commit to user
i
STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU SD SE KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh:
FUGUH YUNIARSO NIM : X4609015
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU PENJAS SD SE KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN
SRAGEN TAHUN 2012
Oleh :
FUGUH YUNIARSO NIM : X4609015
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan, Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 10 April 2012
Pembimbing I
Drs.H.Agus Margono,M.Kes NIP. 19580822 198403 1 002
Pembimbing II
Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jum’at
Tanggal : 4 Mei 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Drs. Heru Suranto, M.Pd
Sekretaris : Drs. Agus Mukholid, M.Pd
Anggota I : Drs. Agus Margono,M.Kes
Anggota II : Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
commit to user
v ABSTRAK
Fuguh Yuniarso. STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU PENJAS SD TAHUN 2012, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.
Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat pemahaman guru penjas terhadap pemahaman pembelajaran penjas di SD Se -Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode Studi deskriptif kuantitatif. Subjek penelitianya adalah seluruh guru penjas SD Se - Kecamatan Sukodono yang berjumlah 23 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, dokumen dan instrumen angket teknik pengumpulan data menggunakan penghitungan persentase terhadap jumlah jawaban dari angket.
Data penelitian berupa aspek – aspek yang mempengaruhi pemahaman guru penjas tentang pemahaman pembelajaran penjas yang meliputi, Komponen pemahaman pembelajaran penjas yang terkandung didalamnya, pengertian masing – masing komponen pemahaman pembelajaran penjas yang diperoleh dengan angket dan wawancara. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik persentase atau frekuensi relatif yang kemudian data yang di peroleh nantinya diolah sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek dalam angket yang meliputi: mengecek kelengkapan data (verifikasi data), mentabulasikan masing - masing item ke dalam aspek, menghitung persentase jawaban.
commit to user
vi ABSTRACT
Fuguh Yuniarso. STUDY OF THE UNDERSTANDING OF LEARNING PHSYCAL EDUCATION IN ELEMENTARY SCHOOL PHSYCAL EDUCATION TEACHER 2012, Thesis. Surakarta: Faculty of teacher training and Education Science University Sebelas Maret Surakarta, in January 2011.
Research purposes is determine the level understanding teacher phsycal education against understanding learning phsycal education in elementary school Sukodono sub- district, sragen regency , 2012 .
This research uses a descriptive study of quantitative methods. That research is an entire subject physical education teacher in Elementary that up add to 23 people. Data collection techniques are to use observation , documents and instrumrn data collection techniques using questionnaire calculating percentage against the total number of ideal.
Research conducted in the form of aspects which affects teacher understanding phsycal education about understanding of learning phsycal education whict include. Learning understanding component physical education in it, understanding each phsycal education learning comprehension component obtained by questionnaire and interiviews.Analysis data in this research uses techniques of relative frequenchy or percentage which is then the data on obtained later processed according to the purpose and research questions with attention to the aspects in which include : check questionnaire completeness of data (data verification),to mentabilation each item into aspect, to count the percentage of answers.
commit to user
vii MOTTO
Carilah ilmu dengan tanpa mengganggu dan meninggalkan ibadah,
beribadahlah dengan ilmu pengetahuan
Sebaik baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat bagi
hidupnya dan hidup orang lain.
Kesuksesan dalam hidup adalah mempersembahkan karya terbaik dalam
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kudedikasikan Skripsi ini untuk:
- Ayahanda dan Ibuhanda tercinta
- Kakak dan Adik tercinta dan Saudara - saudaraku
- Kekasihku tercinta
- Bapak / ibu dosen yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu untuku
- JPOK dan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai awal menatap
hari yang akan datang
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikanrahmat dan ridho-Nya sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini
dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Dengan menyadari dengan sepenuh
hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha
semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu mengucapkan
terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan
skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah memberikan
dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
3. Drs. Agus Margono, M. Kes, selaku Dosen Pembibing I yang telah sabar dalam
memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or, selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar
dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Kepala UPT Disdik Kecamatan Sukodono yang telah memberikan motivasi
dalam terselesaikannya penelitian ini.
6. Guru-guru Penjas SD Se - Kecamatan Sukodono yang telah membantu dengan
sepenuh hati selama pelaksanaan penelitian.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan sehingga
terselesaikannya penulisan skripsi.
8. Teman – teman satu angkatan JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, Saya
commit to user
x
dari Allah SWT. Akhirnya mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca semua.
Surakarta, 4 Mei 2012
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
PENGAJUAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Belajar Mengajar ... ... 7
2. Pendidikan jasmani ... 10
3. Pembelajaran Penjasorkes ... 13
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembelajaran ... 14
a. Faktor Internal... 15
b. Faktor Eksternal... 20
5. Pemahaman Arti, Fungsi, Tujuan Pendidikan Jasmani ... 22
6. Sarana dan Prasarana ... 33
commit to user
xii
B. Kerangka Pemikiran ... 35
BAB III. METODE PENELITIAN... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
1. Tempat Penelitian ... 37
2. Waktu Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel ... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ... . 37
D. Rancangan Penelitian ... 40
E. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 42
A. Diskripsi Data ... 41
B. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 51
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 53
A. Simpulan ... 53
B. Implikasi ... 53
C. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Rancangan Penelitian ... 40
Gambar 2. Diagram nilai pemahaman pemahaman pembelajaran penjas guru SD Se-Kecamatan Sukodono ... 43
Gambar 3. Diagram nilai aspek arti pemahaman pembelajaran Penjas ... 45
Gambar 4. Diagram nilai aspek fungsi pemahaman pembelajaran Penjas ... 47
Gambar 5. Diagram nilai aspek tujuan pemahaman pembelajaran Penjas ... 49
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Pemahaman Pembelajaran Penjas... 42
Tabel 3. Deskripsi Aspek Penilaian Arti Pemahaman Pembelajaran Penjas . 44
Tabel 4. Deskripsi Aspek Penilaian Fungsi Pemahaman Pembelajaran
Penjas ... 46
Tabel 5. Deskripsi Aspek Penilaian Tujuan Pemahaman Pembelajaran
Penjas ... 48
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kisi - kisi Angket Penalitian Pemahaman Pembelajaran Penjas 57
Lampiran 2. Instrumen Angket Penelitian Tentang Pembelajaran Penjas
Pada GuruPenjas SD Se Kecamatan SukodonoGuru ... 60
Lampiran 3. Daftar Jumlah Populasi Penelitian ... 64
Lampiran 4. Daftar Nama Guru Penjas SD Se Kecamatan Sukodono ... 65
Lampiran 5. Hasil Try Out Angket Guru ... 66
Lampiran 6. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ... 74
Lampiran 7. Deskripsi Penelitian Pemahaman Pembelajaran Penjaskes ... 75
Lampiran 8. Deskripsi Penelitian Tiap Aspek ... 76
Lampiran 9. Surat Pengajuan Judul ... 77
Lampiran 10. Validasi Judul ... 78
Lampiran 11. Surat ijin Pengajuan Skripsi ... 79
Lampiran 12. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ... 80
Lampiran 13. Surat ijin Try out ... 81
Lampiran 14. Surat ijin penelitian dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sukodono ... 82
Lampiran 15. Surat keterangan keterangn dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sukodono ... 83
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak bangsa Indonesia merdeka pelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ada dan harus
dimasukkan dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan di sekolah. Supaya
pendidikan jasmani yang telah direncanakan dengan baik dapat dilaksanakan
dengan baik pula, maka perlu juga dipersiapkan guru pendidikan jasmani yang
berwenang dan berkemampuan. Guru pendidikan jasmani yang berkemampuan
dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran,
khususnya pendidikan jasmani dan olahraga. Dengan pemahaman tersebut,
seorang guru akan bisa lebih mudah dalam merencanakan dan melaksanakan
program pendidikan jasmani yang lebih bermanfaat dan bermakna bagi para
siswa.
Pelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani (fisik). Telah menjadi pengetahuan umum bahwa pendidikan
jasmani sebagai suatu subsistem pendidikan yang dikelola melalui aktivitas
jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan
jasmani mempunyai tujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang
direncanakan secara sistematik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sehingga proses pembelajaran penjas harus dirumuskan dan dirancang
setiap hari. Seorang pendidik harus membuat perencanaan dari mulai perumusan
tujuan, pelaksanaan kegiatan, teknik motivasi siswa serta bagaimana cara
mengevaluasi dalam proses pembelajaran. Pendidikan jasmani tidak kalah penting
commit to user
kedudukannya dalam lingkungan pendidikan sama dengan mata pelajaran lain.
Banyak anggapan orang bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan
atau di ajarkan dengan tidak di rencanakan, mudah dan dapat diajarkan secara
serampangan padahal tidak seperti itu. Dalam kenyataannya justru pendidikan
jasmani lebih sulit, karena dalam proses pembelajarannya dilakukan diluar kelas.
Sehingga penguasaan dan proses pembelajarannya lebih membutuhkan
perencanaan yang matang agar proses belajar dapat tercapai, karena setiap anak
dalam setiap jenjang pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sekolah dasar merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Bergerak merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting
bagi anak, hampir dari seluruh waktunya digunakan untuk bergerak, misalnya
berjalan, berlari, melompat, melempar dan dapat dilakukan lewat permainan
permainan dan masih banyak yang lainnya. Selain hal tersebut bergerak bagi anak
merupakan salah satu cara untuk melakukan komunikasi non verbal dengan teman
atau dengan lingkungannya dan berekspresi yang sangat berarti untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan. Penjas memberikan peranan yang sangat
penting yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung
dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan
kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis.
Proses pembelajaran dapat berhasil apabila semua komponen - komponen
yang ada didalamnya terpenuhi. Salah satu komponen adalah fasilitas yang sangat
menentukan jalanya proses pembelajaran dan keberhasilan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani selain guru,
siswa dan lingkungan termasuk, fasilitas juga menentukan hasil belajar. Fasilitas
tidak harus sesuai dengan ukuran lapangan, peraturan dan juga bentuk
sesungguhnya tetapi bisa dimodifikasi dalam bentuk yang sederhana yang
disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik, kenyataannya fasilitas dan
modifikasi masih sangat minim didalam lingkungan pendidkan Sekolah Dasar.
Padahal dalam pendidikan Sekolah Dasar fasilitas dan modifikasi dari berbagai
commit to user
Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar materinya sangat bervariasi dan
komplek. Hal itu dapat dilihat dari ruang lingkupnya yang meliputi permainan
dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, aktivitas air,
pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dibanding dengan orang dewasa anak - anak
memiliki keterbatasan kemampuan dalam menerima informasi, membuat
keputusan dengan cepat dan mengevaluasi keterampilan sehingga kurang
pengalaman dan tidak mengetahui hal yang penting tentang keterampilan.
Demikian anak membutuhkan bantuan dalam hal yang penting. Anak apabila
sudah berkembang keterampilannya dan memperoleh banyak pengalaman anak
lebih dapat menerima dan menggunakan informasi. Untuk itu dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar seorang guru penjas harus
mampu melakukan proses pembelajaran dengan baik dan tepat.
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa faktor - faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa termasuk dalam penjasorkes, yang meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa yang
meliputi fisiologis (jasmani) dan phsikologis(rohani), sedangkan faktor eksternal
merupakan yang berasal dari luar siswa yang berasal dari lingkungan sosial dan
non sosial. Dari beberapa faktor diatas sangat mempengaruhi proses belajar dapat
memperlancar dan juga menghambat jalannya pembelajaran disetiap jenjang
pendidikan termasuk di sekolah dasar. Di SD Se – Kecamatan Sukodono
pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan pada pengalaman yang di peroleh pada saat melakukan praktek
pengalaman lapangan di sekolah,di temukan kenyataan bahwa penyelenggaraan
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah masih ada dan kurang sesuai dengan apa
yang di harapkan,sebagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani yang
sebenarnya,Hal itu dapat dilihat dari pengorganisasian program serta perencanaan
pengajaran yang kurang tersedia dan berjalan sebagaimana mestinya.Masalah ini
dapat terjadi karena beberapa sebab, salah satu di antaranya adalah kurangnya
pemahaman yang di miliki oleh guru pendidikan jasmani terhadap proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, kurangnya sarana dan prasarana
commit to user
Pengalaman lain adalah ketika mendapatkan mata pelajaran penjaskes saat
di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di kabupaten Sragen. Di
sana belum bisa merasakan arti yang mendalam dan bermakna setelah
mendapatkan mata pelajaran tersebut, hal ini di rasakan setelah memahami lebih
dalam tentang pendidikan jasmani dan olahraga di perguruan tinggi. Pengalaman
tersebut memunculkan gagasan atau inspirasi untuk meneliti apakah guru
pendidikan jasmani di Kabupaten Sragen telah memahami secara mendalam
tentang pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, untuk itu penulis
bermaksud untuk membuktikan gagasan tersebut dengan penelitian.
