• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ekspor Perikanan Indonesia docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Ekspor Perikanan Indonesia docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Makalah yang kami beri judul “Pembahasan Ekspor Komoditas Perikanan di Indonesia” ini akan membahas mengenai pemecahan masalah-masalah ekspor produk kelautan. Alasan kami memberi judul tersebut karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar, terutama dalam hal keanekaragaman produk laut. Tetapi pengelolaan sumber daya laut tersebut belum maksimal, sehingga kami menetapkan judul ini untuk dibahas dan

dikupas lebih dalam demi kemajuan pasar ekspor ikan dan seafood di Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa/i jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Kwik Kian Gie School of Business

agar nantinya dapat lebih memahami kegiatan-kegiatan ekspor di Indonesia, terutama dalam bidang perikanan, dan dapat berkontribusi dalam pemecahan masalah ekspor komoditi perikanan di Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: a. Langkah apa yang dapat dilakukan oleh para pelaku tata niaga perikanan untuk

mengatasi ketidaksesuaian permintaan dan penawaran produk?

b. Bagaimana cara para pelaku tata niaga perikanan menanggulangi kelemahan yang dimiliki komoditi perikanan (sifat mudah rusak)?

(2)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Ekspor (Perdagangan International)

Menurut Undang-Undang Perdagangan Tahun 1996 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.

Defenisi lain menyebutkan bahwa ekspor merupakan upaya mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir, 2004).

Ekspor juga dapat diartikan sebagai berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006). Berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:

 Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.  Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.

 Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing.

 Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negri.  Ongkos angkutan barang antarnegara.

 Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Ditinjau darisudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari

Gross Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut sangat sensitif terhadap

keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasar internasional (Irham dan Yogi, 2003).

(3)

Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang. Pola-pola

(4)

2.2 Teori Tata Niaga Ekspor Perikanan

Proses pengaliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen disebut sebagai tata niaga (pemasaran). Secara khusus, tata niaga dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik, dari produsen kepada konsumen.

Dalam perekonomian saat ini, konsumen dan produsen jarang berinteraksi/bertemu secara langsung dalam melakukan proses tata niaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga tata niaga lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan, pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainya.

Pada hakikatnya, proses tata niaga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa. Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan. Semua lembaga pemasaran akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkannya. Dengan demikian, kegiatan tata niaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat.

Tingkat keuntungan yang diambil oleh lembaga tata niaga selalu diduga kurang wajar karena di satu pihak konsumen membayar pada tingkat harga yang tinggi, sedangkan

produsen menerima harga yang rendah. Produsen menginginkan adanya harga yang wajar yang lebih tinggi, sedangkan para konsumen menginginkan untuk membayar pada harga wajar yang lebih rendah. Dengan demikian, terdapat perbedaan kepentingan dari produsen, konsumen, dan lembaga tata niaga. Keadaan dimana posisi tawar menawar diperankan lebih besar oleh lembaga pemasaran maka lembaga pemasaran akan mampu mengambil

(5)

Beberapa ciri khusus komoditi perikanan dan implikasinya terhadap tata niaga hasil perikanan meliputi:

 Produksinya bersifat musiman terutama perikanan laut, dan sebagai hasil

penangkapan ikan di daerah tropis maka hasil perikanan terdiri dari bermacam-macam jenis dalam jumlah relatif kecil bila dibandingkan dengan hasil perikanan di daerah non-tropis.

 Permintaan terhadap hasil perikanan diserap dengan stabil sepanjang tahun.

 Saluran tata niaga perikanan pada umumnya melalui saluran tata niaga: petani/nelayan produsen, pedagang pengumpul, pedagang penyebar, dan pedagang pengecer, lalu ke konsumen akhir atau konsumen pengolah.

 Fungsi tata niaga yang terpenting adalah para pedagang pengumpul karena pada umumnya hasil perikanan berasal dari daerah yang terpencil dan terpencar pencar, di samping skala produksinya kecil dan terdiri dari bermacam-macam jenis.

 Produksi perikanan dipengaruhi oleh sifat : Common Property, yaitu sumber daya perikanan terutama perikanan laut tidak ada yang memiliki sehingga setiap orang boleh memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan masing-masing orang tidak mempunyai kewajiban untuk menjaga kelestarian dari sumberdaya tersebut. Dengan demikian, sulit bagi pengusaha penangkapan perikanan untuk mengatur jumlah produksi ikan di pasar, sesuai dengan permintaan pasar.

