• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stilistika Pada Wacana Iklan Smartphone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stilistika Pada Wacana Iklan Smartphone"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Wacana

Menurut kalangan Linguis, wacana adalah unit bahasa yang lebih tinggi

dari kalimat di mana analisis bahasa tidak hanya berhenti pada tataran kalimat saja

dan ini menunjukkan analisis bahasa dalam konteks komunikasi. Wacana

biasanya tersusun atas satuan – satuan lingual yang ada dibawahnya seperti kalimat, klausa, frasa, kata atau morfem. Wacana dapat hanya terdiri atas satu

kalimat atau bahkan kalimat yang tidak lengkap tergantung dari konteks wacana

tersebut.

Renkema (2004 : 1) menyatakan bahwa wacana merupakan kajian tentang

hubungan bentuk dan fungsi dalam komunikasi verbal. Johnstone (2002 : 2)

menyatakan wacana umumnya dimaknai sebagai salah satu contoh komunikasi

melalui medium bahasa. Eriyanto (2001 : 2-3) menyatakan bahwa wacana

merupakan bentuk komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik

kepercayaan, nilai dan kategori, yang dapat dimasukkan ke dalamnya. Sementara

kalangan sosiolog menganggap wacana sebagai hubungan antara konteks sosial

dengan pemakaian bahasa.

Sebagai salah satu bentuk komunikasi, wacana melibatkan pengirim

(sender) dan penerima pesan (receiver). Dalam hal ini, produsen berperan sebagai

pengirim pesan sedangkan para konsumen tersebut sebagai penerima pesan

(2)

kepada konsumen selanjutnya ide, pandangan dan gagasan ini diinterpretasikan

oleh konsumen.

Penelitian ini melihat iklan dari sudut pemroduksian wacana sehingga

kajian wacana yang terkait erat dengan hal ini adalah model pemroduksian teks

yang dikemukakan oleh Bereiter dan Scandamalia (1987) yang dikutip oleh

Renkema (2004). Model yang ditemukan oleh Bereiter dan Scandamalia

menyajikan hubungan antara wacana yang dipandang dari pemroduksian wacana.

Bereiter dan Scandamalia (1987) menemukan dua model pemroduksian

wacana yaitu knowledge–telling model dan knowledge–transforming model. Pada

knowledge–transforming model para penulis menyajikan pesan yang akan disampaikan dengan perencanaan yang tidak mendalam. Pesan yang disajikan apa

adanya tanpa pengelolaan yang kompleks. Pesan tersebut biasanya tercermin pada

proses penulisan yang dilakukan oleh penulis yang belum berpengalaman.

Dalam knowledge–transforming model penulis sudah mampu mengembangkan cara penulisan dalam proses produksi wacana. Model ini

mempertimbangkan banyak hal dalam melakukan prosesnya sehingga muatan

yang dikandungkan lebih komplek dan kreatif. Knowledge–transforming model

memerlukan perhatian yang besar terhadap dua ranah yaitu ranah isi (pesan) dan

retorika (bentuk). Ranah isi terkait dengan apa yang akan disampaikan yaitu pesan

dan ranah retorika terkait dengan bagaimana hal yang akan disampaikan tersebut

disajikan (Renkema 2004 : 223) yaitu bentuk penyajian pesan. Ranah isi (pesan)

dan retorika (bentuk) akan berinteraksi secara aktif karena penulis harus aktif

(3)

yang mampu menguraikan ranah isi (pesan) dana ranah retorika (bentuk), yaitu

stilistika.

2.2 Ideologi Teks Wacana

Secara awam, ideologi dapat dikatakan sebagai suatu paham atau

aliran yang diyakini kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari adanya paham

komunis, paham liberal, dan yang lainnya sebagai ideologi. Ideologi dapat berupa

sesuatu yang abstrak ataupun nyata.

Menurut van Zoest (1991:60), sebuah teks tidak pernah lepas dari ideologi

dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah ideologi.

Terkait dengan wacana sebuah teks, ideologi merupakan ide-ide pokok seorang

pembuat teks yang tercermin dari teks tersebut.

Fairlough (1985:85) berpendapat bahwa ideologi tidaklah tercermin

sebagai unsur eksplisit dalam sebuah teks, melainkan berlaku sebagai asumsi

latar belakang yang menyebabkan lahirnya sebuah teks. Ideologi

membantu dalam membentuk struktur dan alur sebuah teks, sedangkan dari

segi pembaca ideologi membantu dalam menginterpretasikan teks tersebut.

Ideologi menekankan kesadaran (keyakinan) atau pendirian tentang

pemikiran atau pandangan tertentu. Ideologi tetap menyangkut ide -ide,

gagasan, pedoman atau petunjuk-petunjuk produksi tentang makna. Ideologi

menentukan cara memandang, orientasi memandang atau menyikapi tentang

segala sesuatu.

Ideologi mempengaruhi pikiran, selera, perasaan, dan menuntut

(4)

seseorang atau kelompok tidak bersifat permanen, tidak bersifat kontinum,

tetapi selalu bisa berubah tergantung pada kepentingan penganutnya. Ideologi

bisa juga desakan dari dalam (internal) diri individu atau kelompok, akibat

desakan atau pengaruh yang datang dari luar secara eksternal (Syamsuddin, 2008:

90)

2.3 Semiotik

Ahli semiotik Barthes (2012) menjelaskan cara kerja semiotik. Menurut

Barthes, mitos adalah suatu sistem komunikasi, sesuatu yang memberikan pesan.

Baginya, mitos bukanlah suatu benda, gagasan atau konsep, melainkan suatu cara

signifikasi suatu bentuk. Mitos adalah suatu tuturan (parole) dan semua yang

dapat dianggap wacana (discourse).

