• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

IPB International Convention Center - Bogor, 16 Mei 2013

SEMINAR NASIONAL PERIKANAN TANGKAP 5

FK2PT Departemen PSP, FPIK-IPB

Diselenggarakan oleh:

(2)
(3)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

Kata Pengantar

Teman Sejawat,

Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (FK2PT) dan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), FPIK–IPB untuk ketiga kalinya bekerjasama menyelenggarakan Seminar Nasional Perikanan Tangkap (SEMNASTANGKAP). Seminar ini merupakan Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-5 yang diselenggarakan pada hari Kamis, 16 Mei 2013, dengan tema

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia”. Terdapat dua kegiatan utama dalam untaian kegiatan SEMNASTANGKAP 5, yang pertama yaitu: diskusi panel tentang

”Pengembangan Industri Kelautan Berbasis Blue Economy” yang akan menghadirkan para nara sumber yang mewakili pemerintah, akademisi dan pengusaha. Adapun kegiatan utama kedua yaitu diseminasi hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para akademisi, peneliti maupun pemerintah.

Sehingga diharapkan dari hasil diseminasi ini dapat mempercepat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan perikanan laut di Indonesia. Selain itu, diharapkan terjadi pertukaran informasi diantara kalangan akademisi, pelaku usaha, pengambil kebijakan perikanan laut, dan masyarakat.

Akhir kata, atas nama panitia kami ucapkan:

“Selamat datang dan selamat mengikuti Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-5”

Bogor, 16 Mei 2013

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi

Ketua Panitia Pelaksana

(4)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

(5)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

LAPORAN KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Yang Terhormat

Bapak Dr. Ir. Gellwynn Daniel Hamzah Jusuf, M.Sc Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Bapak Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc, Rektor Institut Pertanian Bogor Para Pembicara Diskusi Panel:

Dr. Sunoto, Staf ahli Menteri bidang Kemasyarakatan dan Hubungan antar Lembaga, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI

Prof Alex SW Retraubun, Wakil Menteri Perindustrian RI

Dr. Ir. Dedy H. Sutisna, MS, Sekretaris Dewan Kelautan Indonesia Ir. Bambang Soeboeko, mewakili FK2PT dari Gappindo

Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, mewakili akademisi dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB

Ir. Slamet Hernowo, MM, mewakili perusahaan perikanan dari PT Sinar Abadi Cemerlang

Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bapak Dr. Ir. Budy Wiryawan, MSc, Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB

Para pemakalah seminar, para undangan, peserta seminar dan segenap hadirin sekalian

yang saya hormati.

Kembali Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB bekerjasama dengan Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap menyelenggarakan Seminar Nasional Perikanan Tangkap yang ke-5, Kamis 16 Mei 2013. Kegiatan seminar ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali, sebagai wahana interaksi para akademisi, pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat yang peduli terhadap perkembangan perikanan Indonesia, khususnya perikanan tangkap atau perikanan laut.

Tema seminar kali ini adalah “Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong

Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia”.: Judul kegiatan dan tema di atas

sudah mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan seni

(IPTEKS) bidang perikanan tangkap atau perikanan laut. Selain itu juga

mempertimbangkan orientasi pembangunan perikanan saat ini dan ke depan

(6)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia yang telah dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Industrialisasi dan blue economy merupakan konsep yang dipadukan sebagai upaya mempercepat pembangunan kelautan dan perikanan dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan.

Kegiatan seminar perikanan tangkap ini sangat relevan dengan upaya untuk meningkatkan peran ilmiah organisasi profesi Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (FK

2

PT), sekaligus mendukung peningkatan efisiensi eksternal penyelenggaraan pendidikan tinggi yang diamanatkan kepada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Efisiensi eksternal tersebut khususnya adalah dalam hal penyampaian hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, melalui forum ilmiah dan publikasi dalam jurnal ilmiah yang berkualitas

Panitia telah mempersiapkan kegiatan seminar ini mulai dari awal bulan Januari 2013 melalui rapat-rapat koordinasi, pembentukan kepanitiaan, pembuatan proposal, desain acara, penjaringan makalah dan sponshorship kegiatan. Pada seminar nasional perikanan tangkap ke-5 ini akan menampilkan hasil-hasil penelitian yang berasal dari 16 perguruan tinggi, 4 lembaga penelitian pemerintah dan 1 lembaga non pemerintah. Selanjutnya makalah yang dipresentasikan tersebut, setelah melalui proses review akan dipublikasikan dalam jurnal “Marine Fisheries”dan jurnal Buletin PSP, yang diharapkan akan menjadi jurnal ilmiah terakreditasi bidang perikanan tangkap atau perikanan laut.

Seminar akan diawali dengan Keynote Speech dari Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selanjutnya, akan diselenggarakan Diskusi Panel dengan judul “Industrialisasi Kelautan dan Perikanan: Penataan Sistem Pengelolaan Perikanan Tangkap”.

Terima kasih disampaikan kepada para sponsor yaitu dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Pertamina, Perum Perindo, PT Sekar Bumi, Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman Jakarta, Bank Negara Indonesia, dan PT Benjina Resources.

Terima kasih kepada para pemakalah, para undangan dan para peserta seminar. Terima kasih juga disampaikan kepada segenap panitia yang telah bekerja keras untuk terselenggaranya kegiatan Seminar Nasional Perikanan Tangkap ke-5.

Terima kasih

Wabillahi Taufik Walhidayah

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

(7)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

Susunan Acara

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5 IPB ICC, 16 Mei 2013

Waktu Acara

Ruang: Ballroom

09.00 - 09.05 Pembukaan oleh MC 09.05 - 09.15 Laporan Ketua Panitia

09.15 - 09.30 Sambutan Pembukaan oleh Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc 09.30 - 09.40 Sambutan Ketua Departemen

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc 09.40 - 09.50

Sambutan Ketua Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap

Dr. Ir. Dedy Heryadi Sutisna, M.S 09.50 - 09.55 Pembacaan Doa

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si

09.55 - 10.15

Keynote Speech oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, KKP RI

Dr. Ir. Gellwynn Daniel Hamzah Jusuf, M.Sc

10.15 - 11.45

Diskusi "Pengembangan Industri Kelautan Berbasis Blue Economy"

Pembicara Utama: Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga, KKP (Dr.

Sunoto, M.E.S) Pembahas:

- Wakil Menteri Perindustrian (Prof. Dr. Ir. Alex Retraubun, M.Sc)

- Direktur PT. Sinar Abadi Cemerlang (Ir. Slamet Hernowo, MBA)

- Anggota Forum Komunikasi Kemitraan Perikanan Tangkap (Ir. Bambang Suboko) - Dosen pada Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan, FPIK-IPB (Dr. Ir. M.

Fedi A. Sondita, M.Sc)

Moderator: Dr. Ir. Dedy Heryadi Sutisna, M.S

11.45 - 13.00 Ishoma

(8)

Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5

“Penerapan Hasil Penelitian untuk Mendorong Industrialisasi Perikanan Laut Indonesia

Waktu Acara

Ruang: Ballroom, Meeting Room A dan B

13.00 - 15.15 Diseminasi Hasil Penelitian Sesi I 13.00 - 13.45 Panel 1

13.45 - 14.30 Panel 2 14.30 - 15.15 Panel 3 15.15 - 15.45 Coffee Break

15.45 - 17.15 Diseminasi Hasil Penelitian Sesi II 15.45 - 16.30 Panel 4

16.30 - 17.15 Panel 5 17.15 - 17.30 Penutupan Ruang: Meeting Room A

18.30 - 20.00 Musyawarah Kerja FK2PT

(9)

JADWAL DISEMINASI HASIL-HASIL PENELITIAN: Meeting Room A

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

13.00 - 15.15 Diseminasi sesi 1

13.00 - 13.45

MAN 03 Zarochman

Rancangan Model Industrialisasi Penangkapan Rajungan Di Perairan Pantai Utara Jawa

Dr. Ir.

Sugeng H.

