1
PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI
PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK
INDONESIA 2008-2010
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Agung Tirtayasa
Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
OLEH
NAMA : Tubagus Aria Dwitama
NIM : 5552081061
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang
2
PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI
PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA
2008-2010
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Agung Tirtayasa
Dalam Rangka Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
OLEH
NAMA : Tubagus Aria Dwitama
NIM : 5552081061
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Serang
5
PERSEMBAHAN
Bismillah adalah kata awal setelah meninggalkan Universitas ini.
Awal kehidupan setelah melewati masa yang panjang, saatnya merealisasikan
apa yang telah didapat.
Kebanggaan adalah yang didapat oleh keluarga, tapi ini merupakan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan, mengejar cita-cita untuk menjadi
lebih baik setelah ini.
Segala macam cobaan untuk menyelesaikan karya ini telah dilewati.
Sempat pasrah tapi kemudian bangkit lagi sampai akhirnya terciptalah sebuah
karya kecil ini, karena begitu banyak yang memotivasi untuk tetap terus
berjuang. Dengan ini saya persembahkan sebuah karya ini untuk semua yang
telah memberi semangat, do’a dan bantuan pikiran selama mengerjakan.
• Mama dan papa terima kasih atas d’oa dan semangat yang telah kalian
berikan.
• Kakak dan keponakan, senyum kalian yang terus memberi semangat
dan kebahagian dikala bersama kalian pemacuku.
6
HALAMAN MOTTO
NOTHING CAN STOP ME TO FIGHT THE WORLD (ANONIM)
DALAM SETIAP TANTANGAN PASTI ADA PELUANG UNTUK
BERHASIL (@YOTers)
It Ain’t About How Hard You Hit. It’s About How
Hard You Can Get
It And Keep Moving Forward. How Much You Can
Take And
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
hidayah, dan inayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH RESIKO
BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT PERTUMBUHAN BANK PADA
GENDER DIVERSITY DI PERBANKAN YANG LISTING DI BEI
PERIODE 2008-2010”. Saya menyadari bahwa skripsi yang saya tulis ini
bukan merupakan suatu yang instan. Namun merupakan buah dari suatu
proses yang relative panjang, menyita segenap waktu, tenaga dan pikiran.
Penulisan skripsi ini saya lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Yang pasti, tanpa segenap doa
dan dukungan dari berbagai pihak mustahil saya sanggup untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, baik
material dan spiritual, berupa bimbingan, saran, semangat, dan doa. Karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat., M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. H. Wawan Prahiawan, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8
4. Yeni Januarsih, SE.Ak., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Wulan Retnowati,SE.,Ak.M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
yang telah memberikan waktu, semangat serta bimbingan yang
sangat berharga bagi terwujudnya skripsi ini.
6. Rita Rosiana,SE,.M.Si selaku Dosen Pembimbing Pembantu, yang
telah memberikan waktu, arahan yang jelas serta motivasi kepada
Penulis.
7. Kedua orang tuaku, kakakku dan keponakanku tersayang, terima kasih
atas segala doa, semangat tiada henti dan dukungannya selama ini.
8. Seluruh dosen pengajar, staff tata usaha, dan petugas perpustakaan
Universitas,Fakultas dan juga jurusan Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
9. Seluruh sahabat mahasiswa Akuntansi Reguler 2008 FE UNTIRTA
SERANG, yang selalu memberikan semangat pada masa perkuliahan
dan bantuan selama penyusunan skripsi.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan
semangat baik langsung atau tidak langsung yang tidak dapat penulis
9
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir
kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Serang, 24 Juli 2012
Tubagus Aria Dwitama
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN………. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……… iv
HALAMAN MOTTO………. v
KATA PENGANTAR………. vi
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR TABEL……… xii
DAFTAR GAMBAR………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……… xiv
HALAMAN ABSTRAKSI………... xv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……… 1
1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN……… 6
1.3 TUJUAN PENELITIAN……….. 7
1.4 MANFAAT PENELITIAN………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 9
2.1 TELAAH TEORI……….. 9
2.1.1 AGENCY THEORY……….. 9
2.1.2 RESOURCE DEPENDENCY THEORY…. 10
11
2.1.4 SOCIAL PSYCHOLOGI THEORY………… 12
2.2 SEKTOR PERBANKAN……… 13
2.3 PENELITIAN TERDAHULU……… 14
2.4 PENGEMBANGAN HIPOTESIS……….. 16
2.5 KERANGKA PEMIKIRAN……….. 20
3.1.4 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL…… 22
3.2 METODE ANALISIS………. 24
3.2.1 STATISTIK DESKRIPTIF……….. 24
3.2.2 UJI ASUMSI KLASIK……… 24
1. UJI NORMALITAS……….. 24
2. UJI MULTIKOLINIEARITAS………… 24
3. UJI HETEROKEDASTISITAS………… 25
4. UJI AUTOKORELASI………. 25
3.2.3 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA 26
12
4.1 GAMBARAN UMUM DAN DESKRIPTIF DATA…. 30
4.1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 30 4.1.2 DESKRIPTIF STATISTIK………... 31
4.2 UJI ASUMSI KLASIK……… 33
4.2.1 UJI NORMALITAS………. . 33
4.2.2 UJI MULTIKOLINIEARITAS………. 36
4.2.3 UJI HETEROKEDASTISITAS………. 37
4.2.4 UJI AUTOKORELASI……….. 40
4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS……… 41
4.3.1 UJI R2……….. 41
4.3.2 UJI F………. 42
4.3.3 UJI t………. 43
4.4 PEMBAHASAN………. 47
BAB V PENUTUP………. 50
5.1 KESIMPULAN……….. 50
5.2 KETERBATASAN PENELITIAN……… 51
5.3 SARAN……….. 51
DAFTAR PUSTAKA………... 52
13
DAFTAR TABEL
HALAMAN
TABEL 2.1 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU…………. 14
TABEL 3.1 OPERASIONAL VARIABEL………. 23
TABEL 4.1 DAFTAR SAMPEL PENELITIAN………. 30
TABEL 4.2 DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN………… 31
TABEL 4.3 UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV……… 35
TABEL 4.4 UJI MULTIKOLINIEARITAS………. 36
TABEL 4.5 HASIL BESARAN KORELASI ANTAR VARIABEL 37 TABEL 4.6 UJI GLEJSER………. 39
TABEL 4.7 UJI AUTOKORELASI……….. 40
TABEL 4.8 UJI R2………. 42
TABEL 4.9 UJI F……… 43
14
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN……..…………. 20
GAMBAR 4.1 GRAFIK HISTOGRAM………. 34
GAMBAR 4.2 NORMAL PROBABILITY PLOT………… 34
15
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
LAMPIRAN A DAFTAR DATA SAMPEL………….. 56
LAMPIRAN B TABULASI DATA………... 57
LAMPIRAN C UJI ASUMSI KLASIK………. 59
16
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF BANK RISK, BOARD SIZE AND BANK’S GROWTH RATE ON GENDER DIVERSITY IN INDONESIAN BANKING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2008-2010
BY:
TUBAGUS ARIA DWITAMA
This study examines the influence of bank risk, board size and bank’s growth rate on gender diversity in Indonesian banking which listing in Indonesian Stock Exchange. Gender diversity is defined as the percentage of women on the board of commissioners, board of directors and the audit committee. This research is important because it present empirical evidence examining whether gender diversity is associated with financial performance for banking sectors in Indonesia. Data was obtained by annual report from banks which accordance with the criteria of research sample. Processed data analysis of the study used multi-linear regression analysis by SPSS Windows Program v.16.0 the study is consisted of dependent and independent variables. The dependent variable is gender diversity and the independent variables are bank risk, board size and bank’s growth rate. The simultaneous test result that bank risk, board size and bank’s growth rate have no influence on gender diversity.