Barthes menyatakan bahwa mitos dapat berupa tulisan, reportase, film atau

pertunjukan. Jadi, semua wujud mitos baik yang berupa gambar maupun tulisan

mengandung kesadaran bermakna, meskipun dalam kadar yang tidak sama.

Barthes berkesimpulan bahwa bahasa, wacana dan tuturan, baik yang bersifat

verbal maupun visual, semuanya bermakna. Berpijak pada pandangan itu, Barthes

mengutarakan mitos sebagai sistem semiotik. Menurutnya, mitologi adalah suatu

fragmen dari ilmu tentang tanda yang luas, yakni semiotik. Semua semiotik

mengacu pada dua istilah kunci, yakni penanda (signifiant) dan petanda (signifie).

Mengutip pendapat Saussure, Barthes menyatakan bahwa semiotik

mengacu pada dua istilah kunci yakni signifiant (penanda) dan signifie (petanda).

Penanda adalah imaji bunyi yang bersifat psikis, sedangkan petanda adalah

(5)

Barthes (2012) selanjutnya mengemukakan bahwa dalam mitos sebagai sistem

semiotik tahap kedua terdapat tiga dimensi, yakni penanda, petanda, dan tanda.

Barthes membuat model sistematis dalam menganalisis makna dari

tanda-tanda fokus perhatiannya tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap (two order of

signification). Signifikasi pertama merupakan hubungan antara siginfier dan

signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Ia menyatakan sebagai

derolasi, yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda (makna sebenarnya sesuai

kamus).

Konotasi adalah istilah Barthes (2012) untuk menyebut signifikasi

terhadap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda

bertemudengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai- nilai dari

kebudayaanya (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Barthes (2012) yang

digunakannya dalam menganalisis iklan, diantaranya:

1. Pesan linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan).

2. Pesan ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan

yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang

lebih luas dalam masyarakat), dan

3. Pesan ikonik yang tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan).

Teori semiotik dalam penelitian ini bermanfaat untuk menganalisis aspek

visual pada iklan. Dalam hal ini, teori yang digunakan adalah teori dari Barthes

(2012). Ia menyajikan suatu konsep hubungan antara ekspresi dan isi. Di dalam

penelitian ini teori semiotik digunakan untuk membantu peneliti dalam

(6)

digunakan untuk menjelaskan aspek ikonis dan non verbal sehingga menunjang

penelitian stilistika yang dilakukan.

2.4 Iklan

Iklan yang dalam bahasa Inggris adalah advertisement berasal dari bahasa

Latin advere yang bermakna turn toward (Goddard 1998 : 11). Makna dari turn

toward yaitu mengemukakan iklan yang berusaha menarik perhatian pembaca,

pendengar dan penontonnya sehingga tertarik untuk melihat, mendengar atau

membaca iklan tersebut.

Goddard (1998 : 2) juga mengemukakan bahwa iklan adalah suatu strategi

pemasaran. Dalam upaya iklan menarik perhatian pembeli, produsen akan

berusaha menanamkan kepercayaan kepada konsumen melalui iklan. Ia

mengemukakan bahwa iklan dibentuk untuk memberikan identitas kepada sesuatu

yang diwakilinya. Pernyataan Goddard (1998) menunjukkan bahwa iklan tidak

selalu berusaha menjual sesuatu, tetapi dapat pula memberikan identitas kepada

produk yang diiklankan. Identitas inilah yang akan menjadi ciri khas dan diingat

oleh konsumen dan menimbulkan citra tertentu terhadap iklan tersebut bahkan

mampu membuat komunitas tertentu.

Altstie dan Grow (2006) mengemukakan komponen – komponen dalam iklan (terkait dengan aspek struktur wacana), yaitu data klien (khusus untuk biro

iklan), prajudul, judul, gambar (foto), pascajudul, teks iklan, logo, dan slogan.

1. Prajudul adalah bagian iklan yang mendahului headline (judul), tujuan

prajudul dibuat adalah untuk membangun prajudul, menentukan penikmat

(7)

penonton, dan mengidentifikasikan sebuah iklan dalam berbagai segi

(Altstie dan Grow 2006: 164)

2. Judul adalah bagian yang berfungsi menarik perhatian pembaca atau

penonton secara langsung, memilih prospek yang tepat, mengantarkan

pembaca kepada teks, dan melengkapi keseimbangan kreatif (bersinergi

dengan visual) (Altstie dan Grow 2006: 163)

3. Gambar (foto) yang melengkapi iklan dan memvisualisasikan pesan yang

ingin disampaikan pengiklan.

4. Pascajudul terletak di bawah judul atau mengikuti judul. Tujuan

ditampilkannya pascajudul adalah untuk menjelaskan judul, menegaskan

ide pokok pada judul, memotong blok teks iklan yang panjang, dan

mengantarkan pembaca kepada teks (Altstie dan Grow 2006: 163).

5. Teks iklan adalah bagian dari iklan yang berisi informasi apa saja yang

ingin disampaikan melalui iklan. Terdapat tiga jenis teks iklan, yaitu:

a. Story, bersifat terstruktur karena memiliki pembukaan, bagian tengah,

dan penutup.

b. Bullet points menyajikan informasi atau hal yang diiklankan dengan

menggunakan pointer berupa kata kunci atau frasa – frasa yang penting saja.

c. One-liner atau penggunaan satu kalimat atau alamat situs saja

dianggap cukup memadai untuk menarik perhatian penikmat iklan.

