• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Pemahaman Pembelajaran Penjas Pada Guru Sd Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Tentang Pemahaman Pembelajaran Penjas Pada Guru Sd Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Tahun 2012"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU SD SE KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

FUGUH YUNIARSO NIM : X4609015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU PENJAS SD SE KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN

SRAGEN TAHUN 2012

Oleh :

FUGUH YUNIARSO NIM : X4609015

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan, Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 10 April 2012

Pembimbing I

Drs.H.Agus Margono,M.Kes NIP. 19580822 198403 1 002

Pembimbing II

Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Jum’at

Tanggal : 4 Mei 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang tanda tangan

Ketua : Drs. Heru Suranto, M.Pd

Sekretaris : Drs. Agus Mukholid, M.Pd

Anggota I : Drs. Agus Margono,M.Kes

Anggota II : Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Fuguh Yuniarso. STUDI TENTANG PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PENJAS PADA GURU PENJAS SD TAHUN 2012, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat pemahaman guru penjas terhadap pemahaman pembelajaran penjas di SD Se -Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan metode Studi deskriptif kuantitatif. Subjek penelitianya adalah seluruh guru penjas SD Se - Kecamatan Sukodono yang berjumlah 23 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, dokumen dan instrumen angket teknik pengumpulan data menggunakan penghitungan persentase terhadap jumlah jawaban dari angket.

Data penelitian berupa aspek – aspek yang mempengaruhi pemahaman guru penjas tentang pemahaman pembelajaran penjas yang meliputi, Komponen pemahaman pembelajaran penjas yang terkandung didalamnya, pengertian masing – masing komponen pemahaman pembelajaran penjas yang diperoleh dengan angket dan wawancara. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik persentase atau frekuensi relatif yang kemudian data yang di peroleh nantinya diolah sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek dalam angket yang meliputi: mengecek kelengkapan data (verifikasi data), mentabulasikan masing - masing item ke dalam aspek, menghitung persentase jawaban.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Fuguh Yuniarso. STUDY OF THE UNDERSTANDING OF LEARNING PHSYCAL EDUCATION IN ELEMENTARY SCHOOL PHSYCAL EDUCATION TEACHER 2012, Thesis. Surakarta: Faculty of teacher training and Education Science University Sebelas Maret Surakarta, in January 2011.

Research purposes is determine the level understanding teacher phsycal education against understanding learning phsycal education in elementary school Sukodono sub- district, sragen regency , 2012 .

This research uses a descriptive study of quantitative methods. That research is an entire subject physical education teacher in Elementary that up add to 23 people. Data collection techniques are to use observation , documents and instrumrn data collection techniques using questionnaire calculating percentage against the total number of ideal.

Research conducted in the form of aspects which affects teacher understanding phsycal education about understanding of learning phsycal education whict include. Learning understanding component physical education in it, understanding each phsycal education learning comprehension component obtained by questionnaire and interiviews.Analysis data in this research uses techniques of relative frequenchy or percentage which is then the data on obtained later processed according to the purpose and research questions with attention to the aspects in which include : check questionnaire completeness of data (data verification),to mentabilation each item into aspect, to count the percentage of answers.

(7)

commit to user

vii MOTTO

Carilah ilmu dengan tanpa mengganggu dan meninggalkan ibadah,

beribadahlah dengan ilmu pengetahuan

Sebaik baik manusia adalah manusia yang membawa manfaat bagi

hidupnya dan hidup orang lain.

Kesuksesan dalam hidup adalah mempersembahkan karya terbaik dalam

(8)

commit to user

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kudedikasikan Skripsi ini untuk:

- Ayahanda dan Ibuhanda tercinta

- Kakak dan Adik tercinta dan Saudara - saudaraku

- Kekasihku tercinta

- Bapak / ibu dosen yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmu untuku

- JPOK dan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai awal menatap

hari yang akan datang

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikanrahmat dan ridho-Nya sehingga dapat menyelasaikan skripsi ini

dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Dengan menyadari dengan sepenuh

hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha

semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu mengucapkan

terima kasih yang sedalam - dalamnya kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan

skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah memberikan

dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

3. Drs. Agus Margono, M. Kes, selaku Dosen Pembibing I yang telah sabar dalam

memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or, selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar

dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Kepala UPT Disdik Kecamatan Sukodono yang telah memberikan motivasi

dalam terselesaikannya penelitian ini.

6. Guru-guru Penjas SD Se - Kecamatan Sukodono yang telah membantu dengan

sepenuh hati selama pelaksanaan penelitian.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan sehingga

terselesaikannya penulisan skripsi.

8. Teman – teman satu angkatan JPOK Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, Saya

(10)

commit to user

x

dari Allah SWT. Akhirnya mengucapkan terima kasih dan berharap skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca semua.

Surakarta, 4 Mei 2012

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Belajar Mengajar ... ... 7

2. Pendidikan jasmani ... 10

3. Pembelajaran Penjasorkes ... 13

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembelajaran ... 14

a. Faktor Internal... 15

b. Faktor Eksternal... 20

5. Pemahaman Arti, Fungsi, Tujuan Pendidikan Jasmani ... 22

6. Sarana dan Prasarana ... 33

(12)

commit to user

xii

B. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... . 37

D. Rancangan Penelitian ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 42

A. Diskripsi Data ... 41

B. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 51

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Implikasi ... 53

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rancangan Penelitian ... 40

Gambar 2. Diagram nilai pemahaman pemahaman pembelajaran penjas guru SD Se-Kecamatan Sukodono ... 43

Gambar 3. Diagram nilai aspek arti pemahaman pembelajaran Penjas ... 45

Gambar 4. Diagram nilai aspek fungsi pemahaman pembelajaran Penjas ... 47

Gambar 5. Diagram nilai aspek tujuan pemahaman pembelajaran Penjas ... 49

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Deskripsi Data Pemahaman Pembelajaran Penjas... 42

Tabel 3. Deskripsi Aspek Penilaian Arti Pemahaman Pembelajaran Penjas . 44

Tabel 4. Deskripsi Aspek Penilaian Fungsi Pemahaman Pembelajaran

Penjas ... 46

Tabel 5. Deskripsi Aspek Penilaian Tujuan Pemahaman Pembelajaran

Penjas ... 48

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi - kisi Angket Penalitian Pemahaman Pembelajaran Penjas 57

