• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS dan wacana dan putri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JENIS dan wacana dan putri"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS – JENIS WACANA

A. Pengertian Wacana

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia wacana adalah : 1) Komunikasi verbal ; percakapan ; 2) Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan ; 3) Satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah ; 4) Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis ; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat ; 5) Pertukaran ide secara verbal.

Beberapa definisi dan pendapat dari para pakar bahasa mengenai wacana, antara lain oleh J.S. Badudu (2000) mengatakan wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis

Dari pengertian, pendapat dan uraian diatas, jelaslah bahwa wacana

merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara

lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatauan bahasanya serta

terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan

melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks didalamnya

dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.

Berdasarkan saluran komunikasinya wacana dapat dibedakan atas ;

wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penuturan dan

(2)

Sedangkan wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang

dituliskan dan penerapan sistim ejaan.

Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemaparannya, yaitu

antara lain ; wacana narasi, wacana deskripsi, wacana argumentasi dan wacana

persuasi

B. Jenis-jenis Wacana dalam Bahasa Indonesia

Berbagai jenis wacana dapat diklasifikasikan dengan dasar tertentu. Dasar

klasifikasi itu antara lain adalah:

1. Media yang dipakai untuk mewujudkannya

Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya, dapat

dikemukakan dua jenis wacana, yaitu.

a. Wacana Lisan

b. Wacana Tertulis

Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.

2. Keaktifan Partisipan Komunikasi

Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan

atas 3 jenis yaitu.

a. wacana monolog

b. wacana dialog

(3)

3. Tujuan Pembuatan Wacana

Berdasarkan tujuan pembuatannya, wacana dapat dibedakan menjadi.

a. wacana naratif

Wacana ini biasa disebut “cerita”, dan merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi pada seorang tokoh (tokoh ini bisa manusia, binatang, tanaman atau benda). Peristiwa-peristiwa itu bisa merupakan peristiwa nyata, meskipun tetap fiktif. Wacana naratif ditandai oleh adanya hubungan waktu. Peristiwa-peristiwaitu dapat disusun secara kronologis, bisa juga tidak, yang penting ada hubungan waktu di antara peristiwa-peristiwa tersebut dan semua mempunyai kesatuan tindakan. Jadi, unsur cerita adalah subjek (tokoh yang melakukan tindakan), predikat (tindakan) dan temporalitas (hubungan waktu). Peristiwa-peristiwa tersebut dikemukakan dalam suatu wacana yang utuh. Dalam kenyataannya, cerita selalu merupakan suatu seleksi, tak mungkin semua peristiwa ditampilkan, sekalipun dalam cerita yang berpretensi penulis.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa kriteria suatu wacana naratif: a. adanya rangkaian peristiwa

Agar suatu cerita terbentuk, harus ada rangkaian minimalperistiwa yang berlangsung dalam waktu tertentu. Agar dapat disebut cerita, rangkaian peristiwa itu disusun dalam fungsinya menuju suatu situasi akhir. Dengan demikian, kadang-kadang, linearitas temporal dapat menimbulkan masalah, sebagaimana tampak misalnya pada cerita detektif. Demikian pula cerita-cerita yang tampak pada kriteria ke empat, linearitas temporal sering diabaikan.

b. adanya kesatuan tindakan (setidaknya ada seorang tokoh subjek)

(4)

perhatian, adanya seorang tokoh tidak menjamin kesatuan tindakan. Tentu adanya seorang tokoh diperlukan, tetapi kehadirannya tidak berarti, kecuali dihubungkan dengan unsur-unsur cerita yang lain, seperti rangkaian peristiwa yang berhubungan secara temporal dan predikat (naratif) yang menandai tokoh tersebut.