6. Logo adalah lambang produk yang diiklankan.

7. Slogan yang muncul setelah logo. Tujuan penggunaan slogan adalah untuk

(8)

kampanye (promosi). Selain itu, tagline juga mengkristalisasikan suatu hal

yang terkait erat dengan merk atau produk tertentu (Altstie dan Grow

2006: 166).

Leech (1966) menyatakan bahwa secara umum setiap iklan, khususnya

iklan media cetak, terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut:

a. Headline merupakan kepala/tajuk sebuah iklan yang berfungsi sebagai eye

catcher

b. Illustration(s) merupakan latar belakang sebuah iklan yang memberikan

ilustrasi terhadap iklan tersebut

c. Body copy merupakan tubuh/isi sebuah iklan yang berisikan informasi dan

pesan iklan.

d. Signature line (logo) merupakan tampilan produk yang diiklankan berikut

harga, slogan, atau merek.

e. Standing details merupakan kaki/penutup sebuah iklan yang terdapat pada

bagian bawah/akhir iklan. Bagian penutup biasanya berupa informasi

tambahan terkait dengan produk yang diiklankan, seperti alamat perusahaan,

pusat informasi, dan lain - lain. Tampilan bagian ini biasanya berupa tulisan

kecil dan tidak mencolok

2.4. Iklan Smartphone

Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan

dengan pengunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Belum ada standar

pabrik yang menentukan arti ponsel cerdas. Bagi beberapa orang, ponsel cerdas

(9)

operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi

pengembang aplikasi. Bagi yang lainnya, ponsel cerdas hanyalah merupakan

sebuah telepon yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat elektronik),

internet dan kemampuan membaca buku elektronik (e-book) atau terdapat papan

ketik (baik sebagaimana jadi maupun dihubung keluar) dan penyambung VGA.

Dengan kata lain, ponsel cerdas merupakan komputer kecil yang mempunyai

kemampuan sebuah telepon.

Pada era globalisasi saat ini banyak muncul smartphone kepada seluruh

masyarakat dunia sehingga menuntut produsen – produsen smartphone untuk memperkenalnya smartphonenya. Salah satu langkah yang diambil mereka adalah

dengan media iklan. Dengan media iklan, produsen dapat memaparkan kelebihan

produknya sehingga diminati oleh masyarakat. Beberapa dari smartphone tersebut

seperti :

1. Asus

Asus adalah salah satu perusahaan asal Taiwan yang telah berdiri sejak

1989. Kata „ASUS‟ diambil dari empat huruf terakhir kata PegAsus, kuda bersayap dalam mitologi Yunani yang melambangkan kebijaksanaan dan pengetahuan.

ASUS menjelmakan kekuatan, kemurnian dan jiwa petualang dari makhluk

mengagumkan ini, dan membubung tinggi menuju puncak dengan setiap produk

yang diciptakannya. Asus menduduki peringkat no 2 sebagai merk smartphone di

Indonesia yang menunjukan bahwa produk ASUS adalah salah satu produk terbaik

yang dipakai oleh masyarakat Indonesia dan juga kota Medan. Terdapat dua iklan

produk Asus yang akann dianalisis yaitu Asus Zenfone 4C dan Asus Zenfone

(10)

2. Huawei

Huawei adalah perusahaan pemasok perangkat telekomunikasi dan

jaringan komunikasi terbesar di Cina dan dunia. Huawei Technologies didirikan

pada tahun 1988 oleh Ren Zhengfei yang mengkhususkan pada penelitian dan

pengembangan, produksi dan pemasaran perangkat-perangkat telekomunikasi dan

menyediakan solusi bagi operator penyelenggara telekomunikasi. Huawei

menempati peringkat ke 3 untuk menjadi produk smartphone terlaris di dunia.

Huawei Memiliki lambang berupa bunga, kata Hua (华) mengandung

beberapa arti tergantung cara bacanya. Bisa berarti bunga (kelopak) jika dibaca

dengan nada pertama (huā). Namun, sebenarnya perlu dibaca (huá) yang berarti

gelora atau mewah. Sedangkan suku kata kedua Wei () memiliki arti

pencapaian, prestasi, atau aksi dalam bahasa mandarin. Jadi, bisa disimpulkan

bahwa kombinasi kedua kata ini memiliki terjemahan kasar “pencapaian yang

membanggakan/bergelora”. Terdapat dua iklan dari produk Huawei yang akan

dianalisis yaitu Huawei G8 dan Huawei P9 lite.

3. Oppo

Oppo adalah produsen elektronik yang berbasis di Dongguan, Guangdong,

Cina sejak tahun 2004. Oppo pertama kali mengeluarkan smartphone pada tahun

2013 dan terus berkembang hingga sekarang. Oppo menempati posisi keempat

smartphone terlaris dunia setelah Samsung, Apple, dan Huawei. Keberhasilan

(11)

mereka tertarik. Terdapat dua iklan Oppo yang akan dianalisis yaitu Oppo R7s

dan Oppo F1s.

4. Vivo

Vivo merupakan salah satu perusahaan terkemuka di China yang

memproduksi smartphone dan phablet berbasis Android. Vivo didirikan oleh

Shen Wei sejak tahun 2009 dan hingga kini dia menjabat sebagai CEO dari Vivo.

Dalam kurun waktu selama 7 tahun sejak didirikan, kini Vivo mampu menduduki

5b besar posisi smartphone terlaris di dunia dengan market share. Terdapat dua

iklan produk smartphone Vivo yang akan dianalisis yaitu Vivo V3|V3 Max dan

Vivo Y55.

