• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sense Of Humor dengan Personal Adjustment pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Sense Of Humor dengan Personal Adjustment pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama USU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sense of Humor 1. Humor

Hartanti (2008), mengungkapkan bahwa humor berasal dari kata umor

yaitu You-moors= cairan-mengalir. Stimulus humor merupakan ungkapan

verbal dan non verbal yang dapat menyebabkan pendengar atau mereka

yang menciptakan humor tergelitik untuk tertawa (Danandjaja dalam

Bastaman, 2008).

Menurut Thorson dan Powell (1993), humor memiliki

komponen-komponen sebagai berikut:

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif mencakup evaluasi dari humor sebagai stimulus

dalam bentuk humor yang diterima. Berikut ini adalah beberapa hal

yang terkait dengan komponen kognitif dalam melatarbelakangi

penerimaan respon humor secara personal:

1) pengetahuan seseorang,

2) latar belakang sosial-budaya,

3) tipe kepribadian,

4) keadaan jiwa tertentu,

(2)

Komponen afektif meliputi perasaan subjektif yang dihasilkan oleh

humor sebagai stimulus. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi

perasaan seseorang secara subjektif dari penerimaan humor, yaitu:

1) sebagai bentuk pemberian penghargaan oleh orang lain kepada

individu,

2) pengakuan yang dilontarkan dari orang lain,

3) sebagai bentuk apresiasi pada humor,

4) perasaan humor (sense of humor),

5) perspektif atau sudut pandang seseorang.

2. Definisi Sense of Humor

Sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor yang dimiliki oleh

seseorang. Menurut Meredith (Hartanti, 2008), kepekaan humor adalah

kemampuan untuk menertawakan semua hal, bahkan diri sendiri dengan

tetap mencintai dan menyukainya.

Hughes (2008) menjelaskan kepekaan humor merupakan

kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan dan

menikmati humor. Kepekaan humor ini dapat menghasilkan hal-hal positif

ataupun konsep diri yang positif. Kemudian menurut Martin dan Lefcourt

(2010), frekuensi seseorang ketika tersenyum, tertawa dan merespon

hal-hal yang berkaitan dengan hiburan dalam berbagai situasi menunjukkan

(3)

stimulus humor yang diberikan, sense of humor juga berkaitan dengan

kemampuan dalam memproduksi stimulus humor.

Menurut Martin (2007), Sense of humor dikonsepkan sebagai

perilaku kebiasaan (kecenderungan untuk sering tertawa, untuk

memberitahu lelucon dan menghibur orang lain dengan spontan,

menertawakan humor dari produksi orang lain), kemampuan (untuk

membuat humor, untuk menghibur orang lain, untuk mendapatkan lelucon,

mengingat lelucon), sifat temperamen (kebiasaan kegembiraan dan jiwa

bermain), respon estetika (kesenangan jenis tertentu dari bahan humoris),

sikap (sikap positif terhadap humor dan orang-orang yang humoris), dan

mekanisme pertahanan (kecenderungan untuk mempertahankan perspektif

humor dalam menghadapi kesulitan).

Thorson & Powell (1993) menyatakan bahwa sense of humor

merupakan konsep yang multidimensional, yang berarti sense of humor

yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya ditunjukkan melalui satu dimensi

seperti kemampuan seseorang untuk menciptakan humor melainkan juga

menunjukkan dimensi lainnya seperti kemampuan bereaksi, menghargai,

bahkan menyelesaikan masalah menggunakan humor.

Eysenck (Ruch, 2007) menyatakan istilah kepekaan humor

digunakan untuk tiga hal berikut ini:

a. The conformist sense, yaitu tingkat kesamaan di antara individu satu

(4)

b. The quantitative sense, yaitu yang menunjukkan seberapa sering

seseorang tertawa dan tersenyum serta seberapa mudah seseorang

merasa gembira.

c. The productive sense, yaitu menekankan seberapa banyak seseorang

menceritakan cerita-cerita lucu dan membuat orang lain gembira.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa sense of humor adalah perasaan atau kepekaan humor

yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu menertawakan segala hal

termasuk dirinya sendiri serta kemampuan untuk mempersepsikan,

mengekspresikan dan menangkap humor yang dikaitkan dengan frekuensi

tersenyum, tertawa dan merespon hal-hal yang berhubungan dengan

hiburan, tidak hanya dalam hal merespon humor, tetapi juga dalam hal

bereaksi, menghargai, bahkan menyelesaikan masalah menggunakan

humor serta menciptakan humor itu sendiri dalam bentuk perilaku,

kemampuan, temperamen, respon, sikap dan mekanisme mempertahankan

humor itu sendiri yang digambarkan dengan conformist sense, quantitative

sense dan productive sense.

