• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH KEBERADAAN JALUR KERETA API DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 1922-1976

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH KEBERADAAN JALUR KERETA API DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 1922-1976"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SEJARAH KEBERADAAN JALUR

KERETA API DI KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 1922-1976

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

ANDI PRAMONO C 0506007

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Andi Pramono NIM : C0506007

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sejarah Keberadaan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976 adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Desember 2011 Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan adalah orang yang tak pernah berbuat apa-apa.

(Penulis)

Tidak ada daya dan kekuatan yang berguna kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Agung.

(Penulis)

Bukan gunungnya yang kita taklukkan, melainkan diri sendiri. Edmund Hillary

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

Bapak, Ibu dan keluargaku yang selalu mendukung dan mengajariku tentang banyak hal.

Adik dan Kakakku.

Brehita Mustika Wijaya, penyemangatku. Semua teman sekaligus sahabatku yang memberiku pengaruh setiap aku mengambil keputusan.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-Nya kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul Sejarah Keberadaan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, baik moral, material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat

berjalan dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed.Ph.d, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam perizinan kepada penulis untuk penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi dan Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyeleseikan penelitian ini, yang memberikan banyak dorongan, masukan,

dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

(8)

commit to user

viii

4. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu

dan wacana pengetahuan.

5. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Reksopustoko

Mangkunegaran, Perpustakaan Daerah Wonogiri, Dinas Perhubungan KOMINFO Kab.Wonogiri, BAKESBANGPOL dan LINMAS Kab.Wonogiri,

Badan Arsip Daerah Semarang.

6. Bapak Tarno, Bapak Kemi, Bapak Sukidi dan Bapak Mesgi serta Mbah Min

yang telah sabar dan penuh semangat membagi informasi dan data-data yang

diperlukan oleh penulis.

7. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat

dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.

8. Kakakku, Andri Susanti dan adikku Wisnu Wardhani serta keluarga besarku,

terimakasih atas kasih sayang kalian.

9. Brehita Mustika Wijiya, penyemangatku yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, semangat, perhatian, pengertian dan ide-ide baru kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan maksimal. Terima kasih pula atas kesabaran mendengar semua keluh kesahku.

10. Teman-teman sejarah angkatan 2006, Dwi “Dweek”, Dani, Gilang P “Simbah”, Helmi, Ari “Cebret”, Beni, Septa, Eko “Kodok”, Edi “Ocol”,

Lissa, Sunu terima kasih atas persahabatan kalian selama ini. Terima kasih

(9)

commit to user

ix

11. Segenap keluarga besar PMPA Sentraya Bhuana FSSR UNS yang telah memberikan banyak hal, pengalaman, wawasan dan persaudaraan yang

penulis banyak dapatkan.

12. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(10)

commit to user

BAB II KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WONOGIRI TAHUN 1922-1976 A. Kondisi Geografi Wonogiri ... 15

B. Kondisi Demografi Wonogiri ... 19

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyrakat Wonogiri……….. 27

D. Sistem Transportasi di Wonogiri ... 31

(11)

commit to user

xi

2. Stasiun ... 37

BAB III DINAMIKA PERKEMBANGAN JALUR KERETA API DI WONOGIRI A. Gambaran Umum ... 40

B. Keberadaan Kereta Api Solo-Wonogiri-Baturetno ... 48

1. Jenis Lokomotif Solo-Wonogiri-Baturetno ... 53

2. Jalur Rel Solo-Wonogiri-Baturetno ... 60

3. Stasiun-Stasiun Kereta Api Jalur Selatan Wonogiri ... 64

4. Tarif Kereta Api Solo-Wonogiri-Baturetno ... 72

5. Jalur Kereta Api Lori Untuk Pengangkutan Batu Gamping ... 75

C. Perkembangan Kereta Api Pada Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 ... 79

D. Perkembangan Kereta Api Setelah Perang Kemerdekaan Tahun 1946-1970 ... 83

E. Perkembangan Kereta Api Sesudah Tahun 1970-1975 ... 89

F. Pembongkaran Jalur Kereta Api Wonogiri-Baturetno Tahun 1976………. 99

BAB IV DAMPAK PEMBONGKARAN JALUR KERETA API BATURETNO-WONOGIRI OLEH PEMERINTAH ORDE BARU TAHUN 1976-1978 A. Dampak Pembongkaran Jalur Kereta Api Terhadap Perubahan Transportasi di Baturetno……….. 105

B. Penyebab Terjadinya Transmigrasi……… 110

C. Penyebab Terjadinya Urbanisasi……… 114

BAB V KESIMPULAN……….. 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kereta api uap C17 jurusan Solo-Wonogiri-Baturetno... 56

Gambar 2 Lokomotif C20 buatan Pabrik Hartmann Jerman... 57

Gambar 3 Lokomotif BB30003 (Punakawan) Wonogiri... 59

Gambar 4 Viaduct yang menyilang jalan Wonogiri-Solo... 59

Gambar 5 Lokomotif BB30029 sering disebut kereta api “Fedder”... 60

Gambar 6 Sketsa rute jaringan kereta api dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Baturetno... 61

Gambar 7 Jalur rel kereta api Solo-Wonogiri... 63

Gambar 8 Bekas jembatan kereta api jurusan Baturetno-Wonogiri... 63

Gambar 9 Tumpukan bantalan rel kereta api... 64

Gambar 10 Jalan rel kereta api di wilayah Wonokarto... 64

Gambar 11,12 Stasiun Wonogiri masa pemerintahan Belanda... 65

Gambar 13 Stasiun Purwosari Tahun1927... 67

Gambar 14 Stasiun Solokotta (Sangkrah)... 67

Gambar 15 Kantor PPN di Baturetno... 67

Gambar 16 Kios-Kios Bekas Stasiun Baturetno... 67

Gambar 17 Halte Tekaran (Selogiri)... 68

Gambar 18 Stasiun Wonogiri Tahun 2010... 78

Gambar 19 Pondasi Bekas Halte Goedangdondong... 71

Gambar 20 Pondasi Bekas Jembatan Kereta Api di Goedangdondong... 71

(13)

commit to user

xiii

Gambar 22 Bekas Jembatan Kereta Lori... 76

Gambar 23 Jenis Kereta Lori untuk pengangkutan batu gamping... 78

Gambar 24 Jenis kereta lori untuk pengangkutan tebu... 78

Gambar 25 Pengosongan jalur kereta api oleh para tentara agresi militer... 81

Gambar 26 Depo/bengkel kereta api di Stasiun Wonogiri... 91

Gambar 27 Skema aksesbilitas kereta api Wonogiri... 95

Gambar 28 Skema jaringan kereta api Solo-Wonogiri... .... 97

Gambar 29 Bendungan Serbaguna Wonogiri diantara dua musim... 100

Gambar 30 Jembatan Somohulun yang rusak akibat banjir tahun 1966... 102

Gambar 31 Jalur yang menuju ke Baturetno dan persilangan... 103

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Wonogiri……... 16 Tabel 2 Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran tahun 1930……….. 20 Tabel 3 Rakyat daerah Mangkunegaran tahun 1930………..……… 21

Table 4 Jumlah migran masuk dalam wilyah Karisidenan Surakarta

tahun 1930……… 24

Tabel 5 Jumlah tenaga kerja pertanian di Praja Mangkunegaran……… 25 Tabel 6 Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran………. ... 30 Tabel 7 Wilayah kerja NISM untuk pembangunan jalan kereta api di

JawaTengah……… 51

Tabel 8 Daftar rute tujuan pejalanan kereta api NISM……… 52

Tabel 9 Rute perjalanan dan datar harga tiket kareta api dari Solo…... 72 Tabel 10 Tarif angkutan trem penumpang NISM………. 73

Tabel 11 Tarif angkutan barang Trem NISM……… 74 Tabel 12 Tarif angkutan kereta api SS………..….. 74 Tabel 13 Pengambilalihan wilayah kekuasaan kereta api dari Jepang

Tahun 1945………. 85

Table 14 Data Pengungsi/Transmigran Proyek Bendungan Serbaguna

Wonogiri tahun 1981 ………. 111 Tabel 15 Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 1973-

(15)

commit to user

Apanage : Tanah lunguh yang diberikan kepada para

bangsawan dan pejabat kerajaan sebagai gaji

Bedhol deso : Transmigrasi

Bekel : Pemegang kekuasaan atas Desa-desa. Biasanya mereka adalah pembuka tanah yasan, dan dianggap sebagai cikal bakal juga sebagai penebas pajak atau orang yang mengurus apanage, pemungut pajak, kepala desa, petani penghubung antara pemilik desa/penguasa desa dengan penggarap tanah

Beri-Beri : Penyakit bengkak karena kekurangan vitamin B.