Dengan memiliki pengetahuan serta pemahaman tentang proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga secara benar dan mendalam, akan
dapat membantu mempermudah dalam menyusun serta mengorganisasi
pelaksanaan program pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dengan tepat,
sesuai dengan kaedah proses pembelajaran pendidikan jasmani yang sebenarnya.
Sehingga dengan memiliki pemahaman yang benar, diharapkan dapat lebih
memperlancar proses pelaksanaan pendidikan khususnya pendidikan jasmani dan
olahraga yang lebih berkualitas dan bermakna. Pentingnya pemahaman tentang
proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga pada guru pendidikan
jasmani,untuk itu mucul gagasan untuk meneliti apakah guru pendidikan jasmani
di sekolah sudah melaksanakan dan memiliki pemahaman tentang pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga seperti yang diharapkan. Untuk itu perlu di cari
informasi yang valid tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani pada guru
pendidikan jasmani melalui penelitian ini.
Guru pendidikan jasmani sebagai pendidik yang memiliki peranan yang
cukup penting baik didalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum,
memiliki peran dalam mengolah, meramu dan mengevaluasi terhadap
penyempurnaan kurikulum. Dalam melakukan penyempurnaan terhadap
kurikulum tersebut tentunya tidak lepas dari konsep-konsep yang telah
dipahaminya. Pemahaman terhadap konsep pendidikan jasmani dan olahraga pada
setiap guru tentunya akan berbeda satu dengan yang lainnya, berdasarkan tingkat
commit to user
jasmani di sekolah perlu untuk di mintai informasi tentang pemahaman mereka
terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga bagi peserta didik,
sehingga diharapkan dalam penyelengaraan pendidikan jasmani dan olahraga di
sekoh dapat berjalan dengan lebih baik dan benar sesuai dengan proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang sebenarnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah pemahaman pembelajaran penjas pada guru penjas SD di
SD Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk : Mengetahui pemahaman yang di miliki guru penjas SD
terhadap pembelajaran penjas di SD Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen
tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan pada penelitian ini dapat memperbaiki proses pembelajaran
penjasorkes di SD se – Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen dan juga sebagai
sumbangan informasi, yang dapat di gunakan sebagai bahan masukan :
1. Bagi guru untuk meningkatkan pemahaman tentang proses pembelajaran
penjasorkes dan dapat dilakukan untuk meningnkatkan pembelajaran penjas
untuk mencapai mencapai tujuan pendidikan jasmani.
2. Bagi sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan
commit to user jasmani di sekolah dapat ditingkatkan.
3. Dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak yang bersangkutan dapat
lebih meningkatkan di dalam pelaksanaan dan perencanaan program
pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah demi kemajuan dan
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjuan Pustaka
1. Belajar Mengajar
Sebelum membicarakan beberapa hal mengenai pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah, terlebih dahulu perlu kita pahami apa yang dimaksud dengan
pendidikan jasmani dan olahraga. Apabila dipilih secara acak sekelompok orang
dan tiap orang itu ditanyai "Apakah pendidikan jasmani itu?", jawaban yang
muncul pasti akan beragam. Ada sebagian yang menjawab bahwa pendidikan
jasmani itu adalah latihan; sebagian menjawab bahwa pendidikan jasmani adalah
pengajaran tentang olahraga; ada lagi yang menjawab bahwa pendidikan jasmani
itu terdiri dari permainan dan aktivitas jasmani lainnya. Ada pula yang
menghubungkannya dengan senam, kesegaran jasmani dan kompetisi olahraga.
Bila berikutnya ditanyakan "Apa yang dimaksud dengan Olahraga?" tentunya
jawaban yang muncul juga akan bermacam-macam.
Apabila pertanyaan yang sama diajukan kepada para guru mungkin akan
diperoleh jawaban yang berbeda juga. Guru SD mungkin akan mengkaitkan
pendidikan jasmani dengan senam dan permainan. Pelatih mungkin
memandangnya sebagai satu persiapan untuk pertandingan. Mungkin juga guru
SMA menganggap pendidikan jasmani adalah olahraga untuk mengisi waktu
luang.
Untuk menjelaskan dan memberikan jawaban yang benar terhadap
beberapa pertanyaan diatas, berikut ini akan kita pelajari beberapa bahasan
mengenai pengertian, pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga menurut pendapat dari para pakar di bidang pendidikan jasmani dan olahraga.
a. Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini
commit to user
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah
maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri. Namun tidak semua yang
berada ditengah - tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar, orang harus
aktif, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaan melalui
aktifitas. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat
diamati. Belajar sebagai proses perubahan pengertahuan yang tersimpan dalam
memori dan proses belajar dipandang sebagai proses pengelolaan informasi.
Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari
dalam diri seseorang atau individu. Menurut Munir (2008: 146) bahwa ” belajar
adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan
lingkungannya”. Perubahan perilaku adalah hasil belajar dengan kata lain
seseorang dikatakan belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan sebelumnya. Perilaku meliputi aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan setiap siswa. Sedangkan menurut W.S Winkel (1986: 53)
berpendapat bahwa ” Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai - nilai sikap”. Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Banyak sekali
bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia atau siswa yang tergantung
pada belajar.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa belajar merupakan suatu proses yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang akan menimbulkan
perubahan langsung maupun tidak langsung baik pengetahuan, keterampilan, dan
nilai - nilai sikap dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
b. Mengajar
Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan
penyampaian pesan - pesan dari seorang guru kepada para peserta didik.
commit to user
keeratan hubungan antara keduanya. Mengajar sebenarnya menyangkut
bagaimana membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Menurut
Mulyani dan Johar (2001: 20) bahwa ”Mengajar bisa merupakan kegiatan
menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap -
sikap tertentu dari guru kepada peserta didik”. Tugas dan tanggung jawab guru
sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai
kedewasan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Dalam menjalankan proses mengajar guru tidak hanya dituntut mentransfer
pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan kepada para siswanya melainkan
lebih dari pada itu. Seorang guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan
kecakapan rasa yang tergantung dalam materi pelajaran yang diajarkan dan juga
membimbing serta membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses
perubahannya baik jasmani maupun rohani.
Dalam mengajar guru dituntut menghubungkan materi dengan
lingkungannya, karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar. Sedangkan menurut pendapat
Tyson dan Caroll dalam buku Muhibbin Syah (1995: 182) ”Mengajar adalah
sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama - sama
aktif melakukan kegiatan”. Didalam proses mengajar ada interaksi antara guru dan
siswa terjadi baik maka kegiatan belajar akan terjadi. Sedangkan menurut
Sardiman (1987: 46) ” Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sisten lingkungan yang mendukung dan memungkinkan
untuk berlangsungnya proses belajar”.
Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa, mengajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru
untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap dalam
suatu kegiatan sehingga terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
Sehingga dalam proses mengajar kerjasama yang baik antara guru dan siswa akan
mempermudah jalannya proses belajar, untuk perlu mengenali karakteristik dari
commit to user 2. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pengertian penjas sering dikaburkan dengan konsep lain, itu
menyamakan penjas dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada
pengembangan organ - organ tubuh manusia, kesegaran jasmani, kegiatan fisik,
dan pengembangan keterampilan. Pengertian itu memberikan pandangan yang
sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Pendidikan
bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan
tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum. Penjas bukan hanya
dekorasi atau ornamen yang ditempelkan pada program sekolah, penjas adalah
dirancang dan di buat sebagai bagian penting dari pendidikan. Dalam penjas
diarahkan dengan baik akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi
pengisian waktu senggang. Menurut Yudy Hendrayana (2007: 3) ” Pendidikan
jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Pendidikan jasmani
merupakan alat untuk membina anak agar kelak mereka mampu membuat
keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola
hidup sehat disepanjang hayatnya yang dapat berupa permainan dan olahraga
yang terpilih disetiap jenjang pendidikan. Sedangkan menurut pendapat Abdul
Gafur (1983) yang dikutip oleh Cholik Mutohir (1992:3 - 9).
”Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan, dan pengembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila”.
Kegiatan yang terpilih dalam proses pendidikan jasmani merupakan
pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar.
Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian
commit to user
jasmani didesain untuk meningkatkan kemampuan dari aspek kognitif, aspek
afektif dan juga aspek psikomotor secara menyeluruh.
b. Fungsi PendidikanJasmani
Menurut Engkos Kosasih (1997:11) dalam bidang pendidikan jasmani dan
olahraga merumuskan fungsi pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
(1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras, dan seimbang, (2) merangsang perkembangan sikap, mental sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang, (3) memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta memenuhi hasrat bergerak, (4) memacu perkembangan dan aktifitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan saraf, (5) memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani peserta didik.
c. Tujuan Pendidikan Jasmani
Sebelum membicarakan tentang tujuan dari pendidikan jasmani yang
dirumuskan oleh para pakar pendidikan jasmani perlu diajukan pertanyaan
mengapa tujuan itu diperlukan dan dipahami dengan baik oleh para pendidik pada
umumnya dan guru pendidikan jasmani pada khususnya.
Menurut Arma Abdullah dan Agus Manadji (1994:16) menyebutkan
beberapa alasan mengapa diperlukan pemahaman yang jelas tentang tujuan
pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai. Tujuan dapat dijadikan pedoman oleh guru pendidikan jasmani dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani yang bermanfaat dan bermakna bagi para siswa.
2) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik nilai pendidikan jasmani dalam pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani harus serasi dengan tujuan pendidikan, karena pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan.
commit to user
memahami secara baik tujuan pendidikan jasmani guru akan dapat mengambil keputusan yang tepat.
4) Pemahaman tujuan dengan baik akan dapat membantu guru pendidikan
jasmani memberikan penjelasan tentang pendidikan jasmani kepada teman sejawat pendidik lainnya dan juga kepada orang lain, yang mungkin kurang mengetahui atau mempunyai sikap yang kurang baik terhadap pendidikan jasmani.
5) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui dan menghargai hasil akhir yang diharapkan dari proses belajar mengajar. Perubahan perilaku yang diharapkan harus erat kaitannya dengan tujuan pendidikan jasmani. la harus dapat mempertanggungjawabkan perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah mendapatkan pelajaran pendidikan jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani seringkali dituturkan dalam redaksi
yang beragam, namun keragaman penuturan tujuan pendidikan jasmani tersebut
pada dasarnya bermuara pada pengertian pendidikan jasmani itu sendiri. Beberapa
perayataan tentang tujuan pendidikan jasmani telah dibuat oleh tokoh-tokoh dan
penulis pendidikan jasmani. Dalam beberapa pernyataan tersebut, ada yang sama
dan ada yang berbeda dalam penekanannya. Dalam beberapa pernyataan lain ada
yang dihilangkan dan ada pula yang sama dengan yang lainnya.
Menurut Adang Suherman (2000:23) tujuan pendidikan jasmani dapat
diklarifikasikan kedalam empat kategori:
1) Perkembangan fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan malakukan aktifitas-aktifitas yang meJibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (Phisical fitness).
2) Perkembangan gerak.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (Skillful).
3) Perkembangan mental.
Tujuan ini berhubungan dengan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4) Perkembangan sosial.
commit to user
Tujuan umum pendidikan jasmani ialah untuk membantu siswa dalam
upaya meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan
penanaman sikap positif serta melalui kemampuan gerak dasar dan berbagai
aktifitas jasmani (Engkos Kosasih, 1997:11).
