• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN HAFALAN TES WAWASAN KEBANGSAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RINGKASAN HAFALAN TES WAWASAN KEBANGSAAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1. Bifurkasi di dalam pengadilan, ada 2, pengadilan apa dan apa

Kelembagaan peradilan sebelum amandemen UUD 1945 menganut satu cabang kekuasaan yang berpuncak pada Mahkamah Agung, namun setelah amandemen UUD 1945 menganut sistem bifurkasi (bifurcation system) dimana kekuasan kehakiman terbagi dalam dua cabang yaitu cabang peradilan biasa yang berpuncak pada Mahkamah Agung dan cabang peradilan konstitusi di Mahkamah Konstitusi.

2. Kewenangan DPD dalam soal APBN

Terkait dengan kewenangan DPD memberikan pertimbangan atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama, Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa makna “memberikan pertimbangan” [vide Pasal 22D ayat (2) UUD 1945] adalah tidak sama dengan bobot kewenangan DPD untuk ikut membahas RUU. Artinya, DPD memberikan pertimbangan tanpa ikut serta dalam pembahasan dan merupakan kewenangan DPR dan Presiden untuk menyetujui atau tidak menyetujui pertimbangan DPD. Meskipun begitu, DPR dan Presiden berkewajiban untuk meminta pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama

3. proses pewarganegaraan harus memiliki kebenaran substantif artinya

Asas kebenaran substantif adalah asas yang menentukan bahwa prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif,tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.Jadi jika seseorang ingin menjadi warganegara Indonesia,maka orang tersebut harus melengkapi syarat-syarat yang bersifat substantif,tidak hanya syarat yang bersifat administratif saja

4. bahasa indonesia harus memiliki sifat kecendikiaan, artinya Bahasa Indonesia baku memiliki ciri-ciri, yaitu :

1) Kemantapan yang dinamis dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia baku memiliki kaidah berbahasa yang harus diterapkan mantap dan konsisten.

2) Kecendikiaan, maksudnya adalah bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam segala tatanan perikehidupan, baik ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan kodrat kepribadiannya. Kodifikasi bahasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a) Kodifikasi struktur bahasa, dilakukan terhadap ejaan, istilah kosakata, tatabahasa, dan pelafalan. Ciri-ciri struktur bahasa Indonesia baku antara lain :

1) Ucapan dan lagunya / intonasinya tidak diwarnai oleh ucapan daerah setempat,

2) Tidak menggunakan unsur leksikal tertentu yang termasuk unsur leksikal tidak baku. Contoh

: bikin, gini, gitu, gimana, dan lain-lain.

3) Pemakaian awal me- dan ber- secara eksplisit dan consisten. b) Kodifikasi pemakaian bahasa

Bahasa Indonesia memiliki ragam baku dan tidak baku. Kedua ragam bahasa tersebut masih digunakan sesuai dengan situasi. Bahasa Indonesia baku digunakan dalam bidang :

„ Komunikasi resmi, contoh : bahasa Undang-Undang, peraturan pemerintah, nama lembaga pemerintah, pengumuman resmi, surat-menyurat resmi, dan lain-lain.

„ Wacana teknis, contoh : karya ilmiah (paper, skripsi, tesis, disertasi), laporan kegiatan, usulan proyek, lamaran pekerjaan, dan lain-lain.

„ Pembicaraan di depan umum, contoh : pidato, ceramah, khutbah, mengajar / kuliah diskusi / seminar, rapat dinas, dan lain-lain.

„ Berbicara dengan orang dihormati, contoh : pejabat pemerintah, atasan, guru, orang tua, orang yang belum dikenal, dan lain-lain.

(2)

1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang telah dipersiapkan oleh Dokuritsu Junbi Coosakai (BPUPKI), yang kemudian dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945.

2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi atas usul dari Otto Iskandardinata.

3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu presiden selama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum terbentuk.

Pada hari berikutnya, tanggal 19 Agustus 1945 PPKI melanjutkan sidangnya dan berhasil memutuskan beberapa hal berikut.