c. adanya suatu proses

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, perlu adanya kesatuan tindakan dalam cerita. Yang dimaksudkan adalah adanya situasi awal, transformasi dan situasi akhir. Ketiganya dikenal juga dengan nama eksposisi, pengembangan dan peleraian. Jadi, dalam penyusunan cerita, perlu ada perubahan predikat (naratif) dalam suatu proses. Pengertian tentang proses ini memungkinkan kita untuk memastikan unsur-unsur temporal dengan meniadakan gagasan tentang rangkaian peristiwa yang lepas satu sama lain. Jadi semua peristiwa tergabung dalam kesatuan tindakan yang berada dalam suatu proses: sebelum proses terjadi (situasi awal), prsoes tindakan (transformasi), dan setelah proses selesai (situasi akhir).

d. adanya suatu hubungan kausal dalam suatu konflik

Dalam suatu cerita yang terpenting ternyata bukanlah hubungan kronologis, melainkan hubungan logis atau hubungan sebab-akibat antarsatuan cerita yang fungsional. Hubungan sebab-akibat inilah yang membentuk kerangka cerita, yang membentuk struktur cerita. Bagi para pengarang pada umumnya, suatu alasan yang dapat ditangkap, menyebabkan adanya suatu tindakan yang pada gilirannya juga menimbulkan tindakan lainnya. Demikian seterusnya hingga cerita selesai. Rangkaian hubungan logis inilah penentu cerita.

(5)

ini tentunya menyembunyikan makna tertentu, misalnya hilangnya kemampuan berkomunikasi atau memang tiadanya logika dalam kehidupan manusia.

b. wacana deskriptif

Deskripsi adalah suatu wacana yang mengemukakan representasi atau

gambaran tentang sesuatu atau seseorang, yang biasanya ditampilkan secara rinci.

Dalam bahasa Indonesia, deskripsi disebut juga pemerian. Wacana deskriptif

merupakan hasil pengamatan serta kesan-kesan penulis tentang objek pengamatan

tersebut. Apabila deskripsi itu hidup, pembaca dapat membayangkan sesuatu yang

digambarkan itu. Tentu saja yang digambarkan itu dapat berupa sesuatu yang

nyata (riil), dapat juga merupakan fiksi. Dalam deskripsi banyak ditemukan

enumerasi atau gambaran bagian per bagian. Dalam jenis wacana ini, susunan

sekuen bersifat fakultatif, artinya sampai batas-batas tertentu, susunan dapat

dipertukarkan, karena gambaran bersifat permanen dan simultan.

Dapat dikatakan bahwa ciri deskripsi adalah hubungan spasial (kesatuan tempat). Ini berarti bahwa detil-detil yang digambarkan mempunyai hubungan satu sama lain, dan tidak merupakan gambaran yang tercerai-berai. Gambaran itu bersifat simultan (hadir secara bersamaan), sedangkan dalam wacana naratif peristiwa-peristiwa yang ditampilkan bersifat berurutan. Deskripsi sering dikaitkan dengan bentuk wacana lain. Dalam wacana naratif, sering terdapat deskripsi tempat, orang, benda lain ataupun suasana tertentu. Dengan adanya deskripsi, pembaca lebih mampu membayangkan apa yang diceritakan; imajinasi pembaca menjadi lebih hidup. Demikian pula dalam wacana argumentatif, wacana ekplikatif dan instruktif sering digunakan deskripsi sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu.

Contoh wacana deskriptif:

(6)

turun ke peraduannya. Anak-anak gembala pulang sambil duduk di punggung kerbau yang baru dimandikan. Para petani pulang dari sawah sambil berjalan beriringan. Makin lama, sinar lembayung makin menghilang di balik horizon. Suasana hening di desa, burung pun telah kembali ke sarangnya. Bulir-bulir padi yang tadi siang kuning keemasan, kini menjadi bayangan hitam, demikian juga gerumbul pohon-pohonan di kejauhan tampak berwarna kegelapan. Di jalan, masih ada satu dua orang yang lewat tergesa-gesa seakan takut kehilangan rumahnya.