Lampiran 2. Instrumen Angket Penelitian Tentang Pembelajaran Penjas

Pada GuruPenjas SD Se Kecamatan SukodonoGuru ... 60

Lampiran 3. Daftar Jumlah Populasi Penelitian ... 64

Lampiran 4. Daftar Nama Guru Penjas SD Se Kecamatan Sukodono ... 65

Lampiran 5. Hasil Try Out Angket Guru ... 66

Lampiran 6. Tabel Nilai-nilai r Product Moment ... 74

Lampiran 7. Deskripsi Penelitian Pemahaman Pembelajaran Penjaskes ... 75

Lampiran 8. Deskripsi Penelitian Tiap Aspek ... 76

Lampiran 9. Surat Pengajuan Judul ... 77

Lampiran 10. Validasi Judul ... 78

Lampiran 11. Surat ijin Pengajuan Skripsi ... 79

Lampiran 12. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ... 80

Lampiran 13. Surat ijin Try out ... 81

Lampiran 14. Surat ijin penelitian dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sukodono ... 82

Lampiran 15. Surat keterangan keterangn dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sukodono ... 83

(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak bangsa Indonesia merdeka pelajaran pendidikan jasmani dan

olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang telah ada dan harus

dimasukkan dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan di sekolah. Supaya

pendidikan jasmani yang telah direncanakan dengan baik dapat dilaksanakan

dengan baik pula, maka perlu juga dipersiapkan guru pendidikan jasmani yang

berwenang dan berkemampuan. Guru pendidikan jasmani yang berkemampuan

dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses pembelajaran,

khususnya pendidikan jasmani dan olahraga. Dengan pemahaman tersebut,

seorang guru akan bisa lebih mudah dalam merencanakan dan melaksanakan

program pendidikan jasmani yang lebih bermanfaat dan bermakna bagi para

siswa.

Pelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan melalui

aktivitas jasmani (fisik). Telah menjadi pengetahuan umum bahwa pendidikan

jasmani sebagai suatu subsistem pendidikan yang dikelola melalui aktivitas

jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan

jasmani mempunyai tujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran,

stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan

lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang

direncanakan secara sistematik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

nasional. Sehingga proses pembelajaran penjas harus dirumuskan dan dirancang

setiap hari. Seorang pendidik harus membuat perencanaan dari mulai perumusan

tujuan, pelaksanaan kegiatan, teknik motivasi siswa serta bagaimana cara

mengevaluasi dalam proses pembelajaran. Pendidikan jasmani tidak kalah penting

(17)

commit to user

kedudukannya dalam lingkungan pendidikan sama dengan mata pelajaran lain.

Banyak anggapan orang bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan

atau di ajarkan dengan tidak di rencanakan, mudah dan dapat diajarkan secara

serampangan padahal tidak seperti itu. Dalam kenyataannya justru pendidikan

jasmani lebih sulit, karena dalam proses pembelajarannya dilakukan diluar kelas.

Sehingga penguasaan dan proses pembelajarannya lebih membutuhkan

perencanaan yang matang agar proses belajar dapat tercapai, karena setiap anak

dalam setiap jenjang pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda.

Sekolah dasar merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan. Bergerak merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting

bagi anak, hampir dari seluruh waktunya digunakan untuk bergerak, misalnya

berjalan, berlari, melompat, melempar dan dapat dilakukan lewat permainan

permainan dan masih banyak yang lainnya. Selain hal tersebut bergerak bagi anak

merupakan salah satu cara untuk melakukan komunikasi non verbal dengan teman

atau dengan lingkungannya dan berekspresi yang sangat berarti untuk proses

pertumbuhan dan perkembangan. Penjas memberikan peranan yang sangat

penting yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung

dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan

kesehatan yang terpilih dan dilakukan secara sistematis.

Proses pembelajaran dapat berhasil apabila semua komponen - komponen

yang ada didalamnya terpenuhi. Salah satu komponen adalah fasilitas yang sangat

menentukan jalanya proses pembelajaran dan keberhasilan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani selain guru,

siswa dan lingkungan termasuk, fasilitas juga menentukan hasil belajar. Fasilitas

tidak harus sesuai dengan ukuran lapangan, peraturan dan juga bentuk

sesungguhnya tetapi bisa dimodifikasi dalam bentuk yang sederhana yang

disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik, kenyataannya fasilitas dan

modifikasi masih sangat minim didalam lingkungan pendidkan Sekolah Dasar.

Padahal dalam pendidikan Sekolah Dasar fasilitas dan modifikasi dari berbagai

(18)

commit to user

Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar materinya sangat bervariasi dan

komplek. Hal itu dapat dilihat dari ruang lingkupnya yang meliputi permainan

dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, aktivitas air,

pendidikan luar kelas dan kesehatan. Dibanding dengan orang dewasa anak - anak

memiliki keterbatasan kemampuan dalam menerima informasi, membuat

keputusan dengan cepat dan mengevaluasi keterampilan sehingga kurang

pengalaman dan tidak mengetahui hal yang penting tentang keterampilan.

Demikian anak membutuhkan bantuan dalam hal yang penting. Anak apabila

sudah berkembang keterampilannya dan memperoleh banyak pengalaman anak

lebih dapat menerima dan menggunakan informasi. Untuk itu dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar seorang guru penjas harus

mampu melakukan proses pembelajaran dengan baik dan tepat.

Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa faktor - faktor yang

mempengaruhi proses belajar siswa termasuk dalam penjasorkes, yang meliputi

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari diri siswa yang

meliputi fisiologis (jasmani) dan phsikologis(rohani), sedangkan faktor eksternal

merupakan yang berasal dari luar siswa yang berasal dari lingkungan sosial dan

non sosial. Dari beberapa faktor diatas sangat mempengaruhi proses belajar dapat

memperlancar dan juga menghambat jalannya pembelajaran disetiap jenjang

pendidikan termasuk di sekolah dasar. Di SD Se – Kecamatan Sukodono

pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan pada pengalaman yang di peroleh pada saat melakukan praktek

pengalaman lapangan di sekolah,di temukan kenyataan bahwa penyelenggaraan

pendidikan jasmani di sekolah-sekolah masih ada dan kurang sesuai dengan apa

yang di harapkan,sebagaimana proses pembelajaran pendidikan jasmani yang

sebenarnya,Hal itu dapat dilihat dari pengorganisasian program serta perencanaan

pengajaran yang kurang tersedia dan berjalan sebagaimana mestinya.Masalah ini

dapat terjadi karena beberapa sebab, salah satu di antaranya adalah kurangnya

pemahaman yang di miliki oleh guru pendidikan jasmani terhadap proses

pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, kurangnya sarana dan prasarana

(19)

commit to user

Pengalaman lain adalah ketika mendapatkan mata pelajaran penjaskes saat

di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di kabupaten Sragen. Di

sana belum bisa merasakan arti yang mendalam dan bermakna setelah

mendapatkan mata pelajaran tersebut, hal ini di rasakan setelah memahami lebih

dalam tentang pendidikan jasmani dan olahraga di perguruan tinggi. Pengalaman

tersebut memunculkan gagasan atau inspirasi untuk meneliti apakah guru

pendidikan jasmani di Kabupaten Sragen telah memahami secara mendalam

tentang pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, untuk itu penulis

bermaksud untuk membuktikan gagasan tersebut dengan penelitian.

