MANAJEMEN MODAL KERJA
Pendahuluan Likuiditas
Likuiditas vs profitabilitaas Kebijakan modal kerja
Tujuan instruksional khusus
1. Mengerti dan memahami pentingnya
tas bagi perusahaan
2. Memahami bagaimana hubungan anatara
likuiditas dengan profitabilitas
3. Memahami berbagai kebijakan modal kerja
Pendahuluan
Manajemen modal kerja adalah
manajemen dari seluruh komponen curent asset(aset lancar) dan current liability
(hutang lancar) perusahaan. Aktivitas ini menghabiskan sebagian besar waktu
manajer keuangan karena perubahan kotinyu setiap level komponennya.
Piutang, tambahan persediaan, kontrak penjualan, peningkatan hutang,
penurunan pembelian dan manajemen kas untuk membayar pajak dan rekening lainnya. Manajer harus memantau hal-hal tersebut dan akun lainnya untuk
Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan konversi dari suatu aset ke dalam kas dengan
kerugian minimal
Perubahan persediaan, piutang, investasi pada surat berharga jangka pendek, kas, hutang dagang, dan hutang pajak
berhubungan erat dengan perubahan aktivitas penjualan perusahaan.
Perusahaan menggunakan aset likuid untuk membayar pemasok karyawan dan kreditor. Jumlah dan komposisi modal kerja
perusahaan dapat mempengaruhi beban kemampuan bayar dari hutang jangka
pendeknya. Dengan mencoba
Manajer keuangan dapat memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kelebihan dan kekurangan likuiditas
1. Kelebihan
a. Perusahaan yang likuid dapat mengambil keuntungan dari
kesempatan bisnis.
Contoh
perusahaan yang likuid dapat mengambil
kesempatan untuk mendapatkan potongan
b. Likuiditas dapat mengurangi resiko.
tingkat return yang diharapkannya
2. Kekurangan
b. Biaya implisit dari likuiditas, adalah opportunity cost atau biaya modal perusahaan. Contoh bila suatu
perusahaan
membayar 15% modal pertahun, maka
biaya implisit dari likuiditas adalah 15%
Likuiditas Vs Profitabilitas
Bagaimanapun peningkatan dalam likuiditas menyebabkan penurunan
dalam keuntungan yang di- harapkan. Sebagaimana umumnya aset dengan likuiditas tinggi memiliki return
diharapkan yang rendah dan sebaliknya aset dengan likuiditas rendah memiliki return diharapkan yang tinggi.
Contoh, Menyimpan kas memberi
perusahaan likuiditas yang maksimum, tetapi tidak ada return. Mesin yang
digunakan dalam produksi memberikan likuiditas yang rendah, tetapi
Kita harus mencari berapa besar likuiditas yang harus disediakan agar disatu sisi
memiliki return diharapkan yang tinggi dan disisi lain perusahaan tidak mengalami
kekurangan kas dalam rangka memenuhi kewajiban jangka pendeknya, hal ini sering disebut dengan trade off. Secara grafis
kepentingan likuiditas dengan profitabilitas dapat dilihat berikut:
Profitabilitas
Kebijakan modal kerja
Kebijakan modal kerja berhubungan dengan manajemen dari aset lancar
dan hutang lancar atau secara formula dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Ratio = Current asset/current liabilities
ada 2 jenis kebijakan modal kerja, 1. Kebijakan konservatif, yakni kebijakan
modal kerja yang menekankan likuiditas
di atas profitabilitas
2. Kebijakan Agresif, yakni kebijakan modal kerja yang menekankan
Gambar kebijakan modal kerja, pengaruhnya thd CR dan NWC
Current Asset
Conservatif
Agresif
Sebagaimana disinggung di depan bahwa current ratio mengukur likuiditas
perusahaan, current ratio yang besar berarti bahwa perusahaan memiliki
potensi untuk membayar current liabilities dengan menggunakan current assetnya. Dengan kata lain perusahaan dalam
keadaan likuid.
Net working capital merupakan current
asset dikurangi current liablilities. TA=CL+LTD+EQUITY
CA+FA= CL+LTD+EQUITY CA-CL=LTD+EQUITY-FA
Manajer keuangan biasanya berfikir bahwa NWC sebagai CA kurang CL, hal ini berarti selisih antara LTD plus EQUITY dengan FA. Kondisi ini
mengingatkan kita bahwa NWC
dipengaruhi oleh LTD pada neraca.
Manajemen modal kerja selama inflasi
Inflasi menurunkan daya beli uang
karena meningkat- nya harga rata-rata barang dan jasa. Komponen dari aktiva lancar dan hutang lancar bereaksi secara berbeda terhadap perubahan daya beli, tergantung apakah komponen tersebut adalah monetery atau nonmonetary
Monetary asset
1. Cash and bank deposits 2. Marketable securities
3. Account and notes receivable
Monetary liabilities
1. Account and notes payable 2. Accrued expenses
3. Bank loans
4. Long term debt 5. Preferred stock
Posisi monetary
Purchasing power gain and losses
Karena nilai uang dari item monetary adalah fixed dalam rupiah, maka inflasi akan membawa pada penurunan daya beli(kerugian moneter) dalam monetary asset dan peningkatan daya beli
(Keuntungan moneter) dalam monetary liablities. Perbedaan antara keduanya adalah dalam rupiah yang konstan.
Secara umum dampak inflasi terhadap posisi monetary adalah sebagai berikut:
Posisi Dampak
inflasi
Net monetary asset Net purchasing
Contoh
Anggaplah bahwa selama periode 12 bulan, index harga konsumen
(digunakan untuk mengukur inflasi),
meningkat dari 264 pada 31 Desember 2001 menjadi 295,7 pada 31 Desember 2002. Tingkat inflasi selama periode
tersebut adalah rasio dari index akhir dibagi dengan index awal dikurangi dengan 1 atau Tingkat inflasi (TI) =
(295,7/264)-1 = 0.12 atau 12% secara
formula dapat dirumus kan berikut:
TI = ( IHKt+1/IHKt )-1
dimana, IHKt +1 : index harga konsumen pada periode t+1
Contoh perhitungan dampak inflasi
19X1 19X2
Cash and receivable $580 $600
Inventory 186 200
Plant and equipment 256
300
Accumulated deprec. (80)
(100)
retained earning 355
Purchasing power (daya beli)
Loss on monetary asset
Jumlah awal (19X1) $580
Rasio harga 1.12
Jumlah awal (19X2) $649.6 Jumlah awal aktual 580
Purchasing power loss $
Gain on monetary liabilities
Jumlah awal (19X1) $297 Tingkat inflasi 1.12
Jumlah awal (19X2) $332.64 Jumlah awal aktual 297
Purchasing power gain $
35.64