• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Pemberian Diet pada Penderita Hipertensi di Desa Mamek, Provinsi Kalimantan Barat T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Pemberian Diet pada Penderita Hipertensi di Desa Mamek, Provinsi Kalimantan Barat T1 BAB IV"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Landak merupakan sebuah Kabupaten

yang terletak di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.

Kabupaten Landak terdiri dari 13 Kecamatan yaitu

Kecamatan Air Besar, Banyuke Hulu, Jelimpo, Kuala Behe,

mandor, Mempawah Hulu, Menjalin, Menyuke, Meranti,

Ngabang, Sebangki, Sengah Temila dan Sompak. Namun

dari ke 13 Kecamatan di atas peneliti mengambil sampel

penelitian di Desa Mamek.

Desa Mamek merupakan sebuah desa di wilayah

Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak, Kota Pontianak,

Provinsi Kalimantan Barat. Desa mamek memiliki 5 Dusun

yaitu Dusun Mamek, Perabi, Semahu, Jabeng dan Napal.

Luas wilayah 9.250 m² dan jumlah jiwa 347 kepala keluarga.

Desa Mamek Berbatasan sebelah Utara dengan Desa Darit,

sebelah Timur dengan Desa Begantung, sebelah Barat

dengan Desa Gombang dan Sebelah Selatan dengan Desa

(2)

Desa Mamek merupakan salah satu desa yang

termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Darit, Kecamatan

Menyuke, Kabupaten Landak. Jarak antara Desa Mamek

dan Puskesmas Darit kurang lebih 2 KM. Desa Mamek tidak

mempunyai Puskesmas induk sendiri tetapi Desa mamek

memiliki Puskesmas Pembantu. Fungsi puskesmas

pembantu adalah untuk membantu masyarakat memeriksa

kesehatan dan mengobati penyakit yang ada pada

masyarakat. Salah satu dari penyakit tersebut adalah

hipertensi. Keadaan ini membuat masyarakat tidak terisolasi

dari pelayanan kesehatan. Meskipun tidak terlepas dari

pelayanan kesehatan masyarakat di Desa Mamek masih

ada yang menderita hipertensi.

4.2 Gambaran Umum Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang.

Empat partisipan dalam penelitian ini merupakan partisipan

(3)

Tabel 4.2.1 Karakteristik Partisipan Penelitian

Sumber: Data Pribadi, 2016.

Tabel di atas merupakan karakterisistik dari setiap

partisipan dalam penelitan. Berikut ini merupakan

penjelasan tentang karakteristik partisipan penelitan:

1. Partisipan 1 Nn.E (PI)

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 Tahun

Nn.E merupakan anak kandung dari Ny.C,

yang berusia 33 tahun dengan latar belakang

(4)

pernah mengalami sakit, seperti hipertensi. Nn.E

mengatakan dalam dua tahun terakhir yaitu pada

tahun 2013, ibunya sudah mengalami hipertensi.

Nn.E juga mengatakan bahwa sekarang sedang

melakukan diet hipertensi untuk ibunya.

Pekerjaan Nn.E adalah sebagai petani.

Kesehariannya Nn.E yaitu Ke ladang, mengambil

karet dan memasak untuk keluarga. Nn.E hanya

tinggal berdua dengan ibunya karena saudara

Nn.E sudah menikah dan tinggal di rumah

masing-masing sedangkan ayah Nn.E sudah

meninggal.

2. Partisipan 2 Nn.S (PII)

Nama : Nn.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 Tahun

Nn. S merupakan anak kandung dari

penderita hipertensi yang berinisial Ny.J. Nn.S

merupakan anak yang rajin dan selalu memasak

untuk keluarganya. Nn.S sediri masih berstatus

pelajar. Sejak Berusia 13 tahun Nn.S sudah

senang memasak dan setiap hari Nn.S selalu

(5)

Orang tua sibuk bekerja sehingga Nn.S yang

memasak untuk keluarga.

