• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOSORPSI ION SENG(II) OLEH SERBUK AKAR ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) TERIMMOBILISASI PADA KALSIUM ALGINAT | Wulandari | Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia 8758 21128 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BIOSORPSI ION SENG(II) OLEH SERBUK AKAR ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) TERIMMOBILISASI PADA KALSIUM ALGINAT | Wulandari | Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia 8758 21128 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

2016

Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret

ISSN 2503-4146 ISSN 2503-4154 (online)

140

BIOSORPSI ION SENG(II) OLEH SERBUK AKAR ECENG

GONDOK (

Eichhornia crassipes

) TERIMMOBILISASI PADA

KALSIUM ALGINAT

Puspita Ratri Wulandari

1*

1Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, email: puspitarw@gmail.com

Received: 17 June 2016 Accepted: December 1, 2016 Online Published: December 30, 2016

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai biosorpsi ion Seng(II) dengan menggunakan biosorben kalsium alginat terimmobilisasi serbuk eceng gondok. Penelitian ini diawali dengan preparasi dan karakterisasi biosorben dengan menggunakan FTIR. Parameter biosorpsi yang dipelajari meliputi massa biosorben, pH, waktu kontak dan konsentrasi awal ion Seng(II). Kadar ion Seng(II) dalam larutan diukur dengan menggunakan Spektroskopi Serapan Atom.Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi ion Seng(II) optimum pada massa biosorben 2,01 g, pH larutan 5,5, konsentrasi awal ion Seng (II) 200 ppm dan waktu kontak 120 menit. Konstanta laju biosorpsi adalah sebesar 1,469 x 10-5 menit-1 dan mengikuti persamaan kinetika biosorpsi

pseudo orde satu. Kapasitas biosorpsi sebesar 34,88 mg/g. Biosorpsi ion Seng(II) mengikuti isoterm Langmuir dan melibatkan adsorpsi kimia (kemisorpsi) dengan energi adsorpsi sebesar 27,14 kJ.

Kata kunci: serbuk eceng gondok; kalsium alginat; Immobilisasi; Biosorpsi; Seng(II)

ABSTRACT

The research on biosorption Zinc (II) ion was done by using biosorbent calcium alginate powder immobilized hyacinth. The study started with the preparation and characterization of the biosorbent using FTIR. The parameters of biosorption were studied; mass of biosorbent, pH, contact time and initial concentration of zinc (II) ions. Concentration of zinc ion (II) in solution was measured using Atomic Absorption Spectroscopy. Results showed the ion biosorption Zinc (II) used biosorbent in the optimum mass of 2.01 g, pH 5.5, the initial concentration of zinc ions (II) of 200 ppm and a contact time of 120 minutes. Biosorption rate constant was 1.469 x 10-5 min-1 and followed the pseudo first order rate kinetics. The capacity of biosorption was found to be 34.88 mg/g. Biosorption of Zinc (II) ion also followed the Langmuir isotherm and it involved chemical adsorption (chemisorption) with the adsorption energy of 27.14 kJ

Keywords: powder hyacinth; calcium alginate; immobilization; biosorption; Zinc (II)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan industri di Indonesia

yang melaju dengan cepat memberikan

dampak positif di bidang perekonomian. Di

sisi lain ternyata juga membawa pengaruh

negatif bagi kesehatan masyarakat. Dari

proses industri yang berlangsung dihasilkan

(2)

logam berat. Limbah logam berat antara

lain nikel, merkuri, krom, timbal, perak,

besi, seng, cadmium, dan sebagainya.

Sebagian besar logam berat

mem-bentuk garam yang terlarut dalam air dan

membentuk campuran yang sulit

dipisah-kan dengan metode pemisahan secara

fisik. Dikarenakan sulitnya membersihkan

lingkungan yang tercemar logam berat

tersebut, diperlukan kontrol pencemaran

ling-kungan dengan membatasi kandungan

maksimum logam berat sebelum dibuang

ke badan air.