17
ABSTRAKSI
PENGARUH RESIKO BANK, BOARD SIZE DAN TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK PADA GENDER DIVERSITY DI
PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2008-2010
OLEH:
TUBAGUS ARIA DWITAMA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan terhadap gender diversity di perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Gender diversity dapat didefinisikan sebagai persentase wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit. Penelitian ini sangat penting karena memberikan bukti empiris yang menjelaskan hubungan antara gender diversity dengan kinerja perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dari data annual report perbankan yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Proses analisis data menggunakan SPSS v.16, penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah gender diversity. Variabel independen terdiri dari resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank. Hasil tes yang dilakukan secara simultan menunjukkan bahwa resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank tidak berpengaruh terhadap gender diversity.
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Board diversity atau eksistensi dari seorang pria dan wanita yang
memiliki perbedaan kewarganegaraan, ras, agama dan umur di dalam
keanggotaan dewan direksi saat ini menjadi topik yang dibicarakan di
lingkungan perusahaan di dunia (Dutta dan Bose, 2006). Gender diversity di
dalam keanggotaan dewan direksi merujuk pada tingkat keterwakilan wanita
di dalam board of director dan merupakan salah satu aspek penting dalam
board diversity (Dutta dan Bose, 2006).
Banyak negara yang memfokuskan etika bisnis pada gender diversity
di dalam board of director untuk meningkatkan corporate governance.
Banyak negara di Eropa telah menerapkan regulasi tentang kuota
keterwakilan wanita di board of director di perusahaan terbuka (de Cabo,
2011). Norwegia, menjadi negara pertama yang menerapkan peraturan ini
yaitu 40% wanita di dalam anggota dewan. Spanyol dan Prancis akan
menerapkan peraturan tentang kuota keterwakilan wanita paling lambat tahun
2015 dan 2017. Parlemen Italia menyetujui kuota 30% untuk perusahaan
yang listing dan perusahaan milik negara. Belanda menerapkan kuota 30%
pada Januari 2016, sedangkan Belgia telah mengadopsi regulasi tentang kuota
gender harus 1/3 di perusahaan milik negara (selama 1 tahun) dan perusahaan
19
seperti Inggris Raya, Finlandia dan Swedia telah menerapkan peraturan untuk
menyeimbangkan gender di dalam keanggotaan dewan direksi (Visser, 2011).
Beberapa studi di dunia menunjukkan bahwa keterwakilan wanita di
dalam dewan direksi atau dewan komisaris masih sangat rendah. Berdasarkan
data dari Ethical Investment Research Service menunjukkan dari 1600
perusahaan di FTSE All World Developed Index, hanya 7% perusahaan yang
dipimpin oleh wanita. Hanya Norwegia (>25%) dan Swedia (mendekati 20%)
yang memiliki tingkat keterwakilan yang tertinggi dibandingkan dengan
Amerika Serikat (12,7%) dan Jepang memiliki tingkat keterwailan yang
sangat ekstrim yaitu 0,4%. Penelitian dari European Professional Women’s
Network (2006) melaporkan lebih dari 300 perusahaan top di Eropa,
menunjukkan rata-rata hanya 8,5% wanita berada di dalam board of director
dibandingkan dengan di Amerika Serikat yaitu 14,6% wanita berada di board
of director di perusahaan Fortune 500 pada tahun yang sama. Di Indonesia
sendiri berdasarkan data statistik Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi menunjukkan bahwa jumlah penduduk wanita yang bekerja
pada Agustus 2011 dalam jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan adalah
sebanyak 211.123 jiwa (18%) dari total 1.117.093 tenaga kepemimpinan dan
hanya mengalami perubahan 5% selama periode 2005-2011
(depnakertrans.go.id). Berdasarkan data Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia periode 2009-2014 menunjukkan bahwa dari total 560 anggota
dewan terdapat 101 anggota dewan berjenis kelamin wanita atau sebesar 18%
dari kuota yang telah ditetapkan yaitu 30% sesuai dengan Pasal 20 UU No.2
20
Untuk mempresentasikan gender di sektor perbankan, Quack dan
Hancke (1997) menunjukkan proporsi wanita dalam posisi manajer
mengalami penurunan di bank-bank komersial Uni Eropa. Mereka juga
menunjukkan adanya jarak antara proporsi wanita sebagai karyawan dan
keterwakilan mereka pada posisi manajer.
Berdasarkan kelangkaan wanita di dalam dewan direksi, banyak
peneliti di bidang bisnis telah mengeksplorasi gender diversity dan corporate
governance, walaupun secara umum fokus terhadap satu negara dan analisa
lintas industri, kecuali sektor perbankan. Sehingga hanya sedikit penelitian
tentang struktur governance di perusahaan perbankan. Perbankan memiliki
dua karakteristik yang lebih spesifik dari industri keuangan (de Cabo, 2011).
Pertama, secara umum bank lebih rumit dibandingkan jenis industri lainnya.
Kedua, adanya jaring pengaman untuk mencegah bank gagal menghasilkan
insentif yang kurang baik (moral hazard), dalam kasus bank yang menerima
kebijakan jaring pengaman maka akan menimbulkan resiko yang lebih
banyak (de Cabo, 2011). Kebijakan ini menunjukkan bahwa corporate
governance semakin penting bagi perbankan dengan melihat kecenderungan
resiko sistemik yang sangat potensial (European Central Bank, 2005).