Menurut M. Yusuf Adisasmita (1989:23) merumuskan tujuan pendidikan
jasmani yang bisa diterima oleh masyarakat sebagai tujuan yang harus dicapai,
yaitu sebagai berikut:
1) Kesegaran Jasmani
Perbaikan status kesegaran jasmani siswa adalah merupakan tujuan terpenting dari pendidikan jasmani. Ini disebabkan karena pengembangan kesegaran jasmani merupakan tenggung jawab pendidikan jasmani, dan tidak ada yang lainnya dalam kurikulum.
2) Kesegaran Sosial
Guru pendidikan jasmani juga bersangkutan dengan tujuan kesegaran sosial atau masyarakat. Mereka menyadari bahwa, karena hubungan kemasyarakatan dalam olahraga selalu terjadi, maka olahraga merupakan modal yang paling baik untuk mancapai tujuan-tujuan kemasyarakatan.
3) Pengembangan Intelektual
Aktifitas pendidikan jasmani membantu pengembangan mental dengan memungkinkan peserta didik belajar mengukur jarak, kecepatan, berat, tenaga, arah, dan hubungan tata ruang.
4) Pengembangan Motor Skill
Dalam pendidikan jasmani ada kemungkinan untuk
memikirkan keterampilan yang berkenaan dengan keterampilan olahraga, keterampilan menari, keterampilan akrobatik, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tekanan yang tepat, tetapi kita perlu mengerti tentang keterampilan yang dapat dilakukan dalam hubungan yang lebih luas. Harus mengerti tentang dasar gerakan badan, cara susunan badan bergerak dan Iain-lain.
5) Perlindungan terhadap Kesehatan
Salah satu tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk memperbaiki dan melindungi kesehatan peserta didik.
3. Pembelajaran Penjasorkes
Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan Jasmani amat
berbeda pelaksanaannya dari mata pelajaran lain. Pendidikan Jasmani merupakan
pendidikan melalui aktivitas jasmani. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik,
siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi,
commit to user
memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Didalam proses
penjas tujuannya adalah membantu peserta didik agar meningkat keterampilan
gerak, merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Dengan
demikian dapat memiliki fundasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman
kognitif dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani dan kelak akan menjadi
manusia dewasa yang sehat dan segar secara jasmani maupun secara rohani serta
memiliki kepribadian yang baik.
Pembelajaran penjas sama dengan mata pelajaran lain yaitu
mengembangkan dalam ranah pembelajaran yaitu ranah psikomotor, afektif dan
kognitif. Didalam ranah psikomotor yang mencakup didalamnya tentang
kesegaran jasmani, dan perkembangan perseptual - motorik menegaskan bahwa
upaya pendidikan jasmani berlangsung melaui gerak atau aktivitas jasmani
sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan
yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Didalam
ranah kognitif mecakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi
adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah dalam penjas. Aspek
kognitif dalam penjas tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan melainkan
berkaitan dengan landasan penjas dan olahraga serta kegiatan mengisi waktu
luang dan juga dengan kesehatan. Sedangkan dalam ranah afektif mencakup sifat -
sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh, tidak hanya tentang
sikap sebagai kesiapan yang perlu dikembangkan namun lebih penting
diantaranya konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensi ,
emosional, dan watak yang menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang
tentang kelebihan yang ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
mereka setelah dewasa. Sehingga dalam pembelajaran penjas semua komponen
dan ranah yang ada didalamnya harus disampaikan agar tercapai tujuan
pendidikan secara menyeluruh.
4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Didalam proses pembelajaran sampai dimanakah perubahan itu dapat
commit to user
kepada bermacam - macam faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor itu
dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu atau
siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar yang meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor - faktor fisiologis adalah faktor - faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Kondisi jasmani individu yang menandai
tingkat kebugaran organ - organ tubuhdan sendi - sendinyadapat
mempengaruhi semangat dan intensitas individu dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu,sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan memhambat tercapainya hasil belajar secara maksimal. Oleh
karena itu kondisi jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu
adanya usaha untuk menjaga kesehatan jasmani yang dapat dilakukan
dengan menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang
masuk dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Individu yang
kekurangan gizi atau nutrisi dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh cepat
lelah, lesu, mudah capek, dan ngantuk sehingga tidak ada gairah untuk
belajar. Berolahraga secara teratur agar tubuh senantiasa bugar dan sehat
serta melakukan istirahat secara cukup, selain itu fungsi panca indera yang
berfungsi secara normal akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam pembelajaran merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh individu. Dalam pembelajaran indera
pendengaran indera pendengaran dan penglihatan peranannya sangat besar.
Jadi faktor fisiologis perlu dijaga secara baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif agar dalam proses pembelajaran bisa berjalan
commit to user 2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan / Intelegensi, motivasi,
minat, sikap dan bakat.
a. Kecerdasan / Intelegensia
Kecerdasan sebenarnya bukan sekedar persoalan kualitas otak
saja akan tetapi kecerdasan menyangkut kualitas organ - organ tubuh
lainnya. Akan tetapi peran otak dalam hubungannya dengan kecerdasan
lebih menonjol dari pada peran organ tubuh lainnya, karena fungsi otak
itu sebagai organ pengendali tertinggi dari hampir seluruh aktivitas
manusia. Menurut pendapat Heru suranto (2005: 26) ”Kecerdasan atau
intelegensi adalah bersifat konstan atau relatif tetap, walau tidak
seluruhnya demikian artinya bahwa sebagian dari kecerdasan ini
ditentukan oleh pembawaan atau telah dimiliki sejak lahir yang tidak
terlalu banyak tergantung pada faktor lingkungan”. Perkembangan atau
kemajuan kecerdasan adalah berasal dari dalam hingga mancapai
kematangannya, dan setelah itu akan dapat dicapai melalui pengajaran
dan pendidikan yang teratur, hingga mencapai kecerdasan sesuai dengan
yang dimiliki.