Contoh di atas merupakan wacana deskriptif yang menggambarkan pemandangan di desa di senja hari. Gambaran tersebut statis. Ada gerakan petani berjalan beriring, gembala yang duduk di punggung kerbau, dan orang yang tergesa pulang, tetapi semua gerakan itu termasuk dalam rangkaian pemandangan. Seperti dalam gambar atau foto, juga dapat dilihat gerakan orang yang berlari atau mobil yang bergerak.

c. wacana eksposisi d. wacana argumentatif

Wacana ini bertujuan mempengaruhi, mengubah pendapat, sikap atau

tingkah laku bahkan menggoyahkan keyakinan pembaca atau keseluruhan

pendengarnya. Mengubah pendapat itu dilakukan dengan memberikan

argumen-argumen yang logis sehingga bisa dipercaya kebenarannya. Karena itu, penanda

utama dari wacana argumentatif adalah hubungan logis antargagasan. Fungsi

argumentatif tidak selalu dikemukakan dengan satu cara. Untuk mempengaruhi

pembacanya bisa saja suatu argumen dikemukakan dengan berbagai strategi

persuasif. Kadang-kadang, argumen dapat ditampilkan dengan bantuan wacana

lain, misalnya wacana deskriptif dapat dibuat sebagai argumen terhadap

pemecahan suatu masalah, bahkan juga dalam bentuk naratif (misalnya suatu fabel

atau dongeng sebagai argumen moral). efektivitas suatu argumen terletak pada

(7)

penyusunannya (dalam bentuk kausal/sebab akibat,bentuk konsekutif

(urut-urutan/akibat sebab)) atau oposisi. Ada empat hal yang perlu dipertimbangkan

dalam penyusuanan wacana argumentatif, yaitu:

a. Sumber (pengirim) : ini berkaitan dengan kredibilitas si pengirim dan perasaan yang ditimbulkan oleh sumber itu (misalnya perasaan simpati atau antipati, suka atau tak suka). Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa suatu peraturan di sekolah lebih efektif bila dikemukakan oleh kepala sekolah daripada oleh kepala kelas, apalagi bila kepala sekolah itu dicintai oleh murid-muridnya.

b. Pesan : ini berkaitan dengan pesan yang akan disampaikan. Argumen mana yang akan digunakan untuk menopang peraturan sekolah yang akan dikeluarkan itu? Bila argumennya lebih dari satu, mana yang lebih efektif, yang terpenting ditampilkan lebih dahulu, atau justru argumen terpenting dikemukakan paling akhir?

c. Saluran komunikasi: mana yang lebih efektif, apakah pengumuman di tempat

pengumuman, ditulis dalam selebaran, dipasang dalam bentuk poster atau disampaikan ke kelas-kelas oleh guru masing-masing?

d. Penerima: si pengirim pesan perlu mempertimbangkan penerima. Bagaimana sikap awal penerima? Apakah mereka akan menentang gagasan yang akan dikemukakan atau tidak? Berapa banyak pengetahuan penerima tentang hal yang akan dikemukakan?

Demikianlah hal-hal yang penting diperhatikan dalam wacana argumentatif. Apabila argumen dikemukakan dalam komunikasi dua arah biasa disebut polemik opini di surat kabar) atau debat (dilakukan dengan saluran lisan). Contoh wacana argumentatif:

HAMIL BOLEH HAJI

(8)

Asrori S. Karni. Vaksin meningitis diberikan untuk mencegah penyakit radang selaput otak yang berjangkit di Arab Saudi.

Tapi keputusan itu tak otomatis melegakan semua orang. Nugroho Kampono, Kepala Bagian Kebidanan dan Kandungan rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, misalnya, tetap keberatan aturan itu diterapkan. “Risiko yang ditanggung wanita hamil terlalu besar,” katanya kepada Taurusita Nugrani dari GATRA.

