembus lendir serviks spermatozoa harus mempunyai nilai average path velocity (VAP) >25 μm/s dan amplitude lateral head displacement (ALH) >4,5 μm/s (Royere 1996).

Tabel 1 Respon libido sapi pasundan

Skor Kriteria

1 (kurang) Memperlihatkan reaksi ketertarikan untuk kawin.

2 (sedang) Memperlihatkan reaksi ketertarikan untuk kawin dan aktif menaiki dengan melakukan satu kali kawin.

(29)

13 Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa dihitung dengan photometer SDM6, menu 8 (Bull Concentration and Measuarment). Semen (40 μl) diencerkan dengan NaCl 0.9% (4 ml) atau perbandingan 1:100 dalam cuvet kemudian dimasukkan dalam tempat cuvet di photometer dan dianalisis. Hasil yang diperoleh secara otomatis ditampilkan dilayar.

Persentase spermatozoa hidup dilakukan dengan meneteskan sedikit semen di atas gelas objek yang bersih dan hangat kemudian ditambahkan dengan pewarnaan eosin-negrosin (Naing et al. 2010), dihomogenkan dan dibuat preparat ulas dan dikeringkan pada suhu 37 oC. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10×40. Spermatozoa dihitung dari 10 bidang pandang atau 200 spermatozoa. Spermatozoa yang hidup tidak menyerap warna dan spermatozoa yang mati akan menyerap warna.

Morfologi spermatozoa diamati dengan menggunakan pewarnaan eosin negrosin dan pewarnaan Williams menggunakan carbofluchin. Spermatozoa dinilai secara morfologi normal atau abnormal. Abnormalitas dihitung pada bagian kepala (abnormalitas primer) dan ekor (abnormalitas sekunder). Spermatozoa yang diamati minimal sebanyak 200 sel atau 10 bidang pandang menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 10×40.

Pemeriksaan keutuhan membran plasma spermatozoa menggunakan hypoosmotic swelling test (HOS-Test). Satu tetes semen di masukkan ke dalam tabung berisi 1 ml larutan hipoosmotik (7.35 g Na sitrat, 13.52 g fruktosa dilarutkan dalam 1000 ml aquades) sesuai Revell dan Mrode (1994), kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 30 menit. Setelah diinkubasi, satu tetes larutan semen ditempatkan pada objek gelas dan ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10×40. Spermatozoa yang membrannya rusak ditandai dengan ekor yang lurus (tidak bereaksi) sedangkan yang membran plasma masih utuh ditandai dengan ekor spermatozoa yang melingkar atau menggembung (bereaksi). Spermatozoa yang diamati adalah sebanyak 200 sel atau 10 bidang pandang. Spermatozoa yang memiliki membran plasma yang masih utuh adalah spermatozoa yang bereaksi dibagi jumlah spermatozoa total dikali 100% .

Penelitian II. Daya Tahan Spermatozoa Sapi Pasundan dalam Proses Pembekuan menggunakan Pengencer Tris Kuning Telur, Tris Soya dan

AndroMed®

Persiapan Media Pengencer

(30)

14

Penggunaan fruktosa yang berbeda pada komposisi buffer Tris soya merupakan modifikasi perbaikan laporan Arifiantini dan Yusuf (2010).

Pengencer TKT dan TS terlebih dahulu disentrifius dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit dan supernatan dicampur dengan gliserol dan antibiotik digunakan sebagai bahan pengencer semen beku.

Koleksi dan Evaluasi Semen

Koleksi dan evaluasi semen baik secara makroskopis maupun mikroskopis sama dengan yang dilakukan pada tahap I.

Pengenceran, Pengemasan dan Thawing Semen Beku

Semen yang memiliki motilitas lebih dari 70% dengan konsentrasi lebih dari 800×106/ml dibagi ke dalam tiga tabung, masing-masing semen segar dicampur dengan pengencer TKT, TS dan AndroMed® dengan konsentrasi 100 juta spermatozoa per ml. Semen diekuilibrasi dalam cool top (5 oC) selama 4 jam (Leboeuf et al. 2000; Rizal et al. 2006), kemudian dikemas menggunakan automatic filling and sealing machine. Pembekuan dilakukan dengan cara menempatkan straw di atas uap nitrogen cair menggunakan boks styrofoam yang berukuran panjang × lebar × tinggi masing-masing 60×40×30 cm selama 10 menit. Semen yang telah dibekukan disimpan dalam kontainer nitrogen cair (-196 oC) untuk pengujian lebih lanjut (Purdy 2006).