3. Partisipan 3 Ny.L (PIII)

Nama : Ny. L

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 43 Tahun

Ny.L merupakan istri dari Tn.D dengan usia

43 tahun dengan latar belakang pendidikan

terakhir SMA. Ny.L selalu memasak untuk anak

dan suaminya. Dalam kehidupan sehari-hari Ny.L

berperan sebagai seorang istri dan ibu dari 4

orang anaknya, Ny.L selalu memperhatikan

makanan untuk keluarga.

4. Partisipan 4 (Ny.K)

Nama : Ny. K

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 28 Tahun

Ny.K merupakan anak kandung dari

penderita hipertensi yang berinisial Ny.M dengan

latar belakang pendidikan SLTP. Ny.K setiap

hari menjaga warung dan anak-anaknya. Dalam

kehidupan sehari-hari Ny.K selalu memasak

(6)

tidak mempengaruhi dirinya untuk menyediakan

makanan bagi keluarganya. Ny.K merupakan

anak, ibu dan istri dari keluarganya. Setiap hari

Ny.K memasak dan menyediakan makanan

untuk ibunya yang menderita hipertensi.

4.3 Proses Pelaksanaan Penelitian

4.3.1 Persiapan Peneliti

Dalam proses pelaksanaan penelitian

pastinya peneliti sudah mempersiapkan hal-hal yang

menunjang sebuah penelitian. Proses penelitian juga

tidak akan berjalan jika tidak ada sampel penelitian.

Dalam proses penelitian ini peneliti harus memilih

karakteristik partisipan dengan batasan karakteristik

agar penelitian berjalan nsesuai dengan tujuan

penelitian.

Setelah peneliti menentukan karakteristik

partisipan, peneliti juga harus sudah mempersiapkan

pedoman wawancara penelitian dan mempersiapkan

surat izin penelitian. Sebelum melakukan

wawancara, peneliti terlebih dahulu bina hubungan

saling percaya dengan partisipan. Setelah itu peneliti

(7)

maksud dari penelitian. Setelah peneliti selesai

menjelaskan maksud dari penelitian, peneliti

menanyakan partisipan apakah menyetujui untuk di

wawancara atau tidak.

Peneliti meminta partisipan untuk

menandatangani informed concent sebagai bukti

telah menyetujui untuk diwawancarai. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan alat perekam

untuk merekam hasil wawancara. Peneliti juga

menyiapkan kertas untuk mencatat hasil wawancara

atau data-data tambahan dalam bentuk tertulis yang

berasal dari partisipan maupun orang terdekat

partisipan. Peneliti menggunakan alat kamera untuk

mengambil gambar informan sebagai dokumentasi.

Penggunaan alat ini dilakukan jika mendapat

persetujuan dari partisipan. Peneliti melakukan

kontrak waktu dengan partisipan dan melakukan

member cheking setelah wawancara selesai.

4.3.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian berlangsung dari tanggal 30

Mei-30 Juni 2016. Setiap akan melakukan wawancara,

(8)

Selama melakukan penelitian, peneliti selalu

mewawancari partisipan di rumah masing-masing

partisipan. Selama berlangsungnya penelitian,

peneliti mendapatkan kemudahan dan kendala

selama proses penelitian.

Kemudahan dalam penelitian ini adalah

partisipan bersedia untuk diwawancari. Selama

wawancara dilakukan partisipan mampu menjawab

pertanyaan yang peneliti berikan. Partisipan tidak

mengeluh dengan lamanya waktu diwawancari dan

waktu wawancara biasanya lebih kurang lebih ½

jam. Kemudahan di atas mempermudah peneliti

dalam melakukan wawancara.

Sedangkan kendala yang peneliti dapatkan

selama melakukan penelitian adalah sulitnya untuk

menemui partisipan karena partisipan sibuk kerja.