Bonggol : Akar

Cultuurstelsel : Sistem tanam paksa

Distrik : Kawedanan

Enclave : Tanah yang terkurung oleh wilayah lain.

Epidemi pest : Wabah penyakit pes

Fedder : Pengumpan.

Gaplek : Singkong yang dikeringkan secara manual.

Gubernemen : Pemerintah Kolonial Belanda.

Jajar : Jabatan paling rendah dalam birokrasi dan

pelaksana perintah dari jabatan di atasnya yaitu Bekel.

Kaliwon : Bertugas meneruskan perintah dari Wedana kepada pejabat dibawahnya.

Karesidenan : Daerah yang dipimpin oleh seorang Residen

(16)

commit to user

xvi

Katul : Dedak, sisa-sisa penggilingan padi.

Litosol : Jenis batuan kapur

Lurah : Kepala kelurahan.

Mantri : Juru nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan suatu tugas atau keahlian khusus.

Nasigogik :Nasi yang dikeringkan.

Paceklik : Musim kekeringan.

Onderdistrik : Wilayah administrasi setingkat di bawah distrik.

Onderregentschap : Wilayah administrasi setingkat kabupaten, diatas distrik

Panewu : Kepala rendahan yang membawahi 1000 rumah tangga

Prototype : Sistem keamanan

Rikuyu Sakyoku : Badan pertahanan militer Jepang yang menguasai daerah Jawa Tengah.

R25 : R adalah ukuran lebar rel kereta api.

Separo : Setengah

Spoorweg : Jalan kereta api

Tiwul : Jenis makanan yang terbuat dari bahan gaplek.

Transfer : Memindahkan

Transit : Pengangkutan jarang pendek

Vorstenlanden : Daerah kekuasaan dua kerajaan di Jawa

Wedana : Kepala distrik

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR SINGKATAN

DKA : Djawatan Kereta Api

DKARI : Djawatan Kereta Api Republik Indonesia KITLV : Koniklijk Instituut voor Taal-,Land-,en

Volkenkunde (Institut Kerajaan bagi Linguistik, Geografi, dan Ethnografi)

K.G.P.A.A : Kangjeng Gusti Pangeran Ario Adipati

N.I.S.M : Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscahppij O.C.T.A : The Japanese Overseas Technical Cooperation

Agency

PERUMKA : Perusahaan Umum Kereta Api

PJKA : Perusahaan Jawatan Kereta Api

PNKA : Perusahaan Negara Kereta Api

S.S : Staate Spoorwegen Maatschappij

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Wilayah Praja Mangkunegaran pada Tahun 1920……… 126 Lampiran 2 Peta jaringan kereta api di pulau Jawa………. 127 Lampiran 3 Jalan trem NISM memperluas ke arah selatan……….. 128 Lampiran 4 Tram kuda Boyolali-Solo-Kakap dengan panjang

total 94 Km……….. 129

Lampiran 5 Persetujuan dari NIS mengenai gambar tanda-tanda garis

rute Solo Kotta- Baturetno……….. 130 Lampiran 6 Surat kepada Direktur Pekerjaan Umum Mangkunegara

tentang pembangunan jalan Solokkota-Baturetno.………….. 131 Lampiran 7 Pembuatan jalan kereta api Wonogiri-Baturetno melewati

daerah Wuryantoro……….. 132 Lampiran 8 Surat penawaran tentang masalah irigasi di Wonogiri……… 133 Lampiran 9 Mengenai pembangunan lebar rel kereta api Solo-Baturetno.. 134 Lampiran 10 Sumbangan untuk biaya pembuatan jalan di Wonogiri……… 135 Lampiran 11 Diberlakukannya tiket gratis untuk rute perjalanan Solo-

Wonogiri-Kakap……… 136

Lampiran 12 Rute perjalanan kereta api NISM……….. 138 Lampiran 13 Surat-Surat dari Pemerintah Belanda mengenai pembukaan

jalur kereta api lintas selatan……….. 140 Lampiran 14 Tanah yang dipakai untuk dagang di sepanjang jurusan

Baturetno-Wonogiri pada tahun1928……… 143 Lampiran 15 Daftar pihak swasta yang memakai tanah-tanah

Mangkunegaran yang diberikan pada SS dan NISM

untuk keperluan jalan transportasi Spoor……… 144 Lampiran 16 Berkas tentang rute kereta api dari Solo Kotta sampai

kebeberapa tempat lainnya beserta harga karcis tanggal

(19)

commit to user

xix

ABSTRAK

Andi Pramono. C0506007. 2011. Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini berjudul Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana proses perkembangan jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-1976. (2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan adanya jalur transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-1976. (3) Bagaimana dampak pembongkaran jalur transportasi kereta api terhadap masyarakat Wonogiri pada tahun 1976. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interprestasi, dan

historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen yang di dapat dalam koleksi arsip Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran dan studi pustaka yang berupa buku dan beberapa tulisan ilmiah yang tentang perkembangan kereta api di kota Wonogiri. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi, dan sosiologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jaringan kereta api di Wonogiri merupakan hasil pembangunan perusahaan swasta Belanda yaitu NISM yang dimulai pada tahun 1922, dan merupakan percabangan jalur kereta api dari Kota Solo. Adapun tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan batu gamping sekaligus membuka daerah pedalaman serta satu-satunya alat transportasi bagi masyarakat yang bersifat masal dan cepat.

Selama perkembangan jaringan transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri pada tahun 1976 terjadi pembongkaran jalur Wonogiri-Baturetno, hal ini dikarenakan dengan adannya faktor pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang merupakan salah satu penanggulangan bahaya banjir. Dengan terputusnya jalur Wonogiri-Baturetno membuat masyarakat khususnya masyarakat Baturetno mengalami kesulitan dalam hal penjualan hasil bumi dan pengangkutan batu gamping mulai tersendat, semakin berkembangnya jaman, muncul sarana transportasi darat berupa bus dan truk sebagai salah satu transportasi pengganti.

(20)

SEJARAH KEBERADAAN JALUR KERETA API

2011. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini berjudul Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana proses perkembangan jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-1976. (2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan adanya jalur transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-1976. (3) Bagaimana dampak pembongkaran jalur transportasi kereta api terhadap masyarakat Wonogiri pada tahun 1976. Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interprestasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen yang di dapat dalam koleksi arsip Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran dan studi pustaka yang berupa buku dan beberapa tulisan ilmiah yang tentang perkembangan kereta api di kota Wonogiri. Dari pengumpulan data, kemudian data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi, dan sosiologi.

1

Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah dengan NIM C0506007 2

Dosen Pembimbing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jaringan kereta api di Wonogiri merupakan hasil pembangunan perusahaan swasta Belanda yaitu NISM yang dimulai pada tahun 1922, dan merupakan percabangan jalur kereta api dari Kota Solo. Adapun tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan batu gamping sekaligus membuka daerah pedalaman serta satu-satunya alat transportasi bagi masyarakat yang bersifat masal dan cepat. Selama perkembangan jaringan transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri pada tahun 1976 terjadi pembongkaran jalur Wonogiri-Baturetno, hal ini dikarenakan dengan adannya faktor pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang merupakan salah satu penanggulangan bahaya banjir. Dengan terputusnya jalur Wonogiri-Baturetno membuat masyarakat khususnya masyarakat Baturetno mengalami kesulitan dalam hal penjualan hasil bumi dan

pengangkutan batu gamping mulai tersendat, semakin

berkembangnya jaman, muncul sarana transportasi darat berupa bus dan truk sebagai salah satu transportasi pengganti.