Keberhasilan pembekuan semen dievaluasi dengan cara melakukan pencairan kembali (thawing) semen beku dengan air hangat (37 oC) selama 30 detik (Naing et al. 2010). Semen yang telah di-thawing dimasukkan ke dalam mikrotub. Semen diteteskan di atas gelas objek yang telah dihangatkan dan

Tabel 2 Komposisi buffer Tris

Komposisi Buffer

A B

Tris (hydroxymethyl) aminomethan (g) 3.03 3.03

Asam sitrat (g) 1.78 1.78

Fruktosa (g) 1.25 1.50

Aquabidest (ml) ad 100 100

Keterangan : A = Tris kuning telur; B = Tris soya

Tabel 3 Komposisi bahan pengencer semen beku sapi pasundan

(31)

15 ditutup dengan gelas penutup, kemudian diamati menggunakan CASA. Cara menentukan jumlah pengencer dilakukan dengan persamaan sebagai berikut :

Daya Tahan Terhadap Proses Pembekuan

Pemeriksaan kualitas semen setelah thawing dengan parameter sebagai berikut :

Post Thawing Motility (PTM) Satu tetes semen diletakkan di atas gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan gelas penutup. Motilitas spermatozoa dievaluasi menggunakan CASA dari 5 lapang pandang.

Longivitas Pengamatan longivitas spermatozoa mengadopsi metode BIB Lembang (water incubator test) yang dilakukan dengan mengamati motilitas spermatozoa pada semen yang telah di-thawing dan disimpan pada suhu 37 oC dan diamati setiap jam. Pengamatan dapat dilakukan sampai dengan 4 jam dengan motilitasnya masih 10%.

Recovery Rate adalah kemampuan pemulihan spermatozoa setelah pembekuan dengan cara membandingkan persentase spermatozoa motil pada spermatozoa pasca thawing dengan spermatozoa segar (Garner dan Hafez 2000).

Analisis Data

Pada percobaan tahap I data yang diperoleh disampaikan dalam bentuk rataan dan standard error mean (SEM), analisis korelasi menggunaakan software SPSS 20. Penelitian tahap II dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) repated measurement yang terdiri dari tiga perlakuan pengencer dengan 5 kali ulangan. Data dianalisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan software SPSS 20, apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1994).

Keterangan : V = Volume semen (ml); M = Motilitas spermatozoa (%) K = Konsentrasi spermatozoa (juta semen/ml)

(32)

16

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Sapi Potong Ciamis. Secara geografis lokasi dan letak BPPT Sapi Potong berada sekitar 7 Km dari kota Ciamis dan sekitar ±128 Km dari kota Bandung. Tepatnya berada di Dusun Kidul, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. BPPT Sapi Potong terletak pada ketinggian 312 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara berkisar antara 28 sampai 32 oC dan kelembaban udara 62 sampai 71% serta curah hujan berkisar 22 414 mm per tahun.

Hijauan makanan ternak yang terdapat di BPPT Sapi Potong Ciamis berupa rumput Gajah (Pennisetum purpureum), yang ditanam di kebun-kebun milik BPPT Sapi Potong dengan area yang cukup luas yaitu 10 ha, dan pemberian konsentrat dilakukan pada pagi dan sore hari sesuai dengan bobot badan ternak, sehingga ketersediaan pakan ternak tersedia sepanjang tahun.

Keadaan Umum Ternak Penelitian

Selama penelitian berlangsung sapi pasundan jantan yang digunakan dalam keadaan sehat yakni tidak menunjukkan gejala terserang penyakit atau gangguan fisik lainnya, yang terlihat pada penampilan fisik dan berdasarkan recording. Hasil pengamatan, pengukuran, serta penilaian terhadap sapi pasundan jantan yang dilakukan di BPPT Sapi Potong ditampilkan pada Tabel 4.

