A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah yang selalu menarik untuk dibahas, karena pendidikan adalah salah satu bidang yang mendapatkan perhatian serius baik dari pemerintah, masyarakat, maupun para ahli pendidikan dalam usaha merealisasikan pembangunan bangsa dan Negara. Melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan serta mengembangkan potensinya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:1) menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.
Berbicara tentang pendidikan, tentu tidak terlepas dari peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk interaksi belajar mengajar, baik antara guru dengan guru lainnya, guru dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik dan lingkungannya. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya menuju perkembangan yang seutuhnya.
Pendidikan merupakan salah satu tugas manusia sebagai ibadah kepada-Nya, hal ini terdapat dalam firman Allah QS. Az- Zariyat : 56
ننوددبدععييلن الليإن سينعإنلعاوي نليجنلعا تدقعليخي اميوي
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Sumber: Alhikmah Surabaya, 2012)
Pendidikan juga merupakan salah satu asset terpenting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan pola pikir dan pengetahuan manusia menjadi berkembang sehingga IPTEK semakin maju. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa: “tujuan dari pendidikan itu ingin menimbulkan atau menyempurnakan perilaku dan membina kebiasaan sehingga siswa terampil menjawab tantangan situasi hidup secara manusiawi” (Nurul Huda, 2006: 8). Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang pada hakikatnya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 berbunyi:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”.
itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi.
Salah satu bentuk pendidikan formal adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu. Di sekolah, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada setiap jenjang pendidikan. Salah satu pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan adalah pelajaran Pendidikan Agama Islam baik di lembaga pendidikan Islam maupun umum.
Pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan potensi siswa menuju jalan kehidupan yang disediakan oleh Allah SWT dan siswa sendiri yang akan memilih, memutuskan, dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan yang telah dipelajari dan dipilihnya. Oleh karena itu segala kegiatan interaksi metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu berpegang pada tujuan pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berhasil sesuai yang dikehendaki.
Dalam menumbuhkembangkan potensi diri tentunya melalui adanya proses pembelajaran, sebab proses pembelajaran merupakan proses pengubahan status siswa dari lack of knowledge to knowledge. Keberhasilan proses pembelajaran ditunjukkan dengan terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu.
pendidikan agama Islam merupakan pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam yaitu beberapa bimbingan dan asuhan terhadap siswa, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, siswa dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat. Oleh sebab itu, pemerintah menjadikan PAI sebagai salah satu mata pelajaran, dimana pelajaran ini hanya dipelajari oleh pemeluk agama Islam saja. Di dalam pelajaran PAI terdapat beberapa materi pokok, materi pokok tersebut sudah ditentukan dan dituangkan dalam bentuk silabus. Salah satu materi pokoknya yaitu tentang Qanaah Dan Tasamuh yang merupakan materi pokok yang berada di kelas IX SMP.
Seiring dengan berkembangnya zaman, guru masa kini dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran. Tujuannya adalah agar pembelajaran yang dihasilkan berlangsung efektif, memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan memaksimalkan potensi belajar siswa. Menurut Sardiman, guru merupakan fasilitator pembelajaran yang memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, membimbing penelusuran siswa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memperluas pemahaman mereka, dan mendorong siswa untuk menyampaikan pemikiran mereka itu. (Sardiman A.M, 2009:146).
pembelajaran di kelas-kelas terlihat monoton, tetapi dapat dilakukan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan serta dapat mengatasi perbedaan individual siswa, sehingga pembelajaran dirasakan lebih bermakna bagi siswa.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap suatu pelajaran, sehingga akan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik (Aunurrahman, 2009:143). Diantara beberapa model pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok berbeda dengan kerja kelompok yang seperti biasanya. Dimana model ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok dan merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre), yang dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dan dalam model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam proses pembelajaran dimana siswa dapat mengembangkan daya pikirnya, selain itu dapat juga membiasakan siswa untuk bersaing dan bertukar pikiran mempertanggungjawabkan hasil pekerjaaan yang diberikan.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok ini, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Metode ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam memahaminya.