Untuk mencegah kendala selama proses penelitian

maka peneliti melakukan infomed concent, kontrak

waktu dengan partisipan dan menentukan hari serta

jam dalam penelitian selanjutnya. Hal ini peneliti

lakukan untuk mempermudah melengkapi data-data

(9)

4.4. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun hasil

wawancara dalam bentuk verbatim, sehingga peneliti

mendapatkan tema dari hasil wawancara. Dalam proses

penelitian, peneliti mendapatkan empat tema yang mendasari

hasil penelitian.

1. Tema 1 : Penyediaan Rendah Garam

Pada tema ini peneliti mendapatkan bahwa

keluarga tidak menyediakan makanan yang

rendah garam. Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan 4 informan, peneliti menemukan

3 dari 4 informan yang tidak menyediakan

makanan rendah garam untuk penderita

hipertensi yaitu partisipan 1, 3 dan 4. Keluarga

tidak biasa makan masakan yang kurang garam

dan masakan menjadi tidak enak jika garamnya

kurang. Berikut ini adalah pernyataan dari ketiga

partisipan:

Kade bisa 2 sendok makan saari Kalau bisa 2 sendok makan sehari.

Barang kade sayurnya manyak otomatis garamnya manyak uga.

(10)

Rasanya na nyaman Rasanya tidak enak.

Rasanya hambar. Rasanya hambar

Ya kami tambah garam. Kami tambah garam.

Lebih dari 4 sendok makan garam saari Lebih dari 4 sendok makan garam sehari.

Ungkoa mama na nuan pokoknya nang mama nuan atau nangar Cuma rendah garam ja.

Itu ibu tidak tahu yang ibu tahu atau ibu dengar yang rendah garam saja. (Partisipan 3; 35, 45).

Kade ungkoa kakak na nuan uga sangahe takarannya.

Kalau itu kakak tidak tahu juga takarannya.

Nana Tidak.

Kakak na nuan uga sangahe sendok saari. Kakak tidak tahu juga berapa sendok sehari.

(11)

Kakak kurang yakin, soalnya kakak 2 kali sehari memasak, ada kemungkinan sekitar 7-8 sendok sehari.

Na tentu garamnya. Tidak tentu garamnya.

Pokoknya kade dah pas ka lidah udah

Pokoknya kalau sudah pas di lidah sudah. (Partisipan 4; 15, 20, 25, 55).

Dari hasil wawancara pada partisipan 1, 3

dan 4 di atas, diketahui bahwa menurut P1,

penyediaan makanan rendah garam dalam

sehari 2 sendok makan tetapi jika makanan yang

dimasak banyak otomatis garamnya juga

diperbanyak sampai garam terasa pas di lidah.

Jika garamnya sedikit maka masakan terasa

tidak enak dan hambar. P1 juga mengatakan

tidak menambahkan bumbu lain selain garam

supaya masakan terasa enak. P3 mengatakan

bahwa masak dalam sehari menggunakan garam

lebih dari 4 sendok dan tidak mengetahui berapa

takaran garam yang seharusnya dikonsumsi oleh

penderita hipertensi dalam sehari. P4

mengatakan tidak mengetahui takaran garam

yang harus dikonsumsi oleh penderita hipertensi

(12)

berapa sendok garam yang dimasak dalam

sehari dan ada kemungkinan garam yang

dikonsumsi dalam sehari sekitar 7-8 sendok

makan.

2. Tema 2: Batasan Makanan Pada Penderita

Hipertensi

Dalam pemberian batasan makanan pada

penderita hipertensi peneliti mendapatkan bahwa

keluarga sudah membatasi makanan pada

penderita hipertensi. Hasil wawancara dengan ke

empat partisipan peneliti mendapatkan hasil

wawancara partisipan 1, 3 dan 4 telah

membatasi makanan pada penderita hipertensi.

Berikut ini adalah batasan makanan yang

diberikan pada penderita hipertensi.

Makan daging asu man kambing kami larang. Makan daging anjing dan kambing kami larang

Barang Dokter madah daging asu man kambing badarah angat.

Karena Dokter bilang daging anjing dan kambing berdarah panas.

Ya tetap kami larang. Ia tetap kami larang.