5. Coolpad

Coolpaad adalah perusahaan merek dagang milik Yulong Computer

Telecommunication Scientific Co.Ltd ini sangat populer di Tiongkok. Baru

berdiri 1993, Coolpad kini menjadi merk dagang Smartphone nomor 2 di pasar

dalam negeri Tiongkok. Coolpad berhasil menempel Samsung dan Lenovo yang

masih menduduki dua teratas di negeri Tirai Bambu itu. Sedangkan untuk pasar

dunia, Coolpad kini berhasil menduduki posisi ke-7. Namun yang menarik

pabrikan yang berbasis di Kota Shenzhen, Tiongkok ini justru mampu menjadi

yang terdepan untuk teknologi 4G LTE di pasar domestik. Terdapat dua iklan

smartphone Coolpad yang akan dianalisis yaitu Coolpad MAX dan Coolpad

(12)

2. 5 Positioning

Positioning adalah pembentukan citra, yakni memberikan persepsi pada

konsumen terhadap suatu produk untuk membentuk kepercayaan kepada

konsumen terhadap suatu produk tersebut. Contoh positioning dalam produk

Apple yang memberikan persepsi kepada konsumen bahwa produk mereka adalah

smartphone yang berbeda dengan smartphone lainnya dan menggunakan privasi

dan keamanan yang tinggi, produk Sony memberikan persepsi kepada konsumen

bahwa produk mereka memiliki kualitas lebih dalam bidang musik dan kamera.

Dalam periklanan, tidak ada yang lebih penting dari pada

menginformasikan kekhasan yang menjadikan produk tersebut berbeda. Gagasan

tentang persepsi konsumen sangatlah penting dalam pembedaan produk.

Perbedaan nyata dapat berupa ciri – ciri, harga, atau kualitas. Perbedaan – perbedaan yang diciptakan oleh persepsi biasanya didasarkan pada citra sebuah

produk atau positioning (Lee dan Johnson 1999: 100)

Positioning adalah persepsi konsumen terhadap produk dan untuk

memposisikan produk baru atau produk yang telah ada sehingga pemasar perlu

untuk mengetahui bagaimana konsumen atau pembeli industri dalam pasar

targetnya membayangkan produk dalam kategori terkait. Contohnya seperti trend

masa kini yaitu berfoto pada kamera depan “selfie” sangat banyak digunakan pada konsumen smartphone sehingga pemasar produk smartphone

(13)

Kasali (2007 : 157) menjelaskan bahwa positioning adalah suatu proses

atau upaya untuk menempatkan suatu produk, merk, perusahaan, individu atau apa

saja di dalam pikiran orang-orang yang dianggap sebagai sasaran konsumen.

Penjelasan Kasali mengenai positioning menunjukkan keterkaitan

positioning dengan tema. Melalui sebuah tema strategi positioning dapat terlihat.

Suatu tema dapat menunjukkan sifat – sifat produk mana sajakah yang ditonjolkan dalam positioning. Berbagai strategi dalam positioning yang dimaksud oleh Kasali

adalah (2007 : 160 – 165):

1. Positioning karakteristik produk, seperti produk Apple adalah produk yang

memiliki keamanan dan spesifikasi yang berbeda dari produk smartphone

lainnya.

Positioning karakteristik produk meliputi penonjolan (1) karakteristik fisik

atau produk, seperti suhu, warna, ketebalan, kehalusan, jarak, harga,

kekuatan, dan lain sebagainya, (2) karakteristik fisik semua (tidak dapat

diukur, dilihat dengan jelas, misalnya rasa, selera, dan keharuman), (3)

keuntungan konsumen (keuntungan yang dinikmati oleh calon pembeli,

misalnya tidak berbahaya bagi kulit, aman untuk anak – anak, tidak berlemak, mudah dihidangkan, dan lainnya)

2. Positioning harga dan mutu. Konsumen mempersepsikan harga dan mutu

secara bersamaan walaupun sebenarnya kedua hal tersebut berbeda. Harga

yang tinggi dianggap sebagai produk yang bermutu tinggi karena

konsumen meyakini bahwa produsen memerlukan dana yang besar untuk

menyeleksi bahan baku, perawatan mesin yang canggih sehingga mutu

(14)

kurang bermutu karena dianggap mencerminkan pembuatan asal jadi

dengan bahan baku murahan.

3. Positioning penggunaan, mengkomunikasikan citra produk yang dibentuk

dari penggunaannya.

4. Positioning menurut pemakainya. Banyak produk yang mencantumkan

tanda tangan atau tokoh ternama pada merk tertentu untuk menarik

perhatian konsumen dan menciptakan seolah–olah si model atau tokoh tersebut memakai produk tersebut. Dalam hal ini pembeli seakan–akan berada dalam selera dan kelas yang sama dengan sang model yang ada

pada iklan tersebut.

5. Positioning menurut kelas produk. Hal ini terkait dengan produk lain,

yaitu bagaimana menempatkan citra produk dengan memperhatikan

produk pesaing.

6. Positioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya untuk

menciptakan citra yang berbeda di mata calon konsumen.

7. Positioning langsung terhadap pesaing yang didasari oleh produk pesaing

di mata konsumen.

Kasali (2007) menambahkan bahwa dalam melakukan positioning perlu

dilakukan beberapa hal (164-165), yaitu:

1. Identifikasi para pesaing yaitu siapa-siapa saja yang menjadi pesaing

dalam produk. Seperti bagian dari smartphone terdapat banyak merk

seperti Oppo, Asus, dan lainnya diantara mereka terdapat persaingan

(15)

2. Persepsi konsumen terhadap produk pesaing, tujuannya untuk

membandingkan suatu produk dengan produk pesaingnya.

3. Menentukan posisi pesaing, yaitu berusaha mengetahui posisi pesaing dari

berbagai sudut pandang.

4. Menganalisis preferensi konsumen, yaitu menyelidiki posisi yang

dikehendaki oleh konsumen terhadap produk tertentu.