(6)

2.3 Dokumen Ekspor Perikanan

Produk Perikanan Indonesia Diburu Pasar Internasional

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pasar internasional terus berburu produk

perikanan Indonesia. Permintaan dari sejumlah negara terus berdatangan, termasuk dari Asia dan Amerika.

"Permintaan produk perikanan itu tidak hanya datang dari Taiwan, tapi juga Jepang, Australia, India, Malaysia, Singapura, RRT, Kanada, Honduras, dan Filipina,” ujar Arlinda, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Kamis (24/11/2016) di Jakarta.

Arlinda mencontohkan, pada Taiwan International Fisheries and Seafood Show 2016 yang berlangsung di Kaohsiung, Taiwan, 9 hingga 11 November 2016 lalu, produk perikanan dan seafood dalam negeri berhasil membukukan kontrak dagang sebesar US$ 9,78 juta.

Dalam lima tahun terakhir, ekspor produk perikanan ke Taiwan mengalami

pertumbuhan sekitar 8,76 persen. Para pembeli (buyer) tersebut mencari pemasok baru demi menjaga pasokan produk perikanan untuk kepentingan industrinya. Jenis ikan yang menjadi incaran buyer diantaranya ikan tuna, ikan marlin, king fish, dan lainnya.

Perubahan iklim yang mempengaruhi musim panen dan paceklik telah memicu berkurangnya pasokan ikan.

(7)

Data Total Ekspor Perikanan dan Produk Kelautan pada Tahun 2009 (dalam ribuan USD)

Berdasarkan data total ekspor perikanan dan produk kelautan di atas, dapat

(8)

Berikut ini data volume dan nilai ekspor hasil perikanan Indonesia menurut provinsi, menurut negara tujuan, dan menurut komoditi utama pada tahun 2009 sampai tahun 2014.

Jawa Timur merupakan provinsi yang mengekspor hasil perikanan dengan volume terbesar dan terus meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya laut di Jawa Timur sangat banyak dan dapat dimanfaatkan.

(9)

Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditas.

Total volume ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2009 sebesar 881 ribu ton, sedangkan pada tahun 2014 volume ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 1,3 juta ton. Pertumbuhan rata-rata volume ekspor hasil perikanan selama tahun 2009 sampai 2014 adalah sebesar 8% per tahun. Komoditi yang berkontribusi terbesar pada interval waktu tersebut adalah udang dan lobster serta tuna, tongkol, cakalang. Kedua jenis komoditi tersebut

masing-masing mempunyai rata-rata pertumbuhan volume ekspor sebesar 5,66% dan 10,70% per tahun. Total volume ekspor udang dan lobster pada tahun 2009 sebesar 151 ribu ton, sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 197 ribu ton. Volume ekspor komoditi tuna, tonggkol, cakalang pada tahun 2009 sebesar 132 ribu ton, meningkat menjadi 207 ribu ton pada tahun 2014.

(10)

BAB III ANALISIS & PEMBAHASAN

3.1 Analisis Permasalahan Ekspor

Masalah mendasar dalam pengembangan agroindustri adalah ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran bahan baku (produksi primer) terutama dalam arti kuantitas, kualitas, waktu penyerahan, dan harga.Hal ini sering menimbulkan permasalahan mendasar dalam bidang manajemen produksi, penyediaan bahan baku, dan perencanaan tata niaga hasil agroindustri.

Terdapat beberapa kendala dalam produksi hasil perikanan, salah satunya adalah sifat produksinya yang berfluktuasi secara musiman dan dalam waktu singkat. Tetapi permintaan akan hasil perikanan relatif konstan setiap saat. Sehingga fungsi pengolahan yang bertujuan menstabilkan penyediaan (supply atau penawaran) untuk memenuhi permintaan konsumen yang relatif konstan sangat diperlukan.

Hal lain yang menjadi kendala dalam produksi hasil perikanan adalah sifat hasil perikanan yang mudah rusak. Sifat ini disebabkan terkandungnya bakteri pembusuk yang ada pada ikan itu sendiri, dimana tingkat keaktifannya meningkat setelah ikan tersebut mati dan temperatur udara bersuhu kamar. Sifat inilah yang mengharuskan untuk cepat memasarkan hasil perikanan atau melakukan suatu proses pengawetan, agar komoditi tersebut tertunda proses pembusukannya sehinggaharga komoditi dapat terjaga dan tidak cepat merosot.