(13)

Ya pastinya kami maunya orang tua kami sehat itu aja.(informan 1. 55).

Minum kopi kami larang, makan daung mangala pun kami larang, makan daging asu kami larang uga.

Minum kopi kami larang, makan daun ubi kami larang, makan daging anjing kami larang juga. (Partisipan 3; 80).

Daging-daging kami larang, buke kami larang sih tapi ame terlalu sering makan daging, selain ungkoa minum kopi kami larang uga.

Daging-daging kami larang, bukan kami larang tapi jangan terlalu sering makan daging. Selain itu minum kopi kami larang juga. (Partisipan 4; 40).

Dari pernyataan partisipan 1, 3 dan 4 di atas

bahwa keluarga sudah membatasi makanan

untuk penderita hipertensi. Jenis batasan

makanan pada penderita hipertensi adalah

daging anjing, kambing, daun ubi dan minum

kopi. Alasan keluarga membatasi makan daun

ubi karena memang budaya di Desa Mamek

tidak menyarankan penderita hipertensi untuk

mengkonsumsi daun ubi sedangkan alasan

keluarga membatasi penderita hipertensi minum

kopi karena kopi yang dikonsumsi merupakan

(14)

pada penderita hipertensi namun penderita tidak

mendengar arahan dari keluarga. Hasil observasi

yang peneliti lakukan pada orang terdekat

dengan keluarga juga menyatakan bahwa

penderita masih makan makanan yang dibatasi

oleh keluarga. Selama penelitian berlangsung

peneliti juga melihat secara langsung bahwa

penderita masih makan makanan yang dilarang

oleh keluarga.

3. Teman 3: Mendapatkan Informasi

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada

ke empat partisipan, peneliti menemukan 2

partisipan yang berpartisipasi dalam mencari

informasi tentang makanan dan akibat dari

hipertensi pada layanan kesehatan seperti

dokter, perawat dan bidan. Partisipan juga

mencari informasi pada orang terdekat partisipan

dan media masa. Partisipan yang mencari

informasi tentang diet hipertensi adalah

partisipan 1 dan 3. Berikut ini adalah pernyataan

dari ke dua partisipan:

(15)

Jangan makan yang asin-asin, jangan makan durian,

jangan minum kopi dan jangan makan yang terlalu berlemak-lemak.

Ame minum-minuman nang ba gas, ame, ame minum alcohol, ungkoa ja nang aku nuan.

Jangan minum-minuman yang bersoda, jangan minum alkohol, itu saja yang saya tahu.

Nang kami nuan bisa nyebabkan stroke man gagal jantung.

Yang kami tau bisa menyebabkan stroke dan gagal jantung. (Partisipan 1; 20, 60).

Nang randah garam, ame makan nang asin-asin, ame ngarokok, ame minum-minuman keras, ame makan duriant man ame makant daging asu. Yang rendah garam, jangan makan yang asin-asin, jangan merokok, jangan minum-minuman keras, jangan makan durian dan jangan makan anjing.

Nang kami nangar bias nyebabkan gagal jantung man stroke

Yang kami dengar bisa menyebabkan gagal jantung dan stroke. (Partisipan 3; 50, 70).

Dari hasil pernyataan di atas P1 mengatakan

bahwa mendapatkan informasi dari dokter,

perawat, bidan dan media masa. Informasi yang

didapat adalah tidak boleh makan yang asin-asin,

durian, minum kopi dan yang berlemak. Jangan

minum-minuman yang mengandung soda dan

(16)

dapat menyebabkan stroke dan gagal jantung.

P3 menyatakan informasi yang didapatkan yaitu

makan-makanan yang rendah garam, jangan

yang asin-asin, jangan merokok, jangan

minum-minuman keras, jangan makan durian dan makan

daging anjing, informasi yang P3 bahwa

hipertensi yang berlangsung lama dapat

menyebabkan gagal jantung dan stoke.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa P1 dan P3

mengetahui makanan yang tidak boleh dimakan

oleh penderita hipertensi dan akbibat dari

hipertensi jika berlangsung lama. Sedangkan P2

dan P4 tidak memiliki perilaku untuk mencari

informasi tentang diet hipertensi karena P2 dan

P4 sibuk bekerja sehingga tidak menyempatkan

diri untuk mencari informasi tentang diet pada

penderita hipertensi.

