BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Defenisi Operasional
No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
sidik jari yang
dihitung di
dalam 25 mm2
Menghitung
alur epidermal
mulai dari salah
satu sudut segi
empat ke sudut
diagonalnya
sidik jari pada
area yang telah
dipilih.
Kemudian
diperiksa
jumlah alur
sidik jari dalam
25 mm2
Sidik Jari Jenis Kelamin
menggunakan
kaca pembesar.
2. Jenis kelamin
adalah
perbedaan
keadaan antara
laki-laki dan
perempuan.
Wawancara Kuisioner Jenis kelamin:
- Laki-laki
- Perempuan.
Nominal -
3. Suku adalah
suatu golongan
manusia yang
anggota-anggotanya
mengidentifika
sikan dirinya
dengan
sesamanya,
biasanya
berdasarkan
garis keturunan
yang dianggap
sama.
Wawancara Kuisioner Suku Melayu,
Batak, Jawa,
Minangkabau,
Aceh dan Nias.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan design penelitiannya adalah
cross sectional untuk Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Kerapatan Alur Sidik
Jari.
4.2 Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUP H. Adam Malik/ RSUD dr. Pirngadi Medan yang dilakukan selama 10
minggu yang dimulai sejak 2 Mei 2016 sampai 10 Juli 2016 yang meliputi studi
kepustakaan, pengumpulan data, pengumpulan sampel, penelitian dan penulisan.
4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi target
Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran di provinsi Sumatera Utara.
4.3.2 Populasi terjangkau
Semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi Medan.
4.3.3 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang
sedang menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) pada Departemen Ilmu
Pirngadi Medan yang bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti ketentuan
yang berlaku.
Kriteria inklusi
1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi
Medan.
2. Laki-laki dan perempuan berusia 20-30 tahun.
3. Tidak memiliki luka, cacat ataupun kelainan pada jari-jari kedua tangan
yang dapat mengakibatkan pengambilan sidik jari tidak utuh dan lengkap.
4. Bersedia menjadi subjek penelitian.
Kriteria eksklusi
1. Bukan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran yang sedang menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di RSUP H. Adam Malik dan RSUD
dr. Pirngadi Medan.
2. Laki-laki dan perempuan berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30
tahun.
3. Memiliki luka, cacat ataupun kelainan pada jari-jari kedua tangan yang
dapat mengakibatkan pengambilan sidik jari tidak utuh dan lengkap.
4. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
4.3.4 Perkiraan sampel penelitian
Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek
yang diperlukan terpenuhi.
Untuk menentukan besar sampel minimal yang diperlukan digunakan rumus
berikut:
18
n = (Z1 – α/2)2 d
(PQ)
n = besar sampel minimal.
2
Z1 – α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α 5% = 1,96.
P = referensi yaitu proporsi orang dengan >12 alur/25 mm
= 77% = 0,77
2
Q = 1 – P
= 1 – 0,77 = 0,23.
d = perkiraan koefisien korelasi (0,05).
Hasil perhitungan diperoleh n = 272,13.
18
Maka besar sampel adalah 273 orang.
4.4 Variabel penelitian
Variabel tergantung : Jenis kelamin dan suku.
Variabel bebas : Kerapatan alur sidik jari.
4.5 Izin Subjek Penelitian
Semua pengukuran yang dilakukan telah mendapat izin dari subjek penelitian
setelah terlebih dahulu mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan, cara,
manfaat dan resiko dari penelitian yang dilakukan sesuai dengan Lembar
subjek (Informed Consent) dilakukan pada Lembaran Persetujuan Subjek
Penelitian (terlampir).
4.6 Etika Penelitian
Penelitian yang dilakukan telah mendapat persetujuan komisi etik Health
Research Ethical Committee of North Sumatera c/o Medical School, Universitas
Sumatera Utara Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan, Nomor:
442/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016 (terlampir).
4.7 Instrumen penelitian
1. Peralatan yang diperlukan untuk pengambilan sidik jari meliputi:
a) Tinta daktiloskopi, sejenis tinta cetak hitam yang dicampur dengan minyak
sehingga tinta cepat kering. Merk tinta yang dipergunakan adalah
“Fingerprint Black Ink”.
b) Plat kaca, ukuran ± 12x28 cm, tempat tinta daktiloskopi diratakan. Dapat
juga digunakan bahan-bahan tak berpori seperti porselin dan plastik.
c) Roller, sepotong karet bulat berdiameter ± 2 cm dan panjang ± 5-6 cm
digunakan untuk meratakan (menggulingkan) tinta daktiloskopi pada plat
kaca. Merk roller yang dipergunakan adalah Roll-Ease Fingerprint Ink
Roller ukuran 3 inchi.
d) Kartu sidik jari, dibuat dari kertas tebal licin berukuran 20x20 cm.
e) Loop (kaca pembesar) ukuran 75 mm dengan merk Classic Magnifier 75.