5. Menentukan posisi merk produk sendiri dengan mempertimbangkan

beberapa hal:

a. Analisis ekonomi, yaitu analisis terhadap luas dan potensi pasar serta

kemungkinan untuk memasuki pasar tersebut.

b. Memilih segmen psar

c. Iklan yang sudah berhasil tidak boleh diubah karena kepribadian

produk telah berhasil dikenal oleh masyarakat dan mengubahnya sama

saja dengan menyia-nyiakan eksistensi kepribadian produk tersebut.

d. Pertimbangan simbol danmerk produk yang penting untuk

menunjukkan identitas sekaligus kepribadian produk.

Dari penjelasan tentang positioning pada iklan yang dikemukakan oleh

Kasali diatas, tema memiliki peran penting dalam melakukan positioning sehingga

pengetahuan tentang tema penting untuk dipahami. Renkema (2004) tidak

membedakan antara tema dengan topik. Tema atau topik menurut Renkema

adalah tentang sesuatu yang dibicarakan di dalam suatu wacana. Tema atau topik

adalah ringkasan dari sebuah wacana yang merupakan proposisi utama atau hal

(16)

2.6 Stilistika

Stilistika merupakan cabang ilmu linguistik yang memfokuskan diri pada

analisis gaya bahasa. Kajian mengenai bahasa dapat mencakup gaya bahasa.

Stilistika mencoba memahami mengapa penulis cenderung menggunakan

kata-kata, kalimat atau ungkapan tertentu. Pada mulanya, stilistika memang lebih

terbatas pada persoalan bahasa dalam karya sastra. Namun dalam

perkembangannya, pengertian gaya juga dilihat dalam hubungannya di luar sastra.

Maka dibedakan antara gaya sastra dan gaya nonsastra.

Abrams (1981: 192), menyatakan bahwa fitur stilistika (stylistic features)

adalah fonologi, sintaksis, leksikal, dan retorika (rhetorical) yang meliputi

karakteristik penggunaan bahasa figuratif, pencitraan, dan sebagainya.Adapun

Leech & Short (1984: 75-80) berpendapat bahwa unsur stilistika (stylistic

categories) meliputi unsur leksikal, gramatikal figure of speech, serta konteks dan

kohesi.

Berbagai pakar sastra telah mengurai ruang lingkup stilistika.

Dalam Pengkajian Puisi Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta, Pradopo (1993:10)

mengurai ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam

stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya

intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat. Dalam Bunga Rampai

Stilistika, Sudjiman (1993:13-14) menguraikan pusat perhatian stilistika

adalah style, yaitu cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan

maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana style dapat diterjemahkan

(17)

Dalam melakukan analisis stilistik pada suatu wacana, terdapat beberapa

fitur yang dianalisis, yaitu aspek isi (hal - hal yang dibicarakan dalam iklan terkait

dengan tema atau topik yang diangkat), struktur yang membentuk wacana,

sintaksis atau konstruksi kalimat yang digunakan, leksikon, dan penggunaan

bahasa yang terkait dengan jenis dan ukuran karakter yang digunakan,

penggunaan bahasa majasi (figutarif), dankesengajaan kesalahan ejaan atau

penulisan (Renkema 2004 : 153).

Dalam ranah leksikon, Renkema (2004) menganalisis beberapa hal penting

yaitu:

1. Keragaman leksikon berkaitan dengan rasio banyaknya kata yang berbeda

dengan jumlah keseluruhan kata yang digunakan. Keragaman leksikal

disebut dengan Type-Token Ratio. Token adalah sejumlah kata yang

muncul dalam suatu teks dan type adalah kata-kata yang berbeda dalam

suatu teks. TTR dapat menunjukkan seberapa beragam kosakata yang

digunakan.

2. Nominalisasi atau proses pembentukan nomina dari kata-kata pada kelas

yang sama atau berbeda.

3. Panjang pendek kata yang terdapat dalam suatu wacana.

4. Hapax Legomena atau kata yang muncul hanya satu kali.

Selain Renkema (2004), Sowinski (1991) juga menjelaskan aspek leksikal

dari bagian analisis stilistik dalam unsur stilistik. Variasi leksikal tersebut adalah

sinonim, hominim, antonim, kekerabatan kata, medan kata, nomina abstrak dan

konkret, hiponim, kosakata yang menunjukkan ideologi tertentu, kata-kata serapan

(18)

kata-kata tertentu yang memiliki nilai rasa atau konotasi Sowinski (1991 : 119-130)

menjelaskan variasi leksikal tersebut sebagai berikut:

1. Penggunaan sinonim sangat penting dalam analisis stilistik karena kata

yang digunakan dalam suatu teks sangat bervariasi bentuknya. Penggunaan

kata yang berbeda dengan makna yang sama akan berpengaruh.

2. Penggunaan homonim yang juga berkaitan dengan gejala polisemi. Hal

yang harus diperhatikan adalah bagaimana kata yang sama bermakna

berbeda.

3. Penggunaan antonim berkaitan dengan kata-kata yang mendapatkan

ataupun tidak mendapatkan proses morfologis untuk menyatakan oposisi

atau lawan kata.

4. Kekerabatan kata. Kekerabatan kata merupakan keterkaitan antara satu

kata dengan kata yang lain berdasarkan kata dasarnya.

5. Medan makna adalah kata-kata pada kelas yang sama yang berada dalam

suatu ranah makna.

6. Nomina abstrak dan konkret dapat mempengaruhi interpretasi teks.

Kehadiran nomina abstrak maupun konkret dipengaruhi oleh jenis teks

yang dibentuk dan juga dipengaruhi oleh bidang kajian yang

melatarbelakangi penulisan teks tersebut.