Wisudo, M.Si MAN 04 Irhamsyah

Tingkat Pemanfaatan dan Potensi Maksimum Lestari Sumberdaya Cumi-Cumi (Loligo sp) di

Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

MAN 05 Iriansyah

Potensi Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus sp) di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

MAN 06 Tasrif Kartawijaya

Jenjang Rantai Makanan sebagai Alternatif Indikator Pengukuran Dampak Alat Tangkap terhadap Sumberdaya Ikan : Kasus di Perikanan Karang Taman Nasional Karimun Jawa

13.45 - 14.30

MAN 08 Kasmiati

Analisis Hubungan Antara Fasilitas, Cara Penanganan, dan Waktu Transit dengan Kualitas Ikan yang Ditangkap Menggunakan Purse Seine di Perairan Kabupaten Barru dan Bulukumba

MAN 09 Roza

Yusfiandayani

Perikanan Mini Purse Seine Berbasis Rumpon Di Kabupaten Maluku Tenggara

MAN 12 Alfa F.P. Nelwan

Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis Besar di Perairan Selat Makassar, Sulawesi Barat

MAN 14 Fitri Agustriani

Biodiversitas Sumberdaya Ikan Ekonomis Untuk Mendukung Pengelolaan Kawasan Mangrove Taman Nasional Sembilang (TNS) Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

14.30 - 15.15

MAN 15 Joyce Ch. Kumaat

Model Skenario Tingkat

Pemanfaatan Lestari Ikan Karang di Kabupaten Kepulauan Sitaro MAN 16 Alfi SahriI R.

Baruadi

Pengembangan Perikanan Tuna di

Kabupaten Gorontalo Utara

(10)

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

MAN 18 Mustaruddin

Strategi Pengembangan Perikanan Cakalang Yang Bersinergi Aspek Lingkungan dan Sosial Ekonomi di Ternate : Studi Kasus Penangkapan Ikan Menggunakan Huhate

MAN 19 Retno Muninggar

Faktor yang Mempengaruhi Nelayan Menjual Hasil Tangkapan di Luar TPI (studi kasus:nelayan Purseine dan Payang di PPP Lampasing Lampung)

15.15 - 15.45 Coffee break

15.45 - 17.15 Diseminasi sesi 2

15.45 - 16.30

MAN 21 Iin Solihin

Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu

Dr. Roza Yusfiandani,

S.Pi MAN 22 Akhmad Solihin

Penguatan Tata Kelembagaan dalam Penanganan Nelayan Tradisional Pelintas Batas di Wilayah MoU Box 1974: Studi Kasus Nelayan Madura

MAN 24 Yusma Damayanti

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi

MAN 25 Samliok Ndobe

Pengelolaan Banggai cardinalfish (Pterpogon kauderni) melalui Konsep Ecosystem-Based Approach

MAN 26 Irwan Jatmiko

Pendugaan Parameter Populasi Cakalang, Katsuwonus pelamis, di Samudera Hindia

MAN 01 Eko Sri Wiyono

Pola Operasi Penangkapan Ikan Nelayan Cilauteureun dalam Merespon Perubahan Lingkungan di Sekitarnya

16.30 - 16.45 Penutupan

(11)

JADWAL DISEMINASI HASIL-HASIL PENELITIAN: Meeting Room B

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

13.00 - 15.15 Diseminasi sesi 1

13.00 - 13.45

TEK 02 Yopi Novita

Penentuan Posisi Muatan di Atas Kapal Payang

Palabuhanratu yang Menghasilkan Kualitas Stabilitas Kapal yang Terbaik

Dr. Ir.

Budhi H.

Iskandar, M.Si TEK 03 Syaifuddin

Alih Teknologi Pembuatan Kapal Kayu ke Kapal Fibreglass untuk Perikanan di Bagan Siapi-Api, Riau

TEK 04 Najamuddin Teknologi Penangkapan Ikan pada Area Budidaya Rumput

TEK 23 Wawan Oktariza

Efektifitas Rumpon Cumi Sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis)*

13.45 - 14.30

TEK 06 Achmar Mallawa

Analisiis Tekanan Teknologi Penangkapan Ikan terhadap Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan

TEK 07 Muhammad Kurnia

Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Perairan Pulau Sabutung Kabupaten Pangkep

TEK 08 Ellis Nurjuliasti Ningsih

Klasifikasi Tipe Substrat Dasar Perairan Menggunakan Metode Akustik di Delta Mahakam

TEK 11 Bidawi Hasyim

Analisis Sebaran Zona Potensi Penangkapan Ikan di Selat Madura pada Waktu Terjadi El Nino Menggunakan Data Penginderaan Jauh

14.30 - 15.15

TEK 13 Fauziyah

Respon Perbedaan Intensitas Cahaya Lampu Petromak Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Tancap Di Perairan Sungsang Sumatera Selatan TEK 14 Dahri Iskandar Komposisi Hasil Tangkapan

Jaring Rampus yang

(12)

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

Dioperasikan di Perairan Teluk Palabuhanratu

TEK 15 Mulyono S.

Baskoro

Observasi Efektivitas Jenis Umpan pada Bubu Lipat TEK 16 Deddy Irawan

Studi Tingkah Laku Ikan Demersal: Migrasi dan Makan, melalui Data Pemeruman

15.15 - 15.45 Coffee break

15.45 - 17.15 Diseminasi sesi 2

15.45 - 16.30

TEK 17 Sulaeman Martasuganda

Efektifitas Perangkap Juvenil Lobster (Panulirus spp.) pada Kedalaman Berbeda di Teluk Palabuhanratu

Prof. Dr. Ir.

Mulyono S. Baskoro,

M.Sc TEK 19 Shanty Manullang Kajian Stabilitas Operasional

Kapal Longline 60 GT

TEK 22 Herry Boesono

Optimasi Hasil Tangkapan Menggunakan Modifikasi Alat Tangkap Fyke Net di Perairan Karimun Jawa

TEK 01 Joko Santoso

Pemanfaatan Hasil Tangkap Sampingan: Karakteristik Fisika dan Kimia Gelatin dari Kulit Ikan Cucut dan Ikan Pari Melalui Pengkomposisian

16.30 - 17.15

TEK 26 Nurlaela Herlinawati

Plankton Abundance Estimation Using

Hydroacoustic Method In Pangkep Waters of South Sulawesi

TEK 27 Diniah

Sifat Anatomi dan Kekuatan Tarik Tiga Jenis Bambu untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan TEK 24 Berbudi Wibowo

Analisis teori terhadap zone of influence umpan curah pada hand line tuna

16.30 - 16.45 Penutupan

(13)

JADWAL DISEMINASI HASIL-HASIL PENELITIAN: BALLROOM

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

13.00 - 15.15 Diseminasi sesi 1

13.00 - 13.45

MAN 29 Alfian Zein

Efisiensi Teknis Perikanan Artisanal dan Pendapatan Nelayan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat

Dr. Ir. Budy Wiryawan,

M.Sc MAN 30 Moch. Prihatna

Sobari

Tingkat Kesejahteraan Nelayan Buruh dari Unit Penangkapan Surface Gillnet dan Payang di PPN

Palabuhanratu

MAN 31 R.A. Hangesti Emi Widyasari

Eel Fishery System (Anguilla Sp.)

atPalabuhanratuKabupatenSu kabumi

MAN 32 Atikah Nurhayati

Analisis Perspektif Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap di Propinsi Jawa Barat

13.45 - 14.30

KEB 01 Tri Wiji Nurani

Sasaran Strategis

Pengembangan Model Kluster Industri Perikanan Tangkap

KEB 02 Darmawan

Kajian Landasan Hukum bagi Pengembangan Konsep Pengelolaan Negara Kepulauan

SDM 02 Agnes Puspitasari Sudarmono

Perikanan Skala kecil: Proses pengambilan keputusan nelayan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penangkapan ikan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan

KEB 04

Nimmi Zulbainarni

Tinjauan Empiris Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap

14.30 - 15.15

MAN 33 Paulus Boli Status Perikanan Tangkap di Perairan Manokwari

MAN 37 John Nurifdinsyah

Strategi Pengembangan

Pelabuhan Samudra Bungus

sebagai Sentra Tuna di

Perairan Barat Sumatera :

Upaya Revitalisasi Pelabuhan

(14)

Jam Kode

Naskah Penulis Pertama Judul Moderator

MAN 02 Zarochman

Pendampingan konstruksi dan operasional setnet

berdasarkan kaji terap setnet di Jeneponto, Sulawesi Selatan

MAN 20 Thomas Nugroho Dampak kenaikan harga BBM terhadap Sektor Perikanan

15.15 - 15.45 Coffee break

15.45 - 17.15 Diseminasi sesi 2

15.45 - 16.30

TEK 30 Adi Susanto

Penggunaan Celah Pelolosan pada Bubu Lipat Kepiting Bakau (Skala Laboratorium)

Dr. Ir.