1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.

a. Jawa Barat, gubernurnya Sutarjo Kartohadikusumo b. Jawa Tengah, gubernurnya R. Panji Suroso

c. Jawa Timur, gubernurnya R.A. Suryo

d. Borneo (Kalimantan), gubernurnya Ir. Pangeran Muhammad Noor e. Sulawesi, gubernurnya Dr. G.S.S.J. Sam Ratulangi

f. Maluku, gubernurnya Mr. J. Latuharhary

g. Sunda Kecil (Nusa Tenggara), gubernurnya Mr. I. Gusti Ktut Pudja h. Sumatra, gubernurnya Mr. Teuku Mohammad Hassan

2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).

3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya:

a. Departemen Dalam Negeri dikepalai R.A.A. Wiranata Kusumah b. Departemen Luar Negeri dikepalai Mr. Ahmad Subardjo

c. Departemen Kehakiman dikepalai Prof. Dr. Mr. Supomo d. Departemen Keuangan dikepalai Mr. A.A Maramis

e. Departemen Kemakmuran dikepalai Surachman Cokroadisurjo f. Departemen Kesehatan dikepalai Dr. Buntaran Martoatmojo

g. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan dikepalai Ki Hajar Dewantara h. Departemen Sosial dikepalai Iwa Kusumasumantri

i. Departemen Pertahanan dikepalai Supriyadi

j. Departemen Perhubungan dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso k. Departemen Pekerjaan Umum dikepalai Abikusno Tjokrosuyoso l. Departemen Penerangan dikepalai Mr. Amir Syarifudin

·

Sedangkan 4 menteri negara yaitu: a. Menteri negara Wachid Hasyim b. Menteri negara M. Amir

c. Menteri negara R. Otto Iskandardinata d. Menteri negara R.M Sartono

Di samping itu diangkat pula beberapa pejabat tinggi Negara yaitu: a. Ketua Mahkamah Agung, Dr. Mr. Kusumaatmaja

(3)

Sidang PPKI yang ketiga tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan: 1. Pembentukan Komite Nasional

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia 3. Pembentukan Badan Keamanan rakyat

6. Teori Corgan & Dercott

Warganegara dan kewarganegaraan merupakan dua hal yang berkaitan. John J Cogan dan Ray Derricott membuat definisi kedua hal tersebut secara berkesinambungan bahwa: Warganegara adalah anggota syah dari suatu masyarakat, sedang kewarganegaraan adalah seperangkat karakteristik dari seorang warganegara. Dalam definisi lain dikatakan, bahwa Kewarganegaraan merupakan keanggotaan dalam komunitas politik (yang dalam sejarah perkembangannya di awali pada negara kota polis, namun sekarang telah berkembang pada keanggotaan suatu negara). Kewarganegaaan membawa implikasi pada kepemilikan hak untuk berpartisipasi dalam politik. Orang yang telah menjadi dan memiliki keanggotaan penuh disebut Citizen.

Cogan dan Derricott (1998) mengidentifikasi adanya 5 (lima) atribut kewar ganegaraan ( The five attributes of citizenship), yakni:

1). Sense of identity (perasaan identitas)

2). The enjoyment of certain rights (pemilikan hak-hak tertentu)

3). The fulfiment of corresponding obligations (pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai)

4). A degre of intterest ang involvement in public affair (tingkat ketertarik-an dan keterlibatan dalam masalah publik)

(4)

Era perjuangan kemerdekaan

No Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Pimpinan

Kabinet Jabatan

Jumlah personel

1 Presidensial 2

September 1945 14

November 1945 Ir. Soekarno Presiden 21 orang

2 Sjahrir I 14

November 1945 12 Maret 1946 Sutan Syahrir

Perdana

Menteri 17 orang

3 Sjahrir II 12 Maret 1946 2 Oktober 1946 Sutan Syahrir Perdana

Menteri 25 orang

4 Sjahrir III 2 Oktober 1946 3 Juli 1947 Sutan Syahrir Perdana

Menteri 32 orang

5 Amir

Sjarifuddin I 3 Juli 1947

11

November 1947 Amir Sjarifuddin

Perdana

Menteri 34 orang

6 Amir

Sjarifuddin II

11

November 1947 29 Januari 1948 Amir Sjarifuddin

Perdana

Menteri 37 orang

7 Hatta I 29 Januari 1948 4 Agustus 1949 Mohammad Hatta

Perdana

Menteri 17 orang

* Darurat 19

Desember 1948 13 Juli 1949 S. Prawiranegara Ketua 12 orang

8 Hatta II 4 Agustus 1949 20

Desember 1949

Mohammad Hatta

Perdana

(5)