Kecerdasan merupakan salah satu faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. Menurut pendapat Mahmud (2010: 95)” Kecerdasan dapat
diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuiakan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat”. Semakin
tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu
tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang
commit to user
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Sehingga antara lingkungan dan pembawaan saling terkait satu sama lain
akan tetapi walaupun memiliki kecerdasan tinggi, namun tanpa adanya
suatu pengajaran dan pendidikan serta arahan tertentu tidak akan
mencapai puncak kemampuan yang sebenarnya yang dimiliki.
b. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Dari motivasi yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Menurut pendapat Sartain (1990: 61)” Pada
umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pertanyaan yang
komplek didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku
terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (insentive)”. Didalam
perilaku dalam belajar motivasi itu sangat penting karena merupakan
syarat muthlak bagi siswa untuk belajar. didalam proses pembelajaran
seringkali anak merasa malas, tidak senag dengan matapelajaran, suka
meninggalkan pelajaran itu juga dikarenakan dorongan sendiri dari siswa.
Dalam perkembangan motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut pendapat
Mahmud (2010: 100) Motivasi intrinsik adalah:
”Hal dan keadaan yang berasal dari dalam individu siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaanyang datang dari luar individu siswayang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar”.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi
aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,
karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar (ekstrinsik). Sedangkan seperti pujian, peraturan, tata
commit to user
dari luar. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. Jadi menurut
pendapat diatas motivasi adalah suatu dorongan yang bisa berasal dari
dalam maupun dari luar individu yang menggerakkan suatu organisme
untuk melakukan suatu tingkah lakutanpa suatu paksaan.
c. Minat
Secara sederhana minat (interest) memiliki kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa tidak akan
semangat atau bahkan tidak mau belajar. Menurut pendapat Heru suranto
(2005: 30) ”Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk memilih
dan atau melakukan suatu hala atau obyek tertentu, di antara sejumlah
obyek yang tersedia”. Dengan demikian seorang yang mempunyai minat
terhadap suatu obyek tertentu, sudah barang tentu telah menentukan
pilihan terhadap obyek itu yang didasarkan pada beberapa pertimbangan
terlebih dahulu. Oleh karena itu dalam kontek belajar didalam maupun
diluar kelas, seorang guru perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan dihadapi atau pelajarannya. Menurut
pendapat Mahmud (2010: 99) ”Interest atau minat adalah kecenderungan
dan gairahyang tinggi terhadap sesuatu”. Didalam mebangkitkan minat
belajar banyak cara yang bisa digunakan antara membuat materi yang
akan dipelajari siswa semenarik mungkin dan tidak membosankan baik
dari bentuk gerakan, variasai gerakan yang membebaskan siswa
mengeksplor apa yang dipelajari. Jadi menurut pendapat diatas minat
adalah kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu yang dipilih
serta kegairahan yang tinggi terhadap obyek tertentu.
d. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Menurut pendapat Muhibbin Syah (1995:
135) ”Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
commit to user
tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif
maupun negatif”. Sikap siswa yang positif, terutama pada saat guru
mengajar dan mata pelajaran yang diajarkan, merupakan tanda awal yang
baik bagi proses pembelajaran. Sebaliknya sikap yang negatif akan
menghambat proses pembelajaran yang akan menyebabkan bomerang
untuk belajar. Menurut pendapat Mahmud (2010: 96) ” Sikap adalah
bentukan sosial dan personal”. Artinya sikap seseorang muncul akibat
pengaruh lingkungan akan tetapi sikap juga berasal dari dalam individu
yang berupa rasa senang dan benci terhadap sesuatu. Perasaan senang
atau tidak senang pada performa guru saat mengajar pelajaran yang
diajarkan atau lingkungan dimana dilaksanakan proses pembelajaran.
Dalam mengantisipasi munculnya proses yang negatif dalam belajar,
seorang guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesianal
dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalisme seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik
bagi siswanya serta berusaha mengembangkan kepribadian sebagai guru
yang impatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusahan untuk
menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik
sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
tidak menjenuhkan serta meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa. Jadi menurut pendapat diatas sikap
adalah suatu tindakan untuk mengambil suatu keputusan secara tegas
terhadap suatu obyek yang bersifat sosial maupun individual dalam suatu
lingkungan.
e. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah
bakat. Menurut pendapat Muhibbin Syah (1995: 135) ” Bakat kemudian
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan”. Dengan
demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu
commit to user
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan
besar ia akan berhasil. Menurut pendapat Heru Suranto (2005: 28) ”
Bakat adalah potensi atau kemampuan atau lebih khusus yang dimiliki
seseorang”. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi
untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Karena dalam proses belajar juga dipengaruhi
oleh potensi yang dimiliki setiap individu, maka para pendidik, orang tua,
dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang
tidak sesuai dengan bakatnya. Jadi menurut pendapat diatas bakat adalah
kemampuan potensial dibidang tertentu yang dimiliki individu yang
menunjang untuk melakukan lebih mudah kegiatan dibidangnya.
b. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa, faktor - faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi
balajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan
nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik disekolah. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimanan cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya. Turut juga akan
menentukan bagaimanan hasil belajar yang dapat dicapai anak. Perilaku
commit to user
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Lingkungan sosial
masyarakat, tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar
juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial keluarga., lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, suasanan dan keadaan keluarga
yang mermacam - macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimanan
dan samapai dimanan belajar yang dialami dan dicapai oleh anak - anak.
Sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik
yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan
baik.
2. Lingkungan Non - Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah
lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,
bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terlambat. Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita lepaskan dari
ada tidaknya dan cukup tidaknya sarana dan prasaranan pelajaran yang
tersedia disekolah. Sekolah yang cukup memiliki sarana dan prasaranan
yang diperlukan untuk belajar dengan ditambah cara mengajar yang baik
dari gurunya, kecakapan gurunya, dalam menggunakan berbagai
kelengkapan pembelajaran akan mempermudah dan mempercepat belajar
anak. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa) ini merupakan
faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
commit to user
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi.
