• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DOSIS PUPUK DOLOMIT DAN SP 36 T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH DOSIS PUPUK DOLOMIT DAN SP 36 T"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK DOLOMIT DAN SP-36

TERHADAP JUMLAH BINTIL AKAR DAN HASIL TANAMAN

KACANG TANAH DI TANAH LATOSOL

Sumaryo dan Suryono 1)

ABSTRACT

P

1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Sursakarta

PENDAHULUAN

eanut is one of legume which most inceptible to the less of Ca, Mg and P elements. Dolomite is the tertilizer which supporting the available of the three elements mentioned above. This research is for find out the accurate dose of dolomite and SP-36 on peanut.

The experimentwas conducted in oxisol soil, Jumantono village (110 m elevation) from September to November 2000 by Randomized Completely Block Design (RCBD) with the factors: dolomite fertilizer dose (controll, 100 kg/ha, 200 kg/ha and 300 kg/ha) and SP-36 fertilizer dose (100 kg/ha, 200 kg/ha and 300 kg/ha).

Dolomite fertilizer incrreasing the number of root nodule, dry weight of straw, number of fill pods, fresh and dry weight of pod. Dolomite in 300 kg/ha, was obtained the yield 32,02 g/plant (0,5 kg/m2).

SP-36 just significantly to the increasing of dry weight of pod only. The highest yield 33,65 g/plant) was obtained by dolomite 100 kg/ha and SP-36 200 kg/ha.

Key word: peanut, dolomite and P

Tanah Latosol merupakan tanah yang telah mengalami pelapukan yang intensif, bereaksi asam dan terjadi pencucian yang kuat terutama basa-basa K, Ca dan Mg. Kendala lain untuk budidaya pertanian adalah kekurangan unsur hara P akibat terjadinya fiksasi oleh mineral lempung kaolinit dan ion-ion Fe dan A1 akibat pH yang rendah (Dar-mawijaya, MI. 1992; Harjowigeno, S. 1993).

Dolomit merupakan pupuk yang berasal dari endapan mineral sekunder yang banyak mengan-dung unsur Ca dan Mg dengan rumus kimia CaMg (CO3)2. Pupuk dolomit di samping menambah Ca

dan Mg dalam tanah juga memperbaiki keasaman tanah serta meningkatkan ketersediaan unsur yang lain misalnya M0 dan P (Anonim, 1982; Wibowo, Z.S., 1983).

Pupuk SP-36 merupakan pupuk P dalam bentuk super pospat yang mengandung 36% P2O5 yang di dalam tanah tidak segera tersedia dan se-bagian terfiksasi (Jutono, 1987).

(2)

Tanaman yang kekurangan Ca, Mg dan P pertumbuhan dan hasilnya rendah. Kekurangan Ca akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, sedangkan apabila kekurangan Mg kerja enzim dalam cyclus asam sitrat yang pen-ting untuk respirasi terhambat dan kekurangan P dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar dan pertumbuhan generatif (Wijaya Adi, 1983; Sutarto et.al., 1987).

Tanaman kacang tanah menduduki rangking pertama dari tanaman kacang-kacangan yang lain yang sangat peka terhadap kekurangan Ca, Mg dan P (Sadikin Somoatmodjo, 1983).

Dari dasar tersebut di atas maka perlu diteliti dosis pupuk dolomit dan SP-36 yang tepat.

BAHAN DAN METODE

1. Jenis dan Lokasi

Penelitian Penelitian ini merupakan perco-baan lapang yang dilaksanakan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar dengan jenis tanah Latosol lahan kering. Perco-baan dimulai bulan September sampai dengan Nopember 2000.

2. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan da-lam percobaan ini adalah rancangan faktorial de-ngan pola dasar Rancade-ngan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Faktor yang diuji adalah dosis pupuk dolomit dan dosis pupuk SP-36. Faktor I: dosis pupuk dolomit yang terdiri dari 4 taraf D0 tanpa pupuk dolomit, D1 pupuk dolomit 100 kg/ ha, D2 pupuk dolomit 200 kg/ha, D3 pupuk dolomit 300 kg/ha, Faktor II: dosis pupuk SP-36 terdiri atas 3 taraf. P1: pupuk SP-36 100 kg/ha, P2: pupuk SP-36 200 kg/ha, P3: pupuk SP-36 300 kg/ha.

Dari dua faktor tersebut diperoleh 12 kom-binasi perlakuan yang masing-masing komkom-binasi perlakuan diulang 3 kali.