Dengan memiliki pengetahuan serta pemahaman tentang proses

pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga secara benar dan mendalam, akan

dapat membantu mempermudah dalam menyusun serta mengorganisasi

pelaksanaan program pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dengan tepat,

sesuai dengan kaedah proses pembelajaran pendidikan jasmani yang sebenarnya.

Sehingga dengan memiliki pemahaman yang benar, diharapkan dapat lebih

memperlancar proses pelaksanaan pendidikan khususnya pendidikan jasmani dan

olahraga yang lebih berkualitas dan bermakna. Pentingnya pemahaman tentang

proses pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga pada guru pendidikan

jasmani,untuk itu mucul gagasan untuk meneliti apakah guru pendidikan jasmani

di sekolah sudah melaksanakan dan memiliki pemahaman tentang pembelajaran

pendidikan jasmani dan olahraga seperti yang diharapkan. Untuk itu perlu di cari

informasi yang valid tentang proses pembelajaran pendidikan jasmani pada guru

pendidikan jasmani melalui penelitian ini.

Guru pendidikan jasmani sebagai pendidik yang memiliki peranan yang

cukup penting baik didalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum,

memiliki peran dalam mengolah, meramu dan mengevaluasi terhadap

penyempurnaan kurikulum. Dalam melakukan penyempurnaan terhadap

kurikulum tersebut tentunya tidak lepas dari konsep-konsep yang telah

dipahaminya. Pemahaman terhadap konsep pendidikan jasmani dan olahraga pada

setiap guru tentunya akan berbeda satu dengan yang lainnya, berdasarkan tingkat

(20)

commit to user

jasmani di sekolah perlu untuk di mintai informasi tentang pemahaman mereka

terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga bagi peserta didik,

sehingga diharapkan dalam penyelengaraan pendidikan jasmani dan olahraga di

sekoh dapat berjalan dengan lebih baik dan benar sesuai dengan proses

pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga yang sebenarnya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah pemahaman pembelajaran penjas pada guru penjas SD di

SD Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah di rumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk : Mengetahui pemahaman yang di miliki guru penjas SD

terhadap pembelajaran penjas di SD Se Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen

tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan pada penelitian ini dapat memperbaiki proses pembelajaran

penjasorkes di SD se – Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen dan juga sebagai

sumbangan informasi, yang dapat di gunakan sebagai bahan masukan :

1. Bagi guru untuk meningkatkan pemahaman tentang proses pembelajaran

penjasorkes dan dapat dilakukan untuk meningnkatkan pembelajaran penjas

untuk mencapai mencapai tujuan pendidikan jasmani.

2. Bagi sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan

(21)

commit to user jasmani di sekolah dapat ditingkatkan.

3. Dapat di jadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak yang bersangkutan dapat

lebih meningkatkan di dalam pelaksanaan dan perencanaan program

pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah demi kemajuan dan

(22)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjuan Pustaka

1. Belajar Mengajar

Sebelum membicarakan beberapa hal mengenai pendidikan jasmani dan

olahraga di sekolah, terlebih dahulu perlu kita pahami apa yang dimaksud dengan

pendidikan jasmani dan olahraga. Apabila dipilih secara acak sekelompok orang

dan tiap orang itu ditanyai "Apakah pendidikan jasmani itu?", jawaban yang

muncul pasti akan beragam. Ada sebagian yang menjawab bahwa pendidikan

jasmani itu adalah latihan; sebagian menjawab bahwa pendidikan jasmani adalah

pengajaran tentang olahraga; ada lagi yang menjawab bahwa pendidikan jasmani

itu terdiri dari permainan dan aktivitas jasmani lainnya. Ada pula yang

menghubungkannya dengan senam, kesegaran jasmani dan kompetisi olahraga.

Bila berikutnya ditanyakan "Apa yang dimaksud dengan Olahraga?" tentunya

jawaban yang muncul juga akan bermacam-macam.

Apabila pertanyaan yang sama diajukan kepada para guru mungkin akan

diperoleh jawaban yang berbeda juga. Guru SD mungkin akan mengkaitkan

pendidikan jasmani dengan senam dan permainan. Pelatih mungkin

memandangnya sebagai satu persiapan untuk pertandingan. Mungkin juga guru

SMA menganggap pendidikan jasmani adalah olahraga untuk mengisi waktu

luang.

Untuk menjelaskan dan memberikan jawaban yang benar terhadap

beberapa pertanyaan diatas, berikut ini akan kita pelajari beberapa bahasan

mengenai pengertian, pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga menurut pendapat dari para pakar di bidang pendidikan jasmani dan olahraga.

a. Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini

(23)

commit to user

tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah

maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri. Namun tidak semua yang

berada ditengah - tengah lingkungan menjamin adanya proses belajar, orang harus

aktif, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dan perasaan melalui

aktifitas. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam

persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat

diamati. Belajar sebagai proses perubahan pengertahuan yang tersimpan dalam

memori dan proses belajar dipandang sebagai proses pengelolaan informasi.

Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari

dalam diri seseorang atau individu. Menurut Munir (2008: 146) bahwa ” belajar

adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan

lingkungannya”. Perubahan perilaku adalah hasil belajar dengan kata lain

seseorang dikatakan belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat

dilakukan sebelumnya. Perilaku meliputi aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan setiap siswa. Sedangkan menurut W.S Winkel (1986: 53)

berpendapat bahwa ” Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai - nilai sikap”. Perubahan dan kemampuan untuk berubah

merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Banyak sekali

bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia atau siswa yang tergantung

pada belajar.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa belajar merupakan suatu proses yang

berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang akan menimbulkan

perubahan langsung maupun tidak langsung baik pengetahuan, keterampilan, dan

nilai - nilai sikap dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

b. Mengajar

Kegiatan mengajar sebenarnya bukan sekedar menyangkut persoalan

penyampaian pesan - pesan dari seorang guru kepada para peserta didik.

(24)

commit to user

keeratan hubungan antara keduanya. Mengajar sebenarnya menyangkut

bagaimana membimbing dan melatih peserta didik untuk belajar. Menurut

Mulyani dan Johar (2001: 20) bahwa ”Mengajar bisa merupakan kegiatan

menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap -

sikap tertentu dari guru kepada peserta didik”. Tugas dan tanggung jawab guru

sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai

kedewasan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam menjalankan proses mengajar guru tidak hanya dituntut mentransfer

pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan kepada para siswanya melainkan

lebih dari pada itu. Seorang guru juga harus mentransfer kecakapan karsa dan

kecakapan rasa yang tergantung dalam materi pelajaran yang diajarkan dan juga

membimbing serta membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses

perubahannya baik jasmani maupun rohani.