5. Pemahaman Arti, Fungsi, Tujuan Pendidikan Jasmani
a. Arti Pendidikan Jasmani
Apabila ditanyakan kepada anggota masyarakat secara acak yang telah
mengenyam pendidikan, tentang apa yang mereka pahami tentang "pendidikan
jasmani" penulis yakin jawaban yang keluar dari mereka tentunya cukup bervariasi
tergantung pada pengalaman sewaktu belajar di sekolah. Mungkin ada yang
mengatakan bahwa pendidikan jasmani itu sama artinya dengan pelajaran bermain,
latiban senam, latihan atletik, olahraga dan Iain-lain. Banyak sekali para pakar
telah mendefinisikan tentang pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan
pendidikan jasmani. Berikut adalah beberapa pandangan atau pendapat tentang
arti pendidikan jasmani.
Pandangan filsafat idealisme terhadap pendidikan jasmani menurut Adang
Suherman (2000:7) adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan jasmani tidak hanya sekedar melibatkan fisik semata.
2. Aktifitas kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap
perkembangan kepribadian seseorang.
3. Pendidikan jasmani merupakan pusat berbagai gagasan (ideals). 4. Guru harus menjadi seorang model bagi siswa.
5. Guru bertanggung jawab terhadap efektivitas program pendidikan jasmani.
6. Pendidikan di tujukan untuk kehidupan.
Pandangan terhadap pendidikan jasmani menurut Undang-undang No. 4
tahun 1950 pasal 9 sebagai berikut, "Pendidikan jasmani yang menuju keselarasan
antara tumbuhnya badan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batiri, diberikan
commit to user
Menurut pendapat Frost dalam Harsuki (2003:27), pendidikan jasmani
adalah bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang memberikan siunbangan
terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak
manusia.
Selanjutnya batasan pendidikan jasmani menurut UNESCO dalam
"International Charter of Phyisical Education and Sport" dalam Harsuki (2003:
28) sebagai berikut:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk
menuju manusia Indonesia seutuhnya (Harsuki, 2003 : 5).
Bentuk olahraga yang lain selain pendidikan jasmani yaitu sport dapat
diambil dari ketentuan International Council of Sport and Physical Education,
ICSPE yang dilakukan dalam bentuk, dari UNESCO dalam "Declaration of
Sport" nya yakni : "Setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan
pertandingan adalah (Struggle) melawan orang lain, diri sendiri ataupun
unsur-unsur alam adalah sport". Sport harus dilakukan dengan semangat "fair play"
supaya ia tetap murni. Sport yang dilakukan dengan semangat fair play tersebut
merupakan alat yang ampuh bagi pendidikan.
Antara pendidikan jasmani dan sport sering dikatakan ada interface, tidak
sama namun ada bagian-bagiannya yang sama. Mas keduanya adalah aktivitas
fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau muscle activity, bukan/me muscle
activity seperti yang terjadi pada kegiatan menulis, menggambar, mengannyam
dan sebagainya. Keduanya permainan dalam arti bukan bekerja untuk
menghasilkan sesuatu yang lain dari yang dikerjakan. Kepuasan bukan karena ada
hasil lain di luar aktivitas namun diperoleh karena melakukan aktivitas itu sendiri.
Jika pendidikan jasmani memang dirancang untuk pendidikan, maka olahraga
commit to user untuk pendidikan.
Dari pendapat-pendapat yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan
yang tujuannya harus serasi dan selaras dengan tujaun pendidikan pada umumnya.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani dan bukan
pendidikan dari jasmani dan aktivitas jasmani adalah media untuk mencapai
tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Meskipun sarana pendidikan tersebut fisikal,
namun manfaat bagi anak didik juga mencakup bidang-bidang nonfisik seperti
intelektual, sosial, estetik, dalam kawasan-kawasan kognitif maupun afektif.
b. Fungsi Pendidikan Jasmani
Dalam melakukan aktifitas terutama aktifitas olahraga tentunya setiap
manusia memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Seringkali bertanya
tentang apakah yang diperoleh manusia bila melakukan olah raga. Wilkerson dan
Dodder telah melakukan penelitian untuk melakukan penelitian untuk menentukan
apakah yang di peroleh manusia dari berolahraga. Mereka menemukan bahwa
olahraga mempunyai tujuan dan fungsi sebagai berikut:
Menurut Harsuki (2003:31) merumuskan fungsi olahraga adalah sebagai
berikut:
1) Pelepasan emosi. Olahraga adalah satu cara untuk menyatakan emosi dan mengendurkan ketegangan
2) Menunjukkan identitas. Olahraga memberikan kesempatan untuk di kenal orang dan untuk menunjukkan kualitas diri.
3) Kontrol social. Olahraga memberikan cara untuk mengontrol orang dalam satu masyarakat bila ada penyimpangan prilaku.
4) Sosialisasi. Olahraga dapat berperan sebagai satu cara untuk terjadi kontak social sesame penggemar olah raga.
5) Agen perubahan. Olahraga menghasilkan perubhan social, pola prilaku baru, dan menjadi factor yang mengubah jalan sejarah.
6) Semangat kolektif. Olahraga menciptakan semangat kebersamaan yang
membuat orang bersatu untuk mencarai tujuan bersama.
commit to user
Menurut Engkos Kosasih (1997:11) merumuskan fungsi pendidikan
jasmani adalah sebagai berikut:
1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras, dan seimbang.
2) Merangsang perkembangan sikap, mental sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang.
3) Memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta memenuhi hasrat bergerak.
4) Memacu perkembangan dan aktifitas sistem peredaran darah,
pencernaan, pernafasan dan saraf.
5) Memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani
peserta didik.
c. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani
Proses pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dalam suatu
sistematika menurut kebutuhan. Pembelajaran di sekolah dasar dapat
dikelompokkan dalam dua (2) kelompok besar. Hal ini mengingat bahwa
karakteristik anak sekolah dasar dibagi atas kelas bawah (TK + kelas 1, 2, 3) dan
kelas atas (kelas 4, 5, 6).
Masing-masing kelompok memiliki karekteristik yang berbeda baik itu
fisiologis, psikologis ataupun sosial.
Karakteristik siswa kelas bawah.