Relevansi dari keberadaan wanita di dalam anggota dewan direksi dan
komisaris tidak hanya dilihat dari sisi etika bisnis tetapi juga dilihat dari
beberapa studi yang menyatakan hasil penelitian mereka memberikan
pengertian yang lebih baik pada corporate governance. Watson (1993) dan
Fondas dan Sassaloss (2000) berpendapat bahwa keberagaman gender dalam
21
dominan akan meningkatkan pengawasan terhadap kepentingan para
shareholder dengan pengelolaan manajemen yang lebih baik. Hal ini
dikarenakan wanita diharapkan memiliki tanggung jawab yang tinggi sebagai
direktur sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam hal mengawasi para
manajer (Fondas dan Sassaloss, 2000) dan beragamnya anggota dewan
direksi lebih efektif dalam mengidentifikasi masalah dan menghasilkan
banyak alternatif solusi (Watson, 1993). Wanita juga memiliki sikap
kehati-hatian yang tinggi, cenderung menghindari resiko dan lebih teliti dari pria
(Kusumastuti, 2006). Hal inilah yang membuat wanita lebih berhati-hati
dalam pengambilan keputusan dan dengan adanya wanita di dalam jajaran
direksi dikatakan dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan
beresiko rendah (Carter, 2003).
Di Indonesia sendiri board diversity menjadi hal yang menarik untuk
diteliti hal ini dikaitkan dengan corporate governance di Indonesia karena
masih ada anggapan bahwa pria lebih pantas menduduki posisi penting dalam
perusahaan (Kusumastuti, 2006) dan masih sedikit penelitian tentang gender
diversity di industri perbankan nasional. Masih sedikitnya wanita yang
ditempatkan di level puncak manajemen mungkin disebabkan adanya
pandangan yang berbeda terhadap penyebab kesuksesan yang diraih oleh pria
dan wanita. Kesuksesan seorang pria dianggap karena kemampuan atau
kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan wanita dianggap sebagai
keberuntungan (Crawford, 2006 dalam Kusumastuti, 2006). Namun pada saat
suatu pekerjaan tidak dilihat dari faktor keberuntungan, maka kesuksesan
22
maka kegagalan yang didapat oleh seorang pria disebabkan karena faktor
keberuntungan dan kegagalan yang didapat seorang wanita dikarenakan
ketidakmampuan (Crawford, 2006 dalam Kusumastuti, 2006). Hal ini
menyebabkan proporsi wanita dalam anggota dewan direksi dan komisaris
hanya sedikit.
Di Indonesia, pada tahun 2006 melalui Bank Indonesia mengeluarkan
peraturan tentang corporate governance untuk mengatur perbankan dalam
menjalankan usahanya. Berdasarkan peraturan corporate governance yang
berlaku di Indonesia, maka Indonesia mengadopsi sistem two-tier board dari
sistem yang ada di Belanda dan Amerika Serikat. Ini berarti ada dua dewan,
yaitu dewan direksi dan dewan komisaris. Untuk jenis perusahaan perbankan
maka ada yang dinamakan komite audit. Posisi dewan komisaris berada di
atas posisi dewan direksi dan posisi komite audit sejajar dengan dewan
direksi (Fitri, 2009).
Berpijak pada penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini karena penelitian tentang gender diversity pada
industri perbankan Indonesia masih sangat terbatas dengan bukti empiris
yang sedikit dan topik penelitian yang belum banyak dieksplorasi lebih jauh.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mateos de Cabo (2011)
untuk mengetahui hubungan antara resiko yang diasumsikan oleh bank, board
size dan tingkat pertumbuhan perbankan pada gender diversity di dalam
dewan direksi di industri perbankan Uni Eropa. Adapun perbedaan penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada uji statistik, software statistik
23
sedangkan penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Kemudian
software yang digunakan adalah SPSS 16.0 sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan STATA V9. Tahun penelitian yang digunakan adalah periode
2008-2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode
1998-2004. Dalam penelitian ini resiko bank menggunakan indikator Log Equity on
Total Asset sebagai pengukur tingkat leverage, untuk mengetahui seberapa
besar proteksi yang diberikan oleh bank terhadap nilai yang investasi oleh
stockholder kepada bank tersebut. Untuk variabel board size menggunakan
indikator jumlah anggota dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit
sesuai dengan Komite Nasional Kebijakan Governance (2006). Variabel
tingkat pertumbuhan bank menggunakan indikator growth rate of total assets,
untuk merefleksikan tingkat strategi pertumbuhan bank tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut dengan mengambil judul : Pengaruh Resiko Bank, Board Size dan
Tingkat Pertumbuhan Bank Pada Gender Diversity Di Perbankan yang
Listing di Bursa Efek Indonesia 2008-2010.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Sesuai dengan penjelasan latar belakang di atas, maka disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender
diversity?
24
3. Apakah tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap
gender diversity?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat disusun secara konsisten untuk
menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu :
1. Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity.
2. Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.
3. Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap gender
diversity.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak berikut :
• Kegunaan ilmiah
1. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan bagi peneliti yang berikutnya yang obyek penelitian
yang sejenis. Dan memberikan kontribusi pada literatur
tentang corporate governance pada industri perbankan
nasional.
• Kegunaan praktek
25
Penelitian ini diharapkan memberi pertimbangan berupa
kebijakan-kebijakan kepada pihak manajemen bank dalam
merekrut wanita ke dalam dewan komisaris, dewan direksi dan
komite audit serta dampaknya terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
2. Bagi Stakeholder
Penelitian ini diharapkan memberi masukan terhadap kinerja
wanita di dalam dewan komisaris, dewan direksi dan komite
audit, sehingga para stakeholder dapat memberi saran atau
masukan terhadap kinerja wanita di dalam dewan komisaris,
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Teori
Ada beberapa teori yang dapat digunakan dalam meneliti manfaat
gender diversity terhadap kinerja perusahaan. Beberapa teori yang berasal
dari berbagai bidang memberikan sudut pandang yang berbeda tentang
manfaat gender diversity terhadap sebuah perusahaan. Penelitian Carter
(2010) yang menggunakan beberapa teori dalam melakukan penelitian
hubungan antara board diversity dan kinerja perusahaan, yaitu resource
dependence theory, human capital theory, agency theory dan social
psychology, sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan dari berbagai
disiplin ilmu dan memakai empat teori yang diambil dari teori organisasi,
ekonomi dan sosial psikologi.