3. Tatalaksana Penelitian a. Persiapan tanah

Tanah yang dipergunakan untuk percobaan diolah dengan cara dicangkul kemudian dibagi

dalam 3 blok. Blok-blok tersebut dibuat tegak lu-rus dengan arah kesuburan tanah. Setiap blok diba-gi menjadi 12 plot. Jarak antar blok 60 cm jarak antar plot dalam satu blok 40 cm. Setiap plot ber-ukuran (2 x 3) m.

b. Pemupukan

Pemberian pupuk dolomit dan SP-36 sesuai dengan perlakuan, diberikan setelah terbentuk plot-plot penelitian dengan cara disebar kemudian diaduk secara merata. Pemberian pupuk KCl dan ZA masing-masing sebanyak 100 kg/ha, diberikan satu hari sebelum tanam.

c. Penanaman

Pada plot-plot yang sudah terbentukk dibuat lubang tanam sedalam 5 cm dengan cara ditugal dengan jarak tanam (25 x 25) cm dan setiap lubang ditanami dua benih kacang tanah.

d. Penjarangan

Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, masing-masing lubang tanam disisakan satu tanaman.

e. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan karena tidak terjadi serangan hama dan penyakit yang berarti.

f. Pendangiran dan penyiangan

Pendangiran dan penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu.

g. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada tanggal 25 Nopember 2000.

h. Parameter pengamatan

Parameter yang diamati: jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jumlah polong isi berat polong basah, berat polong kering.

i. Analisis data

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis sidik ragam

Jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jumlah polong isi berat polong basah, berat polong kering disajikan pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam

Perla-vs: very signicant (berpengaruh sangat nyata) s : significant (berpengaruh nyata)

ns: non significant (berpengaruh tidak nyata) Hasil analisis di atas menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata dari dosis dolomit terhadap semua parameter yang diamati, sedangkan pe-ngaruh dosis pupuk P tidak berpepe-ngaruh nyata pa-da semua parameter kecuali berat polong kering dan pengaruh tidak nyata dari interaksi keduanya terhadap semua komponen yang diamati kecuali juga pada berat polong isi.

Pengaruh sangat nyata dari dosis pupuk do-lomit pada semua parameter yang diamati dikare-nakan pemberian dolomit dapat menambah unsur hara Ca dan Mg yang di dalam tanah Latosol sa-ngat rendah sampai rendah serta dimungkinkan da-pat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Pengaruh tidak berbeda nyata dari perlakuan pemberian SP-36 terhadap jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jumlah polong isi dan berat po-long basah dikarenakan kelarutan SP-36 sangat lama terutama pada pengelolaan tanah secara ke-ring dan kesemuanya faktor ini merupakan faktor pertumbuhan serta lahan yang digunakan sudah sering dilakukan pemberian pupuk P, dan efek pu-puk P lebih dari satu musim tanam, sedangkan ter-hadap berat polong kering pengaruh perlakuan pemberian SP-36 berbeda nyata dalam meningkat-kannya, hal ini dikarenakan berat polong kering

merupakan komponen hasil dimana unsur hara P lebih cenderung pengaruhnya terhadap komponen hasil.

Pengaruh interaksi dari perlakuan pemberian dolomit dan SP36 tidak berpengaruh nyata pada semua parameter kecuali berat polong kering. Hal ini dikarenakan pemberian dolomit memacu tersedianya unsur hara P, sehingga hanya dapat berat polong kering.

B. Hasil uji DMRT

Hasil analisis DMRT dan perlakuan dosis dolomit terhadap jumlah bintil akar, berat brang-kasan kering, jumlah polong isi berat polong basah, berat polong kering disajikan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Analisis DMRT dari perlakuan dosis do-lomit terhadap jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jumlah polong isi, berat polong basah, berat polong kering.

Pupuk

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sa-ma menunjukkan beda tidak nyata.

(4)

dan sifat fisik maka peningkatan hasilpun tercapai seperti terlihat pada tabel 2 yang tercermin pada berat brangkasan kering, jumlah polong isi berat polong basah, berat polong kering.

Hasil analisis DMRT dari perlakuan dosis SP-36 terhadap berat polong kering disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Analisis DMRT dari perlakuan dosis SP-36 terhadap berat polong kering Pupuk SP-36 kg/ha Berat polong kering

100 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan beda tidak nyata

Unsur hara P berfungsi dalam proses per-tumbuhan awal dan perper-tumbuhan akhir. Sifat ka-rakteristik dari pupuk SP-36 sulit larut atau lama larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 be-lum dapat digunakan secara maksimal oleh tanam-an, maka parameter pertumbuhan awal dan per-tumbuhan menengah kurang terpengaruh pupuk SP-36, sedangkan pada pertumbuhan akhir secara nyata sangat terpengaruhi oleh pemberian SP-36 yang tercermin pada berat polong kering.