Ronny I.

Wahju, MPhil TEK 31 Budhi Hascaryo

Iskandar

Nilai Kekuatan Mekanis Material Fiberglass pada Contoh Uji Kombinasi Matt dan Roving

TEK 32 Fonny J.L.

Risamasu

Tingkah Laku Pola Renang dan Lama Waktu Ikan Karang berada di Rumpon dan Bubu TEK 34 S.R.Siahainenia

Reaksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) Terhadap Alat Tangkap Bubu

16.30 - 17.15

TEK 35 T.Ersti Yulika Sari

Kajian Kelayakan Ember Cat Bekas sebagai Bahan Alternatif Perahu

TEK 37 A. Tupamahu

Pengaruh perbedaan jenis umpan dan kondisi intensitas cahaya terhadap lama waktu respon ikan Caranx

sexfaciatus TEK 28 Dadan Suhendar

Komposisi dan ukuran hasil tangkapan sidat (A. bicolor bicolor)

16.30 - 16.45 Penutupan

(15)

INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN:

KERANGKA KEBIJAKAN PENATAAN SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

Oleh: Sunoto, MES, PhD

Disampaikan dalam Seminar Nasional Perikanan Tangkap 5 di IPB International Convention Center

Bogor, 16 Mei 2013

1. LATAR BELAKANG: ISSUE KRITIS

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan potensi kelautan dan perikanan begitu besar, namun sumberdaya tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal yang secara ekonomi memberikan kemakmuran masyarakat. Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai sekitar 95.181 km, tapi PDB perikanan baru 3,46%. Selain itu, ada beberapa tantangan yang harus diselesaikan dengan kebijakan terobosan untuk meningkatkan peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan ekonomi di masa depan. Sesuai data statistik 2009) tantangan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Hulu: Perikanan Tangkap

a. Potensi sumberdaya perikanan tangkap di laut sekitar 6,5 juta ton per tahun dan telah dimanfaatkan lebih dari 5 juta ton, namun nelayan yang berjumlah 2.620.277orang masih miskin;

b. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap/Usaha Perikanan Tangkap 891.505 rumah tangga, turun 2,39% dari tahun 2005, tapi lebih dari 80%

RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor temple;

dan

c. Armada perikanan tangkap di laut sekitar 570.827 kapal, tapi lebih dari 90% berukuran kurang dari 5 GT dengan SDM berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah.

2) Hilir: Pengolahan dan Pemasaran

a. Jumlah industri perikanan lebih dari 65 ribu unit, tapi sebagian besar tradisional berskala mikro, kecil, dan menengah;

b. Industri pengalengan ikan yang terdaftar lebih dari 50 perusahaan, tapi yang berproduksi kurang dari 60% dengan kapasitas maksimum sekitar 60%;

c. Produksi perikanan total 11,6 juta ton dengan ekspor produk perikanan 1,1 juta ton dengan nilai US$ 2.860.000.000,- dimana sekitar 80% diekspor berupa bahan baku;

d. Produksi ikan olahan hasil penangkapan 2009 sebesar 1.103.395 ton,

menurun 6,13% dari tahun 2005. Produksi ikan kalengan hasil

penangkapan di laut sebesar 40.238 ton pada tahun 2009 dan menurun

2,46% dari tahun 2005;

(16)

e. Volume ekspor hasil perikanan pada tahun 2009 sebesar 881.413 ton, naik 0,90% dari tahun 2005, tapi pada periode 2008 – 2009 turun 3,32%.

Volume ekspor jenis udang selama tahun 2005 – 2009 turun 0,04%, sedangkan periode 2008 – 2009 turun 11.49%; dan

f. Nilai ekspor pada tahun 2009 US$ 2.466.202.000,- naik 7,05% dari tahun 2005. Nilai ekspor udang US$1.007.481 tahun 2009, naik 2,40% dari tahun 2005, namun tahun 2008 – 2009 turun 13,54%.

Kondisi tersebut tergambar pada statistik perikanan tahun 2009 dan memang memprihatinkan, namun berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja pembangunan sektor kelautan dan perikanan dan beberapa tahun terakhir ini, yaitu melalui industrialisasi telah menunjukkan perkembangan positif, berupa peningkatan produksi dan ekspor perikanan. Kemajuan tersebut masih harus ditingkatkan dan dipercepat untuk meningkatkan kontribusi ekonomi kelautan dan perikanan dalam pembangunann ekonomi nasional dan makalah ini akan membahas strategi percepatan pembangunan perikanan tangkap sebagai bagian dari kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan.

2. PRODUK PERIKANAN DUNIA DAN POSISI INDONESIA 2.1 Produksi Perikanan Dunia

Produksi perikanan dunia menunjukkan kecenderung naik dari tahun ke

tahun, mulai dari 1950 sampai dengan 2009 dengan kenaikan rata-rata 3,63%,

namun produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi beberapa tahun terakhir

ini dan diproyeksikan akan terus menurun di masa yang akan datang dengan

angka kenaikan rata-rata 2,65%. Sementara itu, produksi perikanan budidaya

pada tahun 2009 mencapai 73,04 juta ton dan naik terus dengan kenaikan rata-

rata 8,36% (lihat Gambar 1).

(17)

Gambar 1. Grafik Produksi Perikanan Dunia 1950-2009 dan Proyeksi 2010 – 2012

Tabel 1 menunjukkan, bahwa produksi perikanan dunia pada tahun 2009 mencapai 162.882 ton, yang terdiri dari perikanan tangkap 89.837 ton dan perikanan budidaya mencapai 73.045 ton. Produksi perikanan tangkap lebih banyak dihasilkan dari laut yaitu 79.513 ton sedangkan 10.324 ton dari perairan umum, sedangkan untuk perikanan budidaya adalah sebaliknya, sebagian besar hasil budidaya perairan umum (air tawar), yaitu 38.246 ton dibandingkan hasil dari budidaya laut, yaitu 34.799 ton (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya Dunia Tahun 1959 – 2009 1000 M/T 1959 1969 1979 1989 1999 2009 Total Tangkap 32.370 57.899 67.579 89.565 92.713 89.837 Laut 29.408 53.504 62.680 83.345 84.437 79.513 Perairan Umum 2.962 4.395 4.899 6.220 8.276 10.324 Total Budidaya 1.893 3.238 6.715 16.483 39.603 73.045 Laut 845 1.886 4.255 8.127 19.958 34.799 Perairan Umum 1.048 1.352 2.459 8.355 19.645 38.246

Jumlah Total

(1000 MT) 34.263 61.137 74.294 106.048 132.316 162.882 Sumber: FAO

2.2 Posisi Indonesia terhadap Dunia

Hasil perikanan dunia terutama diproduksi di negara-negara Asia,

terutama Cina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam dengan jumlah produksi lebih

dari 160 juta ton pada tahun 2009. Indonesia menempati urutan ke 2 setelah Cina

dengan produksi 9,8 juta ton, sedangkan Cina memproduksi ikan sekitar 60,47

juta ton (lihat Gambar 2).