2.1.1 Agency Theory
Penelitian Fama (1980) mengungkapkan bahwa mekanisme
pengendalian internal mejadi alat yang sangat penting dalam menjaga
kepentingan para shareholder dan ini hanya dapat dilakukan ketika
pemantauan dilakukan dengan sangat baik. Pada penelitian Carter (2003)
mengindikasikan bahwa semakin banyak keberagaman dalam dewan
direksi/komisaris dapat memberikan pengawasan yang lebih baik kepada para
manajer karena board diversity dapat meningkatkan independensi dewan
27
Penelitian Hillman dan Dalziel (2003) menyatakan dalam
menjalankan fungsi pengawasan, para anggota direksi membutuhkan
kemampuan untuk memadukan antara pengalaman dan kapabilitas untuk
mengevaluasi manajemen dan menilai strategi bisnis.
Meningkatnya gender diversity dapat diartikan sebagai peningkatan
kualitas pengawasan dan pengendalian para manajer. Sehingga bank-bank
yang ingin meningkatkan gender diversity dalam dewan direksi dan komisaris
harus mencari direktur wanita diluar dari pool of candidates, karena sebagian
kandidat lebih senior dan homogen (Powell, 1999 dalam de Cabo, 2011).
2.1.2 Resource Dependence Theory
Beberapa penelitian menggunakan perspektif resource dependency
bahwa sebuah organisasi bekerja di dalam sebuah sistem yang terbuka dan
perlu untuk berubah dan memperoleh sumber daya tertentu untuk bertahan
hidup dan mendapatkan sumber daya, hal ini menciptakan ketergantungan
antara perusahaan dengan unit eksternal. Dalam konteks ini, keberagaman
yang tinggi dalam anggota direksi dapat memperluas jaringan dan kontak
serta membantu menempatkan perusahaan dalam jaringan dan hubungan
dengan perusahaan lainnya (Hillman, 2000 dalam de Cabo, 2011).
Resource dependency theory menawarkan fungsi dewan direksi yang
menyediakan manfaat kepada perusahaan dari hubungan dengan pihak luar,
yaitu memberikan saran dan konsultasi, legitimasi (Hillman dan Dalziel,
2003) dan saluran untuk mengkomunikasikan informasi dan mendapatkan
komitmen dan bantuan dari elemen penting dari luar perusahaan (Pfeffer dan
28
Resource dependency theory menyediakan dasar dari beberapa teori
untuk penelitian bisnis yang berhubungan dengan board diversity (Carter,
2010). Keberagaman secara umum dan perbedaan gender secara khusus,
dapat menciptakan informasi unik yang dapat membantu para manajemen
dalam membuat keputusan yang lebih baik. Anggota direksi yang beragam
dapat memberikan opini yang berbeda terhadap suatu masalah, sehingga
dapat menyelesaikan suatu masalah dan meningkatkan kualitas dari proses
pengambilan keputusan (Forbes dan Milliken, 1999 dalam de Cabo, 2011).
Namun, pentingnya manfaat dari gender diversity tergantung pada
tingkat strategi perusahaan (Hillman, 2000 dalam de Cabo 2011). Perusahaan
beroperasi pada lingkungan yang kompleks akan menghadapi ketergantungan
lingkungan yang luas dan lebih cenderung untuk menilai lebih jauh setiap
perspektif dan hubungan dengan pihak eksternal yang disediakan dari gender
diversity. Dengan demikian berdasarkan strategi yang berorientasi pada
pertumbuhan seharusnya dapat meningkatkan manfaat dari keterwakilan
wanita di dalam anggota dewan direksi.
2.1.3 Human Capital Theory
Ada sebuah asumsi umum yang menyatakan wanita tidak memiliki
kemampuan untuk mencapai posisi dewan direksi (Burke, 2000 dalam de
Cabo, 2011). Namun, yang sebenarnya adalah wanita itu sama saja dengan
pria pada beberapa hal termasuk tingkat pendidikan tetapi wanita tidak terlalu
berpengalaman dalam bidang bisnis (Terjesen, 2010).
Berdasarkan penelitian Carter (2010) yang menyatakan bahwa teori
29
keberagaman karena beragam dan unik. Faktanya, human capital theory
merupakan komplemen dari beberapa konsep yang berhubungan dengan
board diversiy yang merupakan penjabaran dari resource dependence theory.
Sebagai contoh, penelitian Robinson dan Deschant (1997) menyatakan bahwa
keberagaman dalam perusahaan (gender, ras dan usia) dapat meningkatkan
kreatifitas dan inovasi serta lebih efektif dalam memecahkan suatu masalah.
Namun, Carter (2010) memperingatkan bahwa berdasarkan teori
kontijensi, efek dari gender diversity bisa positif atau negatif tergantung
perspektif kinerja keuangan perusahaan, tergantung keadaan internal dan
eksternal yang berbeda dari perusahaan. Dalam hal ini, Aguilera (2008)
menunjukkan bahwa keefektifitas dari praktek corporate governances
(termasuk meningkatkan board diversity) mungkin tergantung pada ukuran
perusahaan, fase pertumbuhan atau penurunan yang merupakan
perkembangan perusahaan dan pemerintah yang mengatur aktifitas bisnis.
Adam dan Ferreira (2009) juga melaporkan bukti yang serupa, bahwa gender
diversity dalam direksi perusahaan konsisten dengan teori kontijensi,
walaupun direksi yang berbeda jenis kelamin merupakan pengawas yang
bagus yang cenderung memiliki karakteristik yang positif yang
kadang-kadang merugikan perusahaan.
2.1.4 Social Psychology Theory
Teori ini memprediksikan bahwa setiap individu yang memiliki status
mayoritas mempunyai potensi untuk menggunakan pengaruhnya terhadap
keputusan dalam grup (Westphal dan Milton, 2002 dalam de Cabo, 2011).
30
(1977) menyatakankan grup yang homogen dibangun oleh sebuah
kepercayaan dan orang-orang yang berada diluar grup dianggap sebagai
ancaman. Dengan demikian, menambahkan satu atau dua orang wanita
kedalam grup yang didominasi oleh para pria sama halnya dengan
meningkatkan fenomena tokenisme. Becker (1957) menyatakan bahwa
bekerja dengan anggota kelompok tertentu dapat membebankan biaya
non-moneter. Hasilnya output dari kelompok ini sangat rendah walaupun
produktifitas setiap anggota sangat tinggi. Di sisi lain, Westphal dan Milton
(2002) menyarankan anggota kelompok yang minoritas dapat mendorong
cara berpikir yang berbeda dalam proses pengambilan keputusan. Kim (2009)
menyatakan bahwa board diversity secara positif terkait dengan seberapa luas
dan cepatnya dari strategi yang dilaksanakan oleh pihak manajemen tingkat
atas.