Ibu hamil sangat sensitive terhadap virus, yang bisa mempengaruhi kesehatan janin, “Secara alami, wanita hamil deprogram untuk rileks kata Nugroho. “contohnya, otot rahim dan pembuluh darah melemah. Maka, banyak wanita hamil yang mengalami varises (pembesaran pembuluh darah). Mereka mudah lelah dan mengantuk. Selain itu, Nugroho juga mengingatkan bahwa suntikan meningitis tak baik buat wanita hamil.

(GATRA, No. 49 Tahun VI, 21 Oktober 2000)

Dalam wacana di atas, tampak ada dua gagasan yang bertolak belakang. Pada paragraf pertama dikemukakan bahwa sekarang wanita dengan usia kandungan 26 pekan boleh naik haji. Sebagaimana pemberian izin lainnya, berita ini diharapkan disambut dengan gembira. Namun paragraf berikutnya (kedua) menunjukkan kekhawatiran seorang dokter kandungan melihat keputusan tersebut. Dan paragraf ketiga menunjukkan alasan-alasan kekhawatiran tersebut. Memang di sini tak banyak kata-kata yang mengemukakan hubungan sebab-akibat. Satu-satunya kata yang menunjukkan hal itu adalah kesimpulannya, yaitu kata “Maka, banyak wanita hamil yang...” Meskipun demikian, dari segi isi dan dari kesimpulannya, tampak bahwa wacana ini merupakan wacana argumentatif.

(9)

meminta agar para wanita hamil yang ingin berhaji, tetap berhati-hati. Saluran komunikasinya adalah majalah Gatra yang banyak dibaca orang.

e. wacana persuasif

f. wacana informatif

Sebenarnya semua wacana memberikan informasi disamping tujuan lainnya, misalnya untuk menggambarkan sesuatu (deskriptif), untuk bercerita (naratif), untuk mempengaruhi orang lain (argumentatif), untuk menjelaskan sesuatu (eksplikatif) dan untuk memberi perintah (instruktif). Jenis yang satu ini memang betul-betul terpusat pada memberi informasi saja, informasi yang langsung dibutuhkan. Biasanya wacana ini merupakan wacana yang singkat saja. Misalnya, wacana jam praktek dokter, wacana jam kedatangan dan keberangkatan kereta api, bus atau kapal terbang, dan lain-lain.

Lain halnya dengan Djajasudarma (2006) yang memasukkan wacana naratif, wacana, deskriptif, wacana prosedural, wacana ekspositori, dan wacana hartori ke dalam jenis pemaparan/penyajian wacana. Karena inti dari wacana deskriptif dan naratif sudah diulas di atas, penulis tidak akan membahas lagi hal tersebut. Penulis selanjutnya membahas wacana prosedural, wacana ekspositori, dan wacana hartori.

g. wacana prosedural

(10)

kaki, naik sepeda motor atau naik mobil. Manusia perlu menabung, menjahit baju, berbelanja ke toko dan lain sebagainya. Semua pekerjaaan ini dilakukan secara prosedural. Langkah kerjanya disusun secara kronologis.

h. wacana hortatori

Wacana hartori adalah rangkaian tuturan atau tulisan yang berisi ajakan atau nasihat. Wacana-wacana model ini dapat kita amati pada konstruksi khotbah, kampanye, dan petuah-petuah. Rangkaian makna dalam wacana ini ditujukan untuk mempengaruhi orang lain atau untuk menghimpun pengikut. Di samping itu, wacana jenis ini juga disampaikan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar untuk meyakini atau tidak meyakini suatu pandangan.

i. wacana regulatif

j. wacana humor

Menurut Oktavianus (2009) Wacana humor, selain untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan informasi, melalui bahasa sesuatu yang humoris yang umumnya digemari orang seperti teka-teki (riddles), kelakar(kidding), olok-olokan (teasing), lawakan (joking), plesetan (sliping), dan anekdot (anecdote) dapat diciptakan. Wacana humor tidak saja disampaikan secara lisan tetapi juga melalui wacana tulis, karikatur, komik dan lainnya.