Sementara itu, yang menjadi isu strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan adalah sebagai berikut :

1. Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety). Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para

(11)

2. Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% untuk

mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).

3. Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders. Produk perikanan yang bernilai tambah (value added products) di masyarakat belum

populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnya intensitas promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam

(12)

3.2 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Dalam pengembangan tata niaga perikanan yang berwawasan agroindustri, para pelaku pembina sebaiknya harus memiliki kemampuan mencari, mengakses, menggunakan, dan menganalisis data dan informasi yang tersedia, yaitu informasi yang akurat mengenai:

 Analis pasar domestik dan internasional (kebijaksanaan dan peraturan perdagangan, pajak, quota, standar mutu, dan harga).

 Rencana pembangunan daerah (rencana pembangunan sarana dan prasarana, tataruang, dan komoditas unggulan dari suatu wilayah).

 Analisis hasil penelitian suatu wilayah (sosial, ekonomi, teknologi, sumber daya alam serta manusianya).

 Peraturan dan kebijaksanaan pemerintah (perizinan, keuangan, dan pengembangan ekonomi daerah).

 Analisis kebutuhan dan permintaan konsumen.

 Analisis pendugaan terhadap permintaan di masa mendatang berdasarkan data pertumbuhan penduduk dan pendapatan, serta indikator ekonomi lainnya.  Rencana dan strategi tata niagaperikanan.

Apabila seorang pelaku tata niaga ingin menganalisis dan memproyeksikan besarnya permintaan di masa mendatang, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

 Proyeksi pertumbuhan penduduk. Dalam analisis pendugaan dan proyeksi besarnya permintaan dimasa mendatangdiperlukan beberapa data dasar yang meliputi:

 Peta penyebaran penduduk di pedesaan dan perkotaan.

 Penyebaran pendapatan penduduk serta pertumbuhan penduduk.  Pendapatan masyarakat.

Data tersebut merupakan data dasar yang dapat diperolehpada buku statistik tingkat kabupaten, kota maupun nasional, yang merupakan hasil sensus ekonomi yang dilakukan oleh kantor statistik setempat.

 Peningkatan kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah dengan berkembangnya

pertokoan, pasar ataupun dengan adanya pusat dan jenis perindustrian baru.

Pendapatan para pekerja industri tidak dipengaruhi oleh keadaan musim, cuaca, dan faktor alam lainnya. Di samping itu, pendapatan rata-rata pekerja industri lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani pada umumnya.

(13)

wilayah. Adanya pendirian perumahan merupakan indikator adanya pertumbuhan pendapatan masyarakat yang tinggi.

 Penyusunan rencana dan strategi pengembangan tata niaga perikanan. Penyusunan ini harus berkaitan erat dengan rencana produksi, ketersediaan bahan baku, dan bentuk organisasi tata niaga, dilandasi dengan usaha untuk menjaga aspek pencegahan kerusakan lingkungan dan penurunan tersedianya sumber daya alam.

Sedangkan untuk menanggulangi kelemahan yang dimiliki oleh komoditi perikanan primer (ikan segar), usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pelaku tata niaga adalah melakukan usaha pengawetan dan pengolahan. Fungsi pengawetan dalam tata niaga perikanan. Tujuan dari pengawetan dan pengolahan komoditi perikanan adalah:

 Membuat komoditi perikanan menjadi lebih mudah di konsumsi (misalnya udang yang telah dipotong kepala, udang kupas, udang kering, dan ikan di-fillet).

 Membuat komoditi perikanan lebih mudah dan murah untuk ditransportasikan antara lain dengan cara:

 Mengurangi kadar air (ikan kering).

 Membuang bagian yang tidak dikonsumsi (ikan yang di-fillet, udang tanpa kepala).

 Pembekuan dan dibentuksehingga menjadi bentuk kotak.

 Meningkatkan daya tahan penyimpanan (misalnya udang beku, ikan pindang, dan ikan asin).

(14)

Kemudian langkah-langkah untuk mengatasi masalah isu strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, para pelaku tata niaga perikanan dapat melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.

2. Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan dan sentuhan teknologi modern.

3. Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosional pun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.