Teknik adsorpsi sudah banyak di

lakukan dalam berbagai penelitian. Tren

pengembangan adsorben pada

tahun-tahun terakhir adalah pencarian adsorben

baru yang memanfaatkan bahan yang

bersifat limbah atau hasil samping suatu

produk[1]. Salah satu bahan yang

berpo-tensi sebagai adsorben adalah jaringan

tanaman. Metode adsorpsi dengan

meman-faatkan tanaman yang telah mati

(bio-massa) merupakan metode alternatif yang

tidak membutuhkan biaya besar dan efektif

untuk mengadsorp logam[2]. Dalam

pene-litian ini dilakukan eksperimen biosorpsi

pada logam Seng (II) dengan

meman-faatkan biomassa eceng gondok yag

terimmobilisasi pada Kalsium Alginat.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah Natrium alginat,

CaCl2·2H2O, akar eceng gondok yang

dike-ringkan, larutan ion logam Seng(II), NaOH

penelitian ini adalah alat-alat gelas yang

umum digunakan, Spektrofotometer Infra

Merah Shimadzu FTIR 8201 PC,

Spekt-rofotometer Serapan Atom Perkin Elmer

3000, oven, pH meter, kertas saring

What-man 42, neraca digital ACIS AD 300H,

shaker, ayakan 150 mesh, dan magnetic stirer.

Prosedur Penelitian

Persiapan pembuatan biomassa serbuk eceng gondok

Tanaman eceng gondok dipisahkan

dari tanah dan dicuci. Bagian akar dan

daun dipisahkan dari batangnya dan

dikeringkan pada oven dengan suhu 90°C

hingga diperoleh berat konstan. Sampel

yang telah dikeringkan kemudian ditumbuk

sampai halus dan disaring dengan

meng-gunakan ayakan 150 mesh. Sampel dicuci

dengan menggunakan HCl 0,01 M dan

akuabides hingga netral. Sampel

dikeri-ngkan dengan oven pada suhu 50 - 60°C

sampai diperoleh berat konstan.

Immobilisasi serbuk eceng gondok pada kalsium alginat

Natrium alginat sebanyak 2 g

dila-rutkan dalam 0,1 L akuabides dan

ditam-bahkan 3 g serbuk akar eceng gondok ke

dalamnya. Akar tersebut kemudian dialirkan

ke dalam 500 mL larutan CaCl2·2H2O 0,1

M. Campuran tersebut kemudian diaduk

dengan menggunakan magnetic stirrer se-hingga gel kalsium alginat akan terbentuk

ketika larutan sudah stabil. Gel tersebut

ke-mudian dikeringkan dalam suhu kamar dan

(3)

Penyiapan larutan stok ion Seng(II) 1000 ppm dan buffer britton robinson untuk ion Seng(II)

Larutan stok ion Seng(II) 1000 ppm

dibuat dengan cara melarutkan 3,8665 g

Zn(NO3)2·3H2O ke dalam labu ukur 1000

mL, kemudian diencerkan dengan

akuab-ides sampai tanda batas.

Larutan CH3COOH sebanyak 2,3

mL, larutan H3PO4 2,7 mL dan 2,472 g

asam borat dilarutkan ke dalam akuabides

1 L. Selanjutnya ditambahkan sejumlah

la-rutan NaOH 2 M hingga diperoleh pH

dengan rentang 3 – 5,5.

Pengaruh massa biosorben terhadap biosorpsi ion Seng(II)

Larutan ion Seng(II) disiapkan

sebanyak 20 mL dengan konsentrasi 100

ppm. Ke dalam larutan tersebut

dima-sukkan biosorben dengan variasi jumlah

beads 10, 20, 20, 40, 50, 60, 70, 80, 90,

dan 100 beads. Campuran kemudian di

shaker selama 120 menit dan disaring dengan menggunakan kertas saring

What-man 42. Filtrat yang diperoleh diukur

absor-bansinya dengan menggunakan

Spektro-fotometer Serapan Atom.

Pengaruh pH larutan terhadap biosorpsi ion Seng(II)

Larutan ion Seng(II) disiapkan

de-ngan konsentrasi 100 ppm sebanyak 20

mL. Variasi pH yang digunakan untuk

ma-sing-masing larutan adalah 3; 3,5; 4; 4,5; 5;

5,5. Biosorben dengan massa opti-mum

di-masukkan ke dalam larutan terse-but.

Cam-puran kemudian dishaker selama 120 menit dan selanjutnya disaring dengan

menggu-nakan kertas saring Whatman 42. Filtrat

yang diperoleh diukur absorbansinya

de-ngan menggunakan Spektrofotometer

Se-rapan Atom.