Wacana humor muncul setiap saat sesuai dengan realitas yang berkembang di tengah-tengah masyarakat pemakai bahasa. Berdasarkan pengamatan, kemunculan berbagai fenomena sosial di tengah-tengah masyarakat kelihatannya cenderung diikuti oleh wacana humor. Berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia semenjak digulirkannya reformasi nampaknya menumbuhsuburkan wacana humor. Ada kecenderungan masyarakat menganggap bahwa wacana humor merupakan wadah yang dianggap tepat untuk menyampaikan berbagai maksud baik kritikan maupun ejekan. Mengemukakan pendapat secara langsung, menyampaikan kritik secara terbuka bahkan cenderung membahayakan.

(11)

kemampuan untuk mengerti suatu lelucon yang ada pada diri seseorang atau yang dirasakannya. Ia akan muncul apabila dua dunia berlainan bertabrakan, yaitu dua persepsi atau lebih berbeda lalu diinterferensikan sesuai dengan pengalaman masing-masing. Sebagai gejala psikologis humor dapat diterangkan melalui tingkah laku yang meniktikberatkan pada proses-proses sentral seperti sikap, ide, harapan.

k. wacana jurnalistik

4. Bentuk Wacana

Berdasarkan bentuknya, wacana dapat dibedakan menjadi.

a. wacana epistolari

b. wacana kartun

c. wacana komik

d. wacana mantra

5. Langsung Tidaknya Pengungkapan

Menurut langsung tidaknya pengungkapan, wacana dapat dipilah menjadi

wacana langsung dan wacana tidak langsung.

a. wacana langsung

b. wacana tidak langsung

6. Wacana Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu wacana fiksi dan wacana nonfiksi.

a. Wacana Fiksi

(12)

dan sifatnya karya semacam ini tetap termasuk dalam kategori fiktif. Bahasa yang digunakan wacana fiksi umumnya menganut asas kebebasan berpuisi dan kebebasan bergramatika. Wacana fiksi dapat dipilah menjadi tiga jenis yaitu wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.

b. Wacana Nonfiksi

Wacana nonfiksi disebut juga sebagai wacana ilmiah. Jenis wacana ini disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahasa yang digunakan bersifat denotatif, lugas, dan jelas. Aspek estetika bukan lagi menjadi tujuan utama. Secara umum penyampaiannya tidak mengabaikan kaidah-kaidah gramatika bahasa yang bersangkutan. Beberapa contoh wacana nonfiksi antara lain adalah laporan penelitian, buku materi perkulaihan, petunjuk mengoperasikan pesawat terbang, dan sebagainya.

7. Wacana Berdasarkan Isi

Klasifikasi wacana berdasarkan isi relatif mudah dikenali. Hal ini disebabkan antara lain telah tersedianya ruang dalam berbagai media yang secara khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atau dasar isisnya. Isi wacana sebenarnya lebih bermakna sebagai nuansa atau muatan tentang hal yang ditulis, sebutkan, diberitakan, atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa. Wacana berdasarkan isi dapat dipilah menjadi wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana hukum, dan wacana kriminalitas.

a. Wacana Politik

Sebagian orang memandang dunia politik sebagai dunia siasat, penuh strategi, dan mungkin kelicikan. Lingkungan politik yang demikian itu pada gilirannya melahirkan istilah-istilah tertentu yang maknanya sangat terbatas. Contoh: PKS Ngotot Bertahan di Koalisi

Munculnya wacana tersebut disebabkan oleh adanya konflik di dalam tubuh partai keadilan sejahtera dengan partai demokrat yang berujung pada pendepakkan partai keadilan sejahtera dengan partai demokrat.