B. Identifikasi Masalah
Dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Minat siswa terhadap pembelajaran masih kurang.
b. Kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga membuat sebagian siswa terlihat pasif dalam proses pembelajaran.
c. Model dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum berpengaruh terhadap hasil dan minat belajar Pendidikan Agama Islam Siswa siswa.
d. Ada beberapa siswa yang hasil belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu (7,5).
e. Adanya kemungkinan keberhasilan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok berpengaruh pada minat belajar siswa dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dipilih, yaitu:
a. Apakah penerapan Model Pembelajaran Tipe Keliling Kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Telagawaru Tahun Pelajaran 2016/2017?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
c. Untuk mengetahui sejauh mana Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Telagawaru Tahun Pelajaran 2016/2017.
d. Untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok terhadap minat hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP Islam Telagawaru kelas IX Tahun Pelajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan konstruktif untuk memperluas pengetahuan tentang model pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok.
2. Secara praktis
meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kelas.
b. Bagi siswa, sebagai sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil dan belajar Pendidikan Agama Islam dan minat belajar Pendidikan Agama Islam.
c. Bagi peneliti, sebagai wawasan dan pengetahuan baru yang sangat berguna ketika mengajar nanti.
d. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam rangka meningkatkan mutu dan memperbaiki proses pembelajaran terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-istilah yang digunakan dalam judul ini maka perlu adanya penegasan istilah. Penegasan istilah dalam judul ini adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok
2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan siswa berubah dalam sikap dan tingkah lakunya yang diperoleh dari proses belajar. Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
G. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka hasil hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok terhadap hasil dan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa Sekolah Menengah Pertama Islam Telagawaru.
H. KAJIAN TEORETIS
1. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian
Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif atau kerjasama dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, yang menekankan manusia adalah makhluk sosial. Kooperatif atau kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup, karena tanpa kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah dan tanpa kerjasama kehidupan ini akan punah.
Pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang menekankan berfikir, berlatih, bertindak demokratis, pembelajaran aktif, saling memberi dan menerima. Sesuai dengan pendapat Ibrahim dkk (2000:19), yang menyatakan bahwa suatu kerangka teoritis dan empiris yang kuat pembelajaran kooperatif yang mencerminkan pandangan manusia belajar dari pengalaman mereka dan berpartisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokratis dan keterampilan logis.
anggota kelompoknya, dengan demikian kesulitan siswa akan lebih mudah dipecahkan
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berkembang dari konsep belajar konstruktivisme, dimana pendekatan konstruktivisme dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada keterpaduan antara konsep kognitif dan sosial yang biasa disebut dengan teori belajar Vygosty. Teori Vygosty adalah salah satu teori belajar sosial yang sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif, karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaksi sosial. Slavin yang dikutip oleh Rusman mengatakan, “model pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang memperbolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis”.
Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Berkenaan dengan pengelompokkan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas:
1) Minat dan bakat siswa,
2) Latar belakang kemampuan siswa,
3) Perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar belakang kemampuan siswa.
Menurut Thompson, et al. (dalam Lie A, 2002), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atas 5 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 2008:270).
Ide pembelajaran kooperatif muncul dari filosofi yang mengemukakan agar seseorang dapat belajar, maka ia harus mempunyai teman atau pasangan dalam belajar sehingga teman belajar tersebut dapat diajak untuk memecahkan masalah (Slavin, 2008:272). Pemikiran yang melandasi hal tersebut adalah sifat manusia yang saling membutuhkan. Kondisi tersebut juga terjadi dalam pendidikan karena siswa tidak dapat mengisolasi dirinya sendiri dari komunitas kelas. Oleh karena itu setiap siswa harus dapat bekerja sama dengan siswa lain.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode mengajar dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik pengajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang, dimana anggota bersifat heterogen dipandang dari segi etnis, jenis kelamin dan hasil belajar. Mereka bekerja sama dan saling membantu tugas-tugasnya yang diberikan oleh guru.
siswa saling membantu dalam proses pembelajaran. Adanya rasa tanggung jawab kepada sesama kelompok, sehingga semua siswa benar-benar memahami materi dengan baik.
Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Adapun unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie (2008:31) adalah sebagai berikut:
1) Positive interdependence, artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan.
2) Personal responsibility, artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.
3) Face to face promotive interaction, artinya antara anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
4) Interpersonal skill, artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi, agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pada umumnya memiliki ciri-ciri:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi pelajaran;
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda-beda;
4) Penghargaan berorientasi pada kelompok daripada individu. c. Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arkundato (2007:134-142), pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Adapun keuntungan dari model pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) Siswa mempunyai taggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran;
2) Meningkatkan prestasi akademik dan kehadiran di kelas; 3) Memperbaiki perilaku dan kehadiran di kelas;
4) Meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa;
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok a. Pengertian
Menurut pendapat Lie (2008: 64) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran cooperatif tipe keliling kelompok (Round Club) adalah masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota lain memilikikesempatan untuk berbicara”.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok (Round Club) bertujuan untuk melatih kerja sama dalam membangunsebuah konsep. Pada kegiatan ini peserta didik tidak hanya duduk mendengarkan pemikiran dari teman diskusinya, akan tetapi setiap peserta didik mampu memberikan pemikirannya secara bergiliran dan mereka mendiskusikan untuk mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga setiap peserta didik aktif, bertanggung jawab, dan ikutberpartisipasi. Semua tahapan tersebut diharapkan peserta didik dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalampembelajaran PAI.
Anita (2010:163) mengatakan bahwa “ keliling kelompok (Round club)) adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep menyelesaikan persoalan atau inkuiri”.
Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain sehingga dapat saling membantu dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif sering terjadi ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara, sebaliknya ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.
Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok. Menurut Miftahul Huda yang sejalan dengan pendapat Isjoni dan Lie, mengatakan bahwa “teknik keliling kelompok masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain”.
Siswa mengumpulkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan dari buku untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam LKS secara bersama-sama, masing-masing siswa bertanggung jawab untuk memahami apa yang telah mereka kerjakan. Setelah selesai mengerjakan LKS, salah seorang perwakilan kelompok yang terpilih maju untuk mempresentasikan jawaban mereka di depan kelas kemudian anggota berikutnya dalam kelompok itu juga ikut memberikan kontribusinya sehingga semua anggota kelompok mendapat giliran untuk memberikan kontribusinya dalam mempresentasikan hasil kelompoknya, dan kelompok lainnya menanggapi jawaban temannya. Diakhir semua kegiatan diadakan diskusi kelas dan tanya jawab, sehingga pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok ini dapat:
a) Meningkatkan pembelajaran yang positif
Pembelajaran dengan menggunakan teknik keliling kelompok membiasakan siswa bekerja menurut paham demokrasi, member kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
b) Memaksimalkan waktu
c) Meningkatkan pemikiran yang kreatif dan kritis, karena teknik ini dapat berbagi keahlian dan ide, memberi saran umpan balik untuk menjawab permasalahan yang diberikan, siswa berlomba-lomba mengemukakan ide kreatif dan bersama-sama menyatukan ide tersebut.
d) Memupuk kesabaran
Teknik keliling kelompok dapat mengembangkan kesabaran siswa untuk menunggu gilirannya memberikan pendapat. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok membiasakan siswa bekerja menurut paham demokrasi dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab serta menghargai pendapat orang lain.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok (Round Club)
Menurut Lie, (2008:63) langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe keliling kelompok (Round Club) sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar. 2) Guru membagi siswa menjadi kelompok.
3) Guru memberikan tugas atau lembar kerja.
4) Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
6) Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
c. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok (Round Club)
Menurut Sefra (2006:76) kelebihan pembelajaran Tipe keliling kelompok (Round Club) sebagai berikut:
1) Adanya tanggung jawab setiap kelompok.
2) Adanya pemberian sumbagan ide pada kelompoknya. 3) Lebih dari sekedar belajar kelompok.
4) Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran.
5) Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala. 6) Dapat membina dan memperkaya emosional.