3. Aspek Sense of Humor

Thorson & Powell (1997) menyatakan empat aspek penting sense of

humor, yang terdiri dari:

a. Humor Production

Humor production adalah kemampuan untuk menemukan sesuatu yang

(5)

kesenangan pada setiap peristiwa dan berhubungan dengan perasaan

diterima oleh lingkungan.

b. Coping with Humor

Aspek coping with humor menjelaskan bagaimana individu

menggunakan sesuatu yang membuat seseorang tertawa atau

tersenyum dan menimbulkan kesenangan untuk mengatasi

situasi-situasi stressful pada diri individu.

c. Humor Appreciation

Humor appreciation adalah kemampuan untuk mengapresiasikan

sesuatu yang membuat orang tertawa atau tersenyum, indikasi dari

seberapa banyak individu mempersepsikan setiap peristiwa lucu

sebagai bagian dari perilaku orang lain.

d. Attitude Toward Humor

Attitude toward humor merupakan kecenderungan untuk tersenyum

atau tertawa pada setiap situasi yang lucu.

4. Dimensi Sense of Humor

Masih menurut Martin (2007), sense of humor terdiri atas beberapa dimensi,

yaitu:

a. Affiliative Humor

Dimensi ini ditunjukkan dengan melemparkan hal-hal yang lucu,

(6)

spontan, menggunakan humor untuk meningkatkan hubungan, dan untuk

meredakan ketegangan interpersonal.

b. Self-enhancing Humor

Melibatkan pandangan yang humoris terhadap hidup, suatu kecenderungan

merasa terhibur dengan ketidakpastian hidup dan memiliki perspektif yang

humoris bahkan saat menghadapi stres atau kemalangan.

c. Aggressive Humor

Berhubungan dengan sarkasme, sindiran, ejekan, cemoohan, atau humor

yang bersifat meremehkan dan menghina orang lain.

d. Self-defeating Humor

Meliputi humor yang bersifat sangat menghina diri sendiri dan berusaha

untuk menghibur orang lain dengan melakukan atau mengatakan hal-hal

yang lucu mengenai diri sendiri.

B. Personal Adjustment

1. Definisi Personal Adjustment

Personal adjustment atau adjustment saja adalah istilah Psikologi untuk

menyebutkan penyesuaian diri. Adjustment sendiri merupakan suatu proses

untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.

Calhoun dan Acocella (2007) menyatakan bahwa personal adjustment

adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri,

dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu tersebut

(7)

reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan pada individu dan

merupakan usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan

pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka,

depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi

yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Gerungan (2010)

menjelaskan bahwa menyesuaikan diri memiliki pengertian yang luas, di

mana individu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi

individu juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan

dirinya.

Berdasarkan definisi-definisi personal adjustment yang

dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa personal

adjustment adalah suatu proses di mana individu mencari titik temu antara

dirinya dan tuntutan lingkungannya meliputi interaksi yang terus menerus

dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan tempat

tinggalnya, sehingga perasaan dan emosi pribadi yang tidak sesuai dapat

dikikis dan untuk mencapai harmonisasi diri sendiri dengan lingkungan,

yang berarti tidak hanya mengubah diri sesuai tuntutan lingkungan, namun

(8)

2. Karakteristik Personal Adjustment

Personal adjustment yang baik memiliki lima karakteristik (Runyon dan

Haber, 1984; Irene, 2013). Karakteristik tersebut adalah:

a. Persepsi yang akurat terhadap realita

Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian

menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan

yang realistik sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengenali

tindakan serta konsekuensi tindakannya agar dapat menuntun individu

pada perilaku yang sesuai.

b. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan

Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan dimiliki individu untuk

mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu

menerima kegagalan yang dialami.

c. Self- image positif

Penilaian diri harus bersifat positif dan negatif. Individu harus berusaha

memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu

perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu seharusnya

mengakui kelemahan dan kelebihannya secara realistik, sehingga ia

mampu mengembangkan potensi diri secara penuh.

d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan

Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik

(9)

sebaliknya kekurangan kontrol, akan menyebabkan ketidakstabilan

emosi.

e. Hubungan interpersonal yang baik

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan

interpersonal dengan orang-orang di sekitarnya hingga mencapai

hubungan yang saling menguntungkan.