(21)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan

dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek-aspek

sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Dalam aspek perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Bahkan data menunjukan salah satu kendala yang dihadapi dalam kalangan industri adalah

sektor transportasi.1

Transportasi merupakan sarana penting dalam kehidupan masyarakat

untuk jasa pengangkutan barang maupun penumpang, hal tersebut terbukti bahwa sampai pada abad ke-21 seperti sekarang ini transportasi mesin dibutuhkan bagi

masyarakat. Kalau saja tidak ada alat transportasi maka seluruh kegiatan dalam kehidupan masyarakat tidak akan berjalan baik dan lancar.

Sebelum awal abad ke-20 transportasi telah digunakan dalam kehidupan

masyarakat. Sebelum tahun 1900 alat pengangkutan yang digunakan adalah menggunakan tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam dan pada

tahun 1920 sudah semakin maju dengan ditemukan alat transportasi lainnya seperti kendaraan bermotor dan mobil, angkutan kereta api dan jalan raya

1

H.A. Abbas Salim, Manajemen Transportasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993, hal. 6.

(22)

commit to user

memegang peranan penting dalam pengangkutan secara massal antar daerah dalam suatu wilayah.2

Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk menetapkan perwujudan wawasan nusantara memperkukuh pertahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kereta api adalah sarana transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri yang

dinamakan lokomotif maupun rangkaian dengan kendaraan lainnya yang dinamakan gerbong atau kereta yang bergerak di atas rel.3

Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan

dari moda transportasi lain yang ditata dalam transportasi nasional, mempunyai karakteristik dan pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, perlu

lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan

penggerak pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan rakyat.4

Pada zaman Hindia Belanda, di Indonesia terdapat dua macam perusahaan kereta api yang beroperasi yaitu:

1. Perusahaan kereta Api Negara (Staats Spoorwegwn disingkat SS)

2. Perusahaan kereta Api swasta yang tergabung dalam wadah yang diberi

nama Verenigde Spoorwebedrijf disingkat VS. SS mulai beroperasi tahun 1878 dari Surabaya ke Lamongan dan selanjunya meluas meliputi walayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogjakarta, Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera

2

H.A. Abbas Salim, Ibid 3

Rustian Kamaludin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Ghalamania, 1987, hal. 67. 4

(23)

commit to user

Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kantor pusat SS berada Di Bandung (sekarang menjadi pusat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di Jalan Perintis

Kemerdekaan No 1 Bandung). Perusahaan Kereta Api Swasta beroperasi mulai tahun 1867 dari Semarang ke Temanggung oleh NIS (Nederlandsch Indische

Spoorweg). Selanjutnya wilayah operasi NIS meluas ke wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Tengah.5 Dengan adanya keberhasilan NIS, selanjutnya bermunculan perusahaan-perusahaan kereta api swasta lainnya yang

beroperasi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Barat, Madura dan Sumatera Utara. Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan kereta api SS dan VS penggelolaanya disatukan dan kereta api di Jawa diberi nama

Rikuyu Sokoku.6

Berdasarkan Maklumat Kementrian Perhubungan Republik Indonesia

Nomor 1/KA tanggal 23 Oktober 1946 perusahaan kereta api SS dan VS dikelola oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Pada masa perjuangan

fisik dengan datangnya kembali Belanda bersama sekutu, penguasaan kereta api terbagi menjadi dua. Di daerah yang dikuasai Republik, kereta api dioperasikan DKARI. Sedangkan untuk daerah yang dikuasai Belanda, kereta api dioperasikan

oleh SS dan VS. Setelah terjadi pengakuan kedaulatan, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan, Tenaga Dan Pekerjaan Umum Republik

Indonesia Tanggal 6 Januari 1950 Nomor 2 tahun 1950 terhitung 1 Januari 1950 DKARI, SS dan VS digabung menjadi satu jawatan dengan nama Djawatan

5

Simeon R. Oerip, Sejarah Kereta Api Negara (SS/DKA) di Indonesia, Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia.1953. hal. 21-22.

6

(24)

commit to user

Kereta Api (DKA). Semua kekayaan, hak-hak dan kewajiban DKARI, SS dan VS mulai 1 Januari 1950 dioper oleh DKA.7

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1963, Djawatan Kereta Api Indonesia (DKA) diubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api Indonesia (PNKA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 61 Tahun 1971, Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) diubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Berdasarkan Peraturan Republik

Indonesia Nomor 57 Tahun 1990, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1998 Perusahaan Umum Kereta

Api (PRUMKA) diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).8

Bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri beserta

perkembangan kota-kota bersama dengan urbanisasi dan mobilitas penduduk yang berpergian terus menerus meningkat. Meningkatnya mobilitas penduduk yang

cepat, disertai dengan terjadinya kongesti pada angkutan jalan raya serta adanya kecenderungan pertumbuhan kawasan industri yang makin terbesar di Pulau Jawa.

Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan di bidang transportasi darat

yang benar-benar baik semakin meningkat. Makin meningkatnya penduduk Kota Wonogiri banyak masyarakat yang merantau banyak yang membutuhkan sarana

transportasi cepat, tarif memadai dan menghemat waktu.9 Pembangunan jalur kereta api di kabupaten Wonogiri menunjang lalu lintas dan ekonomi masyarakat

7

Siregar, Muchtarudin, Ekonomi Dan Management Pengangkutan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universits Indonesia, 1990. hal 65-66

8

Simeon R. Oerip, Op. cit.,hal.95-100. 9

(25)

commit to user

Kabupaten Wonogiri karena kereta api juga disebut cikal bakal sarana transportasi umum yang bersifat massal dan efisien di Kabupaten Wonogiri. Transportasi

kereta api juga membawa dampak mobilitas horizontal dan interaksi dalam masyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan akulturasi baik sosial maupun budaya masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dan mobilitas pribumi menjadi

semakin lancar dengan adanya transportasi kereta api yang menopang keramaian transportasi dan kehidupan masyarakat Wonogiri.

Pengaruh tentang perkembangan jalur kereta api terhadap pembangunan kota khususnya di Kabupaten Wonogiri sangat menarik untuk diketahui, tidak hanya sebagai sarana transportasi semata tetapi sebagai alat transportasi massal

pertama yang ada di Kabupaten Wonogiri. Pada tahun 1922-1976 keberadaan transportasi kereta api sekaligus membawa dampak modernisasi yang sangat

tinggi bagi masyarakat Wonogiri, sehingga pembangunan perkotaan dan pelaksanaan pembangunan sistem tata kota juga menarik untuk diketahui.

Semakin meluasnya jaringan transportasi kereta api dan mobilitas penduduk luar daerah yang menggunakan jasa transportasi kereta api menuju ke pusat kota. Untuk menunjang kepentinganya didirikanlah fasilitas-faasilitas

pelayanan sosial seperti pasar-pasar, sanitasi, kantor polisi, kantor pos, sarana hiburan, penginapan, rumah sakit, listrik, dan lainnya yang berada di pusat kota.