2. Peralatan yang diperlukan untuk penghitungan kerapatan alur sidik jari:
a) Lembar data hasil penghitungan kerapatan alur sidik jari subjek penelitian
b) Sebuah segi empat berukuran 5x5 mm2
4.8 Cara Kerja Penelitian
digambar pada plastik transparan
dan ditempatkan pada sampel sidik jari pada area yang telah dipilih.
1. Pengumpulan data subjek penelitian dilakukan meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, suku bangsa, dan alamat.
2. Pemeriksaan terhadap kondisi jari-jari kedua tangan untuk kelayakan
pengukuran yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Pengambilan kesepuluh sidik jari kedua tangan dengan menggunakan alat
penelitian oleh peneliti yang didampingi oleh seorang petugas bagian
Identifikasi dari Kepolisian (INAFIS) sebagai konsultan.
4. Penghitungan kerapatan alur sidik jari dengan menggunakan alat
penelitian.
5. Menentukan mean kerapatan alur sidik jari dari kesepuluh sidik jari setiap
subjek penelitian
4.9 Batasan Operasional
1. Langkah-langkah pengambilan sidik jari:
a) Subjek diminta untuk mencuci bersih tangan mereka.
b) Tuangkan sejumlah tetes tinta daktiloskopi di atas plat kaca. Ratakan tinta
tersebut dengan roller yang digerakkan maju-mundur. Usahakan tinta tidak
terlalu tebal.
c) Berikan blanko kartu sidik jari pada orang yang hendak diambil sidik
d) Tekankan jari-jari tersebut satu kali saja pada kartu sidik jari sesuai dengan
kolomnya masing-masing. Jari ditekan dengan tekanan sedang dan sidik
jari ke-10 jari tangan diambil.
e) Setelah selesai pengambilan sidik jari, berikan pada oranga yang
bersangkutan alat pembersih tangan seperti “ink cleaner”, bensin, atau
sabun dan kain lap.
2. Langkah-langkah penghitungan kepadatan alur sidik jari:
a) Bagian atas pada batas radial dari cetakan sidik jari dipilih sebagai daerah
untuk dianalisa karena pada semua jenis pola sidik jari menunjukkan
kesamaan arah alur pada area tersebut. Metode ini berfungsi untuk
mengisolasi alur dalam area yang telah ditentukan untuk dapat dilakukan
proses penghitungan alur pada sidik jari. Sebuah segi empat berukuran 5x5
mm2
b) Hitung alur epidermal mulai dari salah satu sudut segi empat ke sudut
diagonalnya yang berlawanan. Titik (dot) tidak dihitung. Garpu (fork)
dihitung sebagai dua alur tidak termasuk pegangannya dan danau dihitung
sebagai dua alur. Nilai ini mewakili jumlah alur di dalam 25 mm digambar pada plastik transparan dan ditempatkan pada sampel sidik
jari pada area yang telah dipilih.
2
c) Nilai kepadatan alur diambil untuk ke-10 jari dan meannya dihitung. Nilai
ini merupakan satu data tunggal untuk tiap individu.
dan
4.10 Pengolahan dan analisa data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan, yaitu:
1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan data yang diperoleh untuk
menghindari bias.
2. Coding yaitu pemberian tanda pada data untuk mempermudah waktu
pengadaan tabulasi dan analisa.
3. Cleaning data yaitu pemeriksaan kembali semua data yang telah
dikumpulkan guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan
data.
4. Saving yaitu penyimpanan data untuk dianalisa.
5. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Stata.
Analisis data meliputi univariat untuk melihat karakteristik jenis kelamin
dan suku. Statistik analitik digunakan untuk menghitung nilai duga positif,
nilai duga negatif, dan likelihood ratio kepadatan alur sidik jari dalam
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian penentuan jenis kelamin berdasarkan sidik jari ini dilakukan terhadap
276 orang (157 orang laki-laki dan 119 orang perempuan) dari periode bulan
Maret 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 dan disusun dalam tabel induk (lihat
lampiran) dengan kolom isian: nomor urut, nomor identifikasi, jenis kelamin,
suku, dan rerata kerapatan alur sidik jari per 25 mm2
5.1.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
. Berikut ini dipaparkan
perincian tabel dan data deskriptifnya.
Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persenatase (%)
1. Laki-laki 157 56,9
2. Perempuan 119 43,1
Total 276 100
Dari 276 subjek penelitian ini didapatkan laki-laki lebih banyak dari perempuanya
itu jumlah subjek laki-laki 157 orang (56,7%) dan perempuan 119 orang (43,1%).
5.1.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Suku
Distribusi subjek penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Suku
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persenatase (%)
1. Batak 116 42,0
2. Melayu 65 23,6
3. Jawa 57 20,7
4. Minang 16 5,8
Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa suku dengan jumlah subjek yang
terbanyak adalah suku Batak yaitu 116 orang (42,0%) dan jumlah subjek yang
paling sedikit adalah suku Nias yaitu hanya berjumlah 7 orang (2,5%). Jumlah
subjek suku Melayu adalah 65 orang (23,6%), suku Jawa 57 orang (20,7%), suku
Minang 16 orang (5,4%) dan suku Aceh 15 orang (2,5%).
5.1.3 Distribusi Suku Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi suku berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Suku berdasarkan Jenis Kelamin
No. Suku
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
n % n %
1. Batak 60 51,7 56 48,3
2. Melayu 38 58,5 27 41,5
3. Jawa 39 68,4 18 31,6
4. Minang 6 37,5 10 62,5
5. Aceh 9 60,0 6 40,0
6. Nias 5 71,4 2 28,6
Dari data penelitian ini diketahui bahwa dari 116 orang suku Batak didapati 60
orang laki-laki (51,7%) dan perempuan 56 orang (48,3%). Dari 65 orang suku
Jawa didapati 38 orang laki-laki (58,5%) dan perempuan 27 orang (41,5%), dari
57 orang suku Jawa didapati 39 orang laki-laki (68,4%) dan 18 orang
perempuan(31,6%), dari 16 orang suku Minang didapati 6 orang laki-laki (37,5%)
dan 10 orang perempuan (62,5%), dari 15 orang suku Aceh didapati 9 orang
laki-laki (60,0%) dan 6 orang perempuan (40,0%), dan dari 7 orang suku Nias didapati
5 orang laki-laki (71,4%) dan 2 orang perempuan (28,6%).
5.1.4 Rerata Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm
Rerata kerapatan alur sidik jari per 25 mm
2
2
Tabel 5.4 Rerata Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm No
2
Alur Sidik Jari Rerata
(alur/25 mm2
Simpangan Baku ) (alur/25 mm2)
1. Kerapatan alur sidik jari 11,68 1,26
Dari data penelitian ini diketahui bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari per 25
mm2 adalah 11,68 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,26 alur sidik
jari/25 mm2.
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2
Hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm
dengan Jenis kelamin
2
Tabel 5.5 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm
dengan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 5.5.
2
No
dengan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Rerata (alur/25 mm2
Simpangan Baku
) (alur/25mm2
*P-value menggunakan uji Mann-Whitney U
Dari data penelitian ini diketahui bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari pada
subjek dengan jenis kelamin laki-laki adalah 11,23 alur sidik jari/25 mm2 dengan
simpangan baku 1,18 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan pada subjek penelitian
jenis kelamin perempuan didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari 12,29 alur
sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,10 alur sidik jari/25 mm2. Dengan
kesimpulan bahwa ada hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis
kelamin.
5.2.2 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm
dengan Suku 2
Tabel 5.6 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm
dengan Suku dapat dilihat pada tabel 5.6.
2
Simpangan Baku ) (alur/25 mm2
*P-value menggunakan uji Krukal-Wallis
Dari data pada tabel 5.6 didapati bahwa rata-rata kerapatan alur sidik jari pada
subjek suku Batak adalah 11,81 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,36/25 mm2. Pada suku Melayu didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah
11,69 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,22/25 mm2. Pada suku
Jawa didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 11,40 alur sidik jari/25
mm2 dengan simpangan baku 1,10/25 mm2. Pada suku Minang didapati rata-rata
kerapatan alur sidik jari adalah 12,09 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan
baku 1,13/25 mm2. Pada suku Aceh didapati rata-rata kerapatan alur sidik
jari adalah 11,43 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,12/25 mm2.