3. Aspek Personal Adjustment

Baker & Siryk (1984) berpendapat bahwa penyesuaian diri mahasiswa di

lingkungan Perguruan Tinggi memiliki aspek tersendiri, yaitu:

a. Academic Adjustment

Academic adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kehidupan perkuliahan serta mencapai

tingkat kepuasan pada prestasi akademisnya. Academic adjustment

meliputi motivasi (sikap terhadap tujuan akademis, motivasi untuk

mencapai tujuan akademis dan untuk berkuliah), aplikasi (seberapa

mampu motivasi diubah menjadi suatu usaha untuk mencapai tujuan

akademis), performa (keberhasilan dan keefektifan dalam mencapai

tujuan akademis), dan lingkungan akademis (kepuasan terhadap

(10)

b. Social Adjustment

Social adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan kampus. Aspek ini meliputi keterlibatan

individu dalam kegiatan di lingkungan kampus, keterlibatan dan

hubungan individu dengan orang lain di lingkungan kampus, serta

kepuasan individu terhadap lingkungan kampus.

c. Emotional Adjustment

Emotional adjustment adalah kemampuan mahasiswa untuk

menyesuaikan diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik yang

dihadapi sebagai mahasiswa baru. Aspek ini meliputi kesejahteraan

psikologis (psychological well-being) dan kesejahteraan fisik (physical

well-being).

d. Institutional Attachment

Institutional attachment adalah kemampuan mahasiswa untuk

menyesuaikan diri dengan institusi tempatnya berkuliah dengan

membangun kelekatan antar dirinya, kampus dan kegiatan perkuliahan

yang dijalani. Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap keputusan

individu untuk melanjutkan perkuliahan. Aspek ini meliputi perasaan

dan kepuasan terhadap lingkungan atau kegiatan perkuliahan secara

umum dan kepuasan terhadap kegiatan perkuliahan secara khusus

(11)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Adjustment

Soeparwoto, dkk (2004) mengemukakan faktor-faktor personal adjustment

yang terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

1) Motif dari dalam diri individu, yaitu motif-motif sosial seperti

motif berafiliasi, motif berprestasi dan motif mendominasi.

2) Konsep diri individu, yaitu bagaimana individu memandang dirinya

sendiri baik dari aspek fisik, psikologis maupun sosial. Individu

dengan konsep diri positif akan lebih mampu melakukan personal

adjustment yang menyenangkan dibanding individu dengan konsep

diri negatif, pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya.

3) Persepsi individu, yaitu pengamatan dan penilaian individu

terhadap objek, peristiwa maupun kehidupan, baik melalui proses

kognisi maupun afeksi untuk membangun konsep tentang objek

tertentu dalam hidup.

4) Sikap individu, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku

positif atau negatif. Individu yang bersikap positif terhadap segala

sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk

melakukan personal adjustment yang baik daripada individu yang

sering bersikap negatif.

5) Intelegensi dan minat, di mana intelegensi merupakan modal untuk

menalar dan menganalisis, sehingga individu memiliki dasar

(12)

pengaruhnya jika individu memiliki minat terhadap sesuatu,

sehingga mendorong personal adjustment yang lebih cepat.

6) Kepribadian, di mana tipe kepribadian ekstrovert pada prinsipnya

akan lebih lentur dan dinamis, sehingga individu dengan tipe

kepribadian ekstrovert akan lebih mudah melakukan personal

adjustment dibanding tipe kepribadian introvert yang cenderung

kaku dan statis.

b. Faktor eksternal

1) Keluarga, di mana pada dasarnya kehidupan dalam keluarga yang

demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih memberikan

peluang bagi individu untuk melakukan proses personal adjustment

secara efektif.

2) Kondisi sekolah atau kampus, di mana kondisi kampus yang sehat

akan mendasari terjadinya proses personal adjustment yang

harmonis.

3) Kelompok teman sebaya, di mana kelompok teman sebaya sendiri

ada yang menguntungkan da nada yang justru menghambat proses

personal adjustment individu, tergantung bagaimana orang-orang di

dalam kelompok tersebut.

4) Prasangka sosial, di mana pandangan masyarakat terhadap kelompok

(13)

Individu yang mendapat streotip negatif dari masyarakat dianggap

akan terhambat dalam proses personal adjustment.

5) Hukum dan norma sosial, di mana semakin dijunjung suatu aturan

hukum atau norma yang berlaku di masyarakat, maka akan baik

perkembangan personal adjustment individu.