Hasil analisis DMRT, interaksi antara perla-kuan dosis dolomit dan pupuk SP-36 terhadap berat polong kering, disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil analisis DMRT dari Interaksi antara dosis pupuk dolomit dan SP-36 terhadap berat kering polong

Dolomit kg/ha

SP-36 (kg/ha)

100 200 300

0

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan beda tidak nyata

Pemberian pupuk SP-36 dalam tanah dan pemberian pupuk dolomit mempunyai sifat yang berbeda-beda. Penyediaan P yang didapatkan dari SP-36 sangat lambat, sedangkan penyediaan un-sur hara Ca dan Mg yang berasal dari pupuk dolo-mit relatif cepat tersedia sehingga bisa terjadi in-teraksi hanya pada taraf pertumbuhan akhir atau pada pertumbuhan generatif dan pada hasil akhir tanaman yang terlihat dalam penelitian ini pada parameter berat polong kering. Di samping itu, di-mungkinkan karena kation Ca dan Mg dolomit da-pat meningkatkan penyerapan ion phosphat dan sebaliknya ion phosphat dari SP-36 dapat memacu penyerapan ion Ca dan Mg.

KESIMPULAN

1. Pemberian pupuk dolomit meningkatkan jumlah bintil akar dan hasil kacang tanah yang terlihat pada parameter jumlah bintil akar, berat brang-kasan kering, jumlah polong isi, berat polong basah, berat polong kering.

2. Pemberian pupuk SP-36 meningkatkan hasil ka-cang tanah yang terlihat pada berat polong kering, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jumlah polong isi, dan berat polong basah.

3. Terjadi interaksi antara pemberian pupuk Do-lomit dan pupuk SP-36 dalam peningkatan be-rat polong kering, tetapi tidak berinteraksi dalam jumlah bintil akar, berat brangkasan kering, jum-lah polong isi dan berat polong basah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1982. Dolomit Pupuk Alam Untuk Ta-nah Asam. PT Polowijo Gosari. Sekapuk Sidayu, Gresik. Jawa Timur. 32 h.

Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Ga-djah Mada University Press. Yogyakarta. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan

(5)

Jutono, 1987. Prosiding Seminar Alternatif Pe-laksanaan Program Pengapuran Tanah-tanah Mineral Masam Di Indonesia. Fa-kultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 159 h.

Nurhayati Hakim, A. Yusup Nyakpa; A.M. Lubis; S.G. Nugraha; Rusdi Saul; Amin Diha; Go Ban Hong dan H.V. Baily, 1983.

Dasar-dasar Ilmu Tanah. Unlam. Lam-pung. 488 h.

Sadikin Somaatmadja. 1983. Kacang Tanah. Yasaguna. Jakarta. 45 h.

Sutarto, Sri Hutami Supriati. 1987. Pengaruh

Pe-ngapuran dan Pemupukan Terhadap Per-tumbuhan dan Produksi Kacang Tanah dalam Penelitian Pertanian. Volume 7 (Nomor l). H. 48-51.

Wibowo, Z.S., 1983. Pengaruh Mg Tanah Dan Pemupukan Mg Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Hasil Penelitian Pertanian Indo-nesia. Februari 1985. Vol. m. (Abstr). Widjaja-Adhi, I.P.G., 1983. Pengapuran Tanah

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam
Tabel 3. Analisis DMRT dari perlakuan dosis SP-36 terhadap berat polong kering

Referensi

Dokumen terkait

Jika suatu £4 tambahan dalam biaya produksi (termasuk laba) kini diperlukan pada B agar memproduksi satu quarter lagi, sesang pada A ini dapat diproduksi dengan £3 3/4 , maka ia

Hal tersebut cukup menunjukkan ketidakkonsistenan dari kinerja ekspor dan juga daya saing dari komoditi furniture rotan Indonesia yang memang dipengaruhi oleh adanya

Tabel 5 menunjukkan jumlah dan persentase biakan MBC hasil perlakuan induksi mutasi dengan EMS yang tetap tumbuh pada media seleksi yang mengandung asam fusarat 30, 45, dan 60

tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh indikator keyakinan terhadap kemampuan belajar matematika yang dimiliki siswa, rasa ingin mencoba mengerjakan soal-soal matematika,

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Belimbing Wuluh Averhoa bilimbi Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Histologi Pankreas Tikus Rattus norvegicus yang Diinduksi Streptozotocin

Kayu merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat umum digunakan masyarakat.Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan dikarenakan kayu mudah diperoleh di berbagai

5 Penelitian terdahulu mengenai perilaku perencanaan investasi oleh (Pritazahara dan Sriwidodo, 2015) mengenai perencanaan investasi terdapat pengaruh yang signifikan

Peran pemerintah dalam pengolahan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat Desa Ngampelsari adalah pertama penyuluhan dari lurah dengan memberikan motivasi untuk menjaga