Kabupaten Wonogiri merupakan jalan kereta api di Jawa Tengah yang dibangun oleh NISM yang mana NISM merupakan salah satu perusahaan kereta api swasta Belanda yang tergabung dalam Verenigde Spoorwegbedrif (VS)

(26)

commit to user

tanggal 1 Oktober Tahun 1922. Pada awalnya jalur ini dari Purwosari hingga Baturetno, salah satu kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Jalur kereta api

Wonogiri-Baturetno ditutup untuk selama-lamanya karena pembangunan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri yang menelan jalur kereta api tersebut. Sehingga jalur yang tersisa adalah jalur rel antara stasiun Purwosari hingga stasiun

Wonogiri sepanjang kurang lebih 37 kilometer. Jalur kereta api di Kecamatan Baturetno termasuk daerah operasional VI Yogjakarta yang berada dikilometer

51+590.10

Transportasi kereta api juga membawa perkembangan dan pembangunan perkotaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Wonogiri, dengan

demikian pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai wawasan tentang arti pentingnya transportasi kereta api dalam perkembangan transportasi kereta api

dan perkotaan. Masuknya transportasi kereta api perubahan pandangan masyarakat berlalu lintas mulai beralih dari transportasi air ke transportasi darat.

Dikarenakan sungai Bengawan Solo mengalami pendangkalan maka pengangkutan barang hasil perkebunan hanya bisa diangkut pada masa musim hujan saja, oleh karena itu alternatif transportasi yang digunakan adalah melalui

jalur darat.

Perluasan jaringan kereta api dan pembangunan jalan darat sebagai alat

pendistribusian dan semakin berkembangnya budaya perkotaan di Solo mendorong migrasi penduduk serta membawa budaya asing yang kurang sehat masuk hingga praktek-praktek kriminalitas yang semakin tinggi. Budaya budaya

tersebut adalah candu, rokok dan minum-minuman keras. Kebutuhan akan

10

(27)

commit to user

buruh secara berpindah pindah baik pada buruh pembangunan kereta api maupun yang ada pada sentra industri maupun perkebunan, mengakibatkan adanya

pengajian upah dengan uang, sehingga perkotaan menjadi daya tarik sendiri dalam mengadu nasib di kota. Pertumbuhan urbanisasi maupun mobilitas penduduk yang berpindah pindah menjadi masalah di perkotaan, dikarenakan

mendorong aktifitas kriminal maupun praktek-praktek prostitusi semakin berkembang dan meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka

pokok-pokok perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan jalur kereta api di Wonogiri pada

tahun 1922?

2. Bagaimana dinamika perkembangan jalur kereta api di Wonogiri pada

periode tahun 1922-1976?

(28)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latarbelakang pembuatan jalur kereta api di Wonogiri pada tahun 1922?

2. Untuk mengetahui dinamika perkembangan jalur kereta api di Wonogiri

pada periode tahun 1922-1976?

3. Untuk mengetahui alasan pemerintah orde baru melakukan pembongkaran

jalur kereta api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah penelitian ini bisa menjadi acuan dan literatur untuk lebih mengetahui perkembangan transportasi

kereta api di Wonogiri tahun 1922-1976. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan baik secara historis maupun kebudayaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan tentang sejarah perkembangan kereta api di Kabupaten Wonogiri dan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan

(29)

commit to user

E. Kajian Pustaka

Dalam penelitian ini penulis menggunakan literature dan referensi untuk

menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber primer penulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang akan diangkat. Penelitian ini menggunakan beberapa buku

sebagai bahan acuan pokok untuk menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan ini, yaitu:

Buku karangan Wasino (2008), Kapitalisme Bumi Putera: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran. Buku ini menjelakaskan awal masuk kereta api di Kota Solo dan jalur traansportasi kereta api, juga menjelaskan jalur-jalur yang

digunakan untuk pengumpulan hasil alam yang akan diangkut dengan kereta api. Dalam buku ini juga menjelaskan bagaimana dampak adanya transportasi kereta

api, sejalan dengan munculnya budaya perkotaan dikalangan masyarakat Kota Solo.

Buku karangan Sartono Kartodirjo (1992), Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900, dalam buku ini menjelaskan simbol moderen yang lain bagi masyarakat Jawa adalah transportasi moderen kereta api, yang mulai beroperasi

sejak tahun 1863. Percepatan arus perdagangan hasil industri perkebunan untuk kepentingan ekspor semenjak tanam paksa, membutuhan suatu sarana transportasi

yang lebih memadai, oleh sarana transportasi darat lewat jalan raya pos ( Grote-Postweg) yang dibangun pada masa Gubernur Jendral Daendeles sudah tidak memadai lagi. Untuk mengatasi masalah itu, pada tahun 1863 pemerintah Hindia

(30)

commit to user

untuk membuka trayek kereta api pertama yang menghubungkan antara Semarang dan Yogyakarta (Vorstenlanden).

Buku Th. M. Metz, (1987) Mangkunegaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Terjemahan Moh. Husodo, menjelaskan proses pengangkutan hasil bumi dari daerah Mangkunegaran yang berada di daerah pelosok selatan mulai

Baturetno sampai Wonogiri kemudian dikirim ke kota daerah Vorstenlanden, hasil yang diangkut berupa palawija dan padi dan hasil bumi lainnya diangkut

dengan transportasi hewan kemudian diteruskan dengan transportasi kereta api dan peningkatan penduduk semakin meningkat dimana kereta api mempengaruhi tingginya angka urbanisasi yang ada di Kota Solo.

Buku karangan Imam Subarkah (1992). Sekilas 125 tahun Kereta Api: 1867-1992. buku ini membahas perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Dalam buku ini juga dijelaskan berbagai perkembangan perkeretaapian mulai dari pertama muncul di Jawa hingga berkembang di luar Jawa, berserta aspek

perubahan berdasarkan peraturan peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam masalah perkeretaapian di Indonesia. Dalam buku ini dibahas perkembangan perekeretaapian mulai dari pemerintahan kolonial, Jepang hingga Republik

Indonesia.

Buku karangan Suhartono (1991), Apanage dan Bekel, Perubahan Sosial

di Pedesaan Surakarta (1830-1920 ). Buku ini membahas tentang Transportasi dan Mobilitas, yang disebabkan karena adanya kereta api di daerah Vorstenlanden

yang banyak mempengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat Jawa baik

(31)

commit to user

jalur kereta api juga dibahas dalam buku ini secara menyeluruh dan perpindahaan atau mobilitas yang disebabkan karena adanya kereta api.

Skripsi dari Auditya Martin Nur Rochman. C0504012, yang berjudul

Transportasi Kereta Api Dalam Pembangunan Kota Solo Tahun 1900-1940, (2010). Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pembangunan perluasan jaringan kereta api kolonial di Jawa berlangsung dari abad 19-20 yang

bertujuan untuk memoderenisasi sistem transportasi dan pengangkutan secara masal sekaligus cepat, serta bertujuan untuk membuka daerah pedalaman. Transportasi kereta api juga membuka daerah pedalaman Vorstenlanden untuk

pengangkutan hasil alam sampai ke pedalaman menuju ke pelabuhan, oleh karena itu pembangunan jaringan kereta api pertama dilakukan dari

Semarang-Vorstenlanden yang dilakukan oleh perusahaan swasta NISM. Di dalam kota Solo eksploitasi jaringan kereta api berupa kereta trem yang dikuasai NISM yang

bertujuan mengangkut hasil alam dan sekaligus membuka daerah Solo sampai ke pedalaman.

Buku karangan Djoko Suryo (1989), Sejarah Sosial Pedesaan

Karesidenan Semarang 1830-1900. Buku tersebut membahas tentang aspek sosial dan ekonomi saat Cultuurstelsel dan membahas pembangunan perkeretaapian dari

Semarang menuju daerah Vorstenlanden dan membahas dampak dan peranan kereta api baik sosial maupun ekonomi bagi masyarakat Jawa. Buku ini memberikan gambaran perubahaan sosial yang diakibatkan dari berbagai faktor

(32)

commit to user

Buku karangan Harmen C. Veldhuisen (1993), Batik Belanda 1840-1940. Buku ini menjelaskan berbagai masalah budaya dan sosial, dalam buku tersebut

memperlihatkan bahwa kereta api sebagai simbol kehidupan moderen yang telah diterima oleh kalangan elit bangsawan keraton di Jawa. Ketika diselenggarakan upacara pembukaan di Stasiun pertama di Solo yang diberi nama Stasiun Balapan

pada tahun 1866. Susuhunan Paku Buawana X (Raja terbesar di Keraton Solo) melangsungkan pernikahan agung dengan menaiki transportasi kereta api dengan

berangkat dari Stasiun Balapan untuk menuju ke Yogyakarta maka ini memperlihatkan bahwa unsur-unsur moderenitas mulai diserap para kalangan elit bangsawan feodal tradisional atas kebudayan barat tersebut dalam rangka

penyamaan status sosial.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah. Metode

sejarah merupakan cara yang digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap data dan fakta yang objektif agar sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat terbukti secara ilmiah. Metode sejarah mempunyai empat tahapan proses

penelitian, yang pertama adalah heuristik yang menjadi langkah awal dalam penelitian sejarah. Langkah heuristik yang diambil peneliti adalah mencari dan

menemukan sumber-sumber atau data-data.