Dan pada suku Nias didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari adalah 11,29 alur
didapatkan dari data tersebut 0,2334 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan suku.
5.2.3 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm2
Hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25 mm
dengan Jenis Kelamin berdasarkan Suku
2
Tabel 5.7 Hubungan antara Kerapatan Alur Sidik Jari per 25 mm
dengan jenis kelamin
berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.7.
2
No
dengan Jenis Kelamin berdasarkan Suku
Suku Rerata
*P-value menggunakan uji Mann-Whitney U
Dari tabel 5.7 didapatkan bahwa pada suku Batak, rata-rata kerapatan alur sidik
jari pada laki-laki adalah 11,31 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku
1,30 alur sidik jari/25 mm2. Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada
Pada suku Melayu, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah
11,01 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,96 alur sidik jari/25 mm2.
Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 12,64 alur
sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,89 alur sidik jari/25 mm2
Pada suku Jawa, rata-rata kerapatan alur sidik jari padalaki-laki adalah
11,04 alur sidik jari/25 mm
. P-value
yang didapatkan adalah 0,00001.
2
dengan simpangan baku 1,04 alur sidik jari/25 mm2.
Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 12,19 alur
sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 0,98 alur sidik jari/25 mm2
Pada suku Minang, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah
12,45 alur sidik jari/25 mm
. P-value
yang didapatkan adalah 0,0003.
2
dengan simpangan baku 1,35 alur sidik jari/25 mm2.
Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 11,87 alur
sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,28 alur sidik jari/25 mm2
Pada suku Aceh, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah
11,51 alur sidik jari/25 mm
. P-value
yang didapatkan adalah 0,252.
2
dengan simpangan baku 1,08 alur sidik jari/25 mm2.
Sedangkan rata-rata kerapatan alur sidik jari pada perempuan adalah 11,30 alur
sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,28 alur sidik jari/25 mm2
Pada suku Nias, rata-rata kerapatan alur sidik jari pada laki-laki adalah
11,32 alur sidik jari/25 mm
. P-value
yang didapatkan adalah 0,860.
2
dengan simpangan baku 1,65 alur sidik jari/25
alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,27 alur sidik jari/25 mm2
Dari data-data pada tabel 5.7 maka dapat disimpulkan pada suku Batak,
Melayu dan Jawa berdasarkan P-value pada masing-masing suku bahwa ada
hubungan antara kerapatan alur sidik jari/25 mm
.
P-value yang didapatkan adalah 1,000.
2
dengan jenis kelamin
berdasarkan suku. Sedangkan pada suku Minang, Aceh sertaNias berdasarkan
P-valuenya diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kerapatan alur
BAB 6
PEMBAHASAN
Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 276 orang dimana jumlah subjek
laki-laki 157 orang (56,7%) dan perempuan 119 orang (43,1%). Berdasarkan suku
maka subjek penelitian ini terdiri dari suku Batak 116 orang (42,0%), suku
Melayu 65 orang (23,6%), suku Jawa 57 orang (20,7%), suku Minang 16 orang
(5,4%), suku Aceh 15 orang (2,5%) dan suku Nias 7 orang (2,5%).
Dari data penelitian ini diketahui bahwa dari 116 orang suku Batak
didapati 60 orang laki-laki (51,7%) dan perempuan 56 orang (48,3%). Dari 65
orang suku Jawa didapati 38 orang laki-laki (58,5%) dan perempuan 27 orang
(41,5%), dari 57 orang suku Jawa didapati 39 orang laki-laki (68,4%) dan 18
orang perempuan (31,6%), dari 16 orang suku Minang didapati 6 orang laki-laki
(37,5%) dan 10 orang perempuan (62,5%), dari 15 orang suku Aceh didapati 9
orang laki-laki (60,0%) dan 6 orang perempuan (40,0%), dan dari 7 orang suku
Nias didapati 5 orang laki-laki (71,4%) dan 2 orang perempuan (28,6%).