Total jantan yang tersedia sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 14 ekor sapi pasundan, namun hanya 4 ekor pejantan terpilih yang dapat digunakan untuk dilakukan pengamatan libido dan sebagai penghasil semen untuk produksi semen beku.

Umur, Bobot Badan dan Ukuran Tubuh

Data pada Tabel 4. memperlihatkan bobot badan dari 14 ekor sapi pasundan jantan adalah 306.08±10.86 kg pada kisaran umur 3 sampai 5 tahun. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan yang dilaporkan oleh Indrijani et al. (2012) yang mendapatkan bobot badan sapi pasundan 290 kg melalui pendugaan bobot badan menggunakan pita ukur Rondo® pada umur yang sama yaitu 24.35±3.38 bulan. Hasil penelitian ini juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan sapi lokal lainnya seperti sapi pesisir yang memiliki bobot badan yang relatif lebih kecil yaitu 186 kg pada jantan dewasa dengan umur 4 sampai 6 tahun. Terdapat perbedaan jika

(33)

17 dibandingkan dengan sapi bali jantan pada umur 24 sampai 36 bulan memiliki bobot badan 350 sampai 400 kg dengan panjang badan 112.60±08.51 cm, lingkar dada 166.45±6.62 cm dan tinggi pundak 119.10±03.85 cm (Winaya 2010). Sama halnya pada sapi PO jantan dewasa yang memiliki bobot badan bervariasi yaitu 200 sampai 450 kg.

Rendahnya bobot badan sapi pasundan jika dibandingkan dengan sapi lokal lain seperti sapi bali disebabkan saat ini telah terjadi seleksi negatif dan inbreeding yang telah berlangsung lama. Menurut Hardjosubroto (2000) perbedaan berat badan ini disebabkan oleh perkawinan silang dalam (inbreeding) dan seleksi negatif yang terjadi dan sudah berlangsung lama. Warwick et al. (1983) menyatakan bahwa pengaruh silang dalam dapat meningkatkan proporsi lokus-lokus genetik yang homozigot, bersamaan dengan itu akan terjadi "depresi silang dalam" yang berakibat pada berkurangnya daya tahan, kesuburan dan bobot lahir ternak. Selanjutnya perkawinan silang dalam pada ternak sapi potong mengakibatkan penurunan bobot badan sebesar 2.5 sampai 5.0 kg setiap kenaikan 10% silang dalam. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan dan strategi yang tepat dalam menjaga dan pengembangan kelestarian sumberdaya ternak lokal khususnya sapi pasundan. Salah satu starategi tersebut yaitu dengan adanya pengawasan dan recording reproduksi yang terstruktur, sehingga tidak terjadinya perkawinan antara saudara kandung atau anak dengan tetuanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2000) bahwa inbreeding dapat terjadi karena ketidak cermatan dalam pengaturan perkawinan antara pejantan dengan induk atau dara.

Hal lain yang dapat memengaruhi rendahnya performa kuantitatif yang merupakan hasil ekspresi gen yang bersifat aditif, dipengaruhi oleh lingkungan dan pengendalian gen sangat banyak sehingga dalam penurunannya membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai. Indrijani et al. (2012) memperoleh hasil penelitian yang menggambarkan sifat kuantitatif dibeberapa wilayah penyebaran sapi pasundan memiliki variasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu yang pertama secara genetik tidak ada pengaturan pemuliaan ternak, seleksi negatif dan inbreeding. Kedua adalah lingkungan yang menggantungkan diri pada alam, dimana setiap wilayah memiliki vegetasi dan kontinuitas daya dukung pakan yang berbeda. Namun demikian, ketersediaan pakan dan sistem manajemen di BPPT Sapi Potong Ciamis cukup baik dalam menjamin pengembangan dan pelestarian sapi pasundan.

(34)

18

yaitu 116.59 cm, namun berbeda pada lingkar dada (185.44 cm) dan panjang badan (135.06 cm).