Proses heuristik, pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen seperti arsip tentang rute kereta api dari Solo Kota, Pasar Pon sampai kebeberapa

(33)

commit to user

pada bulan Agustus 1928, tentang tanah Mangkunegaran yang semula untuk pihak NISM dan SS menjadi terpakai oleh pihak lain. Kode Arsip P.2261. Berkas

tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. Kode Arsip 01.252. Arsip daftar pihak swasta yang memakai tanah-tanah Mangkunegara yang di berikan pada SS (Stats Spoorwagen) dan NISM (Nederland Indrsche Spoorweg

Maatschappij) untuk keperluan jalan transportasi Spoor. Dalam hal Surat menyurat tentang tanah yang dipakai untuk jalan kereta api dan foto-foto tentang

kereta api seperti rel kereta api, stasiun-stasiun, kereta api serta lori yang ditarik dengan hewan, dokumen lain adalah peta-peta tentang jalur kereta api tahun 1930.

Tahap kedua adalah kritik sumber, dalam langkah ini peneliti menyeleksi

tentang kredibilitas data dan keaslian sumber. Dalam hal ini peneliti menyeleksi data-data yang berhubungan dengan keberadaan awal mula jalur kereta api di

daerah Wonogiri dan data tentang kondisi Kabupaten Wonogiri bersamaan dengan adanya jalur kereta api yang mulai masuk daerah Kabupaten Wonogiri.

Tahapan Ketiga, adalah interpretasi. Tahapan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu analisis dan sintesa. Analisis adalah menguraikan data dengan memperhatikan aspek kausalitas. Sedangkan sintesa adalah penyatuan keduanya.

Tahap keempat adalah historiografi. Historiografi merupakan penulisan sejarah dengan merangkaikan fakta-fakta yang telah peneliti cari dan menjadi

kisah sejarah. Historiografi ini klimaks dari sebuah metode sejarah. Di sinilah pemahaman dan interprestasi atau fakta-fakta sejarah mengenai perkembangan jalur kereta api di Wonogiri tersebut ditulis dalam bentuk kisah sejarah yang

(34)

commit to user

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab.

Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan gambaran yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang beruntun.

Bab I berupa pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II membahas tentang gambaran umum tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat Wonogiri tahun 1923-1976 yang terdiri dari kondisi geografis, kondisi demografis dan sistem pemerintahan, sistem pendidikan, dan

sistem transportasi.

Bab III membahas tentang dinamika perkembangan jalur transportasi

kereta api di Kabupaten Wonogiri, yang berisi mengenai keberadaan kereta api Solo-Baturetno, jenis lokomotif, jalur rek kerta api Solo-Wonogiri dan

stasiun-stasiun maupun harga tiket kereta api pada masa kolonial Belanda , kependudukan Jepang dan masa sesudah kemerdekaan yang berada di Kabupaten Wonogiri.

Bab IV membahas tentang alasan pemerintah orde baru melakukan

pembongkaran jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri, yaitu mengenai factor pembangunan waduk gajah mungkur, serta dampak pembongkaran jalur kereta

api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976.

(35)

commit to user

15

BAB II

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WONOGIRI

TAHUN 1922-1976

A. Kondisi Geografis Wonogiri

Pada masa kekuasaan K.G.P.A.A Mangkunegara VII terjadi perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Pada tahun 1847 Kadipaten Mangkunegaran dibagi tiga daerah

Onderregwtschppen, (Kadipaten Anom) yaitu Karanganyar meliputi Sukawati, Matesih, dan Haribaya, Wonogiri meliputi Nglaroh (daerah yang terletak antara

Wonogiri dan Manyaran sekarang) , Hanggabayan (daerah sebelah timur laut kota Wonogiri sekarang sampai perbatasan Jatipurna dan Jumapolo di daerah Karanganyar), dan Keduwang (daerah yang terletak di sebelah Timur Bengawan

Solo bagian hulu), serta Malang Jiwan meliputi Pajang. Tahun 1875

Onderregwtschppen Malangjiwan diganti Baturetno, daerahnya Wiroko (meliputi

daerah Tirtomoyo sekarang), Sembuyan (daerah di sekitar Baturetno dan Wuryantoro sekarang).1 Terjadi pada tahun 1891 masa Mangkunegara V,

onderregenschap Baturetno dihapus dan wilayahnya digabungkan dengan

onderregenschap Wonogiri. Pada tahun 1903 dibawah pemerintahan Mangkunegara VI terjadi perubahan wilayah yang keempat, yaitu bentuk

Onderregenschap Kota Mangkunegaran. Dengan demikian daerah Praja Mangkunegaran terbagi menjadi tiga wilyah administrasi yaitu: Kota

1

(36)

commit to user

Mangkunegaran, Wonogiri, Karanganyar, dan ditambah enclave Ngawen.2 Tahun 1929 terjadi perubahan wilayah administrasi lagi yang dilakukan dalam rangka

penghematan. Hal itu dilakukan oleh Mangkunegara VII dikarenakan pada saat itu dampak-dampak krisis ekonomi yang terjadi di seluruh penjuru dunia sudah mulai

dirasakan oleh Praja Mangkunegaran. Oleh karena itu Mangkunegara VII menghapus Kabupaten Kota Mangkunegaran, dan wilayahnya dimasukkan ke wilayah Kabupaten Karanganyar. Hal itu tidak berlagsung lama dengan

penghidupan kembali yaitu bekas Kabupaten Karanganyar menjadi daerah Kabupaten Mangkunegaran.3

Tabel 1. Pembagian Administrasi Kabupaten Wonogiri pada tahun 1923.

Kabupaten Kawedanan Kecamatan

Wonogiri Wonogiri Wonogiri, Ngadirojo, Selogiri, Nguntoronadi

Wuryantoro Wuryantoro, Manyaran, Eromoko, Pracimantoro, Ngawen

Baturetno Baturetno, Giriwoyo, Giritontro, Baturawno, Tirtomoyo

Jatisrono Jatisrono, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, Sidoharjo

Purwantoro Purwantoro,Bulukerto,Slogohimo, Kismantoro

Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,2006. Sejarah Terjadinya Pemerintahan Di Wonogiri, Hal. 31-32.

Dengan demikian pada tahun 1930 wilayah administrasi Praja

Mangkunegaran menjadi dua wilayah yaitu; Kabupaten Kota Mangkunegaran (meliputi Kawedanan Kota Mangkunegaran, Kawedanan Karanganyar,

2

Daerah Onderregentschap disebut daerah Kabupaten. Rijksblad Mangkunegaran Tahun 1917 No. 331

3

(37)

commit to user

Kawedanan Karang Pandan, Kawedanan Jumapolo) dan Kabupaten Wonogiri (meliputi Kawedanan Wonogiri, Kawedanan Jatisrono, Kawedanan Wuryantoro,

Kawedanan Baturetno).