2.2 Sektor Perbankan
Literatur dari penelitian pada anggota dewan direksi/komisaris masih
sangat terbatas, baik di luar negeri dan di Indonesia sendiri. Secara khusus,
komposisi dan tugas dari dewan direksi merupakan inti dari praktek
corporate governance di industri perbankan, tetapi gender diversity tidak
mendapat perhatian yang cukup. Faktanya, hanya beberapa penelitian yang
meneliti hubungan antara gender diversity dengan kinerja perbankan. Richard
(2000) meneliti tentang hubungan antara keberagaman ras, strategi bisnis dan
kinerja perbankan dan menemukan keberagaman ras dihubungkan dengan
strategi pertumbuhan dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan
31
Jackson (1989) berpendapat bahwa heterogenitas memberikan pengaruh
positif berupa pengambilan keputusan yang kreatif dan inovatif. Hal ini
menunjukkan bahwa bank yang lebih inovatif dipimpin oleh manajemen
tingkat atas yang berpendidikan tinggi yang berbeda latar belakang
pendidikan. Sementara itu, untuk penelitian tentang board diversity di
Indonesia hanya di perusahaan manufaktur saja tetapi penelitian di
perusahaan perbankan sangat terbatas sehingga topik tentang board diversity
sangat relevan untuk diteliti agar dapat mengetahui kondisi perbankan yang
memiliki dewan direksi dan dewan komisaris yang berjenis kelamin wanita
memiliki kinerja yang baik atau tidak.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah review penelitian terdahulu :
Tabel 2.1
Review penelitian terdahulu
PENELITI JUDUL HASIL
Richard, O.C 2000
Racial diversity, business strategy and firm performance : A resource based review.
meneliti tentang hubungan antara
keberagaman ras, strategi bisnis dan kinerja perbankan dan menemukan keberagaman ras dihubungkan dengan strategi pertumbuhan dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan kontribusi untuk menciptakan nilai bagi para manajer bank
Ruth Mateos de Cabo, et al 2011
Gender Diversity on European Bank’s Board of Director
Bank yang memiliki lebih banyak wanita di dewan direksi merupakan bank yang resikonya lebih rendah dan hutangnya sedikit.
Bank yang memiliki lebih banyak wanita di dalam dewan direksi dapat lebih mengontrol para manajernya untuk tidak melakuakn moral hazard.
32
anggota dewan direksi lainnya lebih menyukai homogenitas. relationship between gender diversity and corporate performance
Tinggi nya tingkat keterwakilan wanita di sector energy dan minyak mempunyai hubungan positif dengan ROA, ROE dan GM serta mempunyai hubungan negative dengan nilai pasar, ROS dan ROAN, walaupun tidak signifikan. Berbeda dengan sector energy dan minyak, keterwakilan wanita di sector consumer goods dan real estate mempunyai hubungan positif dengan kinerja perusahaan tetapi tidak signifikan.
Keterwakilan wanita di industi manufaktur, konstruksi dan bahan mentah mempunyai hubungan positif dengan market value dan negative terhadap ROA. Keterwakilan wanita di industri jasa menunjukkan negative dengan ROS dan ROE serta ROA.
Perusahaan yang memiliki keseimbangan antara wanita dan pria di dalam anggota dewan direksi memiliki kinerja yang lebih baik disbanding yang tidak seimbang.
Allen
N.Berger, et al, 2011
Executive board composition and bank risk taking
1. Semakin muda anggota dari anggota
eksekutif maka semakin berorientasi dengan semakin tinggi resiko yang diambil.
2. Eksekutif wanita lebih memilih ke bank yang stabil.
3. Keterwakilan eksekutif dengan gelar Ph.D dapat mengurangi pengambilan
33
2.4 Pengembangan Hipotesis
Rendahnya keterwakilan wanita dalam anggota dewan direksi
biasanya dihubungkan dengan fenomena glass ceiling. Yaitu sebuah setting
yang berupa prosedur, struktur, hubungan khusus atau kebiasaaan yang
menyulitkan wanita untuk mencapai posisi puncak dalam suatu perusahaan
(Powell dan Butterfield, 1994). Hal ini juga terjadi di dalam industri
perbankan luar negeri maupun nasional.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi rendahnya keterwakilan
wanita dalam anggota dewan direksi karena mereka lebih menghindari resiko
daripada pria (de Cabo, 2011). Hal ini juga dipertimbangkan oleh beberapa
peneliti lainnya yang menunjukkan wanita tidak merefleksikan keadaan
ekonomi saat ini dan menjadi faktor utama yang menyebabkan ada glass
ceiling dalam perusahaan. Lebih lanjut lagi, Schubert (1999) menemukan
bahwa di dalam kontekstual pengambilan keputusan keuangan, sikap wanita
yang cenderung menghindari resiko sehingga bisa menjadi faktor dari
diskriminasi secara statistical terhadap wanita (wanita dinilai rata-rata di
dalam grup dan bukan di nilai secara individual) di dalam perusahaan
(Phelps, 1992 dalam de Cabo, 2011). Hal ini menunjukkan ketika perusahaan
atau bank berasumsi ada tingkat resiko yang signifikan, mereka tidak
menyukai memperkerjakan wanita di dalam keanggotaan dewan direksi, hal
ini terjadi saat wanita tidak mempunyai kemampuan dalam membuat
keputusan yang beresiko yang dapat membuat bank tersebut sukses (de Cabo,
34
bahwa dewan direksi lebih homogen ketika perusahaan menghadapi
lingkungan yang beresiko. Berdasarkan uraian, maka kami simpulkan
hipotesis :
H1 : Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity.
Tipe kebiasaan yang sering ditemukan di dalam dewan direksi (Pearce
dan Zahra, 1992 dalam de Cabo, 2011) adalah adanya kemungkinan
sedikitnya keterwakilan wanita di dalam anggota dewan direksi yang kecil
merupakan bias dari grup yang homogen, ketika heterogenitas menjadi inti
permasalahan dari konflik dan menyulitkan dalam pengambilan keputusan
dalam anggota dewan direksi. Adams dan Ferreira (2007) menyatakan bahwa
beberapa CEO akan lebih memilih anggota dewan direksi yang kecil dan
homogen, hal ini diambil karena dapat mengurangi proses pengawasan dewan
direksi. CEO lebih tertarik pada dewan direksi yang homogen karena para
CEO akan lebih mudah untuk berteman dengan para direksi, yang mana
biasanya didominasi oleh para pria yang berimplikasi pada wanita yang
dianggap sebagai unsur pengganggu.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa diversity, terutama pada
gender, telah diperkenalkan secara luas dengan meningkatnya jumlah direksi
dan independen dalam prakteknya. Hal ini sesuai dengan ditemukannya
dalam dewan direksi yang anggotanya banyak dengan tingkat keterwakilan
wanita yang tinggi sebagai direksi independen berarti lebih beragam
(Brammer, 2007 dalam de Cabo, 2011). Robinson dan Dechant (Kusumastuti,
2006) memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris yang berkaitan
35
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang marketplace, di mana hal
ini berhubungan dengan demografi supplier dan customer perusahaan yang
juga beragam. Kedua, diversity dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi.