4. Tema 4: Hambatan Pemberian Diet Makan

Dengan Ekonomi

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti

lakukan pada empat partisipan penelitian, peneliti

menemukan 1 partisipan yang memiliki

(17)

Berikut ini adalah penjelasan dari informan 3

mengenai hambatan diet makan dengan ekonomi

keluarga:

Ya mao macam mae bah kade dah na ba duit

atau laok mao na mao makan ikan asin.

Ya mau bagaimana lagi kalau sudah tidak ada uang mau tidak mau makan ikan asin. (informan 3; 85).

Sedangkan pernyataan dari informan 1, 2

dan 4 menyatakan tidak ada hambatan ekonomi

dalam pemberian diet makan pada penderita

hipertensi. Berikut ini penjelasan ke tiga

informan:

Mao bah, tapi kade kami karaja, kami na nuan ia makan ahe-ahe ja. Tapi setau kami ia ngikuti saran dari kami.

Mau, tapi kalau kami kerja kami tidak tahu ibu makan apa-apa saja. Tapi setau kami ibu mengikuti saran dari kami.

Cukup na cukup dicukupi, maklum diri petani uganya.

Cukup tidak cukup di cukupi, maklum kita petani. (informan 1; 105, 115).

(18)

Sedang dan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun penghasilan sedikit. Karena kami mempunyai ladang dan sawah sendiri jadi keperluan kami hanya membeli sayur dan alat-alat dapur.

Mao, barang cuma aku nang bamasak ka rumah, kalau we q biasanya ka jakat, barang kami hanya diamp badua ka rumah, jadi mao na mao aku man we ku nang karaja.

Mau karena cuma saya yang masak di rumah, kalau ibu saya biasanya ke sawah, karena kami hanya tinggal berdua di rumah, jadi mau tidak mau saya dan ibu saya yang kerja. (informan 2; 60, 65).

Nto mpeant na ada, ada sih tapi kebutuhan kami masih cukup lah nto saari-ari.

Untuk sekarang tidak ada, ada sih tapi kebutuhan kami masih cukup untuk sehari-hari.

Kade hambatan pasti ada, salah satu contohnya we aku masih minum kopi. Kade di padah tetap minum kopi.

Kalau hambatan pasti ada, salah satu contohnya ibu saya masih minum kopi. Jika di bilang masih tetap minum. (informan 4; 55).

Dari pernyataan ke empat partisipan di atas

bahwa partisipan 3 memiliki hambatan ekonomi

keluarga dalam pemberian diet makan pada

penderita hipertensi. Tetapi lain halnya dengan

partisipan 1, 2 dan 4, mereka tidak memiliki

(19)

diet makan karena partisipan mengatakan

mereka memiliki ladang dan sawah sendiri. Dari

keseluruhan partisipan didapatkan bahwa tidak

ada hambatan ekonomi bagi keluarga dalam

pemberian diet makan pada penderita hipertensi.

4.4.1. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data selama peneliti

melakukan penelitian adalah pada partisipan sendiri

dan pada orang yang terdekat dengan partisipan.

4.4.1.1 Member Check partisipan 1

Member check pada partisipan 1

dilaksanakan pada tanggal 16 Juni dan 21

Juni 2016 yaitu di rumah partisipan sendiri.

Peneliti menunjukkan hasil wawancara

dengan partisipan dan sepupu partisipan.

Alasan peneliti mengambil sepupu partisipan

karena sepupu partisipan setiap hari makan

ke rumah partisipan dan selalu berkunjung

ke rumah partisipan. Partisipan dan

sepupunya setuju dengan hasil wawancara

yang sudah ditunjukkan. Menurut partisipan

(20)

sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan

oleh peneliti.