Kabupaten Wonogiri yang terkenal dengan sebutan Kota Gaplek,

merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang pembentukannya ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Luar

wilayah Kabupaten Wonogiri secara administratif dibagi menjadi 24 kecamatan; Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Tirtomoyo, Nguntoronadi,

Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Selogiri, Wonogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Jatisrono, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto, Slogohimo, Jatiroto, Jatipuro, Girimarto, Karang Tengah, menjadi kecamatan mulai tahun 1992, dan

Paranggupito menjadi kecamatan mulai tahun 1993. Batuwarno memiliki luas wilayah yang terbesar yaitu, 13.624Ha. 4

Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah adalah 210.000 Ha, secara geografis terletak pada garis lintang 7° 32' sampai 8° 15' dan garis bujur 110° 41' sampai 111° 18' dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Hindia. Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten.

4

(38)

commit to user

Secara umum daerah ini beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24° C hingga 32° C. Dengan

topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir

sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau.

Kondisi topografi yang sebagian besar tanahnya berbukit berupa

pegunungan kapur, tidak rata dengan kemiringan rata-rata 300, ketinggian tanah cukup bervariasi antar wilayah kecamatan yaitu mulai dari 106 meter sampai

dengan lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Bagi penduduk yang tinggal pedesaan pada umumnya mempunyai sifat goton-royong yang kuat, kerukunan antar warga terjaga baik dan hidup sederhana dengan mengandalkan alam. Hal itu

mereka wujudkan dengan upacara dan tradisi syukuran dan sesembahan hasil panen. Pertanian dan perkebunan di Kabupaten Wonogiri selama ini

mengandalkan pada keadaan iklim dan cuaca. Cara ini diperlukan untuk menentukan masa tanan. Selain itu, sistem irigasi dari waduk di Wonogiri digunakan dengan tujuan untuk menunjang mengairi pertanian, menampung debit

air hujan, dan mengatasi banjir di Bengawan Sala. Tanahnya terbentuk dari sendimen alluvial aliran sungai Bengawan Solo. Batuan dan bahan mineral yang

berguna bagi kesuburan tanah. Campuran antara tanah dan lumpur akan menjadi tanah sekunder untuk pertanian. Pegunungan kapur Selatan meliputi hampir seluruh Wonogiri dan kecamatan Jumapolo, Karanganyar Selatan seluas 2/3

(39)

commit to user

Praja Mangkunegaran ini sebenarnya sebagai rangkaian dari pegunungan kapur Selatan (Pegunungan Sewu) yang sebagian besar berada di Yogyakarta bagian

Selatan dan Pacitan.5

B. Kondisi Demografi Wonogiri

Pada masa Hindia Belanda, penetapan suatu wilayah menjadi

Staadsgemeente harus memenuhi 3 pertimbangan yaitu personen (penduduk),

omstandigheden (keadaan setempat) dan geld (keuangan). Faktor personen

(penduduk) yang dimaksud ini adalah penduduk kulit putih, bukan semata-mata

orang Belanda, melainkan juga orang Eropa-non Belanda dan bangsa lain (termasuk etnis Cina) yang disejajarkan dengan orang Belanda, paling tidak harus mencapai jumlah 10 % dari jumlah penduduk tersebut.6 Tetapi masyarakat di daerah Wonogiri 100% adalah asli dari suku Jawa dan beragama islam.7

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu gejala sosial ekonomi yang

terjadi pada masyarakat kolonial. Pertambahan penduduk menjadi kasus yang sulit dipecahkan. Menurut sensus penduduk tahun 1930 pertambahan penduduk pulau jawa sebesar 40 juta jiwa lebih. Di pulau Jawa sendiri kepadatan penduduknya

cukup banyak berada di Kota Mangkunegaran.8 Selama kurun waktu 1920-1930

5

http://sejarah.fib.ugm.ac.id/artdetail, (Diakses Tanggal 21 April 2011 23:27:36) 6

Endang Sri Wahyuni, Skripsi. Salatiga Masa Perang Kemerdekaan 1945 – 1949 (Kajian Sejarah Militer),Surakarta :Jurusan Ilmu Sejarah FSSR, UNS,1993; hal 31

7

Th. M. Metz, 1939. Mangkunagaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Mangkunegaran Surakarta: Rekso Pustaka, Halaman.17

8

(40)

commit to user

telah terjadi banyak perubahan penduduk Karisidenan Surakarta.9 Peningkatan laju pertubuhan penduduk semakin terlihat besar, yakni 10,2% menurut laporan

dari pihak pemerintah pamong praja kerajaan pada tahun 1925 terlihat adanya lonjakan pertumbuhan penduduk yang berpengaruh terhadap tingkat kepadatan

penduduk di wilayah Surakarta. Ketika kondisi perekonomian memburuk tahun 1930an masih terlihat pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Perubahan jumlah penduduk sebagai hasil perngurangan maupun pertambahan penduduk

dapat pula disebut sebagai pertumbuhan positif maupun negatif.

Tabel 2. Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran(Kota Mangkunegaran, Wonogiri, Ngawen) tahun 1930.

No Golongan/ Etnik ( Laki-laki dan Perempuan) Jumlah penduduk

1.

Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987. Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15

Pertumbuhan penduduk juga aterjadi didaerah Mangkunegaran salah satu daerah swapraja yang wilayahnya tergolong cukup luas diantara daerah swapraja lainnya. Berdasarkan sensus tahun 1930 (tabel 2), menjelaskan jumlah penduduk

mangkunegaran secara keseluruhan adalah 908.318 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar di seluruh wilayah Praja Mangkunegaran.

9

(41)

commit to user

Tabel 3.Rakyat Daerah Mangkunegaran pada tahun 1930

Jenis. Laki/Perempuan Kota

Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987. Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15

Mesti pada dasarnya setiap pertumbuhan hanya berpangkal pada tiga

unsur, kelahiran, kematian dan migrasi.10 Masalah kelahiran (natalitas) sangat erat kaitannya dengan masalah konsumsi pangan dan pola ikatan perkawinan. Sampai

dengan petengahan abad XIX makanan pokok sebagian besar masyarakat Surakarta adalah beras. Disamping itu masih ada pula yang mengkonsumsi jagung

atau umbi-umbian seperti penduduk di sebagian wilayah afdeling Surakarta yaitu penduduk Wonogiri yang masih mengkonsumsi jagung, gaplek, katul, thiwul serta

nasi gogik.11 Hal ini tidak mengherankan apabila di wilayah afdeling ini, pada

tahun 1918-1919 laju pertambahan penduduk terlihat agak terganggu karena banyak penduduk yang terserang berbagai penyakit, seperti influenza, malaria,

10

Barclay, Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta: Budi Aksara, 1984, hal. 58 11

(42)

commit to user

serta beri-beri.12 Pola makan yang hanya bertujuan untuk mengenyangkan perut tanpa memperhatikan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan tubuh

memberi andil terhadap penurunan gizi serta daya tahan penduduk.13

Masalah kematian (mortalitas) menjadi bagian yang terpenting dari

persoalan kependudukan di Karisidenan Surakarta. Periode 1900-an dapat dikatakan merupakan periode terburuk dalam masalah kesehatan di wilayah ini. Beberapa wabah penyakit, seperti kolera-disentri dan cacar, membawa tingkat

kematian yang cukup besar selama periode itu.