Ketiga, diversity menghasilkan alternative pemecahan masalah yang efektif.
Keempat, diversity dapat meningkatkan efektifitas dalam kepemimpinan
perusahaan. Kelima, diversity dapat meningkatkan hubungan global yang
semakin efektif. Berdasarkan uraian tersebut, maka disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.
Berdasarkan literatur tentang diversity juga memberikan pentingnya
akuntansi sebagai variabel untuk menilai budaya keberagaman dalam
perusahaan (de Cabo, 2011). Sehingga dapat ditentukan ada hubungan yang
mungkin terjadi antara gender diversity dan strategi pertumbuhan bank, yang
mana cara yang paling mudah diidentifikasi dari laporan tahunan bank.
Dalam industri jasa keuangan terutama pada perbankan, pertumbuhan
yang sangat cepat melalui merger dan akuisisi menghasilkan ketidakefisienan
dalam beroperasi, yang mana memberikan efek negatif pada kinerja
perusahaan (Hopkins dan Hopkins, 1997 dalam de Cabo, 2011). Ketika
bank-bank berorientasi pada pertumbuhan dihadapkan dengan masalah efisiensi,
mereka mungkin lebih proaktif dalam meningkatkan jumlah direksi wanita,
hal ini mungkin sejalan dengan perspektif dan isu-isu yang menyatakan
wanita yang cenderung mempertimbangkan proses pengambilan keputusan
dan menghasilkan keputusan yang lebih baik (Bear, 2010). Board diversity
36
perspektif resource-dependence, ini akan lebih meningkatkan kesempatan
keberagaman jaringan kerja (Hambrick dan D’Aveni, 1992 dalam de Cabo,
2011). Lebih jauh lagi, perushaan yang beroperasi pada lingkungan yang
kompleks akan tumbuh positif dan mendapatkan hasil yang signifikan ketika
mereka memiliki jumlah pekerja wanita yang banyak (Francoeur, 2008).
Alasan lain tingginya keterwakilan wanita dalam dewan direksi pada
bank dengan growth-oriented berasal dari perspektif diskriminasi Becker
(1957). Pada tipe tasted-based discrimination yang artinya perusahaan akan
lebih memilih keuntungan yang sedikit daripada mempromosikan wanita ke
dalam dewan direksi. Jika bank memiliki strategi pertumbuhan yang tinggi
akan menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi atau akan menghadapi
masalah efisiensi dalam beroperasi, mereka mungkin bersedia membayar atau
kehilangan pendapatan daripada tidak bekerja dengan wanita, sehingga
memungkinkan mereka mempunyai banyak keberagaman dalam dewan
direksi ketika mereka bebas memilih para wanita untuk bekerja dalam dewan
direksi. Dalam penelitian tentang diskriminasi pada dewan direksi di
perusahaan-perusahaan Spanyol, de Cabo (2011) menemukan bahwa
perusahaan dalam kondisi pasar yang kompetitif memiliki tingkat
keterwakilan wanita yang lebih tinggi. Peneliti menginterpetasikan ini adalah
manifestasi dari teori diskriminasi Becker, bahwa dalam pasar yang
kompetitif, diskriminasi tidak lagi diterima sejak tidak memberikan efek
ekonomi. Berdasarkan uraian, maka dapat disimpulkan :
H3 : Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap
37
2.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka kerangka
konseptual penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.6 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka maka dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Resiko bank berpengaruh negatif terhadap gender diversity.
H2 : Board size berpengaruh positif terhadap gender diversity.
H3 : Tingkat pertumbuhan bank berpengaruh positif terhadap
gender diversity.
Resiko bank
Gender diversity Board size
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data historis. Penelitian ini menggunakan
jenis data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank yang listing di
Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010 yang dipublikasikan secara umum
serta tercantum dalam Direktori Perbankan yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia.
3.1.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang diteliti (Mustofa,
2001). Populasi penelitian ini adalah bank yang listing di Bursa Efek
Indonesia. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi, dimana sampel
yang baik adalah sampel yang dapat mewakili sebanyak mungkin criteria
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk
memilih sampel adalah :
• Bank yang sudah go public terdaftar di BEI 2008-2010.
• Bank yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode
39
• Bank yang memiliki sedikitnya 1 orang wanita di dalam dewan
komisaris, dewan direksi dan komite audit selama 2008-2010.
• Data yang tersedia harus cukup, lengkap dan baik serta bisa diolah
dan dapat diakses melalui web BEI dan web bank bersangkutan.
3.1.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data dokumentasi
yaitu data annual report bank yang go public dan dipublikasikan selama
periode 2008-2010.
3.1.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1. Variabel Dependen
Gender diversity sebagai variabel dependen diukur dengan proporsi
jumlah wanita di dalam keanggotaan dewan karena di Indonesia menganut
two-tier board structure yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi dan
komite audit pada setiap badan hukumnya.
2. Variabel Independen
. Untuk menguji hubungan antara board diversity dan resiko bank akan
menggunakan indikator Log Equity on Total Assets sebagai pengukur tingkat
leverage, variabel ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar proteksi
yang diberikan bank terhadap nilai investasi yang diinvestasikan oleh pihak
lain kepada bank tersebut.
Board size dimasukan sebagai variabel independen karena mewakili
40
memberi manfaat dan mereka memilih anggota dewan dengan jumlah kecil
dan homogen.
Growth rate of total asset dari 2008-2010 dimasukkan sebagai
indikator variabel independen dari tingkat pertumbuhan bank.