(15)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Definisi ekspor adalah kegiatan mengeluarkan dari Daerah Pabean. Keluar dari daerah pabean berarti keluar dari wilayah yuridiksi Indonesia.

2. Definisi tata niaga adalah proses pengaliran produk melalui suatu sistem dari produsen ke konsumen.

3. Pasar perikanan Indonesia telah berkembang sejak tahun 2009 hingga tahun 2014 dengan komoditi udang dan lobster sebagai kontributor terbesar dan terus meningkat hingga tahun 2016.

4. Dalam mengekspor komoditas perikanan, para pelaku tata niaga perlu memperhatikan hal-hal seperti : jumlah permintaan & penawaran dan sifat produk kelautan. Untuk mengetahui jumlah permintaan & penawaran, pelaku tata niaga dapat menganalis pasar domestik dan internasional. Sedangkan untuk mengatasi sifat produk kelautan yang mudah rusak, bisa dilakukan pembekuan produk, membuang bagian produk yang tidak dibutuhkan, dan mengurangi kadar air pada produk.

(16)

4.2 Saran

Setelah membahas dan mencari solusi untuk permasalahan yang ada, kami menyarankan agar para pelaku tata niaga komoditas perikanan untuk:

1. Berfokus pada ekspor komoditi udang dan lobster karena komoditi tersebut memiliki nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan dengan komoditi utama lainnya.

2. Mengembangkan kegiatan ekspor perikanan di Jawa Timur dengan cara menggunakan alat/ mesin yang memadai karena terdapat banyak sumber daya laut di Jawa Timur yang bisa dimanfaatkan.

3. Menjadikan negara Cina sebagai prioritas dalam mengekspor komoditas perikanan karena negara Cina merupakan importir terbesar dibandingkan dengan negara-negara lain.

4. Lebih tanggap terhadap pasar internasional agar mampu mengendalikan jumlah penawaran produk yang disesuaikan dengan permintaan luar negeri.

5. Menambah nilai/value pada produk kelautan supaya memiliki nilai jual yang lebih, dapat memenuhi keinginan konsumen, dan untuk memudahkan pemasaran.

6. Mengenalkan teknologi modern kepada para nelayan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat dan globalisasi, para nelayan harus dididik untuk

memakai teknologi perikanan yang terbaru dan juga diperlengkapi dengan teknologi-teknologi tersebut agar tidak tertinggal dengan negara-negara luar dan bisa bersaing dengan lebih baik.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Analisis Data Pokok Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015.

http://statistik.kkp.go.id/sidatik-dev/Publikasi/src/analisisdatakkp2015.pdf (diakses 4 Februari 2017).

Rifianto, Iwan. “Tata Niaga Perikanan”. 2005.

http://repository.ut.ac.id/4479/1/LUHT4335-M1.pdf (diakses 4 Februari 2017). Universitas Sumatera Utara. “Teori tentang Ekspor”.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44748/4/Chapter%20II.pdf (diakses 4 Februari 2017).

Satrio, Ferry Agusta. “Produk Perikanan Indonesia Diburu Pasar Internasional”. 24 November 2016.

http://www.timesindonesia.co.id/read/137357/20161124/185900/produk-perikanan-indonesia-diburu-pasar-internasional/ (diakses 4 Februari 2017).

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 15 indikator kinerja dimaksud yaitu (1) Nilai Tukar Pengolah Hasil Perikanan, (2) Volume Produk Olahan Kelautan dan Perikanan Berdaya Saing, (3) Konsumsi Ikan,

Mengingat Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama sehingga dapat meningkatkan perekonomian Indonesia melalui sektor perikanan khususnya ekspor komoditas udang.. Namun

Variabel yang digunakan adalah kinerja ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor di wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk di

Model tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor komoditas pertanian adalah harga ekspor produk pertanian, kapasitas produksi, kurs nilai

Variabel yang digunakan adalah kinerja ekspor suatu komoditas terhadap total ekspor di wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk di

produk kelautan dan perikanan dipasarkan dalam bentuk olahan sehingga dapat. meningkatkan nilai hasil

bahwa dalam rangka menyesuaikan perkembangan dengan peraturan di bidang usaha perikanan, serta meningkatkan kepatuhan pelaku usaha dalam melakukan kegiatan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah dari 12 jenis olahan produk perikanan yang diteliti terbagi dalam 3 segmen usaha didapatkan nilai tambah rata-rata tertinggi