4.4.1.2 Member Check partisipan 2

Member check pada partisipan 2

dilaksanakan pada tangga 17 Juni dan 28

Juni 2016 yaitu di rumah partisipan. Peneliti

menunjukkan hasil wawancara sebelumnya

pada partisipan dan paman partisipan,

partisipan setuju dengan hasil wawancara

yang ditunjukkan. Tidak ada hasil

wawancara yang dikoreksi oleh partisipan.

4.4.1.3 Member Check partisipan 3

Member check pada partisipan 3

dilaksanakan pada tanggal 25 Juni dan 28

Juni 2016 yaitu di rumah partisipan. Peneliti

menunjukkan hasil wawancara dengan

partisipan dan ayah partisipan, setelah

melihat hasil wawancara selama penelitian

partisipan dan ayah partisipan setuju dengan

(21)

4.4.1.4 Member Check partisipan 4

Member check pada informan 4

dilaksanakan pada tanggal 20 Juni dan 25

Juni 2016 yaitu di rumah partisipan. Peneliti

memperlihatkan hasil wawancara

sebelumnya kepada partisipan dan paman

partisipan agar hasil wawancara dapat

dikoreksi bila terdapat jawaban yang salah

atau keliru menurut partisipan. Alasan

peneliti memilih paman partisipan karena

paman partisipan karena setiap paman

partisipan tinggal serumah dengan

partisipan. Partisipan menyetujui hasil

wawancara dan tidak ada yang dikoreksi

oleh partisipan dari hasil wawancara.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Penyediaan Rendah Garam

Penyediaan rendah garam yang dimaksud adalah

peran keluarga dalam menyediakan makanan yang

rendah garam. Berdasarkan hasil wawancara dengan

partisipan 1, 3 dan 4, peneliti menemukan data bahwa

(22)

yang rendah garam. Keluarga yang tidak mampu

menyediakan makanan rendah garam dan garam

beryodium adalah partisipan 1, 3, dan 4.

Ketidakmampuan partisipan dalam menyediakan

makanan yang rendah garam dan beryodium karena

keluarga merasa, makanan yang dimasak atau

disediakan garamnya kurang rasanya tidak enak dan

hambar. Keluarga juga setiap kali memasak tidak

memisahkan makanan untuk keluarga dan penderita.

Alasan keluarga tidak memisahkan makanan antara

keluarga dan penderita karena membuat pekerjaan

menjadi bertambah dan kebiasaan keluarga dalam

kehidupan sehari-hari. Sehingga membuat partisipan 1,

3 dan 4 tidak menyediakan makanan yang rendah

garam untuk penderita hipertensi.

Hasil penelitian ini dikuatkan oleh penelitian

Novitasari (2014), hasil penelitiannya yaitu

pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga dengan

penggunaan garam beryodium. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dalam penggunaan garam

beryodium membuat masakan terasa kurang asin dan

menimbulkan rasa pahit dalam masakan sehingga ibu

(23)

memasak. Penelitian ini menguatkan hasil penelitian

yang peneliti lakukan. Keluarga kurang mampu dalam

menggunakan garam yang beryodium dan rendah

garam. Hasil penelitian ini juga dikuatkan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2014), bahwa

penilaian kepatuhan diet rendah garam sebelum

pendidikan kesehatan dan sesudah pendidikan

kesehatan menunjukkan bahwa tidak patuhnya

keluarga dalam diet rendah garam. Hasil penelitian

Nainggolan dkk (2012), hasil penelitiannya

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan diit rendah

garam.

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan pada PI,

PIII, IV, peneliti menemukan bahwa penyediaan rendah

garam pada penderita hipertensi masih kurang.

Keluarga pada saat memasak masih menggunakan

lebih dari 2 sendok makan garam dalam sehari.