Terdapat hubungan korelasi positif antara bobot badan dengan ukuran tubuh lainnya seperti lingkar dada dan tinggi pundak, serta lingkar skrotum (P<0.05). Hal ini dikarenakan dengan kondisi tubuh atau bobot badan yang baik mampu meningkatkan ukuran tubuh dan lingkar skrotum. Hubungan ukuran tubuh maupun lingkar skrotum dengan bobot badan ini dipengaruhi oleh hormon testosteron yang dapat menstimulasi sintesis protein otot yang berlangsung di dalam otot. Hormon androgen dapat mengakibatkan pertumbuhan yang cepat pada ternak jantan seperti pertambahan ukuran tubuh, terutama setelah muncul sifat-sifat kelamin sekunder. Disamping itu juga, hubungan ini dikarenakan semua sapi pasundan tersebut memiliki kondisi yang sama baik ketersediaan pakan yang cukup dan manajemen pemeliharaan yang baik. Sugeng (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak seperti ukuran eksterior dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan, ketersediaan nutrisi dan lingkungan yang kondusif.

Hubungan Lingkar Skrotum dengan Produksi Spermatozoa dan Libido Sapi Pasundan

Pengukuran lingkar skrotum sapi pasundan merupakan hasil yang pertama kali dilaporkan. Hasil pengukuran menunjukkan lingkar skrotum sapi pasundan yaitu rata-rata 25.46±0.51 cm (Tabel 5). Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang telah dilaporkan oleh Ratnawati dan Affandhy (2013) pada sapi bali dan sama pada sapi PO yang memiliki lingkar skrotum masing-masing 22.1±2.7 cm dan 26.7±1.1 cm, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Efendy dan Mariono (2013) mendapatkan kisaran lingkar skrotum sapi madura yaitu 28 sampai 32 cm pada kisaran umur 2.5 sampai 3 tahun. Menurut Achjadi (2003) perbedaan ukuran testis dan skrotum dikarenakan adanya perbedaan bangsa, tingkat kualitas pakan, umur dan manajemen ternak yang dilakukan secara keseluruhan.

Berdasarkan hasil analisis korelasi (Tabel 6), menunjukkan tidak terdapat hubungan antara lingkar skrotum dengan kualitas semen seperti volume semen, motilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa serta libido. Hasil ini berbeda bila dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh Soeroso dan Duma (2006) bahwa setiap kenaikan 1 cm ukuran lingkar skrotum maka terjadi peningkatan sebesar 0.18 unit skor warna dan konsistensi cairan epididimis, sedangkan konsistensi spermatozoa, viabilitas, abnormal dan motilitas spermatozoa berhubungan erat

Tabel 5 Rerata lingkar skrotum, kualitas semen, dan libido sapi pasundan Nomor

(35)

19 dengan ukuran lingkar skrotum pada sapi bali. Setiap kenaikan 1 cm ukuran lingkar skrotum maka konsentrasi sperma mengalami kenaikan sebesar 0.15×109 per ml, persentase spermatozoa mati menurun sebesar 0.22%, sperma abnormal primer menurun 0.25% dan skor gelombang massa sperma meningkat 0.18 unit.

Hasil berbeda juga dilaporkan oleh Hastono dan Arifin (2008) yang menunjukkan adanya hubungan antara lingkar skrotum dengan kapasitas testis pada sapi, hal ini berhubungan dengan semakin tinggi konsentrasi tubuli seminiferi maka produksi substrat-substrat yang mengatur dan menjalankan kegiatan reproduksi menjadi lebih baik. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran lingkar skrotum tidak berhubungan positif terhadap volume semen, konsentrasi, dan motilitas spermatozoa pada sapi Limousin dan Simental (Prayogo et al. 2013). Lebih lanjut tidak adanya korelasi antara lingkar skrotum dengan konsentrasi spermatozoa pada domba garut, namun adanya korelasi antara bobot badan dengan lingkar skrotum yang mana semakin besar bobot badan, semakin besar pula lingkar skrotum tetapi tidak berdampak terhadap kualitas semen dan kadar testosteron dalam darah domba Garut (Hastono dan Arifin 2008).