(18)

Sumber: INFOFISH, 2011

Gambar 2. Grafik Produksi Perikanan Dunia dan Posisi Indonesia Tahun 2002 – 2009

Pada tahun 2009 produksiperikanan tangkap dunia 89,83 juta ton, sedangkan Indonesia memproduksi sekitar 5,1 juta ton dan berada pada posisi ke 3 setelah Cina (15,19 juta ton) dan Peru (6,92 juta ton). Gambar 3 menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap fluktuatif hampir semua negara produsen utama penangkapan ikan, kecuali Cina.

Sumber: FAO

Gambar 3. Grafik Produksi perikanan Tangkap Dunia dan Posisi Indonesia 1950 – 2009

Dari potensi perikanan tangkap sebesar 6,5 juta ton/tahun tersebut, pada tahun 2010 sudah dimanfaatkan sebesar 5.039.446 ton, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4,72%. Produk komoditas unggulan yaitu Tuna mencapai 203.269 ton pada tahun 2009 atau naik rata-rata sekitar 3,31% dari tahun 2005.

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Produksi Ikan Dunia 2002 - 2009 (1000 ton)

China Indonesia Thailand Vietnam Dunia

- 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000

1950 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005

China Peru Indonesia USA India Japan

(19)

Produksi Tongkol, dan Cakalang mencapai 736.483 ton pada tahun 2009 atau naik rata-rata sekitar 7,11% dari tahun 2005. Total produksi Tuna, Tongkol, dan Cakalang (TTC) mencapai 939.752 ton pada tahun 2009. Produksi udang tangkapan sekitar 236.870 ton pada tahun 2009, naik rata-rata 3,6% dari tahun 2005. Gambar berikut menujukkan distribusi produksi sumberdaya ikan menurut WPP.

Gambar 4. Peta Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

Jumlah kapal penangkapan ikan mencapai 570.827 kapal pada tahun 2010, namun lebih dari 90% kapal berukuran kecil yaitu lebih kecil dari 5 GT. Kapal penangkapan ikan yang berukuran lebih besar dari 30GT berjumlah sekitar 6.392 kapal dan dari jumlah itu terdapat 348 kapal berukuran lebih dari 200 GT dan tidak lebih dari 800 GT.

Tabel 2. Jumlah Kapal Perikanan

(20)

Sebagai bagian penting dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan adalah pengolahan, terutama peranannya dalam peningkatan nilai tambah dan daya saing produk. Untuk itu, pengembangan industri pengolahan makin dibutuhkan di masa depan dan diharapkan akan terjadi perubahan signifikan dari kondisi sekarang ini. Jumlah unit pengolahan ikan mencapai 60.117, yang terdiri dari usaha pengalengan sebanyak 114 unit, pembekuan sebanyak 556 unit, penggaraman sebanyak 23.876 unit, pemindangan sebanyak 10.952 unit, pengasapan sebanyak 8.056 unit, dan peragian sebanyak 2.912 unit.

Unit Pengolahan Ikan (UPI) telah terealisasi 504 unit sampai September 2010, meninggalkan target tahun ini yang hanya 444 unit. Tetapi tingkat kemampuan (utilisasi) unit pengolahan ikan skala menengah dan besar sekitar 30% karena pasokan bahan baku perikanan, baik dari sektor budi daya maupun hasil tangkapan laut, tidak mencukupi keekonomian industri besar. Rendahnya utilisasi UPI dikarenakan pasokan bahan baku kurang.

Unit pengolahan skala besar yang masih beroperasi mencapai 658 unit, sementara industri pengolahan ikan skala kecil tercatat 17.616 unit. Sejumlah unit pengolahan yang tersebar di seluruh Indonesia berkapasitas 18.140,4 ton per tahun. Namun, hingga kini hanya terpakai kurang dari 50 persen atau hanya sekitar 9.324,16 ton per tahun. Keberadaan unit pengolahan ikan tersebut menyerap 594.300 orang tenaga kerja yang dilibatkan di bidang industri pengolahan dan pemasaran.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Utama 2007 – 2009

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Rincian - Item Tahun –Year Kenaikan Rata2 (%)

2007 2008 2009 2010 2011*) 007 - 2011 2010 -

2011

Volume - Volume (Ton) 854.329 911.674 881.413 1.103.575 028.000 5,44 -6,85

Udang - Shrimp 157.545 170.583 150.989 145.092 150.000 -0,93 3,38 Tuna, Cakalang, Tongkol - 121.316 130.056 131.550 122.450 123.000 0,47 0,45 Tuna, Skipkjack, Little

una

Ikan Lainnya - Other Fish 393.679 424.401 430.513 622.932 528.000 9,67 -15,24

Kepiting - Crab 21.510 20.713 18.673 21.537 23.000 2,14 6,79

Lainnya - Others 160.279 165.921 149.688 191.564 204.000 7,05 6,49

Nilai - Value (US$ 1.000) 2.258.920 2.699.683 2.466.201 2.863.830 199.000 9,67 11,70 Udang - Shrimp 1.029.935 1.165.293 1.007.481 1.056.399 1.229.000 5,20 16,34 Tuna, Cakalang, Tongkol - 304.348 347.189 352.300 383.230 453.000 10,63 18,21 Tuna, Skipkjack, Little

una

Ikan Lainnya - Other Fish 568.420 734.392 723.523 898.039 936.000 14,02 4,23 Kepiting - Crab 179.189 214.319 156.993 208.424 249.000 11,27 19,47 Lainnya - Others 177.028 238.490 225.904 317.738 332.000 18,65 4,49

(21)

Industri hilir perikanan laut Indonesia masih terkendala pasokan bahan baku. Industri pengalengan ikan di Indonesia saat ini membutuhkan bahan baku 300-350 ribu ton per tahun. Dari kebutuhan itu, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 40%, sedangkan 60% masih impor. Industri pengalengan cakalang, misalnya, membutuhkan bahan baku 300 ribu ton per tahun, sedangkan pasokan dari dalam negeri hanya 120-140 ribu ton. Kapasitas terpasang industri pengalengan sarden berkisar 150 ribu ton dan pasokan bahan baku lokal hanya 70-100 ribu ton per tahun.

Pada tahun 2010 volume ekspor perikanan mencapai 1.103.575 ton dengan kenaikan rata-rata 5,44% dari tahun 2005 dengan nilai US$ 2.863.830,- atau naik sekitar 9,67% dari tahun 2005. Komoditas utama ekspor adalah udang sebesar 145.092 ton pada tahun 2010 atau turun 0,9% dengan nilai US$ 1.056.399 Nilai ekspor perikanan dunia terus meningkat sejak 2003 dan pada tahun 2010 mencapai lebih dari US$ 103 milyar. Urutan pertama adalah Cina dengan nilai US$ 13,5 milyar dengan market share 13,5%. Posisi berikutnya adalah Norway, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, dan Kanada, masing-masing US$ 8,66 milyar, US$ 7,01 milyar, US$ 4,54 milyar, US$ 4,26, dan US$ 3,80 Indonesia menempati urutan 12 dengan nilai sekitar US$ 2,6 milyar dengan market share 2,5%. (lihat Tabel 4 dan Gambar 5).