(13)

Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat memang cukup sulit untuk mengatakan apa persoalan yang bukan merupakan persoalan sehari-hari.

Contoh: Jatah Cukai Tembakau Masih Minim

Munculnya wacana tersebut terkait dengan minimnya jatah cukai tembakau. Pendapatan yang diterima negara dari para produsen rokok dan tembakau tidak seimbang dengan dampak buruknya. Pencemaran limbah padat dan bahan berbahaya beracun BLH Boyolali pun telah disosialisasikan, selain itu masyarakat juga mendapatkan penerangan tentang pengelolaan sampah.

c. Wacana Ekonomi

Wacana ekonomi berkaiatan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, inflasi, dan devaluasi.

Contoh: Listrik Naik Industri Tekstil Paling Terpukul

Munculnya wacana tersebut disebabkan industri semen dan industri tekstil yang daya saingnya menurun signifikan akibat kenaikan TDL, sengan survei sebagai berikut: 450-900 VA konsorsium mengukur kemampuan bayar pelanggan di perkotaan dan pedesaan dengan membagi penghasilan dikurangi pengeluaran dengan pemakaian KWH.

d. Wacana Budaya

Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Representasi aktifitas budaya umumnya lebih dekat kepada hal-hal yang bersifat kedaerahan. Namun pada wilayah kewacanaan ini kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan manusia sehari-hari.

Contoh: Belajar Berbudaya Kepada Cina

(14)

boleh terkendala ruang dan waktu. Dan dibaliknya ada tujuan mulia yakni bertemu dan berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara. Maka itu tidak ada salahnya jika bangsa Indonesia meniru kesuksesan bangsa Cina dalam hal seni budaya dan tradisi ritual khas seperti yang dimiliki oleh suku Jawa, Sunda, Batak, dan lain-lainnya.

e. Wacana Hukum dan Kriminalitas

Persoalan hukum dan kriminalitas sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi mata uang, berbeda tapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum dan hukum mengelilingi kriminalitas.

Contoh: Bupati Rina Melenggang Dua Jaksa Disoal

Seperti halnya jenis wacana lainnya ciri wacana hukum dan kriminalitas dapat dikenali dari pemilihan kata yang digunakan. Pada contoh tersebut dua jaksa orang yang dikenai status sangkaan perbuatan melawan hukum. Masyarakat anti korupsi Indonesia juga memohon kepada hakim agar memerintahkan jaksa agung, kejaksaan tinggi Jawa Tengah (termohon II) untuk melakukan proses hukum selanjutnya sesuia dengan hukum yang berlaku serta melakukan penyidikan Rina Iryani sebagai tersangka karena diduga telah menikati hasil korupsi bersama terpidana lain.

f. Wacana Olahraga dan Kesehatan

Sebagai halnya wacana hukum dan kriminalitas, dunia olahraga dan kesehatan juga dibedakan meski sebenarnya tetap berkaitan secara timbal balik. Dalam hal ini pilihan kata atau istilah khusus dan bermakna tertentu baru dapat ditafsirkan dengan benar sepanjang terlebih dahulu diketahui konteks terjadinya wacana tersebut.

Contoh: Waspadai Gejala Buruk Kanker Ovarium

Wacana tersebut membahas tentang gejala terjadinya kanker ovarium dan bagaimana cara mengatasinya.

6. Wacana Berdasarkan Gaya dan Tujuan

(15)

Contoh: Bangun Rumah itu Seharusnya Tidak Main-main

untuk Hasil Kokoh Daya Rekat Tinggi Semen Gersik Jagonya

Daya persuasif bahasa iklan dapat dirasakan pada pemilihan kata kokoh, dan daya rekat tinggi. Untuk mendapatkan efek perlokusinya, dituturkan kata “Semen Gersik Jagonya.”