Meski demikian berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk tetap

dilakukan, sehingga tidak mengherankan bila faktor ini menjadi pendorong tidak langsung terhadap kenaikan penduduk di Wonogiri. Hingga memasuki tahun 1930 tidak kurang 26 rumah sakit serta poliklinik dibangun dan tersebar di wilayah ini

sebagai penanggulangan penyakit epidemis pes. Bahaya kekurangan pangan akibat musim kemarau yang panjang tidak dapat diatasi dengan tuntas. Disini

yang dimaksud musim kemarau yang panjang pada tahun 1918-1919 dan tahun 1929 yang terjadi di Kabupaten Wonogiri yang keadaan alamnya kurang baik itu. Periode pertama terjadi pada bulan-bulan petama pada tahun 1918 di daerah

Ngawen. Maka pemerintah dengan siap menyediakan bahan pangan yaitu beras,

gaplek, dijual kepada rakyat dengan harga yang lebih murah dibanding dengan

harga di pasar. Pemerintah tidak hanya menanggulangi bahaya kekurangan pangan, dimana pemerintah praja bersiap-siap dengan penanaman padi dan ketela pohon yang lebih banyak. Tidak berbeda pada masa paceklik tahun 1919 dan

12

Bundle weweran dhaten pratitisipun tetedan tuwin pamilihipun. Arsip M.N., P.2362. 13

(43)

commit to user

1929, dimana jeleknya keadaan kesehatan masyarakat Wonogiri yang terserang epedemi influenza menyebabkan kebanyakan penduduk mengalami kematian, dan

sebagian lagi disebabkan dengan oleh musim yang kurang baik. Sebagian padi yang baru ditanam mati karena kekeringan.14

Pola migrasi yang menjadi kecenderungan umum bagi penduduk telah lama dilakukan. Pembukaan jalur transportasi kereta api yang menghubungkan

Vorstenlanden, Semarang merupakan salah satu faktor terjadinya migrasi.

Sepuluh tahun setelah pembukaan jalur transportasi ini, tercatat 15.000 orang yang telah diangkut dengan kereta api. 15 Perpindahan atau migrasi yang paling

banyak dilakukan oleh penduduk Wonogiri ke beberapa daerah di sekitar Surakarta, bahkan pada tahun 1919 tanpa sepengetahuan pihak pemerintah mereka telah dikirim ke Sumatera untuk menjadi buruh. Sampai dengan periode tahun

1930 jumlah migrasi terutama yang masuk ke dalam karesidenan Surakarta cukup tinggi, yakni mencapai 67,9%. Jumlah migrasi yang cukup bear di Karisidenan

Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

14

Th. M. Metz.Ibid. halaman. 82-83

15

(44)

commit to user

Tabel 4. Jumlah Migran masuk dalam Wilayah Karisidenan

Surakarta tahun 1930

Kabupaten Laki-laki Perempuan Jumlah

Surakarta 5349 7339 12688

Klaten 3775 4715 8490

Mangkunegaran 2302 2551 4852

Wonogiri 2166 2219 4358

Boyolali 1317 1901 3218

Sragen 1084 1362 2446

Sumber. Volkstelling, 1930 deel II, hal.25

Berdasarkan data di atas, mengemukakan bahwa kepadatan penduduk wilayah Praja Mangkunegaran keseluruhan begitu sedikit. Di kabupaten Wonogiri terutamanya terdiri dari tanah yang tandus. Bertambahnya penduduk setelah

sensus tahun 1930, menunjukkan dengan jelas hasil dari pada pemeritahan Sri Mangkunegoro VII, yang secara baik mengantur populasi jumlah penduduk

dengan cara membuka migrasi pada bidang perkebunan. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat banyak di bangun jembatan, jalan– jalan baru, sekolah–sekolah, dan bank desa memberi kesempatan bagi penduduk

untuk memperbaiki kesejahteraanya.16

Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Wonogiri tidak merata di setiap kecamatan hal ini dimungkinkan karena wilayah Kabupaten Wonogiri yang

luas serta kondisi alamnya yang berupa pegunungan kapur yang memiliki tingkat

16

(45)

commit to user

kesuburan yang kecil serta sulitnya penyerapan air sehingga masalah air bersih seringkali menjadi masalah yang utama untuk di daerah Kabupaten Wonogiri.17

Kondisi alam yang 65 persen dari luas wilayah Kabupaten Wonogiri yang berupa perbukitan menjadi tantangan masyarakat dalam hal pengolahan tanah baik

menjadi tempat tinggal maupun lahan yang produkif.18

Dengan kondisi keadaan tanah di daerah Wonogiri yang berupa pegunungan sehingga sulit untuk diolah dalam bentuk pertanian apapun

menyebabkan banyaknya migrasi keluar pulau Jawa. dapat dilihat pada tabel dibawah ini mengenai jumlah tenaga kerja petanian pada tahun 1930.

Tabel 5. Jumlah tenaga kerja pertanian pada tahun 1930 di daerah

Praja Mangkunegaran

Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987. Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15

17

Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima Daerah 1989/1990-1993/1994 Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri, hal. 3-13.

18

(46)

commit to user

Di dalam Praja Mangkunegaran juga terdapat industri dan kerajinan rumah, tetapi tidak begitu pentingnya dibandingkan dengan pertanian. Selain

pabrik-pabrik yang berkaitan dengan pertanian besar.19

Pada jaman penjajahan Jepang, kabupaten Wonogiri masih termasuk

wilayah Mangkunegaran, masyarakat Wonogiri semakin merosot karena kekurangan bahan pangan yaitu gaplek, masyarakat Wonogiri dipaksa dengan menyetorkan bahan makan oleh pemerintah Jepang. Penyakit busung lapar dan

angka kematian meningkat begitu pesat terutama di daerah Slogohimo, Purwantoro, dan Jatipurwo. Masyarakat tidak sanggup lagi membeli bahan

makanan yang harganya semakin melonjak.

Pada masa awal Orde Baru ditandai dengan rencana proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang dimulai pada tahun 1972 yang dilakukan

oleh Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan the Japanese Overseas Technical Cooperation Agency (OCTA) yang telah merumuskan pada tahun 1974

sebagai rancangan induk proyek pengebangan wilayah Sungai Bengawan Solo. Dengan adanya Proyek Pembangunan Waduk Gajah Mungkur ini mengorbankan masyarakan di 6 kecamatan harus bertransmigrasi (Bedhol Deso) ke luar Jawa

seperti, ke Sumatera sebanyak 12.500 kepala keluarga. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan jumlah penduduk khususnya masyarakat Nguntoronadi,

Wuryantoro, dan Baturetno yang sebagian besar wilayahnya terendam genangan Air Waduk Gajah Mungkur.20

19

Th. M. Metz, Op. Cit. halaman. 38 20Koran Mardika „DHARMA KANDA’

(47)

commit to user

C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Wonogiri

Pada hakekatnya ekonomi politik pemerintah kolonial masih

melaksanakan prinsip eksploitasi, namun tidak lagi berdasarkan system tradisional atau feodal, tetapi selaras dengan prinsip liberal. Prinsip liberal pada dasarnya

memberi kekuasaan kepada golongan swasta untuk melakukan kegiatan kewiraswastaan. Oleh karena struktur agraris di Jawa masih terikat pada struktur tradisional, maka diciptakanlah seperangkat aturan yang memungkinkan pihak

swasta bisa berusaha secara bebas dan maksimal.

Jawa sejak lama menjadi sumber komoditas tanaman ekspor yang mampu

menembus pasaran dunia. Sumber pendapatan Praja Mangkunegaran sejak semula

memang dari tanah apanage. Namun perkembangan selanjutnya mengalami

perubahan. Pertanian dan perkebunan nampaknya mulai dipilih untuk dikembangkan

dengan melihat kondisi geografis serta iklim di Praja Mangkunegaran. Setelah terjadi

reorganisasi agrarian, tanah-tanah apanage yang selama ini menjadi andalan

pendapatan praja hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok saja,

seperti beras dan palawija. Setelah tanah apanage dan tanah lunguh dihapuskan.

Praja Mangkunegaran mengharapkan lebih dari tanah Praja Mangkunegaran mampu

menopang pendapatan Praja.21

Di daerah Wonogiri sesuai dengan kondisi geografi yang berupa pegunungan yang cocok untuk perkebunan kopi dan tebu. Perkebunan kopi dan

tebu yang berada di daerah Wonogiri dikelola oleh Praja Mangkunegaran. Kondisi perkebunan tersebut membawa kemajuan dibidang ekonomi baik bagi Praja

21

(48)

commit to user

Mangkunegaran dan sebagian besar masyarakat Wonogiri yang bekerja sebagai buruh maupun yang menyewakan tanah untuk perkebunan.