Kebiasaan menggunakan garam yang tinggi membuat

penderita hipertensi sendiri menjadi tidak patuh dalam

menjalankan diet rendah garam. Sedangkan dalam

teori Naingolan dkk (2012) menyatakan bahwa

(24)

yang petugas kesehatan sarankan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penderita harus mengikuti diet

hipertensi yang disarankan oleh petugas kesehatan

terutama oleh dokter. Ketidakpatuhan keluarga dalam

menyediakan makanan yang rendah garam membuat

penderita hipertensi tidak mengikuti diet rendah garam

dan harus menyesuaikan diri untuk makan makanan

yang telah disediakan oleh keluarga.

4.5.2 Batasan Makanan Pada Penderita Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan

bahwa partisipan 1, 3 dan 4 sudah membatasi

makanan pada penderita hipertensi. Jenis makanan

yang partisipan katakan adalah daging anjing, daging

kambing dan minum kopi. Dari beberapa jenis makanan

memang sudah dilarang tetapi penderita tidak

mematuhi aturan yang partisipan berikan. Penderita

tetap saja makan makanan yang dibatasi oleh keluarga.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Angrina dkk

(2011), hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada

umumya penderita tidak patuh untuk melakukan diet

hipertensi, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan

(25)

Sikap negatif yang sering muncul dikarenakan

kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi

untuk menjalankan diet hipertensi, sikap negatif

disebabkan oleh budaya penderita sendiri yang sudah

melekat sejak lahir sehingga sangat sulit sekali untuk

dihilangkan. Hasil penelitian ini menguatkan bahwa

penderita sendiri yang kurang mematuhi diet hipertensi.

Meskipun keluarga sudah membatasi makanan bagi

penderita hipertensi tapi kesadaran penderita kurang

sama saja tidak ada manfaatnya. Keluarga dalam

pemberian diet hanya sebagai pengatur, pemberi

informasi dan pendamping bagi penderita. Penderita

seharusnya lebih menyadari dan mematuhi aturan yang

diberikan.

Penelitian yang dilakukan Masmuri (2006),

menyatakan bahwa meskipun keluarga sudah

memberikan informasi tapi sering kali penderita

mengabaikannya. Semua tergantung pada penderita,

jika penderita punya kesadaran diri yang tinggi maka

mereka akan memperhatikan kesehatannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan

kurangnya pemberian diet hipertensi dikarenakan

(26)

makan atau mengatur pola makan yang baik. Keluarga

sendiri sudah berperan dalam memberikan batasan

makanan pada penderita hipertensi. Hasil penelitian

yang peneliti lakukan dikuatkan oleh hasil penelitian

Rosiana (2014), hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa kepatuhan penderita hipertensi masih kurang

dan ada pengaruh pendampingan diet pada penderita

hipertensi.

4.5.3. Mendapatkan Informasi

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan 2 dari 4

partisipan yang mau mencari informasi tentang

makanan untuk penderita hipertensi dan akibat dari

hipertensi jika dibiarkan dan berlangsung lama.

Partisipan 1 dan 3 mau mencari informasi tentang

hipertensi. Partisipan juga menjawab dengan benar

tentang makanan pada penderita hipertensi dan akibat

dari hipertensi jika berlangsung lama. Menurut Dra dkk

(2014), bahwa informasi sangat diperlukan dalam

proses pengambilan keputusan, baik tidaknya hasil dari

suatu proses pengambilan keputusan adalah

tergantung pada informasi yang diterima. Hasil

(27)

yang didapat partisipan dapat membuat partisipan

untuk mengambil keputusan terutama keputusan dalam

mengatur diet pada penderita hipertensi dan mencari

tahu tentang penyakit hipertensi di layanan kesehatan,

media masa dan orang terdekat dengan keluarga.

Penelitian ini juga dikuatkan oleh teori Machmud

(2013), teorinya menunjukkan bahwa informasi

merupakan rangkaian aktivitas kerja yang membentuk

suatu kesatuan sistem dengan tujuan yang sama

melalui pengumpulan, penyimpanan, pengolahan

sampai menghasilkan informasi yang berguna dalam

menentukan keputusan.