Penelitian tentang penentuan jenis kelamin berdasarkan kepadatan alur
sidik jari telah banyak lakukan oleh para peneliti di luar negeri antara lain oleh
Sudesh Gungadin di India pada tahun 20067, Vinod C. Nayak MD dkk untuk
populasi India pada tahun 20072, Intira Suthiprapha dkk pada orang Thailand pada
tahun 20104, dan Lalit Kumar dkk untuk daerah Uttarakhand di India pada tahun
20133. Di dalam penelitiannya, Vinod C. Nayak MD dkk mendapatkan bahwa
laki-laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari > 12 alur/25 mm2 cenderung dari
perempuan.2
Hasil penelitian Sudesh Gungadin di India pada tahun 2006 didapatkan
bahwa kepadatan rata-rata alur sidik jari ≤ 13 alur/25 mm
2
cenderung berasal dari
laki-laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari > 14 alur/25 mm2 cenderung dari
perempuan. Hasil penelitian Intira Suthiprapha dkk pada orang Thailand pada
tahun 20104 didapatkan bahwa persentasi terbanyak laki-laki yaitu 31,54% dengan
15 alur/25 mm2 dan sebanyak 26,92% pada perempuan dengan 16 alur/25 mm2
Lalit Kumar dkk untuk daerah Uttarakhand di India pada tahun 2013 .
3
mendapatkan hasil penelitian yaitu bahwa kepadatan rata-rata alur sidik jari ≤ 12
alur/25 mm2 cenderung berasal dari laki-laki dan kepadatan rata-rata alur sidik jari
> 14 alur/25 mm2
Pada penelitian ini didapatkan rata-rata kerapatan alur sidik jari per 25
mm
cenderung dari perempuan. Dari penelitian-penelitian tersebut
didapatkan bahwa jumlah alur sidik jari pada perempuan kecenderungan lebih
banyak dibandingkan pada laki-laki.
2
adalah 11,68 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,26 alur sidik
jari/25 mm2. Rata-rata kerapatan alur sidik jari pada subjek dengan jenis kelamin
laki-laki adalah 11,23 alur sidik jari/25 mm2 dengan simpangan baku 1,18 alur
sidik jari/25 mm2. Sedangkan pada subjek penelitian jenis kelamin perempuan
didapati rata-rata kerapatan alur sidik jari 12,29 alur sidik jari/25 mm2 dengan
simpangan baku 1,10 alur sidik jari/25 mm2
Dari analisis bivariat yang dilakukan pada data hubungan antara kerapatan
alur sidik jari per 25mm
.
2
hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin (tabel 5.5) yang
didapatkan dari nilai P-value 0,00001 dimana P-value < 0,05 menunjukkan
adanya hubungan intervariabel. Sedangkan pada data hubungan antara kerapatan
alur sidik jari per 25 mm2 dengan suku didapatkan nilai P-value 0,2334 (tabel 5.6)
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kerapatan alur sidik jari
per 25 mm2
Pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari per 25mm dengan suku.
2
dengan
jenis kelamin pada suku Batak, Melayu, dan Jawa (pada tabel 5.7) didapatkan
P-value < 0,05 pada masing-masing suku tersebut yang berarti menunjukkan adanya
hubungan antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin pada suku Batak,
Melayu dan Jawa. Sedangkan pada data hubungan antara kerapatan alur sidik jari
per 25 mm2 dengan jenis kelamin pada suku Minang, Aceh dan Nias (tabel 5.7)
didapatkan P-valuenya > 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara kerapatan alur sidik jari dengan jenis kelamin pada suku Minang, Aceh
serta Nias. Dijumpainya perbedaan hasil pada suku-suku asli Indonesia di Medan
ini mungkin disebabkan karena kurangnya jumlah subjek penelitian untuk suku
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kepadatan alur sidik jari <12 alur sidik jari/25 mm2
2. Kepadatan alur sidik jari ≥ 12 alur sidik jari/25 mm
cenderung berjenis
kelamin laki-laki.
2
3. Kepadatan alur sidik jari berdasarkan suku-suku asli Indonesia di Medan
tidak ada perbedaan yang signifikan.
cenderung berjenis
kelamin perempuan.
7.2 Saran
1. Peran pemeriksaan sidik jari yang unik dan khas dapat dijadikan sebagai
alat identifikasi yang sederhana dan murah sehingga di masa yang akan
datang diharapkan pengembangan dan penelitian bidang ini lebih luas lagi
sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
2. Pemeriksaan sidik jari dengan memanfaatkan alur sidik jari dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin seseorang sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai alat identifikasi forensic, sedangkan untuk
penentuan suku berdasarkan alur sidik jari masih belum bisa ditentukan.
Mungkin dengan ditambahnya jumlah subjek penelitian dan bentuk
penelitian yang lebih baik lagi akan dapat memberikan hasil yang lebih