7. Istilah pada bidang-bidang tertentu yang mempengaruhi pemahaman

terhadap teks. Pemahaman terhadap suatu bidang akan membantu

pembaca memahami kosakata yang terkait dalam bidang tersebut.

8. Kosakata yang mengandung makna ideologis yang berperan dalam suatu

(19)

9. Kosakata serapan atau pinjaman dianalisis untuk mengetahui pengaruh

penggunaannya dan konteks apa yang melatarbelakangi penggunaan

kata-kata serapan dan pinjaman tersebut.

10.Kasakata yang berlaku secara regional atau lokal yang berlaku secara

nasional dalam penggunaannya.

11.Kosakata yang terikat atau terbatas masa dan waktu tertentu juga perlu

diperhatikan dalam proses analisis.

12.Ragam bahasa yang digunakan.

13.Kata-kata yang mengandung makna figuratif atau konotasi.

Dalam analisis fitur stilistik juga terdapat analisis tentang sintaksis atau

konstruksi kalimat. Namun dalam penelitian ini, fitur stilistik tentang sintaksis

menggunakan teori Sowinski. Ia mengemukakan hal-hal yang diamati pada ranah

sintaksis adalah:

Stilistika merupakan salah satu dari beberapa disiplin ilmu yang

mempelajari gaya (style) dengan menggunakan teks sebagai objek kajian. Di

samping stilistika, teks linguistik juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang

juga menggunakan teks sebagai objek kajian. Awalnya para ahli linguistic

mengalami kesulitan untuk mengklafikasikan perbedaan yang jelas antara

stilistika dan teks linguistik. Namun, hal ini tidak berlangsung lama, setelah

kongres internasional perhimpunan ahli linguistik Jerman pada tahun 1985 di

Gottingen, mulai terdapat pembedaan yang jelas antara stilistika dan teks

linguistik (Sowinski 1991: 9).

Sowinski mengatakan bahwa teks linguistik mengkaji keterkaitan antara

(20)

dalam suatu teks. Teks linguistik mengabaikan efek komunikatif yang mampu

ditimbulkan oleh gaya (style). Di sisi lain stilistika mengkaji bagian kalimat secara

lebih spesifik, mulai dari mengkaji panjang-pendek kalimat sampai pada

penggunaan kata yang dipilih (diksi). Selain itu stilistika mengkaji pula unsur

yang diabaikan oleh teks linguistik yaitu efek komunikatif yang mampu

ditimbulkan oleh gaya (style)

Dahulu, gaya (style) hanya berada pada tataran kata, misalkan variasi

penggunaan kata. Akan tetapi, pada masa kini, gaya (style) dapat pula dikenali

dalam suatu kesatuan teks yang lebih besar. Hal ini dapat kita lihat melalui gaya

penulisan yang dipengaruhi oleh latar belakang penulis dan waktu penulisan.

Disini, kita dapat melihat perluasan cakupan objek stilistika. Perluasan cakupan

objek inilah yang menyebabkan terdapatnya dua klasifikasi terhadap stilistika,

yakni makrostilistika (ruang lingkup yang lebih luas) dan mikrostilistika (ruang

lingkup yang lebih sempit) (Sowinski 1991: 10).

Mikrostilistika merupakan klasifikasi gaya yang memfokuskan diri dalam

kajian gaya dalam kalimat. Susunan kalimat (sintaksis) mempunyai banyak

variasi, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Antara variasi yang satu

dengan yang lain terkadang mempunyai kesamaan bentuk gaya, meskipun tidak

jarang pula yang mempunyai perbedaan gaya yang kontras. Melalui gaya yang

terdapat dalam kalimat, kita juga dapat mengetahui karakteristik dari si pengarang

karena setiap pengarang memiliki ciri khas tersendiri.

Ada pengarang yang menggunakan banyak kalimat atau bahkan tidak

jarang pula ada pengarang yang hanya menggunakan satu kalimat saja untuk

(21)

(style) masing-masing pengarang. Oleh karena itu, unsur sintaksis bergantung

pada beberapa unsur penunjang, diantaranya jenis kalimat,

reduksi/penyederhanaan kalimat, pemutusan konstruksi kalimat, posisi kata, jenis

kalimat, parafrasa, dan terakhir kategori tata bahasa sebagai sarana dari suatu gaya

(Sowinski 1991: 91).

a. Jenis Kalimat

o Kalimat simple adalah kalimat yang hanya terdiri dari 1 kalusa

yang terdiri dari Subject dan Predicate. Meski hanya 1 klausa,

kalimat ini sudah ememiliki arti yang utuh. Makanya 1 klause itu

disebut Independet (berdiri sendiri), alias tidak butuh kalusa yang

lain agar maksud dan artinya bias dipahami.

Contoh:

1. Some people like to go to market.

Beberapa orang suka pergi ke pasar.

o kalimat compound adalah kalimat panjang yang terdiri dari

gabungan 2 atau lebih klausa. Yang perlu dicatat disini adalah

setatus kedua klausanya memiliki kemandirian sendiri sendiri.

Artinya seumpama 2 kalusa itu dipisah, masing masih bias

dipahami arti dan maksudnya. Ke 2 klausanya disebut sebagai

Independent Clause.