Ekonomi pedesaan di wilayah perkebunan Mangkunegaran ini terkait erat dengan ekonomi perkebunan kopi dan tebu. Pembangunan infrastruktur di

perkebunan, seperti sarana transportasi (jalan raya dan rel kereta api), mempengaruhi dinamika ekonomi pedesaan. Sebaliknya, industri perkebunan juga terkait dengan ekonomi pedesaan, terutama yang terkait dengan pemenuhan

tenaga kerja, tanah, jasa dan kebutuhan bahan pangan. Sektor-sektor ekonomi pedesaan yang hidup di wilayah Mangkunegaran meliputi sektor pertanian

pangan, perdagangan dan tranportasi, serta keuangan dan perbankan.

Jaringan transportasi dan perdagangan di wilayah perkotaan dan pedesaan berupa kereta api untuk keperluan mengangkut hasil gula dan kopi ternyata

membuka isolasi desa-desa di sekitar perkebunan. Demikian pula perkembangan jalan raya Surakarta-Semarang, Surakarta-Yogyakarta, Surakarta-Sragen,

Surakarta-Tawangmangu, serta Surakarta-Wonogiri membuka peluang kerja di sektor jasa transportasi, mulai dari gerobak, pedati, andong dan bus. Sejak dilakukannya perluasan perkebunan pada awal abad XIX, karesidenan Surakarta

sudah mengkoordinasikan seluruh kegiatannya yang meliputi daerah Klaten, Boyolali, Kartosuro, Sragen, Karanganyar dan Wonogiri. Letak karesidenan

Surakarta sangat strategis dan mudah dijangkau dari berbagai penjuru. Sepanjang jalan besar dari Semarang dan Yogyakarta banyak didirikan pos dan benteng untuk memudahkan pengawasan dan komunikasi. Demikian pula jalan kereta api

(49)

commit to user

menghubungkan pusat-pusat perkebunan di pedalaman sudah membentuk jaringan transportasi yang efektif dengan kota-kota pada akhir abad XIX.22

Kondisi ekonomi di daerah Wonogiri selama kependudukan Jepang, di daerah Wonogiri terjadi eksploitasi ekonomi terutama masalah pangan, banyak

terjadi sistem tanam paksa dan pengumpulan hasil bumi berupa padi dan gaplek.

Kondisi yang terjadi di Wonogiri pada tahun 1944 telah menjungkirbalikkan perkiraan. Selama kurun waktu tahun 1944, di daerah Wonogiri jarang diguyur

hujan sehingga mengalami kekeringan yang parah. Kondisi yang demikian ini menyebabkan produksi gaplek turun hingga 50 persen. Produksi gaplek yang

kurang untuk mememuhi kebutuhan penduduk, tetap diwajibkan untuk disetorkan kepada pemerintahan Jepang. Gaplek yang dikumpulkan secara paksa sebanyak kurang lebih 800 rb kilo.23 Selama pemerintahan Jepang di Wonogiri, keberadaan

jumlah penduduk semakin menurun, hal ini disebabkan masalah kesehatan penduduk yang memburuk akibat kkekurangan bahan makanan sehingga banyak

penduduk meninggal karena kekurangan makanan.

Keberadaan ekonomi masyaraat Wonogiri semakin mengalami perubahan selama kependudukan Jepang keluar dari daerah Wonogiri, kondisi ekonomi

masyarakat dengan semakin berkembangnya sarana-sarana perkotaan, yang berupa pasar-pasar daerah, membawa mobiliitas masyarak Wonogiri semakin

22

Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-1920. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Halaman. 24

23

(50)

commit to user

berkembang dalam dunia ekonomi. Banyak masyarakat yang menggunakan jasa transportasi sebagai angkutan yang cepat untuk menjual hasil-hasil bumi ke

pasar-pasar daerah. Pada tahun 1960-1970 perekonomian di Wonogiri yang sebagian besar masyarakat khusunya Baturetno yang menggunakan jasa transportasi kereta

api menjadikan pertumbuhan dibidang ekonomi semakin meningkat dengan penjualan-penjualan hasil bumi dan adanya pajak bagi pihak PPN yang mengakut batu gamming dari daerah Selomarto.

Tabel 6. Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran (Tahun 1928 - Awal Tahun 1929).

Nama - Nama Pasar

PENDAPATAN PADA TAHUN

Tahun 1928 Tahun 1929 (Januari, Februari,Maret) Dalamkota. f 30426,97 f 7610.74

Wonogiri f 22501,55 f 5234,40 Wuryantoro f 15367,59 f 3542,62 Baturetno f 14054,90 f 2753,19 Jatisrono f 15262,22 f 3510,13 Purwantoro f 13722,23 f 3104,58 Karanganyar f 19226,31 f 4855,56 Karangpandan f 21884,06 f 5561,29 Jumapolo f 9495,64 f 2226,01

JUMLAH f 161941,47 f 58398,52

Hasil Toko Templek f 1918,75 f 498, -Hasil dari erf Pasar f 233,91

JUMLAH f 164094,13 f 38896,52

(51)

commit to user

D. Kondisi Transportasi Di Wonogiri

Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan dengan

kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek aspek sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Wujud dari sarana transportasi adalah berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan

penumpang yang digerakkan oleh mesin motor atau penggerak lainnya, yaitu sarana angkutan umum. Sedangkan wujud dari prasarana transportasi adalah jalan,

terminal dan stasiun;

1. Jalan dan Jembatan

Pembangunan yang urgen di Praja Mangkunegaran adalah jalan dan

jembatan. Jalan dan jembatan dipadang mendesak karena mengingat ditinjau dari teknik lalu lintas letak wilayah Mangkunegaran tidak baik sekali, walaupun

ibukotanya berada di titik persilangan keretapi api yang terpenting dipulau jawa, karena dua perusahaan kereta api yang terpenting SS dan NIS, namun mangkunegaran hanya sebagian kecil yang disinggahi. Sebagian besar daerah

mangkunegaran masih terisolir untuk dilalui dengan kendaraan umum. Van Wijk menceritakan bahwa jalan-jalan di Mangkunegaran sangat buruk sekali, kondisi

ini memang dapat dimengerti karena raja kurang memperhatikan kesejahteraan dan kepentingan umum. Jalan-jalan pada umumnya dibuat dengan tenaga kerja rodi dan dibuat alakadarnya. Jaringan jalan-jalan terdiri dari jalan pos, jalan besar,

Gambar

Tabel 1. Pembagian Administrasi Kabupaten Wonogiri pada tahun 1923.
Tabel 2. Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran(Kota Mangkunegaran,
Tabel 3.Rakyat Daerah Mangkunegaran pada tahun 1930
Tabel 4. Jumlah Migran masuk dalam Wilayah Karisidenan
+7

Referensi

Dokumen terkait

hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penguasaan Tanah Ruang Pengawasan Jalur Kereta Api di Daerah Surakarta”..

diadakannya pembangunan jalur kereta api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung dan masyarakat setuju dengan diadakannya pengadaan tanah, masyarakat mendapatkan ganti rugi atas tanah

Data-data dan hasil analisis yang telah di didapatkan menunjukan indikasi bahwa untuk rute jalur kereta api lintas tengah yang sebelumnya sudah ada tidak memungkinkan untuk

Argo Anggrek dengan kereta api Senja Utama membuat semua jajaran PT Kereta Api bekerja keras menangani tragedi tersebut. Dalam waktu yang relatif singkat, jalur dari arah

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki jalur kereta api dalam

Munculnya transportasi kereta api di Magelang tidak terlepas dari adanya system tanam paksa yang ditetapkan pemerintah Belanda untuk memberikan lahan masyrakat

Semakin meningkatnya jumlah sarana kereta api membuat lalu lintas perjalanan kereta api juga men- jadi semakin padat sementara peningkatan jumlah jalur cenderung tetap sehingga

Tujuan dengan adanya MOU antara Jasa Raharja dengan Kereta Api Indonesia adalah memberikan jaminan pelindungan asuransi kepada masyarakat selama menggunakan media transportasi Kereta