Pengaruh waktu kontak terhadap biosorpsi ion Seng(II)

Larutan ion Seng(II) disiapkan

dengan konsentrasi 100 ppm sebanyak 20

mL pada pH optimum. Serbuk akar eceng

gondok terimmobilisasi pada kalsium

algi-nat dengan massa optimum dimasukkan ke

dalam larutan tersebut. Campuran

kemu-dian dishaker selama 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit dan selanjutnya disaring

dengan menggunakan kertas saring

What-man 42. Filtrat yang diperoleh diukur

absor-bansinya dengan menggunakan

Spektro-fotometer Serapan Atom.

Pengaruh konsentrasi larutan terhadap biosorpsi ion Seng(II)

Larutan ion Seng(II) disiapkan

se-banyak 20 mL dengan variasi kon-sentrasi

50, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm pada

pH optimum. Serbuk akar eceng gondok

terimmobilisasi pada kalsium alginat

de-ngan massa optimum dimasukkan ke

da-lam larutan tersebut. Campuran kemudian

dishaker sesuai dengan waktu optimum

yang diperoleh sebelumnya. Campuran

tersebut disaring dengan meng-gunakan

kertas saring Whatman 42 untuk

selan-jutnya filtrat yang diperoleh diukur

absor-bansinya dengan menggunakan

Spektro-fotometer Serapan Atom.

HASIL PEMBAHASAN

Karakterisasi Gugus Fungsional Biosor-ben Serbuk akar eceng gondok

Perbandingan spektra inframerah

biosorben serbuk akar eceng gondok

(4)

bilisasi pada kalsium alginat disajikan pada

Gambar1

Gambar1. Spektra inframerah biosorben

serbuk akar eceng gondok

terimmobilisasi pada kalsium alginate

Spektra menunjukkan adanya

sera-pan di daerah 3448 cm-1, yang merupakan

vibrasi ulur gugus –OH. Serapan pada

bilangan gelombang 1635 cm-1

menun-jukkan keberadaan gugus –C=O. Selain itu, bilangan gelombang 1635 cm-1 juga dapat

diinterpretasikan sebagai keberadaan

vib-rasi tekuk N-H. Bilangan gelombang 2931

cm-1 diidentifikasi sebagai vibrasi C-H.

Pa-da spektra kalsium alginat juga ditun-jukkan

serapan di daerah 3487 cm-1, 1620 cm-1

dan 1419 cm-1 yang merupakan

kebe-radaan gugus –OH dan vibrasi ulur asi-metris COO-, vibrasi siasi-metris dari -COO

1.2 Immobilisasi Serbuk Akar Eceng Gondok pada Kalsium alginat

Teknik immobilisasi dilakukan

de-ngan mengalirkan campuran Natrium

Algi-nat dan serbuk akar eceng gondok ke

dalam larutan Kalsium Klorida. Proses

yang terjadi disebut dengan metode difusi,

dimana ion Ca2+ berdifusi dari reservoir luar

ke dalam alginat. Pengaturan difusi

dila-kukan melalui proses pembentukan gel

dengan kinetika reaksi yang cepat. Satu

tetes larutan natrium alginat akan

mem-bentuk satu bead dengan agen aktif yang terimmobilisasi di dalamnya.

.Spektra inframerah biosorben

ser-buk akar eceng gondok terimmobilisasi

pada kalsium alginat yang disajikan dalam

Gambar 1. Gambar 1 tampak mirip dengan

spektra infra merah serbuk akar eceng

gon-dok. Serapan yang melebar pada bila-ngan

gelombang 3425 cm-1 menunjukkan vibrasi

ulur gugus –OH. Keberadaan gugus COO-

ditunjukkan pada bilangan gelom-bang

1635 cm-1 dan vibrasi simetrisnya

ditu-njukkan pada serapan 1427 cm-1.Bilangan

gelom-bang ini juga dapat diinterpretasikan

sebagai keberadaan vibrasi tekuk N-H dari

serbuk eceng gondok.

Kajian Biosorpsi

Pengaruh massa biosorben

Lin dan Xing (2008) menyebutkan

bahwa permukaan akar tanaman dapat

mengadsorp ion Seng[3]. Selain berfungsi

untuk memperkuat berdirinya tubuh

tum-buhan, akar juga mampu menyerap air dan

unsur hara pada tanaman, serta juga

men-jadi tempat penyimpanan zat cadangan

makanan.