Dalam mengajar guru dituntut menghubungkan materi dengan

lingkungannya, karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungan

sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar. Sedangkan menurut pendapat

Tyson dan Caroll dalam buku Muhibbin Syah (1995: 182) ”Mengajar adalah

sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama - sama

aktif melakukan kegiatan”. Didalam proses mengajar ada interaksi antara guru dan

siswa terjadi baik maka kegiatan belajar akan terjadi. Sedangkan menurut

Sardiman (1987: 46) ” Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk

menciptakan kondisi atau sisten lingkungan yang mendukung dan memungkinkan

untuk berlangsungnya proses belajar”.

Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan para ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, mengajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru

untuk menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap dalam

suatu kegiatan sehingga terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa.

Sehingga dalam proses mengajar kerjasama yang baik antara guru dan siswa akan

mempermudah jalannya proses belajar, untuk perlu mengenali karakteristik dari

(25)

commit to user 2. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pengertian penjas sering dikaburkan dengan konsep lain, itu

menyamakan penjas dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada

pengembangan organ - organ tubuh manusia, kesegaran jasmani, kegiatan fisik,

dan pengembangan keterampilan. Pengertian itu memberikan pandangan yang

sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Pendidikan

bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan

tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum. Penjas bukan hanya

dekorasi atau ornamen yang ditempelkan pada program sekolah, penjas adalah

dirancang dan di buat sebagai bagian penting dari pendidikan. Dalam penjas

diarahkan dengan baik akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi

pengisian waktu senggang. Menurut Yudy Hendrayana (2007: 3) ” Pendidikan

jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau

olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”. Pendidikan jasmani

merupakan alat untuk membina anak agar kelak mereka mampu membuat

keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola

hidup sehat disepanjang hayatnya yang dapat berupa permainan dan olahraga

yang terpilih disetiap jenjang pendidikan. Sedangkan menurut pendapat Abdul

Gafur (1983) yang dikutip oleh Cholik Mutohir (1992:3 - 9).

”Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan, dan pengembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila”.

Kegiatan yang terpilih dalam proses pendidikan jasmani merupakan

pengalaman belajar yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar.

Berdasarkan pendapat diatas jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian

(26)

commit to user

jasmani didesain untuk meningkatkan kemampuan dari aspek kognitif, aspek

afektif dan juga aspek psikomotor secara menyeluruh.

b. Fungsi PendidikanJasmani

Menurut Engkos Kosasih (1997:11) dalam bidang pendidikan jasmani dan

olahraga merumuskan fungsi pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

(1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras, dan seimbang, (2) merangsang perkembangan sikap, mental sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang, (3) memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta memenuhi hasrat bergerak, (4) memacu perkembangan dan aktifitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan saraf, (5) memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani peserta didik.

c. Tujuan Pendidikan Jasmani

Sebelum membicarakan tentang tujuan dari pendidikan jasmani yang

dirumuskan oleh para pakar pendidikan jasmani perlu diajukan pertanyaan

mengapa tujuan itu diperlukan dan dipahami dengan baik oleh para pendidik pada

umumnya dan guru pendidikan jasmani pada khususnya.

Menurut Arma Abdullah dan Agus Manadji (1994:16) menyebutkan

beberapa alasan mengapa diperlukan pemahaman yang jelas tentang tujuan

pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

1) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai. Tujuan dapat dijadikan pedoman oleh guru pendidikan jasmani dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani yang bermanfaat dan bermakna bagi para siswa.

2) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui lebih baik nilai pendidikan jasmani dalam pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani harus serasi dengan tujuan pendidikan, karena pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan.

(27)

commit to user

memahami secara baik tujuan pendidikan jasmani guru akan dapat mengambil keputusan yang tepat.

4) Pemahaman tujuan dengan baik akan dapat membantu guru pendidikan

jasmani memberikan penjelasan tentang pendidikan jasmani kepada teman sejawat pendidik lainnya dan juga kepada orang lain, yang mungkin kurang mengetahui atau mempunyai sikap yang kurang baik terhadap pendidikan jasmani.

5) Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani mengetahui dan menghargai hasil akhir yang diharapkan dari proses belajar mengajar. Perubahan perilaku yang diharapkan harus erat kaitannya dengan tujuan pendidikan jasmani. la harus dapat mempertanggungjawabkan perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah mendapatkan pelajaran pendidikan jasmani.

Tujuan pendidikan jasmani seringkali dituturkan dalam redaksi

yang beragam, namun keragaman penuturan tujuan pendidikan jasmani tersebut

pada dasarnya bermuara pada pengertian pendidikan jasmani itu sendiri. Beberapa

perayataan tentang tujuan pendidikan jasmani telah dibuat oleh tokoh-tokoh dan

penulis pendidikan jasmani. Dalam beberapa pernyataan tersebut, ada yang sama

dan ada yang berbeda dalam penekanannya. Dalam beberapa pernyataan lain ada

yang dihilangkan dan ada pula yang sama dengan yang lainnya.

Menurut Adang Suherman (2000:23) tujuan pendidikan jasmani dapat

diklarifikasikan kedalam empat kategori:

1) Perkembangan fisik.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan malakukan aktifitas-aktifitas yang meJibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (Phisical fitness).

2) Perkembangan gerak.

Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (Skillful).

3) Perkembangan mental.

Tujuan ini berhubungan dengan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.

4) Perkembangan sosial.

(28)

commit to user

Tujuan umum pendidikan jasmani ialah untuk membantu siswa dalam

upaya meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan

penanaman sikap positif serta melalui kemampuan gerak dasar dan berbagai

aktifitas jasmani (Engkos Kosasih, 1997:11).

Menurut M. Yusuf Adisasmita (1989:23) merumuskan tujuan pendidikan

jasmani yang bisa diterima oleh masyarakat sebagai tujuan yang harus dicapai,

yaitu sebagai berikut:

1) Kesegaran Jasmani

Perbaikan status kesegaran jasmani siswa adalah merupakan tujuan terpenting dari pendidikan jasmani. Ini disebabkan karena pengembangan kesegaran jasmani merupakan tenggung jawab pendidikan jasmani, dan tidak ada yang lainnya dalam kurikulum.

2) Kesegaran Sosial

Guru pendidikan jasmani juga bersangkutan dengan tujuan kesegaran sosial atau masyarakat. Mereka menyadari bahwa, karena hubungan kemasyarakatan dalam olahraga selalu terjadi, maka olahraga merupakan modal yang paling baik untuk mancapai tujuan-tujuan kemasyarakatan.