Era demokrasi parlementer

Desember 1949 21 Januari 1950

Susanto

September 1950 27 April 1951

Mohammad Natsir

Perdana

Menteri 18 orang

12 Sukiman-Suwirjo 27 April 1951 3 April 1952 Sukiman Wirjosandjojo

Sastroamidjojo I 30 Juli 1953 12 Agustus 1955 Ali

Sastroamidjojo

Perdana

Menteri 20 orang

15 Burhanuddin

Harahap 12 Agustus 1955 24 Maret 1956

Burhanuddin Harahap

Perdana

Menteri 23 orang

16 Ali

Sastroamidjojo II 24 Maret 1956 9 April 1957

Ali

Sastroamidjojo

Perdana

Menteri 25 orang

17 Djuanda 9 April 1957 10 Juli 1959 Djuanda Perdana

(6)

Era Demokrasi Terpimpin

No Nama

Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja

Pimpinan

Kabinet Jabatan

Jumlah personel

18 Kerja I 10 Juli 1959 18 Februari 1960 Ir. Soekarno Presiden 33 orang

19 Kerja II 18 Februari 1960 6 Maret 1962 Ir. Soekarno Presiden 40 orang

20 Kerja III 6 Maret 1962 13

November 1963 Ir. Soekarno Presiden 60 orang

21 Kerja IV 13

November 1963 27 Agustus 1964 Ir. Soekarno Presiden 66 orang

22 Dwikora I 27 Agustus 1964 22 Februari 1966 Ir. Soekarno Presiden 110 orang

23 Dwikora II 24 Februari 1966 28 Maret 1966 Ir. Soekarno Presiden 132 orang

24 Dwikora III 28 Maret 1966 25 Juli 1966 Ir. Soekarno Presiden 79 orang

25 Ampera I 25 Juli 1966 17 Oktober 1967 Ir. Soekarno Presiden 31 orang

26 Ampera II 17 Oktober 1967 6 Juni 1968 Jend. Soeharto Pjs Presiden 24 orang

Era Orde Baru

No Nama Kabinet Awal masa kerja

Akhir masa kerja

Pimpinan

Kabinet Jabatan

Jumlah personel

27 Pembangunan I 6 Juni 1968 28 Maret 1973 Jend. Soeharto Presiden 24 orang

(7)

29 Pembangunan III 29 Maret 1978 19 Maret 1983 Soeharto Presiden 32 orang

30 Pembangunan IV 19 Maret 1983 23 Maret 1988 Soeharto Presiden 42 orang

31 Pembangunan V 23 Maret 1988 17 Maret 1993 Soeharto Presiden 44 orang

32 Pembangunan VI 17 Maret 1993 14 Maret 1998 Soeharto Presiden 43 orang

33 Pembangunan

VII 14 Maret 1998 21 Mei 1998 Soeharto Presiden 38 orang

Era reformasi

No Nama Kabinet Awal masa kerja

Akhir masa

kerja Pimpinan Kabinet Jabatan

Jumlah personel

34 Reformasi

Pembangunan 21 Mei 1998

26

Oktober 1999 B.J. Habibie Presiden 37 orang

35 Persatuan Nasional 26

Oktober 1999 9 Agustus 2001 Abdurahman Wahid Presiden 36 orang

36 Gotong Royong 9 Agustus 2001 21

Oktober 2004

Megawati

Soekarnoputri Presiden 33 orang

37 Indonesia Bersatu I 21

Oktober 2004 22

Oktober 2009

Susilo Bambang

Yudhoyono Presiden 37 orang

38 Indonesia Bersatu II 22

Oktober 2009 22

Oktober 2014

Susilo Bambang

(8)