Tabel 4. Perkembangan Nilai Ekspor Negara-Negara di Dunia (2006 – 2010)

Sumber: FAO

Share (%)

2006 2007 2008 2009 2010 2010

Total 81,397.35 87,994.67 96,171.67 91,436.68 103,696.01 100.00 Lainnya 31,216.59 34,175.08 37,679.35 34,546.97 37,288.07 35.96 1 China 9,162.11 9,508.86 10,364.12 10,500.16 13,539.77 13.06 2 Norway 5,379.80 6,089.74 6,722.43 6,923.22 8,660.35 8.35 3 Thailand 5,196.57 5,614.68 6,487.52 6,208.88 7,012.62 6.76 4 USA 4,337.28 4,387.76 4,364.02 4,075.66 4,544.43 4.38 5 Viet Nam 3,359.70 3,764.00 4,510.57 4,253.37 4,368.40 4.21 6 Canada 3,629.53 3,657.84 3,672.86 3,211.09 3,804.87 3.67 7 Netherlands 2,381.88 2,713.90 2,865.08 2,627.14 3,439.00 3.32 8 Spain 2,834.89 3,285.14 3,490.64 3,131.11 3,293.28 3.18 9 Chile 3,080.35 3,166.16 3,409.71 3,010.62 2,846.10 2.74 10 Denmark 2,885.71 3,057.14 3,226.54 2,677.19 2,730.81 2.63 11 Sweden 1,539.78 1,623.84 1,869.81 2,012.25 2,632.68 2.54 12 Indonesia * 1,985.90 2,127.76 2,503.84 2,285.89 2,611.58 2.52 13 Rusia 586.80 589.00 558.68 1,768.89 2,226.02 2.15 14 Japan 1,693.79 1,963.34 1,940.29 1,784.08 2,164.02 2.09 15 Germany 1,741.18 1,896.58 2,115.62 2,108.41 2,160.47 2.08 43 Singapore 385.47 373.85 390.61 311.78 373.57 0.36

No Negara Nilai (juta US$)

(22)

Keterangan: Pada tahun 2010 Indonesia pada urutan ke 12 (US$ 2,6 milyar).

Gambar 5. Nilai Ekspor Perikanan Dunia dan Posisi Indonesia Tahun 2003 - 2010

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai impor ikan dunia pada tahun 2010 bernilai lebih dari US$ 98,11 milyar. Negara pengimpor terbesar adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Spanyol dengan nilai masing-masing US$ 13,59 milyar dengan share 13,85%, US$ 13,46 milyar dengan share 13,72%, dan US$ ,29 milyar dengan share 6,41%. Cina mengimpor ikan dengan nilai sekitar US$ 4,45 milyar dengan share 4,53% dan menduduki urutan ke 6. Dibanding dengan nilai ekspornya nilai impor ikan Cina sekitar 32,86%. Thailand mengimpor ikan senilai US$ 2,11 milyar dengan share 2,15% dan apabila dibandingkan dengan nilai ekspornya, nilai impor Thailand sekitar 30% dan menduduki urutan ke 14.

Indonesia mengimpor ikan senilai US$ 228 juta dengan share 0,23%, yaitu pada posisi paling rendah diantara 39 negara. Apabila dibandingkan dengan nilai ekspornya, nilai impor ikan Indonesia sekitar 8,7%.

Tabel 5. Perkembangan Nilai Impor Negara-Negara Dunia (2006 – 2010)

Sumber: FAO

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Ekspor Perikanan Dunia 2003 – 2010 (x 1.000.000 US$)

China Norwegia Thailand Kanada Denmark Indonesia Dunia

Sumber: Infofish Juli 2011

Share (%)

2006 2007 2008 2009 2010 2010

Total 81,632.42 89,281.19 96,872.50 89,183.52 98,115.95 100.00 Lainnya 17,237.80 20,532.31 23,492.88 21,818.11 22,899.81 23.34 1 USA 12,350.17 12,852.19 13,207.72 12,127.38 13,588.34 13.85 2 Japan 12,753.02 12,099.44 13,305.58 12,114.15 13,463.85 13.72 3 Spain 6,326.99 6,953.18 7,038.11 5,795.99 6,294.02 6.41 4 France 4,810.49 5,091.72 5,507.90 5,257.19 5,590.74 5.70 5 Italy 4,714.74 5,213.11 5,511.88 5,040.30 5,271.60 5.37 6 China 3,206.40 3,505.68 3,716.65 3,660.07 4,449.14 4.53 7 Germany 3,554.02 3,849.13 4,100.53 4,365.10 4,437.00 4.52 8 UK 3,260.49 3,707.57 3,782.90 3,096.68 3,137.74 3.20 9 Hongkong 2,246.19 2,472.44 2,685.91 2,734.49 3,118.58 3.18 10 Sweden 1,903.30 2,333.70 2,569.66 2,451.18 3,086.56 3.15 11 Korea 2,506.21 2,761.16 2,654.22 2,436.90 2,891.70 2.95 12 Netherlands 1,591.11 1,815.56 2,039.65 1,936.33 2,622.08 2.67 13 Rusia 1,304.18 1,837.23 2,170.19 1,794.45 2,155.92 2.20 14 Thailand 1,523.44 1,700.53 2,397.31 1,930.51 2,105.89 2.15 15 Canada 1,600.38 1,765.74 1,770.90 1,747.74 1,934.31 1.97 23 Singapore 700.05 736.56 802.23 720.58 839.98 0.86 39 Indonesia 43.46 53.96 118.29 156.38 228.70 0.23

Nilai (Juta US$)

No Negara

(23)

Kebutuhan produk perikanan cenderung naik terus dengan nilai impor lebih dari US$ 100 milyar, terutama di negara-negara maju, antara lain Jepang, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, dan Jerman. Sebagian besar pasokan ikan dunia diproduksi di Asia, termasuk Indonesia. Tren tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk perikanan di pasar global.

Sumber: INFOFISH, 2011

Gambar 6. Nilai Impor Perikanan Dunia

Pada tahun 2011 nilai ekspor perikanan mencapai US$ 2,9 milyar, naik sekitar 16% dari tahun 2010. Negara utama tujuan ekspor meliputi Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Asia Timur, dan ASEAN.

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambar 7. Negara-Negara Tujuan Utama Ekspor Produk Perikanan Indonesia

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Nilai Impor Perikanan Dunia 2003 – 2010 (x 1.000.000 US$)

Jepang USA Spanyol Perancis Jerman Dunia

(24)

Negara-negara tujuan utama ekspor hasil perikanan Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang, masing-masing 31,56% dan 25,00%. Komoditas utama untuk ekspor adalah udang dan kepiting, ikan kalengan, ikan beku, dan filet, masing-masing 34,19%, 19,82%, 11,87%, dan 9,32%.

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Gambar 8. Ekspor Perikanan Indonesia Terhadap Pasar Dunia

Tantangan di masa mendatang antara lain potensi perikanan tangkap masih banyak yang belum dimanfaatkan pada beberapa WPP. Walaupun secara keseluruhan pemanfaatan ikan sudah melampaui pemanfaatan yang berkelanjutan, namun masih ada peluang apabila dikelola dengan baik dan mampu memanfaatkan kesempatan penangkapan ikan di laut lepas. Pada masa mendatang perbaikan kualitas atau mutu hasil tangkapan perlu diperbaiki agar pendapatan nelayan meningkat.

Industri pengolahan ikan yang ada saat ini baru berproduksi sekitar 60 % dari kapasitas terpasang, pada masa mendatang dapat ditingkatkan lagi produksinya apabila pasokan input produksi dapat dijamin. Produksi ikan olahan yang pada tahun 2010 mencapai 4,2 juta ton, diharapkan dapat meningkat sampai 5 juta ton pada tahun 2014.

Peluang untuk pengembangan produksi ikan terbuka lebar baik untuk kebutuhan domestik maupun pasar internasional. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan kesadaran pentingnya ikan sebagai asupan gizi akan mendorong peningkatan konsumsi ikan di masyarakat. Demikian juga dengan peluang perluasan pasar internasional masih tinggi. Pasar ikan Indonesia seperti Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan permintaan ikan (impor) yang masih terus meningkat.

Berdasarkan data FAO tahun 2007 – 2008 nilai ekspor dan impor perikanan

dunia nilai ekspor Indonesia di Benua Asia menduduki posisi ke 4, namun jika

dilihat dari nilai impor Indonesia cukup baik, karena nilai import produk

perikanan Indonesia cukup rendah.Sebagian besar ekspor Indonesia, yaitu

(25)

hampir 80 % berupa bahan baku, sehingga nilai ekspor Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan Thailand maupun Vietnam. Dengan adanya industrialisasi perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing maka diharapkan pada masa mendatang nilai ekspor Indonesia dapat ditingkatkan sehingga kesejahteraan stakeholder perikanan dapat meningkat.

3. INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Untuk meningkatkan percepatan pembangunan kelautan dan perikanan diperlukan tatakelola sumberdaya lebih modern dengan meningkatkan efisiensi, bernilai tambah, berkualitas, dan berdaya saing tinggi dengan inovasi dan teknologi yang memadai, yaitu industrialisasi. Yang dimaksud industrialisasi kelautan dan perikanan adalah proses perubahan sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas, dan skala produksi sumberdaya kelautan dan perikanan, melalui modernisasi yang didukung oleh arah kebijakan terintegrasi antara kebijakan ekonomi makro, pengembangan infrastruktur, sistem usaha dan investasi, ilmu pengetahuan dan teknologi dan sumberdaya manusia untuk kesejahteraan rakyat.

Tujuan industrialisasi kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan produksi, produktivitas, dan nilai tambah produk kelautan dan perikanan yang berdaya saing tinggi berorientasi pasar;

2) Mempercepat pembangunan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan melalui modernisasi sistem produksi dan manajemen; dan

3) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.

Secara konseptual industrialisasi kelautan dan perikanan dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) PENINGKATAN NILAI TAMBAH: Industrialisasi kelautan dan perikanan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah berupa produk-produk olahan yang makin beragam dan berkualitas dengan nilai jual lebih tinggi.

Meningkatnya nilai jual produk-produk berbasis kelautan dan perikanan tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan lebih tinggi.

2) PENINGKATAN DAYA SAING: Industrialisasi kelautan dan perikanan diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan melalui efisiensi sistem produksi dan peningkatan produktivitas dengan hasil berkualitas dan harga yang kompetitif, sehingga berdaya saing tinggi, baik di pasar nasional maupun pasar global.

3) MODERNISASI SISTEM PRODUKSI HULU DAN HILIR: Kemajuan sektor perikanan dapat dipercepat dengan modernisasi sistem produksi yang mampu meningkatkan produk kelautan dan perikanan bernilai tambah dan berkualitas tinggi dengan memperhatikan seluruh rantai nilai (value chain).

Modernisasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, percepatan, dan

(26)

peningkatan skala produksidi hulu dan hilir, sekaligus mendorong upaya pengembangan komoditas dan produk-produk unggulan untuk menghadapi persaingan pasar global yang makin kompetitif. Modernisasi juga diharapkan dapat mendorong perubahan sistem produksi hulu skala UMKM dengan menggunakan teknologi dan manajemen usaha yang lebih efisien dan menguntungkan.

4) PENGUATAN STRUKTUR INDUSTRI PERIKANAN: Industrialisasi kelautan dan perikanan akan mendorong penguatan struktur industri, yaitu peningkatan jumlah dan kualitas industri perikanan dan pembinaan hubungan antar entitas sesama industri, industri hilir dan hulu, industri besar, menengah dan kecil, serta hubungan antara industri dengan konsumen pada semua tahapan rantai nilai (value chain). Untuk itu intensitas dan kualitas hubungan antar pelaku industri, terutama hilir dan hulu perlu mendapatkan perhatian khusus dan dilaksanakan secara terintegrasi dan berimbang untuk menjamin supply chain, sekaligus memperkuat sistem produksi bahan baku nasional untuk menopang kebutuhan industri pengolahan secara berkesinambungan.

Selain itu, kebijakan industrialisaisi perikanan dan investasi perlu diarahkan untuk mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara usaha skala mikro, kecil, dan menengah dengan usaha skala besar melalui pengembangan komoditas nasional dan produk-produk inovatif dan kompetitif di pasar global. Diharapkan industri skala kecil dan menengah akan berkembang menjadi bagian dari jejaring sistem produksi perikanan yang lebih luas untuk memperkuat basis industri perikanan secara nasional.

5) BERBASIS KOMODITAS, WILAYAH DAN SISTEM MANAJEMEN KAWASAN: Kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan perlu difokuskan pada komoditas unggulan sesuai dengan permintaan pasar, baik pasar domestik maupun luar negeri. Yang perlu menjadi perhatian utama adalah sistem produksi dan tatakelola sumberdaya yang dimaksud, baik penangkapan, budidaya, pengolahan, maupun faktor pendukungnya. Agar terintegrasi pelaksanaannya dilakukan berbasis wilayah dan sistem manajemen kawasan, yaitu berdasarkan pada distribusi sumberdaya alam di wilayah-wilayah potensial dan dengan sistem manajemen kawasan di sentra- sentra produksi potensial dan prospek pertumbuhannya di masa depan.

Secara geografis sentra-sentra industri pengolahan yang akan dikembangkan ditetapkan berdasarkan posisinya secara ekonomi-geografis terhadap sentra- sentra produksi bahan baku di kawasan sekitarnya. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, pengairan, listrik, dan komunikasi dilaksanakan secara terintegrasi untuk mengembangkan konektivitas antar sentra-sentra produksi, sebagai simpul-simpul jejaring ekonomi. Konektivitas antar simpul- simpul jejaring ekonomi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan perdagangan di kawasan-kawasan industri perikanan.

6) BERKELANJUTAN: Industrialisasi kelautan dan perikanan akan

dilaksanakan sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu

(27)

keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya alam dan perlindungan lingkungan berjangka panjang. Prinsip tersebut sangat penting untuk memberikan jaminan keberlanjutan ekonomi kelautan dan perikanan dan tidak merusak lingkungan. Konsep ini juga bermanfaat untuk memenuhi standar kualitas manajemen yang dituntut oleh konsumen internasional.

Pembangunan industri perikanan akan dilaksanakan berdasarkan rencana tata ruang untuk memberikan jaminan agar peningkatan intensitas dan skala produksi tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.

7) TRANSFORMASI SOSIAL: Industrialisasi kelautan dan perikanan diharapkan dapat mendorong perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri yang modern, melalui perubahan cara berfikir dan perilaku masyarakat sesuai karakteristik masyarakat industri.

Lebih lanjut industrialisasi kelautan dan perikanan, terutama terkait dengan penataan sistem pengelolaan perikanan tangkap dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) PENGEMBANGAN KOMODITAS DAN PRODUK UNGGULAN BERBASIS PASAR

Industrialisasi kelautan dan perikanan dilaksanakan melalui pengembangan komoditas unggulan dan produk-produk bernilai tambah berorientasi pasar, agar pertumbuhan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan dapat ditingkatkan dan dipercepat sesuai dengan kecepatan dan skala kebutuhan pasar. Oleh karena itu, pelaksanaan program industrialiasi perikanan dimulai dari assessment jenis dan kapasitas industri yang dapat dikembangkan berdasarkan analisis potensi dan trend pasar, serta daya saing produk-produk perikanan nasional terhadap produk lain di dunia. Sektor hulu akan dikembangkan sesuai dengan perhitungan pertumbuhan industri pengolahan dengan cara menggerakan semua potensi sistem produksi, mulai dari produksi bahan baku skala kecil sampai dengan skala besar.

Dalam upaya pengembangan komoditas dan produk perikanan tangkap maka kegiatan-kegiatannya perlu difokuskan pada:

1. Penataan Sistem Manajemen Perikanan Tangkap Sasaran:

1) Peningkatan produksi, produktivitas, dan kualitas ikan segar dan bahan baku;

2) Peningkatan kekuatan armada penangkapan ikan di seluruh WPP RI dan laut lepas;

3) Peningkatan investasi dan usaha penangkapan ikan, baik skala besar maupun kecil;

4) Peningkatan kualitas manajemen pelabuhan perikanan dan pelayanan publik; dan

5) Berkembangnya usaha nelayan.