Contoh:

1. I tried to study Math, and my friends tried to study English.

Saya coba blejar Matematika, dan teman-temanku mencoba belajar bahasa Inggris

o kalimat complex adalah kalimat jenis ini terdiri dari beberapa

(22)

kalimat Compound. Kalimat complex terdiri dari 2 atau lebih

klausa yang mana salah satunya menjadi induk dan lainnya

menjadi sub. Hal ini berarti, sub clause tidak akan memiliki arti

yang sempurna senadainya dipisah dari induk (main clause).

o Contoh:

1. The students are doing the homework because they will submit it tomorrow.

Murid-murid sedang mengejarakan PR karean meraka akan mengumpulkannya besok

b. Penyederhanaan kalimat

Penyederhanaan kalimat biasanya terjadi dalam suatu pementasan drama

atau sandiwara radio. Biasanya para pemeran tidak melafalkan secara utuh naskah

yang tersedia melainkan suah melalui improvisasi. Improvisasi ini terkadang

mengurangi kalimat yang terdapat di dalam naskah namun tidak mengurangi

makna atau pesan informasi yang disampaikan. Sowinski (1991: 95)

Penyederhaan dalam bentuk improvisasi lazim digunakan pada ragam

bahasa tulis. Penyederhanaan kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dengan cara melesapkan salah satu atau lebih komponen inti yang

membangun sebuah kalimat. Komponen ini dapat dilesapkan dengan

menghilangkan bagian subjek, predikat ataupun objek. Selain itu, penyederhanaan

ini juga dapat dilakukan dengan cara melesapkan konjungsi yang merupakan

penghubung kalimat (Sowinski 1991 : 96).

c. Posisi kata dalam suatu kalimat

Posisi kata dalam suatu kalimat turut menentukan gaya dan juga

(23)

suatu kalimat biasanya diletakkan di awal kalimat. Dalam suatu pernyataan , lazim

dijumpai dua jenis penempatan kata. Pertama, kalimat meletakkan subjek/kata lain

yang ingin ditekankan di depan predikat dan kedua meletakkan subjek di belakang

predikatnya (Sowinski 1991 : 98).

d. Jenis kalimat

Jenis kalimat dalam hal ini berfungsi sebagai gaya untuk berkomunikasi.

Ada empat macam kalimat dalam hal ini, antara lain kalimat pernyataan (berita),

kalimat seru, kalimat ajakan/permintaan, dan terakhir kalimat pertanyaan.

1. Kalimat pernyataan digunakan untuk menyampaikan suatu

informasi tertentu. Selain itu kalimat pernyataan diakhiri dengan

tanda titik.

2. Kalimat seru juga digunakan untuk menyampaikan perasaan

seseorang, baik itu perasaan senang, sedih bahkan takut. Kalimat

seru diakhiri dengankata seru (!). Kalimat perintah digunakan

untuk menyatakan perintah. Seperti halnya kalimat seru, kalimat

perintah juga diakhiri dengan tanda seru (!).

3. Kalimat ajakan atau permintaan menggunakan kata sopan dan

bernada halus. Hal ini bertujuan agar itra tutur mau mengikuti

ajakan penutur/penulis.

4. Kalimat pertanyaan digunakan untuk menanyakan suatu hal.

Kalimat jenis ini menggunakan tanda Tanya (?) di akhir kalimat.

Selain itu, kalimat pertanyaan ini biasanya menggunakan kata

Tanya apa, siapa, dimana dan lain-lain. Sowinski (1991 : 101)

(24)

e. Kategori tata bahasa

Bahasa terdiri atas beberapa jenis kalimat. Ada kalimat yang bergantung

pada keterangan waktu, seperti halnya kalimat berkala kini, lampau dan

mendatang. Dalam bidang stilistik, kategori grammatical bahasa turut memegang

peranan penting dalam suatu gaya (style). Sowinski (1991: 103)

f. Tanda baca dan Tipografi

Tanda baca yang digunakan dalam suatu kalimat itu beraneka ragam

karena dalam suatu kalimat bisa terdapatlebih dari satu tanda baca. Tanda baca

dalam suatu kalimat mempengaruhi artikulasi ketika kita membaca teks atau

mendengar pembicaraan. Dengan adanya tanda baca, kita dapat mengetahui di

mana suatu kalimat itu berakhir. Selain mempengaruhi artikulasi, tanda baca juga

merupakan suatu gaya tersendiri dala bidang stilistika.

Di samping tanda baca, tipografi juga merupakan suatu gaya dalam bidang

stilistika. Tipografi menekankan pemaknaan akan suatu hal dalam suatu kalimat.

Penekanan makna ditujukan dengan mencetak miring ataupun mencetak tebal hak

yang ingin ditekankan. Penekanan makna dapat pula dilakukan dengan cara

memberikan spasi ekstra atau warna berbeda antara kalimat/kata yang ingin

ditekankan dengan kata/kalimat yang lainnya. Sowinski (1991 : 117)

Pada aspek struktur wacana yang dianalisis adalah sistematika kajian

wacana, yaitu bagaimana pembukaan, isi dan penutup tampilan dalam suatu

wacana. Pada aspek bahasa dalam wacana berkaitan dengan tema apa yang

diangkat dalam wacana tersebut dan bagaimana bahasa majasi atau figuratif, jenis

(25)

dalam wacana yang akan dianalisis seperti yang dikemukakan oleh Renkema

(2004 : 153)

Dari penjelasan diatas dapat dibuat tabel tentang fitur stilistika tersebut

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Analisis Berdasarkan Teori Renkema (2004) dan Sowinski (1991)

Struktur Analisis Fitur Stilistik

Isi Hal – hal apa saja yang dibicarakan dalam suatu wacana terkait dengan tema atau topik yang ada di dalamnya. Struktur wacana Prajudul

Kosakata yang berlaku secara regional, lokal, maupun nasional

Kosakata yang terikat atau terbatas pada waktu tertentu Ragam bahasa

Nuansa gaya

Type token ratio (keragaman leksikal) Panjang pendek kata

(26)