Akar tersusun oleh sel parenkim

hidup yang mengandung pati (Hartanto et al., 2005) yang mempunyai gugus –COOH

dan –OH sehingga memiliki kemampuan

yang baik untuk mengadsorp logam[4]. Hal

ini dapat dilihat dalam grafik pengujian

terhadap akar dan daun dalam mengadsorp

ion logam Seng(II) yang ditunjukkan pada

(5)

Gambar 2. Grafik pengujian terhadap akar dan daun dalam mengadsorp ion logam Seng(II)

Gambar 3. nilai persen adsorpsi dengan menggunakan serbuk akar eceng gondok

Hasil penelitian menunjukkan nilai

persen adsorpsi dengan menggunakan

ser-buk akar eceng gondok lebih baik jika

di-bandingkan dengan menggunakan daun.

Untuk komposisi kalsium alginat dengan

serbuk akar eceng gondok digunakan

per-bandingan 2 : 3. kalsium alginat yang

digu-nakan sebanyak 2 g sedangkan akar eceng

gondok yang diimmobilisasikan sebesar 3

g. Massa akar eceng gondok dibuat lebih

besar dari kalsium alginat, agar cukup

ba-nyak serbuk yang terperangkap ke dalam

beads kalsium alginat, sehingga jumlah si-tus aktif semakin banyak.

Dalam penelitian ini dilakukan

var-iasi jumlah beads biosorben terhadap

ad-sorbat. Variasi jumlah beads biosorben disajikan dalam Tabel 1. Dibawah

Tabel 1. Variasi jumlah beads biosorben

Gambar 4. Pengaruh variasi massa biosorben terhadap adsorpsi larutan ion Seng(II)

Gambar 4 menunjukkan pengaruh

variasi massa biosorben terhadap adsorpsi

larutan ion Seng(II). Pada massa 0 – 1,65 g biosorben terus terjadi peningkatan

adsor-psi ion logam Seng(II). Kenaikan massa

biosorben menyebabkan meningkatnya

gu-gus-gugus aktif dalam biosorben.

Akibat-nya, interaksi ion Seng(II) dengan gugus

aktif semakin besar, sehingga nilai persen

adsorpsi akan meningkat. Menurut Baroroh

(2008) eceng gondok mengandung

selu-losa yang kaya akan gugus –OH dan COO-

, sehingga dapat berinteraksi dengan

kom-ponen adsorbat. Selain itu ion logam

Seng(II) dapat berinteraksi dengan gugus

COO- dan –OH yang terdapat dalam algi-nat. Pada variasi massa diatas 2,01 g,

No. Jumlah Beads

Massa Biosorben(g)

1 10 0,49

2 20 0,81

3 30 1,28

4 40 1,65

5 50 2,01

6 60 2,4

7 70 2,83

8 80 3,23

9 90 3,62

(6)

kenaikan adsorpsi ion logam Seng(II) tidak

terlalu signifikan, bahkan cenderung tetap.

Hal ini disebabkan situs aktif biosorben

telah jenuh terhadap ion Seng(II).[5]

2.2 Pengaruh pH

Volesky (1990) mengemukakan

bahwa proses adsorpsi logam berat dengan

menggunakan biosorben sangat

bergan-tung dengan pH [6]. Hal ini dikarenakan pH

dapat mempengaruhi kelarutan ion logam

dalam larutan, kemampuan ion logam

untuk terikat pada permukaan biomassa

dan mempengaruhi muatan pada

permu-kaan biomassa selama reaksi berlangsung.

Gambar 5. Pengaruh pH pada biosorpsi ion logam Seng(II)

Pada bagian ini dipelajari pengaruh

pH larutan terhadap jumlah ion Seng(II)

yang teradsorp oleh biosorben Kalsium

alginat terimmobilisasi serbuk akar eceng

gondok. Variasi pH diambil pada rentang

3,0 – 5,5. Hal ini dikarenakan larutan ion Seng(II) dalam kondisi basa lemah akan

membentuk endapan hidroksida Zn(OH)2

(Resa, 2004)7]. Grafik pengaruh pH

disajikan dalam Gambar 5.