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA

Hasil pemilihan umum Dewan Perwakilan Rakyat

Tahun Pemenang Tempat kedua Tempat ketiga

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

1955 PNI 57 (22.17%) Masyumi 57 (22.17%) NU 45 (17.51%)

1971 Golkar 360 (65.55%) NU 56 (21.79%) Parmusi 24 (9.33%)

1977 Golkar 232 (64.44%) PPP 99 (38.52%) PDI 29 (8.05%)

1982 Golkar 242 (67.22%) PPP 94 (26.11%) PDI 24 (6.66%)

1987 Golkar 299 (74.75%) PPP 61 (15.25%) PDI 40 (10%)

1992 Golkar 282 (70.5%) PPP 62 (15.5%) PDI 56 (14%)

1997 Golkar 325 (76.47%) PPP 89 (22.25%) PDI 11 (2.75%)

1999 PDIP 153 (33.12%) Golkar 120 (25.97%) PPP 58 (12.55%)

2004 Golkar 128 (23.27%) PDIP 109 (19.82%) Demokrat 55 (10%)

2009 Demokrat 150 (26.79%) Golkar 107 (19.11%) PDIP 95 (16.96%)

(9)

Jumlah partai politik di Indonesia

Tahun Jumlah

1955 30

1971 10

1977

3 1982

1987

1992

1997

1999 48

2004 24

2009 44

(10)

Komponen sistem pemilu

Pemilu Terbuka/tertutup Distrik/proporsional/campuran

1955

tertutup

proporsional

1971

distrik 1977

1982

1987

1992

1997

1999

2004

terbuka campuran

2009

2014

Pemilu 1955

(11)

Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang diundangkan 4 April 1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota bikameral: Anggota DPR dan Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah proporsional.

Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

 Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan diikuti oleh 29 partai politik dan individu,

 Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pemilu 1971

Pemilu berikutnya diselenggarakan pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1971. Pemilu ini adalah Pemilu pertama setelah orde baru, dan diikuti oleh 9 Partai politik dan 1 organisasi masyarakat.

Pemilu ini dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang-undang Nomor 16 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD.

Lima besar dalam Pemilu ini adalah Golongan Karya, Nahdlatul Ulama, Parmusi, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.

Pada tahun 1975, melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya.

PPP: Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Perti dan Parmusi

PDI: Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.

(12)

Hasil

No. Partai Jumlah

Suara Persentase

Jumlah Kursi

5. Golongan Karya (Golkar) 34.348.673 62,82 236

3. Partai Nahdlatul Ulama 10.213.650 18,68 58

8. Partai Nasional Indonesia (PNI) 3.793.266 6,93 20

4. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) 2.930.746 5,36 24

2. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) 1.308.237 2,39 10

6. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) 733.359 1,34 7

1. Partai Katolik 603.740 1,10 3

9. Partai Islam (PERTI) 381.309 0,69 2

10. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan

Indonesia (IPKI) 338.403 0,61 0

7. Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) 48.126 0,08 0

(13)

Pemilu 1977

Dasar hukum Pemilu 1977 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1975. Pemilu ini diadakan setelah fusi partai politik dilakukan pada tahun 1973. Sistem yang digunakan pada pemilu 1977 serupa dengan pada pemilu 1971 yaitu sistem proporsional dengan daftar tertutup.

1. Kabinet siapa yg TNI masuk pemerintahan?? Jumlah Personal Militer dalam Kabinet Awal Orba

KABINET JUMLAH Jumlah Personal TNI dalam Kabinet Pembangunan

KABINET UNSUR MILITER % MILITER JUMLAH NOMINAL

Naskah konstitusi Republik Indonesia Serikat disusun bersama oleh delegasi Republik Indonesia dan delegasi BFO ke Konperensi Meja Bundar itu. Dalam delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr. Mohammad Roem, terdapat Prof. Dr. Soepomo yang terlibat dalam mempersiapkan naskah Undang-Undang Dasar tersebut. Rancangan UUD itu disepakati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai Undang-Undang Dasar RIS. Naskah Undang- Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS itu disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga perwakilan rakyat di Republik Indonesia dan kemudian resma mendapat persetujuan Komite Nasional Pusat tersebut pada tanggal 14 Desember 1949. Selanjutnya, Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949.