Hasil penelitian menunjukkan semua pejantan sapi pasundan memiliki libido dengan skor 3 (tinggi), namun memiliki respons seperti mencium atau mencumbu pemancing yang berbeda-beda dengan rata-rata 7.00 detik (1 sampai 10 detik), kemudian diikuti dengan tingkah laku menyengir (flehmen), dan menaiki pemancing serta melakukan ejakulasi. Waktu ejakulasi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingginya libido. Reaction time (ejakulasi) pertama pada sapi pasundan berlangsung yakni rata-rata 79.00±1.77 detik (69 sampai 99 detik) dengan motilitas progresif sebesar 82.41±2.97%. Hasil ini lebih lama jika dibandingkan dengan sapi lokal lainnya seperti pada sapi madura dengan libido yang cepat yaitu 21.47 detik, memiliki motilitas sebesar 71.67% dan pada sapi bali yang memiliki libido 60.87 detik memiliki motilitas sebesar 67.33% (Herwijanti et al. 2004). Perbedaan ini dipengaruhi oleh peningkatan produksi hormon testosteron, sesuai dengan Hafez dan Hafez (2000) bahwa testosteron memiliki fungsi untuk mengatur tingkah laku seksual pejantan dan proses spermatogenesis serta aktivitas sekresi kelenjar aksesoris. Disamping itu, libido juga ditentukan oleh pakan dan manajemen (exercise) yang cukup.

Dari aspek pakan, lamanya respons libido pejantan sapi pasundan diduga masih mengalami defisiensi asupan mineral makro maupun mikro penting seperti Zink (Zn) yang dibutuhkan untuk majalankan fungsi normal reproduksi. Mineral Zn banyak berperan dalam proses fungsi fisiologis tubuh, metabolisme, sintesis hormon, dan kerja enzim. Mineral ini memengaruhi pematangan gonad dan menstimulasi pelepasan hormon testosteron yang dapat memengaruhi libido. Penambahan Zn dalam pakan dapat meningkatkan kualitas sperma seperti motilitas dan konsentrasi spermatozoa (Widhyari et al. 2015), peningkatan

(36)

20

motilitas spermatozoa dikarenakan mineral Zn dapat membantu proses spermatogenesis yang normal. Selain itu penambahan mineral Zn juga dapat berpengaruh terhadap proses sintesa energi (ATP) yang dibutuhkan untuk pergerakan spermatozoa. Lebih lanjut manajemen exercise juga perlu dilakukan secara kontinyu. Pentingnya aspek libido pada sapi pasundan karena dapat berpengaruh terhadap kualitas dan daya tahan semen sapi pasundan, yang mana libido berkaitan dengan kecepatan ejakulasi. Jika memiliki libido yang tinggi maka proses ejakulasi dapat berlangsung dengan cepat, sehingga semen tidak terpapar dengan oksigen.

Hopkins (2003) menyatakan bahwa lingkar skorotum biasanya digunakan sebagai parameter untuk memprediksi kualitas dan kuantitas produksi spermatozoa. Ukuran testis atau lingkar skrotum merupakan salah satu variabel yang harus diperhatikan dalam memilih pejantan yang baik pada berbagai hewan ternak. Lingkar skrotum mempunyai korelasi positif (r=0.98) terhadap umur pubertas ternak betina saudaranya (Taylor dan Swanepoel 2005) dan pengaruh terhadap berat sapih yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (Crew dan Porteous 2003).

Kualitas Semen Segar Sapi Pasundan

Pemeriksaan kualitas semen segar dilakukan untuk mengetahui kelayakan semen untuk diproses lebih lanjut. Hasil evaluasi semen segar pada 4 ekor sapi pasundan, secara makroskopis menunjukkan volume semen 3.80±0.58 ml, berwarna putih susu sampai krem, konsistensi sedang sampai kental dengan derajat keasaman (pH) 6.43±0.08. Secara mikroskopis menunjukkan gerakan massa ++ sampai +++ dengan persentase motilitas progresif sebesar 82.41±2.97%. Konsentrasi spermatozoa sebanyak 1355.85±6.06 juta/ml dengan nilai spermatozoa hidup (viabilitas) sebesar 84.37±1.05%. Keutuhan membran plasma 84.89±1.00% dan persentase spermatozoa abnormal sebesar 11.13±0.39% (Tabel 7).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kualitas semen segar sapi pasundan secara makroskopis berada pada kisaran normal. Volume semen sapi pasundan adalah 3.80±0.58 ml, menurut Arifiantini (2012) kisaran volume semen sapi antara 2 sampai 15 ml dengan rata-rata 4 sampai 8 ml. Mengingat sapi pasundan adalah sapi lokal maka volume semen tersebut, hampir sama dengan sapi lokal lainnya seperti sapi bali, madura, jawa dan PO yaitu berkisar antara 3.00 sampai 6.30 ml.