(28)

Kegiatan Strategis:

1) Melakukan Penataan Ulang Sistem Manajemen Penangkapan Ikan:

a. Re- registrasi nasional usaha penangkapan ikan dan kapal perikanan;

b. Pemetaan alokasi perijinan menurut kewenangan pusat dan daerah, jenis alat tangkap, jenis ikan yang ditangkap dan sebaran daerah penangkapan;

c. Re-evaluasi kondisi Sumberdaya Ikan menurut WPP, pola migrasi ikan menurut jenisnya, dan pola penangkapan;

d. Pengembangan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap dan sistem perijinan terintegrasi: pusat, propinsi dan Kabupaten/Kota;

e. Pengembangan kebijakan usaha penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas dan ZEE negara lain;

f. Pengembangan kebijakan penangkapan ikan di wilayah perbatasan dengan negara lain;

g. Kajian dan penataan ulang sistem penangkapan dan pengangkutan ikan secara ekonomi dan sistem pengamanan sumberdaya ikan yang efektif;

h. Kajian sistem perijinan dan pengoperasian kapal berdasarkan riwayat kepemilikannya;

i. Pengembangan sistem moratorium wilayah penangkapan ikan;

j. Pengembangan kebijakan pengelolaan dan penangkapan ikan di perairan umum; dan

k. Penguatan kebijakan tentang sistem perijinan dan penangkapan ikan di laut lepas.

2) Optimalisasi Penangkapan Ikan dan Pengkayaan SDI:

a. Konsolidasi sistem manajemen WPP untuk menjamin keamanan Sumberdaya Ikan (SDI);

b. Pengembangan kegiatan penangkapan ikan di ZEEI, laut lepas dan ZEE negara-negara lain;

c. Peningkatan penggunaan teknologi produktif untuk meningkatkan produksi, dan produktivitas, dan kualitas perikanan tangkap untuk komoditas unggulan;

d. Peningkatan kualitas hasil penangkapan ikan melalui penerapan penanganan ikan dengan sistem rantai dingin;

e. Restrukturisasi dan redistribusi armada penangkapan ikan sesuai perkembangan kondisi dan potensi SDI di seluruh WPP dan laut lepas;

f. Paket bantuan teknologi kepada nelayan berbasis pelabuhan perikanan;

g. Sistem moratorium dan pemulihan habitat SDI; dan

h. Modernisasi teknik penangkapan ikan dengan teknologi terkini dan

sistem pendingin di atas kapal perikanan.

(29)

3) Penataan Sistem Manajemen Pelabuhan Perikanan:

a. Penataan sistem pembangunan infrastruktur, fasilitas, dan pemeliharaan pelabuhan perikanan;

b. Penataan sistem manajemen administrasi, perawatan fasilitas, sanitasi, dan kebersihan pelabuhan perikanan;

c. Penyusunan standarisasi sistem pengelolaan pelabuhan perikanan nasional;

d. Penataan sistem pengawasan sumberdaya perikanan dan pengawasan mutu;

e. Pengembangan sistem logistik manajemen pelabuhan perikanan;

f. Evaluasi dan penataan penyelenggaraan manajemen pelabuhan yang melibatkan perangkangkat pelabuhan, Perum Pelabuhan, koperasi, dan daerah;

g. Penyediaan BBM memadai untuk nelayan dan sistem distribusi dengan insentif; dan

h. Revitalisasi Sistem Informasi Manajemen Pelabuhan: Pendaratan, Produksi, Pemasaran, dan Pelayanan Publik.

4) Penataan Sistem Pendaratan Ikan:

a. Sistem insentif bagi nelayan yang mendaratkan ikan di pelabuhan:

BBM, air bersih, dan es;

b. Mengefektifkan pemanfaatan Log Book dalam sistem pencataan pendaratan ikan; dan

c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria pendaratan ikan di pelabuhan perikanan.

5) Pengembangan Pelabuhan Perikanan sebagai Kawasan Penggerak Ekonomi di Daerah:

a. Pengembangan pelabuhan sebagai zona inti minapolitan dan basis industrialisiasi perikanan;

b. Pengembangan pelabuhan perikanan potensial sebagai pusat bisnis dan koridor perdagangan internasional dan nasional komoditas dan produk perikanan; dan

c. Pengembangan konektivitas antar pelabuhan perikanan melalui infrastruktur transportasi dan komunikasi.

6) Pemberdayaan Usaha Nelayan:

a. Pemberdayaan nelayan untuk memperkuat struktur dan sistem pengadaan bahan baku industri perikanan;

b. Pembinaan sistem pananganan ikan di atas kapal;

c. Penyediaan bantuan paket-paket permodalan, asuransi dan lainnya melalui PNPM/PUMP; dan

d. Pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan nelayan di pelabuhan.

2. Penguatan Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan

Sasaran:

(30)

1) Perlindungan usaha dan investasi;

2) Pengamanan sumberdaya perikanan dari IUU fishing; dan

3) Kepatuhan hukum usaha penangkapan ikan, budidaya dan pengolahan ikan.

Kegiatan Strategis:

1) Pengembangan Sistem Pengawasan dan Perlindungan Investasi dan Usaha;

2) Pengembangan dan penajaman sistem pengawasan regional strategis di WPP RI: registered and unregistered fishing vessels;

3) Peningkatan efektivitas pengawasan kapal-kapal perikanan di pelabuhan perikanan;

4) Pengembangan pengawasan tangkahan dan pelabuhan perikanan skala kecil;

5) Pergelaran operasi kapal pengawas didaerah-daerah rawan IUU fishing;

6) Pembinaan forum koordinasi antar aparat penegak hukum bidang kelautan dan perikanan melalui pertemuan-pertemuan dan kegiatan bersama dilaut;

7) Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengawasan;

8) Pengembangan dan pemantapan rancang bangun sarana dan prasarana pengawasan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan konstilasi geografis dan daerah-daerah rawan strategis;

9) Mengembangkan sistem pengawasan untuk perlindungan lingkungan di laut, sentra-sentra produksi budidaya dan kawasan industri perikanan; dan

10) Meningkatkan peran Indonesia di forum CC RPOA untuk memerangi IUU fishing dan penguatan MCS.

3. Perluasan Pasar Global dan Nasional Sasaran:

1) Peningkatan konsumsi ikan dalam negeri dalam negeri;

2) Peningkatan volume dan nilai ekspor komoditas dan produk-produk perikanan;

3) Peningkatan akses pasar dan market share produk perikanan di pasar global dan jumlah negara tujuan ekspor: Amerika Utara, Jepang, Eropa, Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika; dan

4) Peningkatan volume dan nilai produk perikanan di pasar dalam negeri untuk menangkal produk impor.

Kegiatan Strategis:

1) Pemetaan Potensi Pasar dan Daya Saing Produk Nasional:

(31)

a. Pendataan dan pemetaan kondisi terkini, potensi, trend pasar global dan posisi Indonesia dalam persaingan internasional;

b. Pengukuran kekuatan daya saing produk-produk perikanan nasional dan perusahaan perikanan dalam perdagangan internasional;

c. Identifikasi produk-produk perikanan inovatif dan potensi pemasaran di tingkat global;

d. Pemetaan jaringan perdagangan produk-produk perikanan lintas negara dan dalam negeri menurut jenis produk dan pelaku usaha/perusahaan;

e. Penguatan daya tangkal pasar dalam negeri terhadap produk- produk perikanan impor; dan

f. Penguatan jaringan pasar dalam negeri lintas daerah sebagai basis pengembangan kekuatan penetrasi pasar global.

2) Pengembangan Market Intelegence:

a. Pengembangan kelembagaan dan sistem kerja pengamatan dan analisis pergerakan produk-produk perikanan dan dinamika pasar dunia; dan

b. Pengembangan Sistem Informasi Intelegensi Pasar bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan perikanan terkait: Public-Private Partnership on Marketing Information Systems.

3) Pengembangan Jaringan Eksportir-Importir Internasional:

a. Penyelenggaraan sistem kerjasama internasional melalui: business gathering, mach making, dan pameran internasional; dan

b. Pengembangan kerjasama business to business partnership.

4) Pengembangan Kerjasama Internasional dalam penyelesaian hambatan perdagangan:

a. Penyelesaian hambatan perdagangan tariff dan non-tariff; dan b. Peningkatan peranan negara dalam diplomasi perdagangan

internasional.