(14)

3. yang merupakan latar belakang lahirnya Orde Baru adalah Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret.1966. Dengan demikian, Surat Perintah11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

4. Orde Baru berusaha melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen dengan mewujudkan

1. Sikap mental yang positif untuk menghentikan dan mengoreksi segala penyimpangan atau penyelewengan terhadap pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.

2. Masyarakat yang adil dan makmur, baik materiil maupun spiritual melalui pembangunan.

3. Sikap mental mengabdi kepada kepentingan rak'yat serta melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

5. Alasan mengapa moh. hatta tidak lagi menjadi wapres

 karena ada pasal dalam UUDS 1950 yang intinya wapres enggak boleh jadi perdana menteri.

 ketidaksukaan Bung Hatta kepada kebijakan Bung Karno yang sudah dianggap mengarah ke arah kediktatoran.

6. Pemberantasan DI/TII itu program kabinet apa Kabinet Ali Satroamijoyo I

7. penyimpangan UUD 45 antara thn 49-59 dan setelah demokrasi terpimpin Awal Kemerdekaan

 Komite Nasional Pusat berubah fungsi dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif yang ikut menentukan Garis-Garis Besar Haluan Negara, atas dasar Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945

 Adanya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi cabinet parlementer, setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945.

Masa UUDS 1950

 Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu negara bagian, dengan wilayah kekuasaan daerah sebagaimana dalam persetujuan Renville dan sesuai dengan bunyi pasal 2 Konstitusi RIS.

 UUD 1945 sejak tanggal 27 Desember 1949 hanya berstatus sebagai UUD negara bagian RI.  Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi liberal.

 Berlakunya sistem parlementer yaitu pemerintahan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Pemerintahan dikepalai seorang Perdana Menteri, sedangkan Presiden sebagai Kepala Negara. Sebagai akibat sistem parlementer, kabinet tidak mampu melaksanakan programnya dengan baik dan dinilai negatif oleh DPR.

 Terjadinya pertentangan politik di antara partai-partai politik saat itu (yang bercorak agama, nasionalis, kedaerahan dan sosialis, dengan system multipartai).

Masa Demokarsi Terpimpin

 Berlaku sistem kabinet parlementer

 Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat (pasal 83 ayat 1 UUDS 1950).

 Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama untuk keseluruhan maupun masingmasing untuk bagiannya sendiri-sendiri. (pasal 83 ayat (2) UUDS 1950).  Presiden berhak membubarkan DPR, dengan ketentuan harus mengadakan pemilihan DPR baru

(15)

Masa Orde Lama

 Presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif dan legislatif (bersama DPR) telah mengeluarkan ketentuan perundangan yang tidak ada dalam UUD 1945 dalam bentuk penetapan presiden tanpa persetujuan DPR.

 Melalui Ketetapan No. I/MPRS/1960, MPR menetapkan pidato presiden 17 Agustus 1959 berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” (Manifesto Politik Republik Indonesia) sebagai GBHN bersifat tetap. Hal ini tidak sesuai dengan UUD 1945.

 MPRS mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan UUD 1945, karena DPR menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955, karena DPR menolak APBN yang diajukan oleh presiden. Kemudian presiden membentuk DPR-Gotong Royong (DPR-GR), yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

 Pimpinan lembaga-lembaga negara dijadikan menteri-menteri negara, termasuk pimpinan MPR kedudukannya sederajat dengan menteri. Sedangkan presiden menjadi anggota DPA.

 Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi terpimpin.

 Berubahnya arah politik luar negeri dari bebas dan aktif menjadi politik yang memihak salah satu blok.