3) Pengembangan Intelektual

Aktifitas pendidikan jasmani membantu pengembangan mental dengan memungkinkan peserta didik belajar mengukur jarak, kecepatan, berat, tenaga, arah, dan hubungan tata ruang.

4) Pengembangan Motor Skill

Dalam pendidikan jasmani ada kemungkinan untuk

memikirkan keterampilan yang berkenaan dengan keterampilan olahraga, keterampilan menari, keterampilan akrobatik, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tekanan yang tepat, tetapi kita perlu mengerti tentang keterampilan yang dapat dilakukan dalam hubungan yang lebih luas. Harus mengerti tentang dasar gerakan badan, cara susunan badan bergerak dan Iain-lain.

5) Perlindungan terhadap Kesehatan

Salah satu tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk memperbaiki dan melindungi kesehatan peserta didik.

3. Pembelajaran Penjasorkes

Kegiatan belajar mengajar dalam pelajaran pendidikan Jasmani amat

berbeda pelaksanaannya dari mata pelajaran lain. Pendidikan Jasmani merupakan

pendidikan melalui aktivitas jasmani. Dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik,

siswa dapat menguasai keterampilan dan pengetahuan, mengembangkan apresiasi,

(29)

commit to user

memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Didalam proses

penjas tujuannya adalah membantu peserta didik agar meningkat keterampilan

gerak, merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Dengan

demikian dapat memiliki fundasi pengembangan keterampilan gerak, pemahaman

kognitif dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani dan kelak akan menjadi

manusia dewasa yang sehat dan segar secara jasmani maupun secara rohani serta

memiliki kepribadian yang baik.

Pembelajaran penjas sama dengan mata pelajaran lain yaitu

mengembangkan dalam ranah pembelajaran yaitu ranah psikomotor, afektif dan

kognitif. Didalam ranah psikomotor yang mencakup didalamnya tentang

kesegaran jasmani, dan perkembangan perseptual - motorik menegaskan bahwa

upaya pendidikan jasmani berlangsung melaui gerak atau aktivitas jasmani

sebagai perantara untuk tujuan yang bersifat mendidik dan sekaligus untuk tujuan

yang bersifat pembentukan serta pembinaan keterampilan itu sendiri. Didalam

ranah kognitif mecakup pengetahuan tentang fakta, konsep dan lebih penting lagi

adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah dalam penjas. Aspek

kognitif dalam penjas tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan melainkan

berkaitan dengan landasan penjas dan olahraga serta kegiatan mengisi waktu

luang dan juga dengan kesehatan. Sedangkan dalam ranah afektif mencakup sifat -

sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh, tidak hanya tentang

sikap sebagai kesiapan yang perlu dikembangkan namun lebih penting

diantaranya konsep diri dan komponen kepribadian lainnya seperti intelegensi ,

emosional, dan watak yang menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang

tentang kelebihan yang ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan

mereka setelah dewasa. Sehingga dalam pembelajaran penjas semua komponen

dan ranah yang ada didalamnya harus disampaikan agar tercapai tujuan

pendidikan secara menyeluruh.

4. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Didalam proses pembelajaran sampai dimanakah perubahan itu dapat

(30)

commit to user

kepada bermacam - macam faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor itu

dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu atau

siswa dan dapat mempengaruhi hasil belajar yang meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

1. Faktor Fisiologis

Faktor - faktor fisiologis adalah faktor - faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Kondisi jasmani individu yang menandai

tingkat kebugaran organ - organ tubuhdan sendi - sendinyadapat

mempengaruhi semangat dan intensitas individu dalam mengikuti pelajaran.

Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan belajar individu,sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau

sakit akan memhambat tercapainya hasil belajar secara maksimal. Oleh

karena itu kondisi jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu

adanya usaha untuk menjaga kesehatan jasmani yang dapat dilakukan

dengan menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang

masuk dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Individu yang

kekurangan gizi atau nutrisi dalam tubuh akan mengakibatkan tubuh cepat

lelah, lesu, mudah capek, dan ngantuk sehingga tidak ada gairah untuk

belajar. Berolahraga secara teratur agar tubuh senantiasa bugar dan sehat

serta melakukan istirahat secara cukup, selain itu fungsi panca indera yang

berfungsi secara normal akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik

pula. Dalam pembelajaran merupakan pintu masuk bagi segala informasi

yang diterima dan ditangkap oleh individu. Dalam pembelajaran indera

pendengaran indera pendengaran dan penglihatan peranannya sangat besar.

Jadi faktor fisiologis perlu dijaga secara baik, baik secara preventif maupun

secara yang bersifat kuratif agar dalam proses pembelajaran bisa berjalan

(31)

commit to user 2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan / Intelegensi, motivasi,

minat, sikap dan bakat.

a. Kecerdasan / Intelegensia

Kecerdasan sebenarnya bukan sekedar persoalan kualitas otak

saja akan tetapi kecerdasan menyangkut kualitas organ - organ tubuh

lainnya. Akan tetapi peran otak dalam hubungannya dengan kecerdasan

lebih menonjol dari pada peran organ tubuh lainnya, karena fungsi otak

itu sebagai organ pengendali tertinggi dari hampir seluruh aktivitas

manusia. Menurut pendapat Heru suranto (2005: 26) ”Kecerdasan atau

intelegensi adalah bersifat konstan atau relatif tetap, walau tidak

seluruhnya demikian artinya bahwa sebagian dari kecerdasan ini

ditentukan oleh pembawaan atau telah dimiliki sejak lahir yang tidak

terlalu banyak tergantung pada faktor lingkungan”. Perkembangan atau

kemajuan kecerdasan adalah berasal dari dalam hingga mancapai

kematangannya, dan setelah itu akan dapat dicapai melalui pengajaran

dan pendidikan yang teratur, hingga mencapai kecerdasan sesuai dengan

yang dimiliki.

Kecerdasan merupakan salah satu faktor psikologis yang paling

penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas

belajar siswa. Menurut pendapat Mahmud (2010: 95)” Kecerdasan dapat

diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuiakan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat”. Semakin

tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu

tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan

belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti

guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang

(32)

commit to user

pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru

profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

Sehingga antara lingkungan dan pembawaan saling terkait satu sama lain

akan tetapi walaupun memiliki kecerdasan tinggi, namun tanpa adanya

suatu pengajaran dan pendidikan serta arahan tertentu tidak akan

mencapai puncak kemampuan yang sebenarnya yang dimiliki.

b. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Dari motivasi yang mendorong siswa ingin

melakukan kegiatan belajar. Menurut pendapat Sartain (1990: 61)” Pada

umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pertanyaan yang

komplek didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku

terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (insentive)”. Didalam

perilaku dalam belajar motivasi itu sangat penting karena merupakan

syarat muthlak bagi siswa untuk belajar. didalam proses pembelajaran

seringkali anak merasa malas, tidak senag dengan matapelajaran, suka

meninggalkan pelajaran itu juga dikarenakan dorongan sendiri dari siswa.

