BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tindakan ekstraksi gigi merupakan tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi.1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut1. Tindakan tersebut dibatasi dengan oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.1
Pengertian bagi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil yang mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas pencabutan akan sembuh secara normal dan proses penyembuhan tidak mengambil waktu yang lama serta tidak menimbulkan problema prostetik secara pasca bedah.2
Seorang dokter gigi haruslah mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan merupakan suatu tindakan yang ideal dan mempunyai pengetahuan mengenai indikasi dan kontraindikasi dari pencabutan gigi untuk menghindari komplikasi yang mungkin timbul selama pencabutan.2
Pemahaman mengenai kerusakan banyak dan bervariasi. Alasan pencabutan gigi yang paling dominan adalah disebabkan oleh karies dan penyakit periodontal. Alasan lain termasuk karena abses atau infeksi, gigi yang terlibat dengan fraktur, keperluan ortodontik atau prostetik dan perawatan konservasi yang gagal.2
Penelitian yang dilakukan oleh Da’ameh Da’ameh (2005) di Utara Afghanistan menemukan bahwa sebanyak 123 pasien yang dilakukan pencabutan gigi akar permanen dimana laki-laki sebanyak 54.5% dan 45.5% adalah perempuan. Secara total pencabutan yang paling dominan adalah disebabkan oleh karies yaitu sebanyak 59.2%, pencabutan disebabkan oleh penyakit periodontal sebnayak 35.3%, pencabutan untuk indikasi pembedahan sebanyak 4.9% dan yang terakhir adalah pencabutan atas permintaan pasien sendiri yaitu sebanyak 0.5%.3
Penelitian yang dilakukan oleh Regunathan S (2010) , berdasarkan tipe gigi pencabutan di daerah pedesaan sebesar 11.43% pada gigi anterior maksila, 56% pada gigi posterior maksila, 10% pada gigi anterior mandibular dan 40.57% posterior mandibular. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 8.29% pada gigi
anterior maksila, 38% pada gigi posterior maksila, 6% pada gigi anterior mandibular dan 29.71% posterior mandibular.4
Menurut penelitian yang dilakukan L.K.McCaul, dkk (2001) menemukan bahwa pencabutan akar gigi karena karies di atas 20 tahun sebesar 84.9% yaitu pada usia 21-30 tahun, pencabutan karena penyakit periodontal usia 51-6- tahun adalah 35.2%.5
Berdasarkan penelitian di Sebha, Libyan Arab Jamahiriya oleh A.K Hassan tahun 2000, menemukan bahwa karies adalah penyebab utama gigi diekstraksi yaitu sebanyak 57%. Pencabutan karena penyakit periodontal adalah sebanyak 41%. Ekstraksi gigi disebabkan traumatik atau impaksi adalah sebanyak 8.5%.6
Beberapa penelitian menemukan prevalensi fraktur akar gigi anterior dan sering menimbulkan masalah bagi penderitanya, yaitu terjadinya gangguan kualitas hidup.8 Adapun yang menyebabkan tingginya prevalensi pencabutan gigi
dapat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan kebiasaan hidup.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di Medan, khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU.
1.2 Rumusan Masalah
1. Berapa jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
2. Berapa jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
3. Berapa jumlah pasien yang dilakukan pencabutan akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin di Departemen Bedah Mlulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai tahun 2012.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah pasien yang dilakukan pencabutan fraktur akar gigi anterior di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012
2. Mengetahui jumlah prevalensi pencabutan akar gigi anterior berdasarkan umur pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012.
3. Mengetahui prevalensi pencabutan fraktutr akar gigi anterior berdasarkan jenis kelamin pasien di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010 sampai 2012..
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya prevalensi pencabutan fraktur akar gigi
berdasarkan umur dan jenis kelamin di Departemen Bedah Mulut Maksilofasial RSGMP FKG USU tahun 2010-2012 diharapkan dapat menjadi :
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan dan memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai prevalensi fraktur akak gigi anterior berdasarkan umur dan jenis kelamin yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU pada tahun 2010-2012.
2. Bagi instansi terkait
Dengan mengetahui prevalensi pencabutan fraktur akar gigi anterior berdasarkan umur dan jenis yang dicabut di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP FKG USU dari tahun 2010-2012 maka diharapkan hasil penelitian sebagai data peningkatan kesehatan rongga mulut bagi masyarakat keseluruhan.
3. Bagi Mahasiswa.
Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang fraktur akar gigi anterior yang dicabut.