Dari hasil teori Dra dkk (2014) dan Machmud (2013)

di atas dapat disimpulkan bahwa informasi sangat

penting bagi keluarga, baik dalam mengambil

keputusan, mengumpulkan informasi, menyimpan dan

mengolah informasi untuk kepentingan keluarga

terutama dalam mengumpulkan informasi tentang

peran keluarga dalam pemberian diet pada penderita

hipertensi. Setelah keluarga mengumpulkan informasi

yang didapatkan diharapkan keluarga dapat mengambil

keputusan tentang informasi yang didapatkan terutama

(28)

4.5.4. Hambatan Pemberian Diet Makan Dengan Ekonomi.

Hasil penelitian terhadap 4 partisipan, peneliti

mendapatkan bahwa partisipan 3 mendapat hambatan

ekonomi dalam pemberian diet makan pada penderita

hipertensi. Partisipan 1, 2 dan 4 tidak ada hambatan

ekonomi pada penderita hipertensi. Hasil ini didukung

oleh penelitian Wass dkk (2014), bahwa tidak ada

hubungan antara tingkat pendapatan dengan kejadian

hipertensi terutama untuk pemberian diet hipertensi.

Berbeda dengan hasil penelitian Arum (2011), hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan

social ekonomi dalam era globalisasi telah menambah

kompleksnya masalah kesehatan di Indonesia dengan

meningkatnya kejadian penyakit degeneratif

diantaranya adalah hipertensi. Meningkatnya sosial

ekonomi dan era globalisasi membuat keluarga memilih

bumbu yang instant untuk digunakan dan dimakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan tidak ada

(29)

penderita hipertensi. Masalah ekonomi yang dimaksud

adalah masalah keuangan untuk mendapatkan

makanan khusus pada penderita hipertensi. Keluarga

juga memiliki ladang dan kebun sendiri sehingga

keluarga tidak perlu membeli sayur-sayuran dan

buah-buahan untuk penderita hipertensi. Kesadaran

penderita yang menjadi masalah utama dalam

pemberian diet. Penderita menganggap aturan makan

hal yang sulit dilakukan.

4.6. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari dalam penelitian yang dilakukan

terdapat beberapa hambatan yaitu :

1. Dalam penelitian ini awalnya peneliti mengambil 5

partisipan, namun saat dilakukan penelitian salah satu

anggota keluarga yang menderita hipertensi meninggal

karena sakit dan partisipan yang sudah dipilih juga

tidak bisa diwawancarai lagi. Peneliti juga sempat

mewawancari masyarakat yang anggota keluarganya

menderita hipertensi tetapi hasil yang didapatkan tidak

sesuai dengan tujuan penelitian. Akhirnya peneliti

hanya mengambil 4 partisipan untuk dijadikan

(30)

2. Saat dilakukannya wawancara partisipan cenderung

menjawab singkat sehingga peneliti harus memberikan

pertanyaan-pertanyaan lain untuk bisa menjawab

Gambar

Tabel di atas merupakan karakterisistik dari setiap

Referensi

Dokumen terkait

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002.. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik

The result of this study are: (1) students’ achievement after treatment given is higher than before treatment given both by SAVI approach and conventional

Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966 s.d.. Reformasi lahir setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri sejak 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden Dr. Berhentinya

The students know what are the using simple present tense but they not able to used them in suitable writing descriptive text while they were writing

Dalam proses pembangunan politik, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mentransformasikan sistem politik kita yang ada dan berlaku dengan berlandaskan pada

 Supaya menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa dalam proses pembelajaran yaitu siswa sebagai subyek belajar dan bukan sebagai obyek yang harus terus dimasuki

pemerintahan , namun pemahaman demokrasi saat itu adalah semua orang sebagai komponen bangsa semua berkumpul untuk memperbincnagkan bagaimana baiknya dalammenyiapkan

Indonesia adalah salah satu negara yang selalu menggencar-gencarkan pelaksanaan demokrasi, namun faktanya keadilan rakyat untuk mendapatkan hak berdemokrasi sangatlah sulit..