Warna semen yang diperoleh masih dalam kisaran normal yaitu putih susu sampai krem, sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000) bahwa ejakulat normal semen sapi berwarna krem sampai putih susu, semen dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah akan memperlihatkan warna yang keruh. Konsistensi atau derajat kekentalan semen sapi sapi pasundan adalah encer sampai sedang dengan pH 6.43±0.01, semen sapi yang normal memiliki konsistensi dari sedang sampai kental dengan pH sapi normal berkisar antara 6.4 sampai 7.8 (Garner dan Hafez 2000).

(37)

21 motilitas progresif pada keempat sapi tersebut (Tabel 7) dan masih berada dalam kisaran normal menurut Hafez dan Hafez (2000) nilai motilitas spermatozoa sapi berkisar antara 70% sampai 80%. Konsentrasi spermatozoa sapi pasundan adalah 1355.85±6.06 juta/ml, nilai ini masih berada dalam kisaran normal spermatozoa sapi dewasa yaitu berkisar antara 800 sampai 1200 juta/ml spermatozoa. Jika dibandingkan sapi lokal lainnya, hasil yang diperoleh Arifiantini et al. (2006) pada sapi bali, tidak terdapat perbedaan antara motilitas dan konsentrasi yaitu 71.04±3.69% dan 1340±447.85 juta/ml. Viabilitas dan abnormalitas spermatozoa sapi pasundan adalah 84.37±1.05% dan 11.13±0.39%. Jika dibandingkan dengan viabilitas dan abnormalitas sapi lokal lainnya seperti sapi bali memiliki nilai yang sama yaitu 84.60±2.04% dan 10.00±1.22% (Matahine et al. 2014).

Menurut Gordon (2004) warna, jumlah, volume, konsentrasi, konsistensi, gerakan massa, pH, dan motilitas spermatozoa segar dari seekor pejantan sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kondisi masing-masing individu, seperti kualitas organ reproduksi, umur ternak, kondisi manajemen peternakan, jenis pakan yang diberikan, dan bangsa sapi.

Penggunaan CASA dalam pengujian motilitas spermatozoa dimaksud untuk mengatasi tingkat subjektivitas dalam penilaian. Metode ini didasarkan atas pengembangan digital image technology untuk mendapatkan hasil analisis spermatozoa yang cepat, akurat, mampu meningkatkan dan menstandarkan pengujian parameter motilitas spermatozoa yang relevan untuk menilai fertilitas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi semen segar tidak ada perbedaan gerakan motilitas (P>0.05) antara sapi R5, R4, R3, dan R2 (Tabel 8). Nilai rata-rata progressive motility sapi pasundan adalah 82.41±2.97%, nilai ini merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan tingkat fertilitas betina dan sebagai pertimbangan untuk proses pembuatan semen beku. Menurut Hafez (2000), persentase motilitas minimal semen segar adalah 80% dengan gerakan massa ++ sampai +++.

Tabel 7 Kualitas semen segar sapi pasundan Parameter Rata-rata±SE

Makroskopis

Volume (ml) 3.80±0.58

Warna Putih susu sampai krem Konsistensi Sedang sampai kental

pH 6.43±0.01

Mikroskopis

(38)

22

Kualitas Semen Beku Sapi Pasundan

Pada penelitian ini kualitas semen beku (motilitas progresif) sapi pasundan post thawing menggunakan pengencer TKT, TS dan AndroMed® berturut-turut adalah 49.45±1.22%, 39.34±6.33%, dan 58.64±0.72%. Hasil ini tidak berbeda pada sapi bali dengan perlakuan ultrasentrifugasi pengencer kuning telur mampu meningkatkan motilitas progresif yaitu 51.5±10.10% demikian juga bila dibandingkan dengan pengencer komersial AndroMed® yaitu 46.4±11.00% (Mohamad et al. 2006). Penggunaan pengencer AndroMed® dan Tris kuning telur dalam penelitian ini terlihat dapat melindungi membran spermatozoa selama proses pembekuan.