1. Aspek fisiologis
a. Waktu reaksi lambat.
b. Senang berburu (kejar-kejaran) dan memanjat.
c. Koordinasi belum baik; namum menginjak akhir kelas 3 mulai membaik.
d. Sangat enerjik/aktif (seolah oleh kelebihan energi).
e. Sangat peka terhadap suara ritmik.
f. Tulang-tulangnya masih lunak dan mudah patah; namun mulai akhir kelas 3
sedikit lebih kuat.
g. Pada akhir kelas 3, daya tahan semakin membaik; khususnya dalam hal
pertumbuhan anak putri lebih cepat satu tahun daripada anak putra.
2. Aspek Psikologis
a. Masa perhatian terhadap suatu obyek sangat pendek (sangat cepat
commit to user b. Secara alami, rasa ingin tahu anak sangat besar.
c. Senang sekali mengulang-ulang kegiatan, apalagi yang dipandang
menyenangkan.
d. Munculnya keinginan berkreasi.
e. Pada akhir kelas 3, mulai terjadi perubahan:
1) Masa perhatian menjadi lebih lama.
2) Mulai menyenangi bentuk-bentuk permainan beregu, namum dalam
bentuk sederhana (peraturan).
3) Mulai mengenal bentuk-bentuk kompetitif sederhana.
3. Aspek sosiologis
a. Mulai senang belajar hidup secara kooperatif.
b. Tertarik menjadi anggota tim/kelompok.
c. Mulai mengenal dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.
d. Mulai tumbuhnya kesadaran tentang lawan jenis.
e. Pada akhir kelas tiga (3);
1) Mulai suka mengganggu orang lain.
2) Mula menyukai kegiatan kelompok daripada individu.
Karakteristik siswa kelas atas. 1. Aspek Fisiologis
a. Daya tahan tubuh meningkat.
b. Pertumbuhan semakin mantap.
c. Koordinasi mata-tangan semakin baik.
d. Kamatangan secara fisiologis, anak putri lebih cepat daripada anak putra.
e. Tempo berkreasi semakin baik.
f. Mulai tertarik bentuk-bentuk permainan campuran antara putra dan putri
(bermain dalam satu kelompok).
g. Keterampilan semakin bagus.
h. Mulai mengenal dan menyukai keterampilan spesifik dan agak kompleks.
2. Aspek Psikologis
commit to user
b. Masa perhatian semakin bertumbuh lama (masa konsentrasi terhadap suatu
obyek semakin lama).
c. Suka mengekspresikan imajinasinya melalui gerak.
d. Semakin menyukai gerakan-gerakan berirama dan irama musik.
e. Mulai menyukai bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat kompetitif.
f. Rasa percaya diri semakin mantap.
g. Semakin mengenal dan menyukai tantangan.
3. Aspek sosiologis
a. Proses kematangan fisik dibarengi dengan ketidakstabilan emosi.
b. Berusaha melakukan tugas sebaik-baiknya, terutama bila ada dorongan dari
orang dewasa.
c. Sangat berminat menjadi anggota kelompok.
d. Kerjasama tim/kelompok sangat menonjol.
e. Sifat-sifat kepemimpinan mulai menonjo.l
f. Mulai berkeinginan mengenal nilai-nilai kompetitif yang positif (kompetitif
yang kooperatif) dalam (J. Hartoto dan Tomoliyus, 2000).
Berdasarkan karakteristik siswa kelas atas dan kelas bawah kita dapat
menyusun pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
siswa. Sehingga sebagai guru pendidikan jasmani dalam penyusunan sistematika
pembelajaran perlu mempertimbangkan hal tersebut. Dalam penyusunan
pembelajaran tersebut diharapkan merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Sehingga tahap pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pendahuluan dalam sistematika pembelajaran pendidikan jasmani disebut
juga sebagai pemanasan (Warming-up). Pemanasan dilakukan dengan tujuan
utama adalah untuk menyiapkan fisik dan mental siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Pemanasan biasanya berisi berbagai aktivitas fisik yang secara
langsung dapat menaikkan suhu tubuh. Dengan meningkatnya denyut nadi,
meningkat pula kesiapan organ tubuh lainnya untuk melakukan aktivitas fisik
commit to user
Untuk mengetahui apakah siswa telah siap, secara ideal maka guru harus
melakukan pengukuran terhadap jumlah denyut nadi/menit. Biasanya pemanasan
dilakukan agar seseorang berada pada denyut nadi yang berkisar antara 100 s.d
120 denyut/menit. Beberapa fenomena sebagai indikator bahwa denyut nadi
pemanasan telah dicapai oleh siswa adalah dengan keluarnya keringat tubuh
sebagai akibat dari naiknya suhu dan metabolisme tubuh. Sehubungan dengan
keterbatasan waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran pemanasan
dilakukan dalam waktu kurang lebih 10 menit. Dalam waktu yang relatif singkat,
guru tidak hanya sekedar melakukan bentuk-bentuk gerak saja, melainkan
gerak-gerak tersebut harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Gerak yang
dilakukan oleh siswa dengan benar hendaknya mendapatkan perhatian dari guru.
Apabila gerak yang dilakukan oleh siswa tidak benar, bukan saja tidak dapat
menjamin untuk menjadi pemicu bagi kesiapan siswa, melainkan juga menjadi
penyebab kemungkinan munculnya cedera.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pemanasan adalah untuk sebagai
berikut: a) mempersiapkan jasmani dan rohani siswa ke dalam suasana belajar,
b) memenuhi kebutuhan dan keinginan bergerak bagi siswa setelah lama duduk
di dalam kelas atau kegiatan lainnya yang cukup menjemukan, c) mempersiapkan
anatomi fisiologi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran inti, d) dengan
demikian diharapkan siswa dapat dihindarkan dari cedera yang disebabkan oleh
beban pembelajaran dengan intensitas latihan yang cukup tinggi, dan e)
menghilangkan kekakuan otot dan sendi setelah lama tidak melakukan aktivitas
fisik.
b. Latihan inti/pokok
Latihan pokok dapat dikatagorikan menjadi dua bagian utama, yakni sebagai
berikut:
1) Latihan pokok A
Latihan pokok A merupakan bentuk pembelajaran yang berhubungan
dengan pembelajaran gerak baru atau mengulang bentuk gerakan dari pertemuan
sebelumnya. Biasanya proses pembelajaran dapat terjadi antara rentang waktu 20