Berdasarkan uraian di atas maka disusun tabel operasionalisasi variabel
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Tabel operasional variabel
Variabel Definisi operasional Indikator Skala
Resiko bank (X1) Mengukur tingkat
proteksi yang
Board size (X2) ukuran anggota
dewan di perusahaan
Gender Diversity (Y) Jumlah wanita di dalam dewan
Total anggota wanita
/ total anggota
dewan
41
3.2 Metode Analisis
3.2.1 Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data
penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu gender diversity,
resiko yang diasumsikan oleh bank, board size dan tingkat pertumbuhan
bank. Deskripsi variabel tersebut disajikan untuk mengetahui nilai rata-rata
minimum, maksimum dan standar deviasi dari variabel yang diteliti. Mean
digunakan untuk menghitung rata-rata variabel yang diteliti. Maksimum
digunakan menghitung jumlah atribut paling banyak diungkapkan disektor
perbankan. Analisis deskriptif bertujuan untuk pengujian hipotesis. Selain itu
juga dilakukan uji asumsi klasik.
3.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang diperoleh
dalam penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar
dan pengujian yang dilakukan antara lain :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan grafik normal
probability plot dan pengujian one sample Kolmogorov Smirnov, yaitu
untuk membandingkan antara distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
42
Uji multikolinearitas ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
kemiripan yang akan menyebabkan terjadinya korelasi, antara variabel
independen yang satu dengan variabel independen lainnya dalam satu
model. Apabila sebagian atau seluruh variabel independen berkorelasi
kuat berarti terjadi multikolinearitas. Uji ini dapat dilakukan dengan
menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value
tiap-tiap variabel independen (Gozali, 2005).
3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model
regresi penyimpangan variabel bersifat konstan atau tidak. Untuk
menguji ada tidaknya heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat
digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Apabila grafik yang
ditunjukkan dengan titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu
maka telah terjadi heterokedastisitas dan apabila polanya acak tersebar
maka tidak terjadi heterokedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji ini muncul karena adanya observasi yang berurutan sepanjang
waktu yang berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pada periode tertentu
dengan variabel sebelumnya. Uji ini dapat dilakukan dengan
43
berdasarkan nilai Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson dihitung
berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor gangguan
yang berurutan.
3.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk
mengetahui kelinieritas variabel terikat dengan variabel bebasnya, selain itu
juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang ekstrim. Analisis regresi
linear berganda terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel
independen. (idmatgokil.wordpress.com).
Persamaan regresi adalah sebagai berikut :
GD = β0 + β1RISK + β2BSIZE + β3GROWTH + e
Keterangan :
GD : Gender diversity
β0 : Konstanta
RISK : Resiko yang diasumsikan oleh bank
BSIZE : Board size
GROWTH : Tingkat pertumbuhan bank
β 1- β3 : koefesien regresi
e : error
3.3 Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap variabel independen
pada variabel dependen (H1, H2, dan H3) digunakan alat analisis regresi
44
adalah uji koefisiensi regresi simultan (uji F), pengujian signifikan parameter
individual (uji t) dan Koefisien Determinan (Uji R2).
3.3.1 Uji F
Pengujian ini bertujuan untuk menguji secara signifikan hubungan
resiko bank, board size dan tingkat pertumbuhan bank pada gender diversity
di dalam anggota dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit. Jika nilai
signifikan F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif tidak dapat ditolak
atau dengan α = 5% variabel independen secara statistik mempengaruhi
variabel dependen secara bersama-sama (Ghozali, 2005). Langkah-langkah
yang dilakukan adalah (Gujarati, 2003):
1. Merumuskan Hipotesis (Ha) Ha diterima: berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
2. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.05 (α=0,05). 3. Membandingkan F
hitung dengan Ftabel
Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 2003): F hitung = R2 / (k-1)
(1-R2) / (N-k)
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi
k = Banyaknya koefisien regresi
N = Banyaknya observasi
• Bila F hitung < F tabel, variabel independen secara
45
• Bila F hitung > F tabel, variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika
probabilitas kurang dari 0,05.
5. Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien ini
menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang
digunakan mampu menjelaskan dependennya.
3.3.2 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk menguji secara signifikan dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Apabila tingkat signifikan
yang diperoleh (p-value) lebih kecil dari 0,05 maka H0 dapat ditolak atau
dengan α = 5 % variabel independen tersebut berhubungan secara statistik
terhadap variabel dependen. Uji t ini pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas (independen) secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
3.3.3 Uji R2
Koefisiensi determinan (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
kemampuan model dapat dalam menerangkam variasi dependen. Nilai
koefiensi determinan antara nol dan satu. Nilai (R2) yang paling kecil berarti
kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan variasi variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Secara umum koefisiensi determinasi untuk
46
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisiensi determinan yang tinggi.
Kelemahan dari penggunaan koefisiensi determinan ini adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh
karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted
(R2) pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Nilai adjusted
(R2) dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam
model.
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan dianalisis
menggunakan statistik dengan bantuan program SPSS 16 untuk melakukan
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum dan Deskriptif Data Obyek Penelitian
4.1.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan perbankan nasional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan
periode 2008-2010. Pada periode ini terdapat 84 bank, akan tetapi setelah
dilakukan metode purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan
dalam penelitian ini 69 perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia. Data diambil dari annual report bank-bank tersebut. Terdapat 15
sampel yang digugurkan yaitu karena data bank tersebut tidak memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. Berikut adalah data bank yang dijadikan
sampel penelitian.
5 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk
6 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk
7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
8 BMRI Bank Mandiri Tbk
48
10 BNII Bank International Indonesia Tbk
11 BNLI Bank Permata Tbk
12 BSWD Bank Swadesi Tbk
13 BVIC Bank Victoria International Tbk
14 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk
15 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
16 MEGA Bank Mega Tbk
17 NISP Bank OCBC NISP Tbk
18 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
19 SDRA Bank Himpunan Saudara Tbk
20 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
21 MCOR Bank Capital Indonesia Tbk
22 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk
23 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
4.1.2.Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka berikut didalam
Tabel 4.2 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai
maksimum, nilai minimum dan standar deviasi untuk masing-masing
variabel.
Tabel 4.2
Deskripsi Variabel Penelitian Bank-Bank Sampel
Descriptive Statistics
49
Pada Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 69 sampel data yang diambil dari
annual report yang dipublikasi oleh perusahaan perbankan yang tercatat di
BEI dari periode 2008 sampai 2010.
Data rasio GENDER_DIVERSITY terendah (minimum) adalah 0,010
yaitu AGRO dan BBRI pada tahun 2008 dan yang tertinggi (maksimum)
adalah 0,375 yaitu AGRO pada tahun 2010. Kemudian rata-rata (mean)
gender diversity adalah 0,13686. Sementara standar deviasi 0,073589
menunjukkan simpangan data yang relatif kecil, karena nilainya yang lebih
kecil daripada mean-nya. Dengan tidak besarnya simpangan data,
menunjukkan bahwa data variabel GENDER_DIVERSITY dikatakan cukup
baik.