Dalam perkembangan motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut pendapat

Mahmud (2010: 100) Motivasi intrinsik adalah:

”Hal dan keadaan yang berasal dari dalam individu siswa yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaanyang datang dari luar individu siswayang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar”.

Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu

disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi

aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya.

Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif,

karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada

motivasi dari luar (ekstrinsik). Sedangkan seperti pujian, peraturan, tata

(33)

commit to user

dari luar. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan

mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. Jadi menurut

pendapat diatas motivasi adalah suatu dorongan yang bisa berasal dari

dalam maupun dari luar individu yang menggerakkan suatu organisme

untuk melakukan suatu tingkah lakutanpa suatu paksaan.

c. Minat

Secara sederhana minat (interest) memiliki kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa tidak akan

semangat atau bahkan tidak mau belajar. Menurut pendapat Heru suranto

(2005: 30) ”Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk memilih

dan atau melakukan suatu hala atau obyek tertentu, di antara sejumlah

obyek yang tersedia”. Dengan demikian seorang yang mempunyai minat

terhadap suatu obyek tertentu, sudah barang tentu telah menentukan

pilihan terhadap obyek itu yang didasarkan pada beberapa pertimbangan

terlebih dahulu. Oleh karena itu dalam kontek belajar didalam maupun

diluar kelas, seorang guru perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik

terhadap materi pelajaran yang akan dihadapi atau pelajarannya. Menurut

pendapat Mahmud (2010: 99) ”Interest atau minat adalah kecenderungan

dan gairahyang tinggi terhadap sesuatu”. Didalam mebangkitkan minat

belajar banyak cara yang bisa digunakan antara membuat materi yang

akan dipelajari siswa semenarik mungkin dan tidak membosankan baik

dari bentuk gerakan, variasai gerakan yang membebaskan siswa

mengeksplor apa yang dipelajari. Jadi menurut pendapat diatas minat

adalah kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu yang dipilih

serta kegairahan yang tinggi terhadap obyek tertentu.

d. Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi

keberhasilan proses belajarnya. Menurut pendapat Muhibbin Syah (1995:

135) ”Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa

(34)

commit to user

tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif

maupun negatif”. Sikap siswa yang positif, terutama pada saat guru

mengajar dan mata pelajaran yang diajarkan, merupakan tanda awal yang

baik bagi proses pembelajaran. Sebaliknya sikap yang negatif akan

menghambat proses pembelajaran yang akan menyebabkan bomerang

untuk belajar. Menurut pendapat Mahmud (2010: 96) ” Sikap adalah

bentukan sosial dan personal”. Artinya sikap seseorang muncul akibat

pengaruh lingkungan akan tetapi sikap juga berasal dari dalam individu

yang berupa rasa senang dan benci terhadap sesuatu. Perasaan senang

atau tidak senang pada performa guru saat mengajar pelajaran yang

diajarkan atau lingkungan dimana dilaksanakan proses pembelajaran.

Dalam mengantisipasi munculnya proses yang negatif dalam belajar,

seorang guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesianal

dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan

profesionalisme seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik

bagi siswanya serta berusaha mengembangkan kepribadian sebagai guru

yang impatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusahan untuk

menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik

sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan

tidak menjenuhkan serta meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang

dipelajari bermanfaat bagi diri siswa. Jadi menurut pendapat diatas sikap

adalah suatu tindakan untuk mengambil suatu keputusan secara tegas

terhadap suatu obyek yang bersifat sosial maupun individual dalam suatu

lingkungan.

e. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah

bakat. Menurut pendapat Muhibbin Syah (1995: 135) ” Bakat kemudian

diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu

tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan”. Dengan

demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu

(35)

commit to user

bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka

bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan

besar ia akan berhasil. Menurut pendapat Heru Suranto (2005: 28) ”

Bakat adalah potensi atau kemampuan atau lebih khusus yang dimiliki

seseorang”. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi

untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya

masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya

pendidikan dan latihan. Karena dalam proses belajar juga dipengaruhi

oleh potensi yang dimiliki setiap individu, maka para pendidik, orang tua,

dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh

anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut

mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang

tidak sesuai dengan bakatnya. Jadi menurut pendapat diatas bakat adalah

kemampuan potensial dibidang tertentu yang dimiliki individu yang

menunjang untuk melakukan lebih mudah kegiatan dibidangnya.

b. Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa, faktor - faktor eksternal juga dapat

mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor eksternal yang mempengaruhi

balajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan

nonsosial.

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan

harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar

lebih baik disekolah. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi

rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimanan cara guru itu

mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya. Turut juga akan

menentukan bagaimanan hasil belajar yang dapat dicapai anak. Perilaku

(36)

commit to user

dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Lingkungan sosial

masyarakat, tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar

juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa

kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam

alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial keluarga., lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, suasanan dan keadaan keluarga

yang mermacam - macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimanan

dan samapai dimanan belajar yang dialami dan dicapai oleh anak - anak.

Sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan

keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar

siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik

yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan

baik.

2. Lingkungan Non - Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah

lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak

dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,

suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,

bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan

terlambat. Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita lepaskan dari

ada tidaknya dan cukup tidaknya sarana dan prasaranan pelajaran yang

tersedia disekolah. Sekolah yang cukup memiliki sarana dan prasaranan

yang diperlukan untuk belajar dengan ditambah cara mengajar yang baik

dari gurunya, kecakapan gurunya, dalam menggunakan berbagai

kelengkapan pembelajaran akan mempermudah dan mempercepat belajar

anak. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa) ini merupakan

faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu

(37)

commit to user

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi

yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai

materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan

sesuai dengan kondisi.

5. Pemahaman Arti, Fungsi, Tujuan Pendidikan Jasmani

a. Arti Pendidikan Jasmani

Apabila ditanyakan kepada anggota masyarakat secara acak yang telah

mengenyam pendidikan, tentang apa yang mereka pahami tentang "pendidikan

jasmani" penulis yakin jawaban yang keluar dari mereka tentunya cukup bervariasi

tergantung pada pengalaman sewaktu belajar di sekolah. Mungkin ada yang

mengatakan bahwa pendidikan jasmani itu sama artinya dengan pelajaran bermain,

latiban senam, latihan atletik, olahraga dan Iain-lain. Banyak sekali para pakar

telah mendefinisikan tentang pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan

pendidikan jasmani. Berikut adalah beberapa pandangan atau pendapat tentang

arti pendidikan jasmani.