Menurut Sefra (2006:76) kelemahan Pembelajaran Tipe keliling kelompok (Round Club) sebagai beriku :
1) Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok. 2) Suasana kelas menjadi ribut.
3. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam a. Belajar
Menurut Hilgard (Suyono dan Hariyanto 2011:12) “Belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu siatuasi”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk keterampilan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan dan daya pikir.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Hamalik (2006:30) adalah “Bila seseorang belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Menurut Erman S (Taniredja dkk, 2010:69) : Hasil belajar mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa komunikasi, interaksi, kreativitas, dan sebagainya. Prestasi belajar adalah sebagian dari hal tersebut, yaitu berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
c. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (2007:28) “Tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar”. Sistem pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan sistem pembelajaran adalah agar peserta didik dapat belajar. d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2004:39) “Hasil belajar yang dicapai Peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri peserta didik itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam diri peserta didik, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya. Peserta didik harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk dapat mencapainya.
J. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
pembelajaran dengan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik dan situasi yang nyata dalam proses belajar mengajar di kelas dengan harapan kegiatan tersebut dapat meningkatkan hasil proses belajar mengajar.
Kemmis dan McTaggart (2005: 154) mengatakan bahwa “penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya”
Wardhani (2011:1.4) menyatakan bahwa:
“Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh seorang yang terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.”
Adapun Mills (Wardhani, dkk, 20.4) mendefinisikan bahwa:
“Penelitian tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “reflective practice” yang berdampak positif dalam berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar peserta didik.”
2. Desain Penelitian
Metode penelitian ini melalui siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu:
a. Perencanaan.
b. Pelaksanaan tindakan. c. Observasi.
d. Refleksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :
Siklus I :
1) Perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan PTK yang terdiri dari:
Menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Membuat pokok bahasan.
Membuat rencana pelaksanaan pengajaran (RPP).
Membuat lembar observasi.
Membuat alat evaluasi.
2) Pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan tindakan yang mengacu pada perencanaan PTK yaitu sebagai berikut:
a) Pra tindakan
Mengucapkan salam dan berdoa.
Mempersiapkan bahan ajar.
Guru menyampaikan indikator pembelajaran.
Guru menyampaikan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran yang akan dipeljarai.
b) Tindakan
Guru menjelaskan mengenai Qanaah dan Tasammuh.
Guru menyajikan pelajaran.
Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota kelompok yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya, sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjaawab kuis, tidak boleh saling membantu.
Memberi evaluasi.
Penutup.
3) Observasi guru dan peneliti melakukan pengamatan dan pengumpulan data mengenai kegiatan proses pembelajaran dari implementasi tindakan yang dirancang.
4) Refleksi yaitu melakukan analisis data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan serta merancang proses perbaikan sesuai dengan hasil analisis data, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II :
mendeskripsikan perbaikan perbaikan apa saja yang akan dilakukan pada siklus II.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Telagawaru. Pemilihan lokasi berdasarkan atas alasan masalah yang akan diteliti di sekolah bersangkutan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Islam Telagawaru. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa. 5. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Islam Telagawaru tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa yang terbagi dalam dua kelas. Kedua kelas ini terdiri dari kelas IX1 berjumlah 20 siswa dan kelas IX2 berjumlah 18 siswa. Karena jumlahnya relative sedikit maka seluruh populasi diambil sebagai subyek penelitian (tidak memakai system sampling)
6. Kehadiran dan Peran Peneliti
yakni pengamatan di mana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan subjek dan peneliti berperan serta dalam melakukan proses belajar mengajar dengan menentukan tercapainya hasil belajar peserta didik yang lebih baik.
Penelitian ini tidak lepas dari peran guru sebagai wali dari kelas yang tersebut yang memberikan banyak bantuan kepada peneliti dari mulai observasi sampai dengan berlangsungnya penelitian. Peneliti bekerjasama untuk mendapatkan data hasil dan minat belajar PAI tentang Qanaah dan Tasammuh.
7. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
b. Tes
Tes ini dilakukan pada dua kelas yang satu kelas akan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi dengan pengajaran yang biasa dilakukan guru sebagai kelas kontrol. Tes dilakukan pada akhir pertemuan yang dikerjakan secara individu untuk melihat perbedaan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan instrumen tes hasil belajar. Instrumen tes hasil belajar dalam penelitian ini adalah pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir).