Data rasio RISK yang terendah (minimum) adalah -1,222 yaitu BBKP
pada tahun 2010 dan yang tertinggi (maksimum) adalah -0,41 yaitu AGRO
pada tahun 2008. Kemudian rata-rata RISK adalah -0,95249 dan standar
deviasi 0,233549 menunjukkan simpangan data relatif kecil, karena nilainya
lebih kecil daripada mean-nya.
Data nominal BSIZE yang terendah (minimum) adalah 7 yaitu BNBA
pada 2009 dan 2010, sedangkan yang tertinggi (maksimum) adalah 27 yaitu
BNGA pada tahun 2010. Rata-rata BSIZE adalah 15,14 dan standar
deviasinya adalah 5,001 menunjukkan simpangan data relatif kecil karena
50
Data rasio GROWTH yang terendah (minimum) adalah -0,132 yaitu
AGRO pada tahun 2008 dan yang tertinggi (maksimum) adalah 0,626 yaitu
BTPN pada tahun 2009. Rata-rata GROWTH adalah 0,17772 dan standar
deviasinya adalah 0,143794 menunjukkan simpangan data relatif kecil karena
nilainya lebih kecil daripada mean-nya.
4.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi
data normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang termudah
untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal.
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal,
akan tetapi jika kesimpulan normal tidaknya data hanya dilihat dari grafik
histogram, maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel
yang kecil. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dan distribusi normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
51
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Gambar 4.2
Normal Probability Plot
52
Grafik probabilitas pada gambar 4.2 diatas sekilas memang terlihat
normal karena distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normalnya.
Namun biasanya hal ini menyesatkan oleh karena itu analisis statistik
digunakan untuk memastikan apakah data tersebut benar-benar normal.
Pengujian normalitas data secara analisis statistik dilakukan dengan
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Secara multivariat pengujian
normalitas data dilakukan terhadap nilai residualnya. Data yang berdistribusi
normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic significance diatas 0,05 (Ghozali,
2007). Hasil pengujian normalitas data terlihat dalam Tabel 4.3
Tabel 4.3
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06769397
Most Extreme Differences Absolute .118
Positive .118
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z .980
Asymp. Sig. (2-tailed) .292
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012.
Berdasarkan tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel
penelitian RISK, BSIZE dan GROWTH mengikuti distribusi normal dengan
53
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005). Dalam
penelitian ini menggunakan persamaan regresi GENDER_DIVERSITY =
f(RISK, BSIZE, GROWTH). Untuk mengetahui apakah terjadi
multikolinearitas dapat dilihat dari VIF yang terdapat pada masing-masing
variabel seperti terlihat pada tabel 4.4, berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012 Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 RISK .880 1.136
BSIZE .918 1.090
GROWTH .951 1.051
54
Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah
jika mempunyai nilai Tolerance dibawah 1 dan nilai VIF dibawah 10. Dari
tabel tersebut diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance
berada dibawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10. Dengan demikian
dalam model ini tidak ada masalah multikoliniearitas. Kesimpulan ini
didukung dengan hasil koefisien korelasi antar variabel seperti pada tabel 4.5
di bawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Besaran Korelasi antar Variabel
Coefficient Correlationsa
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012
Melihat besaran (koefisien) korelasi antar variabel diatas, tampak
korelasi masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikoliniearitas yang serius.
4.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
55
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan
disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005).
Untuk menentukan heterokedastisitas dapat menggunakan grafik
scatterplot, titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi
maka tidak terjadi heterokedastisitas dan model regresi layak digunakan.
Hasil ujia heterokedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot
ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut ini :
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
56
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi
heterokedastisitas. Akan tetapi analisis dengan grafik plot memiliki
kelemahan dalam keakuratan dalam menginterpretasikannya, oleh sebab itu
perlu dilakukan uji statistik untuk lebih menjamin keakuratan hasil.
Uji Glejser test adalah salah satu uji statistik digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas. Glejser menyarankan untuk
meregresi nilai absolut dari ei terhadap variabel X (variabel bebas) yang
diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan δi2.
Berdasarkan output SPSS maka hasil uji heterokedastisitas dapat
ditunjukkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser
57
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.6 tersebut nampak
bahwa semua variabel bebas menunjukkan hasil yang tidak signifikan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas tersebut tidak
terjadi heterokedastisitas dalam varian kesalahan.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi
dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak
berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya
atau nilai periode sesudahnya.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W diatas +2 berarti ada auotkorelasi negatif.
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012. Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), GROWTH, BSIZE, RISK
58
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik
Durbin-Watson sebesar 1,343 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
baik positif maupun negatif karena nilai D-W terletak diantara -2 dan +2.
4.3 Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menguji hipotesis-hipotesis dengan metode analisis
regresi berganda (multiple regression). Sesuai dengan rumusan masalah,
tujuan dan hipotesis dalam penelitian ini, metode regresi berganda
menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel
independen dalam suatu model prediktif tunggal. Analisis ini digunakan
untuk menghitung besarnya hubungan resiko bank, board size dan tingkat
pertumbuhan bank yang merupakan variabel independen pada gender
diversity yang merupakan variabel dependen.
4.3.1 Uji Koefesien Determinasi (R2)
Koefesien determinasi (R2) menjelaskan proporsi variabel terikat yang
dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersamaan. Nilai koefesien
determinasi berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Bila nilai R2 semakin mendekati satu
maka variabel bebas yang ada semakin besar dalam menjelaskan variabel
terikat, tetapi bila nilai R2 mendekati 0 maka variabel bebas semakin kecil
59
Tabel 4.8
Hasil Pengujian Koefesien Determinasi
Sumber : data sekunder yang diolah, 2012.
Mengacu pada Insukrindo (1998) dalam Ghozali (2005) penggunaan
nilai adjusted R2 dianjurkan pada saat mengevauasi model regresi, hal ini
dikarenakan adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan ke dalam model. Dari hasil pengujian hipotesis
diperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,115, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel independen bisa menjelaskan sebesar 11,5
persen terhadap variabel dependen, sedangkan sisanya sebesar 88,5 persen
dijelaskan oleh faktor lain diluar model persamaan regresi. Sedangkan
Standar Error of Estimate (SEE) sebesar 0,069239. Makin kecil nilai SEE
akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
4.3.2 Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hasil
pengujian pengaruh simultan dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut. Model Summary