Diliyana et al. (2014) melaporkan penggunaan pengencer AndroMed® dan kuning telur dapat melindungi integritas membran spermatozoa. Integritas membran spermatozoa yang baik dipengaruhi oleh kandungan fosfolipid yang berfungsi untuk memelihara integritas membran dan membentuk permukaan yang dinamis antar sel sebagai perlindungan terhadap kondisi lingkungan. Integritas membran terganggu disebabkan oleh lepasnya sebagian fosfolipid yang dapat berpengaruh pada viabilitas spermatozoa.

Tabel 8 Karakteristik gerakan spermatozoa semen segar sapi pasundan

Parameter Nomor Sapi Rataan±SE

R5 R4 R3 R2

TM 90.53±2.74 a 87.61±2.34a 89.44±2.35a 89.91±1.80a 89.37±2.32a PM 84.08±3.61 a 80.55±3.03a 83.67±2.92a 81.35±2.30a 82.41±2.97a RM 77.24±4.08a 73.01±3.58a 73.93±3.23a 71.08±5.02a 73.82±398a SM 6.79±1.55a 7.16±1.37a 9.03±1.42 a 10.04±3.16a 8.26±1.88a CM 0.05±0.23a 0.39±0.22a 0.72±0.63a 0.22±0.13a 0.35±0.30a LM 6,44±1,93a 7,09±0,98a 5,45±1,19a 8,58±3,09a 6.89±1.80a Immotile 9.27±2.27a 12.39±2.34a 10.56±2.35a 10.09±1.83a 10.58±2.20a

Keterangan : huruf berbeda yang mengikuti angka pada baris yang sama, menunjukan berbeda nyata (P<0.05); R5, R4, R3, R2 (identitas sapi); TM (total motility); PM (progresive motility); RM (rapid motility); SM (slow motility); CM (circle motility); LM (local motility)

Tabel 9 Kualitas semen beku post thawing menggunakan CASA Parameter

Jenis Pengencer (Rata-rata±SE)

TKT TS AndroMed®

...………..%... Total motility 62.59±2.12a 52.79±6.50a 71.64±0.78a Progresive motility 49.45±1.22ab 39.34±6.33b 58.64±0.72a Rapid Motility 40.65±1.35ab 32.18±5.91b 51.05±1.53a Slow Motility 8.42±0.22a 9.02±1.42a 5.96±0.58a Circle Motility 0.02±0.01a 0.01±0.004a 0.03±0.01a Local Motility 11.25±2.04a 11.02±1.02a 7.94±0.93a Immotile 37.62±2.18ab 48.16±6.58b 28.36±0.78a

Gambar

Gambar 1 Sapi pasundan di BPPT Sapi Potong Ciamis
Tabel 2 Komposisi buffer Tris
Tabel 4 Morfometri testes dan ukuran tubuh sapi pasundan
Tabel 5 Rerata lingkar skrotum, kualitas semen, dan libido sapi pasundan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C dalam pengencer tris kuning telur terhadap kualitas spermatozoa sapi pesisir mencakup

Untuk mengetahui pengaruh jenis buffer yang digunakan dalam pengencer terhadap kualitas spermatozoa sapi Pesisir, dalam hal ini motilitas, persentase hidup, abnormalitas dan

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kualitas semen sapi Pesisir yang diukur dari motilitas, persentase hidup, abnormalitas dan membran plasma utuh pada

Kualitas spermatozoa sapi Friesian Holstein dalam pengencer CEP 2 (Cauda Epididymal Plasma) dengan penambahan 10 %, 20 %, dan 25 % kuning telur mampu bertahan sampai 3 jam dan

Dari Tabel 2 terlihat bahwa pemberian pengencer susu skim dengan tris kuning telur sangat nyata mempengaruhi persentase hidup spermatozoa sapi yang disimpan pada suhu

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa dari semen beku sapi perah berpengencer tris sitrat kuning telur diperlakukan dengan 4 metode thawing

Penggunaan kuning telur pada bahan pengencer air kelapa diharapkan dapat mempertahankan dan melindungi intensitas selubung lipopotein dan sel spermatozoa dari keadaan penurunan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa motilitas spermatozoa dari semen beku sapi perah berpengencer tris sitrat kuning telur diperlakukan dengan 4 metode thawing