Pada Gambar 5 terlihat bahwa

bio-sorpsi ion logam Seng(II) mengalami

kenai-kan seiring dengan kenaikenai-kan pH. Pada pH

3 adsorpsi ion logam Seng(II) masih

ren-dah. Hal ini dikarenakan pada kondisi asam

terjadi peningkatan ion hidrogen (H+).

Aki-batnya terjadi kompetisi antara ion logam

logam Seng(II) dengan ion H+. Akibatnya

terjadi kompetisi ion logam dalam Seng(II)

dalam larutan.

Adsorpsi ion logam Seng(II) terus

meningkat seiring dengan kenaikan pH.

Pada pH yang relatif tinggi sisi aktif

bio-sorben akan bermuatan negatif, sehingga

memudahkan proses biosorpsi, namun

pada kondisi pH yang semakin tinggi akan

terjadi proses hidrolisis membentuk

kom-pleks hidrokso logam yang kemudian diikuti

dengan pengendapan hidroksida logam.

Akibatnya kenaikan adsorpsi logam pada

pH 5,5 tidak terlalu signifikan

2.3 Pengaruh waktu kontak dan kinetika biosorpsi

Pengaruh waktu kontak biosorpsi

ion logam Seng(II) dengan menggunakan

serbuk akar eceng gondok terimmobilisasi

pada kalsium alginat dilakukan pada

rentang waktu 30 – 180 menit. Hasil penga-matan disajikan pada Gambar 6

Gambar 6. Pengaruh waktu kontak bio-sorpsi ion logam Seng(II) dengan menggunakan serbuk akar eceng gondok terimmobilisasi pada kalsium alginat

Adsorpsi ion Seng(II) terus

menga-lami peningkatan pada rentang waktu 0-120

menit. Semakin lama waktu interaksi,

se-makin banyak situs aktif biosorben yang

(7)

ter-capai kesetimbangan adsorpsi, dimana

ad-sorben sudah jenuh terhadap ion logam

sehingga penambahan waktu kontak tidak

lagi menambah persen adsorpsi ion logam.

Hasil penelitian menunjukkan waktu

opti-mum penyerapan terjadi pada 120 menit.

Dalam kondisi tersebut biosorben mampu

mengadsorp ion Seng(II) sebesar 39,22

mg/g (76,92 %)

Srivastava (2006) menyebutkan

bahwa model kinetika adsorpsi yang biasa

digunakan adalah model pseudo orde

pertama atau pseudo orde kedua.[8] Untuk

mengetahui model kinetika biosorpsi ion

Seng(II) dengan menggunakan biosorben

serbuk akar eceng gondok terimmobilisasi

pada kalsium alginat, ditentukan dengan

membandingkan R2 dari orde satu, orde

dua, pseudo orde satu dan pseudo orde

dua yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. model kinetika biosorpsi ion Seng(II) dengan menggunakan bio-sorben

Dari data tersebut, R2 terbesar

diperoleh untuk pseudo orde satu, dengan

nilai R2 sebesar 0,939. Hal tersebut

me-nunjukkan adanya laju pengurangan

reak-tan [H2O] dan [H+]. Namun dikarenakan

jumlahnya yang berlebih, maka laju

pengu-rangan kedua reaktan tersebut diabaikan.

2.4 Pengaruh konsentrasi awal ion Seng(II) dan isoterm biosorpsi

Pada bagian ini akan dikaji

besar-nya kapasitas biosorpsi, konstanta

kesetim-bangan dan energi biosorpsi yang diperoleh

berdasarkan model isoterm adso-rpsi

Lang-muir dan Freundlich. Pengaruh konsentrasi

awal ion Seng(II) dilakukan pada rentang

konsentrasi 0 ppm sampai 500 ppm pada

pH 5,5 dengan waktu adsorpsi 120 menit.

Gambar 6 menunjukkan bahwa

pada konsentrasi awal 0 – 200 ppm terjadi kenaikan qe. Hal tersebut menunjukkan

se-makin besar konsentrasi awal ion Seng(II),

semakin besar pula ion yang teradsorp.

Pada kondisi tersebut, situs aktif biosorben

masih mampu mengadsorp ion logam

dalam larutan. Pada konsentrasi lebih dari

200 ppm, qe mulai konstan. Besarnya

ad-sorpsi yang tidak signifikan ini disebabkan

oleh situs aktif biosorben telah jenuh

beri-katan dengan ion logam Seng(II).