5) Pembinaan Usaha Skala Kecil dan Menengah Inovatif:

a. Melakukan penguatan usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan peran dalam jaringan perdagangan produk-produk perikanan internasional;

b. Pengembangan koperasi usaha sebagai simpul-simpul perdagangan perikanan internasional; dan

c. Promosi dan branding produk-produk unggulan di dalam dan di luar negeri.

6) Penataan Kebijakan Perdagangan Nasional:

a. Review kebijakan terkait sistem perdagangan komoditas dan

produk-produk perikanan global dan nasional;

(32)

b. Penataan ulang kebijakan perdagangan untuk mendukung daya saing produk dan perusahaan perikanan dalam sistem pendagangan internasional; dan

c. Standarisasi kualitas produk-produk perikanan sesuai standar perdagangan internasional.

4. Revitalisasi Industri Pengolahan Sasaran:

1) Peningkatan produksi ikan olahan unggulan dan produk lain berbasis ikan;

2) Peningkatan utilitas dan kapasitas industri pengolahan nasional; dan 3) Berkembangnya industri pengolahan skala mikro, kecil, dan

menengah.

Kegiatan Strategis:

1) Memperkuat Rantai Pasok Bahan Baku Berkualitas:

a. Kebijakan sistem jaminan produksi dan distribusi bahan baku pengolahan memadai dari perikanan tangkap dan budidaya;

b. Pemberdayaan dan pembinaan UMKM dalam rangka pengembangan unit-unit produksi bahan baku sebagai pemasok andalan bagi industri pengolahan;

c. Sertifikasi kualitas bahan baku;

d. Kebijakan nasional tentang sistem jaminan rantai pasokan memadai (supply chain); dan

e. Pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) dan sarana pemasaran ikan bergerak.

2) Diversifikasi Produk Ikan Olahan:

a. Mendorong peningkatan produk olahan inovatif dan beragam;

b. Pengembangan jenis produk olahan unggulan bernilai tambah dan berdaya saing tinggi;

c. Pengembangan industri rumput laut di kawasan timur Indonesia;

dan

d. Paket pengembangan teknologi pengolahan inovatif untuk jenis produk olahan unggulan untuk UMKM.

3) Revitalisasi Industri Pengolahan:

a. Pelaksanaan program nasional revitalisasi industri pengolahan perikanan;

b. Pembangunan industri pengolahan sesuai kebutuhan melalui PMDN dan PMA;

c. Paket bantuan pengembangan sarana dan prasarana pengolahan bagi UMKM di sentra-sentra produksi;

d. Pengembangan sistem rantai dingin (cold chain system);

(33)

e. Penguatan sentra pengolahan skala kecil dan menengah sebagai bagian dari jaringan industri perikanan secara luas;

f. Kemitraan usaha besar dan UMKM: industri dan pemasok bahan baku; dan

g. Sistem jaminan mutu dan bina usaha.

4) Peningkatan kualitas SDM dan Usaha Pengolahan:

a. Pemberdayaan pengolah ikan untuk memperkuat struktur dan sistem pengadaan bahan baku industri perikanan berjenjang;

b. Pembinaan sistem pananganan ikan di tempat pendaratan ikan;

c. Penyediaan bantuan paket-paket melalui PNPM/PUMP; dan d. Pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan pengolah ikan di

sentra-sentra produksi.

2) PENGEMBANGAN KAWASAN

Pengembangan Kawasan dilaksanakan dengan 2 pendekatan, yaitu 1) Pengembangan Sentra-sentra Produksi dan 2) Pengembangan Zona

Industri. Pengembangan sentra-sentra produksi merupakan pengembangan sistem produksi di suatu lokasi dengan komoditas perikanan tertentu yang dijadikan unggulan. Sedangkan pengembangan zona industri adalah pengembanga pusat industri pengolahan dan pendukungnya di suatu lokasi tertentu.

Sasaran:

1) Berkembangknya sistem produksi secara terintgrasi di dalam suatu kawasan;

2) Meningkataknya penyerapan tenaga kerja;

3) Meningkatnya unggulan komparatif dan kompetitif produk perikanan;

dan

4) Berkembangnya pusat pertumbuhan untuk menggerakkan kegiatan ekonomi di daerah.

Kegiatan Strategis:

1) Pemetaan sentra-sentra produksi perikanan dan pengolahan potensial secara nasional dan konektivitas antar sentra-sentra produksi;

2) Penetapan Sentra-sentra produksi dan Zona Industri;

3) Penyusunan Rencana Strategis Pengembangan Sentra-sentra produksi dan Zona Industri;

4) Penyusunan Rencana Pembangunan Prasarana Dasar Kawasan: jalan, air bersih, energi, transportasi, dan istalasi pengolah air limbah (IPAL);

5) Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan; dan

6) Memobilisasi pengembangan sentra produksi dan zona industri kepada

pemerintah, propinsi, Kabupaten/Kota dan pelaku usaha.

(34)

3) PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS Sasaran:

1) Meningkatnya konektivitas antar pelaku usaha: hilir-hulu, hilir-hilir, dan hulu-hulu (link and match); dan

2) Meningkatnya hubungan antar sentra-sentra produksi sebagai jaringan perekonomian kawasan dengan dengan infrastruktur dan pelayan publik:

jalan dan transportasi, pengairan, air bersih, energi, dan pusat pelayanan publik.

Kegiatan Strategis:

1) Konsolidasi stakeholders dan identifikasi kondisi, permasalahan dan solusi sesuai dengan jenis kepentingan bisnis dan usaha rakyat;

2) Pemanfaatan jaringan komunikasi websites dan forum-forum bisnis untuk meningkatkan intensitas komunikasi bisnis dan usaha rakyat;

3) Pemetaan kebutuhan infrastruktur dan penyusunan perencanaan bersama pengembangan infrastruktur dengan instansi terkait dunia usaha dan masyarakat;

4) Mengembangkan jaringan infrastruktur antar industri, sentra produksi , dan antara industri dengan sentra produksi bahan baku; dan

5) Penguatan keterkaitan industri pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri hulunya.

4) PENGEMBANGAN IKLIM USAHA DAN SISTEM INVESTASI

Kebijakan investasi akan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan investasi di sektor hilir dan hulu. Sistem investasi di sektor hilir dikaitkan dengan pemberian kemudahan-kemudahan investasi terutama sesuai dengan Undang- undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang- undang nomor 5 tahun 1984 tentang Perindustrian, sedangkan untuk sektor hulu selain memperhatikan kedua Undang-undang tersebut juga didasarkan pada Undang-undang Nomor 31 tahun 2006 tentang Perikanan yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 45 tahun 2008 tentang Perikanan dan Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Sasaran:

1) Meningkatnya pertumbuhaninvestasi di sektor kelautan dan perikanan;

2) Meningkatnya area atau kawasan usaha;

3) Meningkatnya kapasitas usaha dan jumlah pelaku usaha; dan

4) Meningkatnya jaminan dan kepastian usaha.

Gambar

Gambar 1.  Grafik Produksi Perikanan Dunia 1950-2009 dan    Proyeksi 2010 – 2012
Gambar 2. Grafik Produksi Perikanan Dunia dan Posisi Indonesia       Tahun 2002 – 2009
Gambar 4. Peta Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI
Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Komoditas Utama 2007 – 2009
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa rata- rata skala nyeri persalinan pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p-value

Dalam mengembangkan fungsi SDM, perusahaan PT Jasamitra Propertindo telah melakukan tahapan-tahapan dimulai dari perencanaan sumber daya manusia mengenai jumlah

 Muhammad Yusof Hashim, Kesultanan Melayu Melaka: Kajian Beberapa Aspek Tentang Melaka Kesultanan Melayu Melaka: Kajian Beberapa Aspek Tentang Melaka Pada Abad ke-15 dan Abad

Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang telah dilakukan terhadap penilaian dari para ahli, penilaian peserta didik dalam kelompok kecil, peserta didik dalam

:  Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan listrik statis dan dampaknya bagi kehidupan

KARYA ILMIAH ³JAHAYA MEROKO JAGI

[r]