C. Mahasiswa Rantau Tahun Pertama

Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa

Indonesia Online, kbbi.web.id). Menurut Siswoyo (2007), mahasiswa dapat

didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat

perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang

setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang

dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani

pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari

akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

Kata rantau didefinisikan sebagai daerah (negeri) di luar daerah

(negeri) sendiri atau daerah (negeri) di luar kampung halaman; negeri asing

(Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id). Menurut Naim (2013),

perantau memiliki enam unsur pokok, yaitu meninggalkan kampung halaman;

dengan kemauan sendiri, untuk jangka waktu yang lama atau singkat; dengan

tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu atau mencari pengalaman;

biasanya dengan maksud pulang; dan adalah lembaga sosial yang

(14)

sekelompok individu yang berada pada tahapan usia dewasa awal yang

memutuskan untuk menuntut ilmu di luar daerah asalnya dalam jangka waktu

tertentu dan atas kemauan sendiri.

Mahasiswa rantau tahun pertama dalam hal ini adalah mahasiswa

yang berasal dari daerah luar Kota Medan dan merupakan pelajar USU yang

baru memasuki dunia perkuliahan atau masih berada di tahun pertama

perkuliahan.

D. Dinamika Hubungan antara Sense of Humor dan Personal Adjustment pada Mahasiswa Rantau Tahun Pertama

Mahasiswa baru yang pada umumnya berusia 18 sampai 21 tahun berada

pada rentang usia dewasa awal yang oleh Havighurst (dalam Monks, Knoers

& Haditono, 2001) dikatakan bahwa tugas perkembangan dewasa awal adalah

menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik

atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara,

membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan

suatu pekerjaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Vailant (dalam Papalia,

1998) yang membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, di mana masa

pertamanya adalah masa pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas

perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga

baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Pendapat para

tokoh ini menyimpulkan bahwa sesuai dengan tugas perkembangannya,

(15)

yang dalam hal ini berarti mampu menjalani hidup dengan mandiri di

manapun ia berada dan mampu membangun serta memelihara hubungan

interpersonal untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut.

Di samping tugas perkembangannya sebagai dewasa awal,

mahasiswa tingkat pertama memang diharapkan dapat menyesuaikan dirinya

secara sosial dengan lingkungan dan kehidupan barunya sebagai mahasiswa,

terlebih sebagai mahasiswa rantau yang masih minim pengalaman dan

pengetahuannya terhadap kota yang dituju. Ini berarti, sebagai mahasiswa

rantau tahun pertama, kesuksesan proses penyesuaian diri atau yang lebih

dikenal dengan personal adjustment menjadi penting untuk diperhatikan.

Salah satu aspek personal adjustment adalah kemampuan untuk mengatasi

stres dan kecemasan di lingkungan baru. Faktor-faktor personal adjustment

seperti sikap dan konsep diri individu dalam hal ini mempengaruhi individu

untuk melewati stress dan kecemasan ini, begitu juga dengan faktor-faktor

eksternal lainnya yang berkontribusi terhadap kesuksesan personal

adjustmeni. Namun lebih spesifik lagi, terkait untuk mengatasi stres dan

kecemasan di lingkungan baru, beberapa penelitian membuktikan bahwa

humor memiliki pengaruh terhadap stres pada individu. Hal ini diungkapkan

oleh Setiawan (1990), bahwa humor berfungsi untuk menghilangkan stres

akibat tekanan jiwa atau batin. Terkhusus dalam hal personal adjustment,

Hartanti dan Soerjantini (2003) berpendapat bahwa seseorang akan mudah

beradaptasi dengan humor karena humor mengurangi kecemasan pada

(16)

Aspek lainnya yang terdapat pada personal adjustment adalah social

adjustment, yaitu kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang baik.

Hubungan sosial dalam hal ini meliputi hubungan interpersonal yang

dibangun oleh mahasiswa dengan orang-orang di lingkungan kampusnya.

Humor adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan

ini, di mana Mulkay (dalam Martin, 2007) memandang humor sebagai cara

menggabungkan, merangkul, dan bahkan merayakan kontradiksi, keganjilan

atau ambiguitas yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal. Modus lucu

memungkinkan orang untuk bernegosiasi mengenai konflik tertentu.