Kata yang muncul hanya satu kali Penggunaan Bahasa Tanda baca

Jenis dan ukuran karakter Salah ejaan

2. 7 Penelitian Relevan

Beberapa penelitian terdahulu tentang stilistika dan iklan pernah dilakukan

oleh beberapa peneliti. Yaitu:

Agustina (2009) menganalisis tentang stilistik yang terdapat pada iklan

mobil terkenal yaitu Volkswagen yang berasal dari Negara Jerman dalam stilistik

upaya positioning. Penelitian mengkaji tentang tema dan lima fitur dari teori

Renkema (2004) dan Sowinski (1991) yang berupa frasa, kata, dan klausa dan

paragraf dalam wacana iklan. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan tentang

tema dominan dan kelima fitur stilistik dalam iklan mobil Volkswagen. Penelitian

memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian ini yang kedua penelitian ini

mengkaji tentang stilistika dalam iklan dan menggunakan teori utama yang sama

yaitu teori Renkema dan menganalisis positioning. Namun di dalam penelitian ini

juga terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian oleh Rina adalah penelitian

dengan bahasa Jerman sedangkan penelitian menggunakan bahasa Inggris dan

mengkaji produk yang berbeda.

Sunny (2014) menjelaskan tentang stilistika yang terdapat dalam Al –

Qur‟an khususnya surat Ar – Rahman. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif deskriptif dengan library research. Penelitian ini mengkaji tentang

konteks kata, tema, penempatan kata dan unsur leksikal. Di dalam penelitian ini

(27)

persamaan dengan penelitian yang diteliti yang menjelaskan tentang penempatan

kata dan unsur leksikal walaupun menggunakan teori yang berbeda. Penelitian

stilistika Al – Qur‟an ini menggunakan teori stilistika dalam kajian agama khususnya Islam. Terdapat banyak perbedaan dalam penelitian ini seperti objek

kajian, serta hasil yang didapat dalam penelitian

Dalam sebuah jurnal oleh Tatjana Duboviciene dan Pavel Skorupa (2014)

meneliti tentang stilistika dalam slogan iklan berbahasa Inggris. Penelitian ini

meneliti tentang bahasa figurative, tekhnik suara, dan retorika di dalam slogan

iklan berbahasa inggris. Di dalam jurnal diatas dengan penelitian terdapat

persamaan objek. Objek adalah iklan walaupun pada jurnal ini dikhususkan pada

slogan sedangkan penelitian ini pada wacana yang terdapat di dalam iklan tersebut

Azhar (2011) menganalisis tentang stilistika antar muka pada iklan dua

operator selular di Indonesia dengan menggunakan teori kesopanan Lakoff (1983)

serta Brown dan Levinson (1987). Penelitian ini memiliki persamaan dengan hal

yang dikaji adalah stilistika dan objek kajiannya adalah iklan namun dengan

analisis yang berbeda dalam penelitian azhar mengenai lisis tentang stilistika

kesopanan menurut Lakoff (1983) serta Brown dan Levinson (1987) sedangkan

penelitian ini menganalisis stilistika berdasarkan Renkema (2004) dan Sowinski

(1991)

Annisaro (2009) menganalisis tentang stilistis dan semiotik yang terdapat

dalam iklan. Iklan tersebut adalah iklan sebuah layanan masyarakat dari negara

Jerman tentang anak yaitu “Du bist Deutschland”. Penelitian menggunakan

metode kualitatif dengan teori Sowinski dan Pierce. Penelitian ini memiliki

(28)

teori Sowinski yang akan menjelaskan tentang aspek leksikal di dalam stilistika

pada ranah retorika (bentuk). Sedangkan perbedaan yang terdapat pada penelitian

ini adalah iklan yang dilakukan oleh peneliti adalah iklan komersil dan iklan

penelitian Rumba adalah iklan layanan masyarakat atau non komersil.

2.8 Kerangka Berpikir

Kerangka pikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar

konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka (teori

dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat (Malhotra, 2004 : 47)

Penelitian ini akan menjelaskan tentang kata, frasa dan kalimat dalam

wacana iklan smartphone Cina “ Oppo, Asus, Huawei, Vivo dan Coolpad). Dalam ranah positioning yang dikategorikan menjadi tujuh strategi yaitu : karakteristik,

harga dan mutu, penggunaan, pemakaian, kelas produk, simbol dan langsung.

Fitur stilistika dikategorikan ke dalam : isi, struktur wacana, sintaksis, leksikon

dan penggunaan bahasa. Dari analisis tersebut dihasilkan fungsi dari stilistika

(29)

Wacana Iklan Smartphon

Harga dan mutu Struktur Wacana

Penggunaan

Pemakainya Leksikon

Kelas Produk Penggunaan Bahasa

Gambar

Gambar Pascajudul
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

In this research, it can be gotten that the result of data the students’ ability in writing description texts using clustering technique and conventional technique

No waiver of confidentiality or privilege is intended or authorized by this transmission If you are not the intended recipient of this message you must not directly or indirectly

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) yang menyatakan bahwa current ratio tidak memiliki pengaruh terhadap

padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi.. dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul: ANALISIS KESESUAIAN ANTARA SINGLE TUNED FILTER

75 Sistem biaya standar menerapkan konsep tersebut di atas secara lebih luas, dimana jumlah biaya (beban) untuk tiap unit produksi (yang meliputi bahan, upah

Bagaimana agar para waria yang bekerja menjadi pekerja seks komersial ini sadar dan mau untuk keluar dari pekerjaan tersebut adalah dengan memberikan pelayanan

Sedangkan tahapan yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi geografis ini adalah data spasial yaitu data peta Bandar lampung dan kecamatan yang ada di Bandar