Suardana (2008) menyebutkan

bahwa pengujian pola isoterm adsorpsi

Fre-undlich dilakukan dengan pembuatan kurva

log (x/m) terhadap log c.[9] Seda-ngkan

pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir

dilakukan dengan pembuatan kurva c/(x/m)

terhadap c. Pola adsorpsi ditentukan

de-ngan cara membandingkan tingkat

kelinier-an kurva ykelinier-ang ditunjukkkelinier-an oleh harga R2.

Model isoterm Langmuir mengacu

kepada pembentukan monolayer pada

per-mukaan biosorben, sedangkan Freun-dlich

mengasumsikan pembentukan kom-pleks

multilayer sehingga biosorpsi tidak hanya

terjadi pada satu permukaan

Biosorpsi ion Seng(II) dengan

me-nggunakan serbuk akar eceng gondok

ter-immobilisasi pada kalsium alginat,

ber-dasarkan data di Tabel 3 koefisien regresi

linier (R2) untuk model isoterm Langmuir

besarnya mendekati satu. Dengan

demi-kian dapat disimpulkan adsorpsi yang

(8)

terjadi hanya pada satu lapisan di

permu-kaan saja (monolayer). Hal tersebut sesuai

dengan penelitian Wang (2010) yang

menyebutkan bahwa biosorpsi logam berat

dengan menggunakan eceng gondok

me-ngikuti pola isoterm Langmuir[10].

Dari hasil perhitungan diperoleh

kapasitas biosorpsi ion Seng(II) dengan

menggunakan biosorben Kalsium alginat

terimmobilisasi serbuk akar eceng gondok

sebesar 38,46 mg/g. Wuyep (2007)

mela-kukan penelitian menggunakan Kalsium

alginat tanpa immobilisasi untuk

mengad-sorp logam Cr, Mn, Cu, Ni, dan Pb.

Kapa-sitas biosorpsi rata-rata yang dipe-roleh

sebesar 2,05 mg/g[11] Dibandingkan

de-ngan penelitian sebelumnya, Kalsium

algi-nat yang terimmobilisasi serbuk eceng

gon-dok mengalami peningkatan kemam-puan

mengadsorp logam berat.

Adamson (1990) mengemukakan

bahwa suatu adsorpsi dikatakan sebagai

kemisorpsi (adsorpsi kimia) jika memiliki

energi adsorpsi minimal 20,92 kJ/mol.

Energi adsorpsi dibawah 20,92kJ/mol

dise-but fisisorpsi (adsorpsi fisika)[12]. Nilai

energi adsorpsi ini menggambarkan

sebe-rapa kuat ikatan ion logam dengan situs

aktif adsorben atau dapat juga diartikan

sebagai nilai energi yang digunakan untuk

mengadsorp per mol adsorbat dengan

menggunakan adsorben.

Kemisorpsi terjadi diawali dengan

adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel

adso-rbat mendekat ke permukaan adsorben

melalui gaya van der Waals atau melalui

ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh

ad-sorpsi kimia yang terjadi setelah adad-sorpsi

fisika.

Dari hasil penelitian diperoleh

energi biosorpsi ion Seng(II) dengan

me-nggunakan Kalsium alginat terimmobilisasi

serbuk eceng gondok sebesar 27,14

kJ/mol, sehingga energi biosorpsi dalam

penelitian ini digolongkan sebagai

kemi-sorpsi.

KESIMPULAN

Serbuk akar eceng gondok memiliki

kemampuan mengadsorp ion logam Seng

(II) lebih besar jika dibandingkan dengan

serbuk daun eceng gondok. Biosorpsi ion

logam Seng(II) dengan menggunakan

bios-orben serbuk akar eceng gondok

ter-immo-bilisasi pada kalsium alginat berlangsung

optimum pada kondisi pH 5,5, waktu kontak

120 menit, konsentrasi awal ion lo-gam 200

ppm, dan berat biosorben 2,01 g. Biosorpsi

ion logam Seng(II) dengan menggunakan

serbuk akar eceng gondok yang

diimmo-bilisasikan pada kalsium alginat mengikuti

pola laju reaksi pseudo orde satu dengan

konstanta laju reaksi sebesar 1,469 x 10-5

menit-1. Biosorpsi ion logam Seng(II)