Pandangan filsafat idealisme terhadap pendidikan jasmani menurut Adang

Suherman (2000:7) adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan jasmani tidak hanya sekedar melibatkan fisik semata.

2. Aktifitas kesegaran jasmani memberi kontribusi terhadap

perkembangan kepribadian seseorang.

3. Pendidikan jasmani merupakan pusat berbagai gagasan (ideals). 4. Guru harus menjadi seorang model bagi siswa.

5. Guru bertanggung jawab terhadap efektivitas program pendidikan jasmani.

6. Pendidikan di tujukan untuk kehidupan.

Pandangan terhadap pendidikan jasmani menurut Undang-undang No. 4

tahun 1950 pasal 9 sebagai berikut, "Pendidikan jasmani yang menuju keselarasan

antara tumbuhnya badan perkembangan jiwa dan merupakan usaha untuk

membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat kuat lahir batiri, diberikan

(38)

commit to user

Menurut pendapat Frost dalam Harsuki (2003:27), pendidikan jasmani

adalah bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang memberikan siunbangan

terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas jasmani dan gerak

manusia.

Selanjutnya batasan pendidikan jasmani menurut UNESCO dalam

"International Charter of Phyisical Education and Sport" dalam Harsuki (2003:

28) sebagai berikut:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungan, melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematik untuk

menuju manusia Indonesia seutuhnya (Harsuki, 2003 : 5).

Bentuk olahraga yang lain selain pendidikan jasmani yaitu sport dapat

diambil dari ketentuan International Council of Sport and Physical Education,

ICSPE yang dilakukan dalam bentuk, dari UNESCO dalam "Declaration of

Sport" nya yakni : "Setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan

pertandingan adalah (Struggle) melawan orang lain, diri sendiri ataupun

unsur-unsur alam adalah sport". Sport harus dilakukan dengan semangat "fair play"

supaya ia tetap murni. Sport yang dilakukan dengan semangat fair play tersebut

merupakan alat yang ampuh bagi pendidikan.

Antara pendidikan jasmani dan sport sering dikatakan ada interface, tidak

sama namun ada bagian-bagiannya yang sama. Mas keduanya adalah aktivitas

fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau muscle activity, bukan/me muscle

activity seperti yang terjadi pada kegiatan menulis, menggambar, mengannyam

dan sebagainya. Keduanya permainan dalam arti bukan bekerja untuk

menghasilkan sesuatu yang lain dari yang dikerjakan. Kepuasan bukan karena ada

hasil lain di luar aktivitas namun diperoleh karena melakukan aktivitas itu sendiri.

Jika pendidikan jasmani memang dirancang untuk pendidikan, maka olahraga

(39)

commit to user untuk pendidikan.

Dari pendapat-pendapat yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan

yang tujuannya harus serasi dan selaras dengan tujaun pendidikan pada umumnya.

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani dan bukan

pendidikan dari jasmani dan aktivitas jasmani adalah media untuk mencapai

tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Meskipun sarana pendidikan tersebut fisikal,

namun manfaat bagi anak didik juga mencakup bidang-bidang nonfisik seperti

intelektual, sosial, estetik, dalam kawasan-kawasan kognitif maupun afektif.

b. Fungsi Pendidikan Jasmani

Dalam melakukan aktifitas terutama aktifitas olahraga tentunya setiap

manusia memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Seringkali bertanya

tentang apakah yang diperoleh manusia bila melakukan olah raga. Wilkerson dan

Dodder telah melakukan penelitian untuk melakukan penelitian untuk menentukan

apakah yang di peroleh manusia dari berolahraga. Mereka menemukan bahwa

olahraga mempunyai tujuan dan fungsi sebagai berikut:

Menurut Harsuki (2003:31) merumuskan fungsi olahraga adalah sebagai

berikut:

1) Pelepasan emosi. Olahraga adalah satu cara untuk menyatakan emosi dan mengendurkan ketegangan

2) Menunjukkan identitas. Olahraga memberikan kesempatan untuk di kenal orang dan untuk menunjukkan kualitas diri.

3) Kontrol social. Olahraga memberikan cara untuk mengontrol orang dalam satu masyarakat bila ada penyimpangan prilaku.

4) Sosialisasi. Olahraga dapat berperan sebagai satu cara untuk terjadi kontak social sesame penggemar olah raga.

5) Agen perubahan. Olahraga menghasilkan perubhan social, pola prilaku baru, dan menjadi factor yang mengubah jalan sejarah.

6) Semangat kolektif. Olahraga menciptakan semangat kebersamaan yang

membuat orang bersatu untuk mencarai tujuan bersama.

(40)

commit to user

Menurut Engkos Kosasih (1997:11) merumuskan fungsi pendidikan

jasmani adalah sebagai berikut:

1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras, dan seimbang.

2) Merangsang perkembangan sikap, mental sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

3) Memberikan pemahaman tentang manfaat pendidikan jasmani, serta memenuhi hasrat bergerak.

4) Memacu perkembangan dan aktifitas sistem peredaran darah,

pencernaan, pernafasan dan saraf.

5) Memberikan kemampuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani

peserta didik.

c. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani

Proses pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan dalam suatu

sistematika menurut kebutuhan. Pembelajaran di sekolah dasar dapat

dikelompokkan dalam dua (2) kelompok besar. Hal ini mengingat bahwa

karakteristik anak sekolah dasar dibagi atas kelas bawah (TK + kelas 1, 2, 3) dan

kelas atas (kelas 4, 5, 6).

Masing-masing kelompok memiliki karekteristik yang berbeda baik itu

fisiologis, psikologis ataupun sosial.

Karakteristik siswa kelas bawah.

1. Aspek fisiologis

a. Waktu reaksi lambat.

b. Senang berburu (kejar-kejaran) dan memanjat.

c. Koordinasi belum baik; namum menginjak akhir kelas 3 mulai membaik.

d. Sangat enerjik/aktif (seolah oleh kelebihan energi).

e. Sangat peka terhadap suara ritmik.

f. Tulang-tulangnya masih lunak dan mudah patah; namun mulai akhir kelas 3

sedikit lebih kuat.

g. Pada akhir kelas 3, daya tahan semakin membaik; khususnya dalam hal

pertumbuhan anak putri lebih cepat satu tahun daripada anak putra.

2. Aspek Psikologis

a. Masa perhatian terhadap suatu obyek sangat pendek (sangat cepat

(41)

commit to user b. Secara alami, rasa ingin tahu anak sangat besar.

c. Senang sekali mengulang-ulang kegiatan, apalagi yang dipandang

menyenangkan.

d. Munculnya keinginan berkreasi.

e. Pada akhir kelas 3, mulai terjadi perubahan:

1) Masa perhatian menjadi lebih lama.