1) Pre-test (tes awal) adalah tes hasil belajar PAI yang dilakukan sebelum adanya perlakuan, pre-test digunakan untuk mengumpulkan data awal hasil belajar PAI peserta didik sehingga menunjukan bahwa kelompok penelitian berawal dari titik tolak yang sama.
2) Post-test (tes skhir) adalah hasil belajar PAI yang dilakukan setelah melalui model kooperatif tipe keliling kelompok atau setelah dilakukan siklus I dan II, post-test digunakan untuk mengumpulkan data akhir hasil belajar PAI peserta didik.
c. Uji Validitas
Sugiyono (2007:182) menjelaskan bahwa:
“Untuk instrument yang berbentuk tes, penguji validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrument yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.”
Jadi validitas isi adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan, kemudian dibantu dengan kisi-kisi instrumen, yang isinya telah mewakili keseluruhan materi yang akan diteskan. Berkenaan dengan hal ini peneliti meminta dua orang dosen dan guru ahli sebagai validator.
8. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga hasilnya dijadikan bahan untuk analisis. Data dalam penelitian ini memberikan gambaran mengenai hasil dan minat minat peserta didik dalam pembelajaran PAI dengan penggunaan model kooperatif tipe keliling kelompok.
Data yang dikumpulkan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran. Data yang diperoleh melalui instrument yang telah dikumpulalkan sebelumnya diolah menjadi dua jenis dan data yaitu secara kuantitatif dan kualitatif.
a. Kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun untuk menganalisis keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran hendaknya setelah proses belajar mengajar memberikan evaluasi berupa soal mengarang untuk menghitung menggunakan rumus :
1) Menghitung nilai rata-rata (mean) dengan rumus:
x=
∑
fixifi
Keterangan :
x=nilairata−rata
∑
fixi=Total nilaiinterval kelasi=¿Frekuensiinterval kelas f¿
2) Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal, dimana indikator ketuntasan belajar yang ditentukan yakni 85 % dengan rumus :
TB=
∑
s≥n x100 Keterangan :
TB=Ketuntasan belajar
∑
s ≥75=Jumlah siswa yang nilainya ≥75(KKM)n=Jumlah sisw a
3) Menghitung peningkatan hasil belajar dengan rumus:
N−Gain= skor post test−skor pre test
skor maksimum−skor pre test
Tabel 1
0,30 ≤ N-Gain < 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
Hake (dalam Setiawan, 2013:55) b. Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang dimaksud untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang dilakukan. Data kualitatif diperoleh dari aktivitas terhadap peneliti dan aktivitas terhadap peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model kooperatif tipe keliling kelompok.
Ketuntasan aktivitas belajar peserta didik digunakan rumus presentase sebagai berikut:
P=F
N x100 Keterangan:
P = Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik F = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh Peserta didik
Tabel Presentase Ketuntasan dan Klasifikasi
Presentase Kategori
0-19% Sangat rendah
20-39% Rendah
40-59% Sedang
60-79% Tinggi
≥80% Sangat tinggi
Menilai kemampuan guru berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh observe terhadap kemampuan guru digunakan kategori sebagai berikut:
Kurang baik = 1,0 – 1,9 Cukup baik = 2,0 – 2,9 Baik = 3,0 – 3,9 Amat baik = 4.0
(Sumber: Budininggarti dalam Julkifli, 2013:33)
K. Sistematika Penulisan
Skripsi ini tediri dari 5 (lima) BAB, yaitu:
BAB I: Berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Definisi Operasional.
dan Objek Penelitian, Populasi dan Sampel, Kehadiran dan Peran Peneliti, Rancangan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
BAB IV: Bab ini memaparkan tentang sejarah sekolah, kondisi sarana dan prasarana sekolah, keadaan siswa; guru dan karyawan. Selain itu, bab ini berisi hasil, analsis dan pembahasan data yang diperoleh dari hasil penelitian.