de-ngan menggunakan serbuk akar eceng

gondok yang diimmobilisasikan pada

kal-sium alginat mengikuti pola isoterm

Lang-muir dengan kapasitas adsorpsi sebesar

34,588 mg/g. Proses adsorpsi diduga

meli-batkan adsorpsi kimia (kemisorpsi) dengan

energi adsorpsi sebesar 27,14

DAFTAR RUJUKAN

[1] Han, J.S., 1999, Stormwater

Filtration of Toxic Heavy Metal Ions

Using Lignocellulosis Material

Selection Process, Fiberization,

Chemical Modification and Mat

(9)

Inter-regional Conference on Environmental-Water.

[2] Gamez, G., Doken, K., Tieman, J

dan Herrera, I.,1999, Spectroscopy Studies of Gold (III) Binding to Alfafa Biomass, Proceeding of The 1999 Conference of Hazardous Waste Research, pp 78 -79.

[3] Lin, D.H., dan Xing, B.S., 2008, Root Uptake and Phototoxicity of ZnO Nanoparticles, J. Environ. Tech,, 42 (15), 5580-5585.

[4] Hartanto, N., Purnomo, dan

Sumardi, I., 2006, Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Penebar Swadaya, Jakarta

[5] Baroroh, H., 2008, Adsorpsi Biomassa Eceng Gondok, Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

[6] Volesky, B., 1990, Biosorption of Heavy Metals, CRC Boston.

[7] Shrivastava, V.C., Mall, I.D., dan Mishra, I.M., 2006, Characterization of mesoporus rice husk ash (RHA) andadsorption kinetics of metal ions

from aqueous solution onto RHA, J. Hazard, 134, 257-267.

[8] Resa, I., Carmona, E., Gutierrez-Puebla, E., and Monge,. A., 2004,

Decamethyldizincocene, a stable

compound of Zn ( II) with a Zn-Zn Bond,J.Science, 305, 1136-1138.

[9] Suardana, I.N., 2008, Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium, J. Pen. & Peng Sains Humaniora, 2, 1, 17-33.

[10] Wang, G., Fuerstenau, M.C., dan Smith, R.W., 2010, Sorption of Heavy Metals onto Nonliving Water Hyacinth

Roots, Mineral Processing and

Extractive Metallurgy Review An International Journal, 19, 1, 309-322.

[11] Wuyep, P.A., Chuma, A.G., Awodi, S., dan Nok, A.J., 2007, Biosorption of Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, and Pb metals from petroleum refinery effluent by calcium

alginate immobilized mycelia of

Polyporus Squamosus, Scientific Research and Essay, 2, 7, 217-221.

[12] Adamson. A. W., 1990, Physical

Chemistry of Surface, 5th ed. John

Gambar

Tabel 1. Variasi jumlah beads biosorben
Gambar 5. Pengaruh pH pada biosorpsi ion

Referensi

Dokumen terkait

Karawitan kreasi Klapa Wreksa merupakan sebuah karya karawitan yang mentransformasikan sebuah pohon kelapa bersumber dari cerita salah seorang sesepuh Desa Adat Bualu

Pelaksanaan bimbingan konseling pasca nikah untuk membantu miskomunikasi suami-istri di BP4 sudah sangat baik sekali antara konselor dan klien, karena peran konselor di BP4 sangat

[r]

Kegiatan pokok Instalasi Gizi RSU Sri Torgamba adalah Pelayanan gizi rawat inap meliputi pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan pelayanan  penyelengaraan

Setiap kelompok siswa sudah membacakan hasil penulisannya dengan baik (13), siswa menggunakan media secara optimal (14), siswa bertanggung jawab dalam media yang

Untuk mendukung perancangan tata kelola manajemen insiden TI tersebut, digunakan kerangka kerja ITIL 2011 (ITIL V3 2011 Edition) sebagai acuan dalam proses

Minyak nilam produksi daerah kabupaten Buol memiliki kualitas yang baik dari segi bilangan asam, bilangan ester dan kelarutannya dalam alkohol yaitu rata-rata memenuhi standar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi supervisi akademik, iklim kerja, dan kompetensi professional terhadap kinerja guru dalam mengelola proses