Masa Orde Baru

 Dalam praktek pemilihan umum terjadi pelanggaran

 Ditetapkannya calon resmi partai politik dan Golkar dari keluarga presiden atau yang terlibat dengan bisnis keluarga presiden, dan calon anggota DPR/MPR yang monoloyalitas terhadap presiden (lahirnya budaya paternalisti /kebapakan dan feodal gaya baru).

 Tidak berfungsinya kontrol dari lembaga kenegaraan politik dan sosial, karena didominasi kekuasaan presiden/eksekutif yang tertutup sehingga memicu budaya korupsi kolusi dan nepotisme.

 Golkar secara terbuka melakukan kegiatan politik sampai ke desa-desa, sedangkan parpol hanya sampai kabupaten.

 Ormas hanya diperbolehkan berafiliasi kepada Golkar.  Berlakunya demokrasi terpimpin konstitusional

 Belum memadainya perundang-undangan tentang batasan kekuasaan presiden dan adanya banyak penafsiran terhadap pasal-pasal UUD 1945.

 Tidak tegaknya supremasi hukum karena penegak hukum tidak konsisten, adanya mafia peradilan, dan banyaknya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini tidak menjamin rasa adil, pengayoman dan kepastian hukum bagi masyarakat.

 Ada penyimpangan sekurang-kurangnya 79 Kepres (1993-1998) yang dijadikan alat kekuasaan sehingga penyelewengan terlindungi secara legal dan berlangsung lama (hasil kajian hukum masyarakat transparansi Indonesia).

 Perekonomian nasional sebagaimana diamanatkan pasal 33 UUD 1945 tidak terpenuhi, karena munculnya pola monopoli terpuruk dan tidak bersaing. Akses ekonomi kerakyatan sangat minim.

(16)

 Bercampurnya institusi negara dan swasta, misalnya bercampurnya jabatan publik, perusahaan serta yayasan sehingga pemegang kekuasaan dan keuntungan menjadi pemenang serta mengambil keuntungan secara tidak adil. Sebagai contoh kasus-kasus Kepres Mobil Nasional, Institusi Bulog, subordinasi Bank Indonesia, dan proteksi Chandra Asri.

 Adanya korporatisme yang bersifat sentralis, ditandai oleh urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota atau dari daerah ke pusat. Korporatisme ialah sistem kenegaraan dimana pemerintah dan swasta saling berhubungan secara tertutup satu sama lain, yang ciri-cirinya antara lain keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir pelaku ekonomi yang dekat dengan kekuasaan, dan adanya kolusi antara kelompok kepentingan ekonomi serta kelompok kepentingan politik

 Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun cenderung meningkat.

1. RIS memiliki brp negara bagian

7, Negara Republik Indonesia (RI), Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan

2. jumlah menteri di masa RIS = 16

3. moh.hatta mengundurkan diri tahun brp = 01 Desember 1956 4. nama gubernur pertama yang menjadi pahlawan

Soerjo (jawa Timur), Teuku Muhammad Hasan (sumatera), Sam Ratulangi (sulawesi) 5. Tgl pengesahan Piagam Jakarta secara yuridis = 18 Agustus 1945

6. draft piagam jakarta diterima bpupki tgl brapa = 14 Juli 1945

7. pemilihan secara langsung pertama kali, pada saat orde baru = 1971 8. Lembaga negara yang dibuat tahun 1960

MPR, Jumlah anggota MPRS pada waktu dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 199 Tahun 1960 berjumlah 616 orang yang terdiri dari 257 Anggota DPR-GR, 241 Utusan Golongan Karya, dan 118 Utusan Daerah.

9. jaman uuds tg memimpin kebijakan keamanan tertinggi.