WACANA EKSPOSISI

Yang Kedua bagi American Airlines

Jatuhnya pesawat berkapasitas 266 penumpang airbus A300- 600 merupakan peristiwa kedua bagi American Airlines beberapa detik lepas landas dari bandar udara internasional O’Hare Chicago, tiba-tiba mesin kiri lepas dari dudukannya. Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat akibat keseimbangan pesawat mendadak berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5 ton. Pesawat mendarat dan menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian dan 271 penumpang plus awak tewas seketika. Kecelakaan lain menyangkut mesin copot dialami oleh pesawat kargo El-Al milik flag carier Israel, 4 Oktober 1992. Mesin nomor empat atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tiba lepas akibat dua fuse-pin (baut kedudukan mesin) lepas. Disusul kemudian oleh mesin nomor tiga. Mendadak kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat mengendalikan pesawat dan menabrak gedung bertingkat di Amsterdam, Belanda. Empat awak tewas berikut 47 penghuni flat yang ditabrak.

Sumber: Kompas, 15 November 2001

Contoh wacana Argumentasi

PENGARUH NARKOBA TERHADAP PERKEMBANGAN GENERASI BANGSA

(16)

pikiran, suasana hati atu perasaan, dan perilaku seseorang. Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkoba yaitu, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis. Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Seperti namanya, narkoba terdiri atas tiga macam, yaitu :

1. Narkotika. Yang termasuk narkotika, yaitu : Tanaman papaver, opium mentah,

opium masak (candu, jicing,Ø jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgoniana, tanaman ganja, dan damar ganja. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, sertaØ campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

2. Psikotropika, antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium,

Mandarax,Ø Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbitol, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. 3. Adiktif berbahaya lainnya, yaitu : Alkohol yang mengandung ethyl etanol,

inhalen/sniffing (bahanØ pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh : lem/perekat, aceton, ether, dsb.

Adapun narkoba menurut efeknya dibagi menjadi tiga, yakni :

1.Depresan, yaitu menekan sistem syaraf pust. Contohnya : opioda dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin, serta putaw.

2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta

kesadaran. Contoh : Kafein, Kokain, Amphetamin, Shabu-shabu dan ekstasi. 3. Halusinogen, mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Contoh:

mescaline dari kaktus, psilocybin dari jamur-jamuran, LSD, dan ganja.

DAFTAR PUSTAKA

 Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan

(17)

 Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta: LKIS Printing Cemerlang.

 Kushartanti, Multamia dan Lauder, Untung Yuwono. 2008. Pesona Bahasa:

Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis Pengajaran. Bandung:

FPBS IKIP Bandung.

 http://ohbaru.blogspot.com/2013/04/contoh-karangan-narasi-karangan.html

http://pendidikanmencerdaskanbangsa.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-wacana-bahasa-indonesia.html

http://kangbull.blogspot.com/2013/05/paragraf-persuasif-pengertian-ciri-jenis-contoh.html

BAB II

WACANA BAHASA INDONESIA A. WACANA

1. Pengertian Wacana

(18)

wacana adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan sebagai istilah yang merupakan padanan dari istilah discouse dalam bahasa Inggris.

Menurut Harimurti Kridalaksana (1985: 184), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal atau satuan bahasa tertinggi dan terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Adapun Samsuri (1988: 1) memandang wacana dari segi komumikasi. Menurutnya lagi, dalam sebuah wacana, terdapat konteks wacana, topik, kohesi dan koherensi.

Kohesi adalah adanya keterkaitan antarkalimat. Sedangkan koherensi adalah adanya keterkaitan antar ide-ide atau gagasan-gagasan kalimat.

Jadi, wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi, saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan membentuk satu kesatuan untuk berkkomunikasi baik lisan maupun tulisan.

2. Jenis Wacana

Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana monolog, dialog dan polilog. Sedangkan dilihat dari tujuan berkomunikasi, ada wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari bentuk saluran yang digunakan, dikenal wacana lisn dan wacana tulisan. Berikut, penjelasan mengenai jenis-jenis wacana yang telah disebutkan tadi.

a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan

dalam komunikasi. 1) Wacana Monolog

Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Pembicara memiliki kebebasan untuk menggunakan waktun ya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari wacana monolog adalah ceramah dan pidato.