2) Mulai menyenangi bentuk-bentuk permainan beregu, namum dalam

bentuk sederhana (peraturan).

3) Mulai mengenal bentuk-bentuk kompetitif sederhana.

3. Aspek sosiologis

a. Mulai senang belajar hidup secara kooperatif.

b. Tertarik menjadi anggota tim/kelompok.

c. Mulai mengenal dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

d. Mulai tumbuhnya kesadaran tentang lawan jenis.

e. Pada akhir kelas tiga (3);

1) Mulai suka mengganggu orang lain.

2) Mula menyukai kegiatan kelompok daripada individu.

Karakteristik siswa kelas atas. 1. Aspek Fisiologis

a. Daya tahan tubuh meningkat.

b. Pertumbuhan semakin mantap.

c. Koordinasi mata-tangan semakin baik.

d. Kamatangan secara fisiologis, anak putri lebih cepat daripada anak putra.

e. Tempo berkreasi semakin baik.

f. Mulai tertarik bentuk-bentuk permainan campuran antara putra dan putri

(bermain dalam satu kelompok).

g. Keterampilan semakin bagus.

h. Mulai mengenal dan menyukai keterampilan spesifik dan agak kompleks.

2. Aspek Psikologis

(42)

commit to user

b. Masa perhatian semakin bertumbuh lama (masa konsentrasi terhadap suatu

obyek semakin lama).

c. Suka mengekspresikan imajinasinya melalui gerak.

d. Semakin menyukai gerakan-gerakan berirama dan irama musik.

e. Mulai menyukai bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat kompetitif.

f. Rasa percaya diri semakin mantap.

g. Semakin mengenal dan menyukai tantangan.

3. Aspek sosiologis

a. Proses kematangan fisik dibarengi dengan ketidakstabilan emosi.

b. Berusaha melakukan tugas sebaik-baiknya, terutama bila ada dorongan dari

orang dewasa.

c. Sangat berminat menjadi anggota kelompok.

d. Kerjasama tim/kelompok sangat menonjol.

e. Sifat-sifat kepemimpinan mulai menonjo.l

f. Mulai berkeinginan mengenal nilai-nilai kompetitif yang positif (kompetitif

yang kooperatif) dalam (J. Hartoto dan Tomoliyus, 2000).

Berdasarkan karakteristik siswa kelas atas dan kelas bawah kita dapat

menyusun pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

siswa. Sehingga sebagai guru pendidikan jasmani dalam penyusunan sistematika

pembelajaran perlu mempertimbangkan hal tersebut. Dalam penyusunan

pembelajaran tersebut diharapkan merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Sehingga tahap pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Pendahuluan dalam sistematika pembelajaran pendidikan jasmani disebut

juga sebagai pemanasan (Warming-up). Pemanasan dilakukan dengan tujuan

utama adalah untuk menyiapkan fisik dan mental siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran. Pemanasan biasanya berisi berbagai aktivitas fisik yang secara

langsung dapat menaikkan suhu tubuh. Dengan meningkatnya denyut nadi,

meningkat pula kesiapan organ tubuh lainnya untuk melakukan aktivitas fisik

(43)

commit to user

Untuk mengetahui apakah siswa telah siap, secara ideal maka guru harus

melakukan pengukuran terhadap jumlah denyut nadi/menit. Biasanya pemanasan

dilakukan agar seseorang berada pada denyut nadi yang berkisar antara 100 s.d

120 denyut/menit. Beberapa fenomena sebagai indikator bahwa denyut nadi

pemanasan telah dicapai oleh siswa adalah dengan keluarnya keringat tubuh

sebagai akibat dari naiknya suhu dan metabolisme tubuh. Sehubungan dengan

keterbatasan waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran pemanasan

dilakukan dalam waktu kurang lebih 10 menit. Dalam waktu yang relatif singkat,

guru tidak hanya sekedar melakukan bentuk-bentuk gerak saja, melainkan

gerak-gerak tersebut harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Gerak yang

dilakukan oleh siswa dengan benar hendaknya mendapatkan perhatian dari guru.

Apabila gerak yang dilakukan oleh siswa tidak benar, bukan saja tidak dapat

menjamin untuk menjadi pemicu bagi kesiapan siswa, melainkan juga menjadi

penyebab kemungkinan munculnya cedera.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pemanasan adalah untuk sebagai

berikut: a) mempersiapkan jasmani dan rohani siswa ke dalam suasana belajar,

b) memenuhi kebutuhan dan keinginan bergerak bagi siswa setelah lama duduk

di dalam kelas atau kegiatan lainnya yang cukup menjemukan, c) mempersiapkan

anatomi fisiologi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran inti, d) dengan

demikian diharapkan siswa dapat dihindarkan dari cedera yang disebabkan oleh

beban pembelajaran dengan intensitas latihan yang cukup tinggi, dan e)

menghilangkan kekakuan otot dan sendi setelah lama tidak melakukan aktivitas

fisik.

b. Latihan inti/pokok

Latihan pokok dapat dikatagorikan menjadi dua bagian utama, yakni sebagai

berikut:

1) Latihan pokok A

Latihan pokok A merupakan bentuk pembelajaran yang berhubungan

dengan pembelajaran gerak baru atau mengulang bentuk gerakan dari pertemuan

sebelumnya. Biasanya proses pembelajaran dapat terjadi antara rentang waktu 20

Gambar

Gambar 2.  Diagram nilai pemahaman pemahaman pembelajaran penjas guru
Tabel 1. Deskripsi Data Pemahaman Pembelajaran Penjas............................  42
tabel (0,514). Terdapat 5 soal yang tidak valid yaitu no soal 2, 10, 12, 28 dan
Gambar 1. Rancangan Penelitian commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyerahkan 4 (empat) eksemplar proposal tesis yang telah disetujui dan ditandatangani oleh dosen pembimbing untuk mengikuti ujian seminar proposal2. Menyerahkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keempat Bakteriofag yang didapatkan merupakan Bakteriofag dengan struktur asam nukleat berupa DNA untai ganda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia dan fungsional dari pati aren termodifikasi menggunakan HCl. Penelitian ini menggunakan metode

Kesenangan anak didik untuk bersekolah dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, maka pengaturan lingkungan, alat permainan pada khususnya dan sumber belajar pada umumnya harus

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir ktitis siswa yang diajarkan dengan strategi TTW menggunakan masalah tidak rutin dan siswa yang diajarkan dengan

Belitung Timur, Lantai Dasar Kantor Bupati Belitung Timur Alamat : Kompleks Perkantoran Terpadu Manggarawan, Jl.Raya Manggar-Gantung 33511. Demikianlah kami sampaiakan

Jika Ho dalam pengujian diterima berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampel-sampel diambil dengan taraf