Misalnya, bercanda dan menggoda tentang topik yang tidak saling disetujui

akan lebih baik daripada menggunakan komunikasi yang terlalu serius dan

akhirnya berujung pada argumen yang tidak bisa menyelesaikan masalah

hingga menyebabkan kemarahan dan merusak hubungan. Jenis humor yang

digunakan dalam hal ini dapat berupa affiliative humor (Martin, 2007) di

mana perilaku affiliative humor salah satunya ditunjukkan dengan

melemparkan canda atau banyolan dengan tujuan meningkatkan hubungan

atau meredakan ketegangan interpersonal.

Modus lucu memungkinkan mereka untuk mengekspresikan

pandangan pribadi, namun di sisi lain juga mendengar dan mengakui

pendapat pihak lain. Dengan demikian, humor adalah cara untuk bermain dan

tertawa tentang keganjilan dalam perasaan yang sebenarnya saling

bertentangan, di mana secara bersamaan, individu juga mampu bersikap

(17)

dapat mendukung salah satu karakteristik personal adjustment yang baik,

yaitu kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, di mana individu mampu

menyatakan pendapatnya yang dengan menggunakan humor akan jauh lebih

aman dari konflik. Persepsi ini akan menghasilkan dan mempertahankan

perasaan positif tentang hubungan, meskipun pandangan kedua pihak

berbeda. Ini adalah salah satu contoh dari banyaknya cara menggunakan

humor untuk memungkinkan orang dalam hubungan interpersonal

menyampaikan informasi tentang keyakinan mereka, sikap, motif, perasaan,

dan kebutuhan, yang mungkin memang tidak sesuai jika disampaikan dengan

komunikasi yang terlalu serius. Dengan cara seperti ini, tidak hanya informasi

yang tersampaikan, namun tawa dan kegembiraan dalam hubungan juga akan

muncul dan kemudian mempengaruhi sikap serta perasaan positif satu sama

lain.

Kepribadian ekstrovert merupakan salah satu faktor internal yang

menurut Runyon dan Haber (dalam Irene, 2013) dapat membantu proses

personal adjustment. Berkaitan dengan hal ini, orang-orang dengan sense of

humor yang tinggi dikarakteristikkan dengan trait-trait positif, seperti ramah,

ekstrovert, penuh perhatian, menyenangkan, menarik, imajinatif, cerdas,

perceptive dan stabil secara emosional kepada siapa saja sehingga individu

dengan sense of humor yang tinggi dianggap lebih menarik untuk dijadikan

teman (Cann and Calhoun, 2001 dalam Martin, 2007). Ketika kita bertemu

dengan seseorang yang tinggi sense of humornya untuk pertama kali, kita

(18)

yang ramah-tamah, bersahabat, dapat dipercaya, dan sebagainya (E. E. Jones,

1990 dalam Martin, 2007).

Sense of humor juga secara positif berkaitan dengan kesehatan

psikologis, seperti sikap optimis dan self esteem yang baik, namun sebaliknya

berkorelasi negatif dengan tanda-tanda distress dan depresi (Thorson, &

Powell, 1993). Holden, 1993; Moody, 1979; Robinson, 1991 (dalam Thorson,

& Powell, 1993) menyatakan, humor memiliki peran penting dalam

kehidupan, membantu individu untuk hidup lebih baik dan mampu

menghadapi masalah sehari-hari. Pada mahasiswa, hal ini akan menunjang

salah satu aspek personal adjustment, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan

diri terhadap masalah emosional dan masalah fisik.

E. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian mengenai teori masing-masing variabel dan hubungan di

antara keduanya, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan

antara sense of humor dan personal adjustment pada mahasiswa rantau tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sehingga ia diminta izinnya.” (¦R. al - Bukhari dan Muslim). 3) Mu‟ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Pokja Pengadaan barang dan jasa lainnya Unit Layanan Pengadaan (ULP) Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong Nomor :20.8 /Pokja

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Pendidikan Seni

Sanggahan disampaikan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sekretariat Jenderal, Kementerian Tenaga Kerja dan

Rancangan aplikasi web ini diharapkan akan lebih memperluas informasi dan mengenalkan website toko online melalui media komputer secara interaktif, sehingga memberikan kemudahan

bahwa penetapan batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh

Perlu adanya bimbingan yang lebih intensif dari para pembimbing di program studi pendidikan teknologi agroindustri terhadap mahasiswa dalam tahapan pelaksanaan

Keuntungan IL-MPCVD adalah mudah untuk mensintesis diamond pada material dengan ketahanan panas yang rendah, efek pendinginan IL-MPCVD lebih besar dibandingkan dengan