2) Wacana Dialog

Apabila dalam komunikasi ada dua orang peserta dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana tersebut disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.

3) Wacana Polilog

Apabila peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicara dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.

b. Wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi

(19)

Menurut Rottenberg, (1988: 9) dalam Hj. Yusi Rosdiana,dkk. (2009: 3.19) Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional. Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan itu.

Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang di argumentasikan itu. Menurut Gorys Keraf (1995:10) dalam Hj. Yusi Rosdiana,dkk. (2009: 3.20) di lihat dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan. Contoh wacana argumentasi adalah :

Namun, yang menjadi kekhawatiran adalah efek negative akibat dosis vitamin dan mineral yang di konsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka yang memiliki kondisi tubuh fit. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen vitamin juga tidak bias memperbaiki gizi yang buruk akibat pola makan yang sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dan jangka waktu panjang bias memicu resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s Digest

Indonesia, Oktober 2004).

2) Wacana Eksposisi

Karangan atau wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini di gunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi kepada pembaca.

Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang rumit, seperti struktur Negara atau pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga di gunakan untuk menjelaskan terjadi sesuatu, beroperasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi :

Agar di peroleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien terlebih dahulu di diagnosis

kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses pemutihan berlangsung pada enamel gigi.

b) Selain itu juga di perhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.

c) Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan untuk

memilih produk yang sesuai untuk di pakai ( “Tampilkan Gigi Putih Berseri”, Majalah Dewi No.5/XIII).

(20)

Wacana Persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lainatau para pembaca. Agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang di persuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang di katakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.

“ Pakai daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi bersih cemerlang. “

4) Wacana Desripsi

Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat di lihat, di bayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapat melihat sendiri. deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau objeknya. Sebuah deskripsi mengenai rumah di harapkan menyajikan banyak penampilan individual dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat di analisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.

Secara singkat deskripsi bertujuan untuk membuat para pembaca menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau gelegar guntur, dan sebagainya. Contoh :

Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga dengan bagian buritnya terlebih dahulu, sampai akhirnya … brak! Perahu menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan enempel pada batu dalam keadaan miring. (“ Jeram Maut, “ Reader’s Digest Indonesia, Oktober 2004).

5) Wacana Narasi

(21)

berapa banyak orang-orang hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundakku.

c. Jenis wacana di lihat dari bentuk saluran yang di gunakan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pengeringan (Cabinet Dryer dan Freeze Drying) dan Pengemasan (Botol Gelas dan Metalized Plastic) terhadap Aktivitas Antioksidan serta Umur Simpan Kapsul Bubuk Biji

Upaya-upaya yang dapat ditempuh perpustakaan untuk mencapai kepuasan pengguna melalui layanan berkualitas dengan kompetensi pustakawan yang tepat harus dimulai dari analisis

Metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pembuatan tepung bubur instan dengan freeze drying, analisis fisikokimiawi (viskositas, indeks penyerapan air,

Setelah dilakukan penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO 2 sealed-off pada arus listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terdapat 1 responden post operasi fraktur dengan penyembuhan luka cepat, tetapi pada penerapan kewaspadaan universal

Tahap kedua penentuan subyek penelitian untuk keperluan studi pendahuluan terutama adalah Konselor (Guru Pembimbing) SMAN sampel, di samping para pejabat Pengawas

Sektor-sektor ekonomi yang strategis dan potensial di Kecamatan Bebandem adalah: Pertama , sektor pertambangan dan penggalian, namun mempunyai daya saing yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik dari sampel cabai gendot dan cabai rawit merah melalui analisis penanda RAPD.. Metode yang dilakukan meliputi