Pasal 127, Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang Republik Indonesia. 10. Pasal dalam Kontsitusi RIS tentang Presiden:

Ketentuan pasal 118 Konstitusi RIS berbunyi, “Presiden tidak bisa diganggu gugat; Pasal 85 Presiden mengangkat Ketua Senat

11. tokoh eksponen 66 = rosihan anwar, fahmi idris, Sofyan wanandi 12. isi maklumat no 3 tahun 1975

fusi (penggabungan) partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya (Golkar)

13. Golkar tahun 1982 mendapat suara berapa 48.334.724 (64.34 %) 14. Pemilu 2014 PDIP perolehan suara berapa 23.681.471 (18,95%) 15. kapan kebiasaan disebut konvensi

Oleh karena kebiasaan demikian telah diterima dan dilaksanakan, sehingga dianggap tidak bertentangan dengan hukum

16. sasaran program utama kabinet pembangunan 1

pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

17. fungsi kbijakan 'monoloyalitas' pd zaman orb

pemerintah menjadi lebih mudah menggunakan birokrasi sebagai alat untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan.

18. uu no 11 th 2005 ttg apa

(17)

19. Zona batas Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 12 mil diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan Konvensi ini.

20. batas laut indo itu brp mil dr daratan

Batas Laut Teritorial (BLT) adalah garis batas dasar laut dan tanah di bawahnya, dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak maksimal 12 mil dari gurun pangkal teritorialnya sepanjang kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen

21. Tugas Bawaslu

mengawasi penyelenggaraanPemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bawaslu ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Pasal 70 tentang Pemilihan Umum

Tugas dan wewenang wakil presiden:

 Bertanggungjawab penuh membantu presiden selama satu periode kepengurusan serta berwenang dalam membantu menjalankan roda organisasi BEM KM UNDIP

 Menjalankan roda koordinasi dan komunikasi antar organ/perangkat kelembagaan BEMKM UNDIP  Melakukan pengawalan issue / wacana di lingkungan internal kampus

 Sebagai koordinator dari komisi ahli

 Melakukan pemantauan dan pengarahan pelaksanaan kegiatan BEM KM UNDIP  Membantu pelaksanaan fungsi dan tugas presiden, apabila presiden berhalangan

Pada masa orde baru, dikenal yang namanya lima paket undang-undang politik. Isinya antara lain sebagai berikut:

UU No. 1 tahun 1985 tentang pemilihan umum

UU No. 2 tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, tugas dan wewenang DPR/MPR UU No. 3 tahun 1985 tentang Parpoil dan golongan karya

UU No. 5 tahun 1985 tentang referendum UU No. 8 tahun 1985 tentang organisasi massa

Depolitisasi pd saat orde baru

indoktrinasi Ideologi Tunggal Pancasila yang dilancarkan melalui jalur pendidikan. Mereka yang pernah hidup di masa “Orde Baru”, Ibu dan Ayah kita misalnya, pasti mengenal P4. Organisasi-organisasi yang berdiri di masa “Orde Baru” pun tak boleh memiliki ideologi lain selain Pancasila. Akibatnya, rakyat semakin apolitis karena juga memang tak ada lagi perdebatan-perdebatan ideologis yang bisa terjadi di masa itu dengan aman-aman saja. Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan masa sebelumnya, dimana perdebatan mengenai ideologi politik adalah hal yang biasa terjadi dalam politik keseharian rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Masa ini dikenal sebagai era Republik Indonesia Serikat (RIS), dan kedudukan Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta menjadi negara bagian Republik Indonesia

Sejak terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat dibawah konstitusi RIS 1949 pada tanggal 27 Desember 1949, maka semakin kuatlah perjuangan bangsa

Masa ini dikenal sebagai era Republik Indonesia Serikat (RIS), dan kedudukan Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta menjadi negara bagian Republik Indonesia

Negara Republik Indonesia pernah mengalami pergantian bentuk negara, dari kesatuan menjadi federal/serikat pada masa berlakunya Konstitusi RIS tanggal 27 Desember 1949

Bahasa indonesia adalah bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus bahasa resmi republik indonesia dan juga sebagi bahasa persatuan bangsa indonesia yang sudah diresmikan

Negara Republik Indonesia pernah mengalami pergantian bentuk negara, dari kesatuan menjadi federal/serikat pada masa berlakunya Konstitusi RIS tanggal 27 Desember 1949

5) Mewujudkan kebebasan pers.. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah Negara Kesatuan