DAFTAR TANYA PENELITIAN SYAIR BURUNG PUNGGUK PADA
PERILAKU SISWA SMA NEGERI 3 P.SIDIMPUAN .
A. LATAR BELAKANG RESPONDEN
1. Jenis Kelamin
1. Lelaki
2. Perempuan
2. Umur
1. 15-18 tahun
2. 19-22 tahun
3. 23-25tahun
3. Suku Etnik
1. Batak (Mandailing,toba simalungun)
2. Melayu
3. Jawa
4. Cina (lain-lain)
4. Kelas berapa di SMA N 3 P.Sidimpuan?
1. Kelas 1
3. Kelas 3
5. Apa mata pelajaran kesukaan?
1. Isi di dalam kotak
B. DAFTAR PERTANYAAN SASTRA DALAM BIDANG BAHASA
INDONESIA
1. Pernahkah anda membaca sebuah karya sastra ?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
2. Seberapa sering anda membaca karya sastra?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Sering
4. Setiap hari
3. Jenis karya sastra apakah yang anda sukai?
1. Mitos
2. Puisi
3. Syair
4. Hikayat
4. Apakah anda mengetahui tentang syair?
2. Tidak
3. Ragu-ragu
5. Berapa kali anda mendengar syair?
1. Sekali
2. Lebih dari sekali
3. Tidak pernah
6. Dimanakah anda mengetahui tentang syair?
1. Di sekolah
2. Di lingkungan masyarakat
3. Dari teman
7. Apakah anda pernah mendengar dan mengetahui Syair Burung Pungguk?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
8. Dari siapa anda mendengar dan mengetahui tentang syair Burung
Pungguk?
1. Guru
2. Orang tua
3. Orang lain (teman,guru les,media,radio,dll)
9. Dimanakah anda mengetahui tentang syair Burung Pungguk?
2. Di rumah
3. Di lingkungan masyarakat
10.Disaat apakah anda mendengar dan mengetahui tentang syair Burung
Pungguk?
1. Saat pelajaran Bahasa Indonesia
2. Saat perlombaan karya sastra
3. Lain-lain (Sesuai dengan pengalaman)
11.Adakah makna yang anda dapat setelah mendengar dan membaca syair
Burung Pungguk?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
1. PERSEPSI TERHADAP KERELIGIUSAN
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal keagamaan?
1. Ya
2. Tidak
PERSEPSI TERHADAP KEJUJURAN
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
1. Apakah dalam syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal
kejujuran?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI TOLERANSI
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dan dirinya.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal toleransi?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
KerjaKeras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
1. Apakah Syair Burnung Pungguk berhubungan dengan hal kerja keras?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI KREATIF
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
sesuatu yang telah dimiliki.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal kreatif?
1. Ya
2. Tidak
PERSEPSI TERHADAP NILAI KEMANDIRIAN
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal kemandirian?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI DEMOKRATIS
Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
1. Apakah dalam Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal
demokratis?
1. Ya
2. Tidak
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dan sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan denga hal keingintahuan?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP RASA SEMANGAT BANGSA
Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal kebangsaan?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI CINTA TANAH AIR
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian,
dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal cinta tanah air?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI PENGHARGAAN PRESTASI
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang
lain.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal penghargaan
prestasi?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
Bersahabat
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dengan hal persahabatan?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI CINTA DAMAI
Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal cinta damai?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI KEGEMARAN MEMBACA
Gemar Membaca
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal gemar membaca?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP RASA PEDULI LINGKUNGAN
Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal peduli
lingkungan?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP NILAI PEDULI SOSIAL
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal peduli sosial?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP RASA BERTANGGUNG JAWAB
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
1. Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal tanggung jawab?
1. Ya
2. Tidak
3. Ragu-ragu
PERSEPSI TERHADAP RASA DISIPLIN
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
1.Apakah Syair Burung Pungguk berhubungan dalam hal disiplin?
2. Tidak
3. Ragu-ragu
2. Apakah setelah mengetahui syair Burung Pungguk memberikan manfaat
pada anda?
1. Ya
2. Tidak
TEKS SYAIR BURONG PUNGGOK
1
Bismillah itu mula dikata
lempah rahmat terang cuaca
berkat muhammad penghulu kita
ialah penghulu alim pendita.
2.
Al rahman * itu sifat yang seni
maknanya murah amat mengasihani
kepada mukmin hati nurani
di situlah tempat mengasihani.
3.
Al rahman itu pengasihani kita
kepada allah puji semata
itulah tuhan yang amat nyata
memberi hambanya berkata-kata.
4.
Dengarkan tuan suatu rencana
syair disalinkan dagang yang hina
syairnya janggal banyak yang tak kena
daripada faham belum sempurna.
5.
Salam diiringi pula dikata
sahabat yang ada hendaklah serta
tiadalah pakir perpanjang kata.
6.
Amma ba’du* inilah nazam
tidalah fakir perpanjang kalama
hatinya sepi menjadi kelam
kerena percintaan siang dan malam
7.
Inilah tuan suatu cerita
dagang yang yatim yang empunya kata
hati yang susah semata-mata
dawat* bercampur airnya mata.
8.
Inilah nazam fakir yang gharib*
duka bercinta di bawah nasib
terkenangkan sahabat jahil yang karib
rasanya hati bagaikan ghaib.
9.
Jikalau ada khilaf dan sesat
jangan kiranya fakir di umpat
kalam dipegang tiada terangkat
10.
Suatu malam fakir berfikir
ingatkan untung nasib takdir
sahabat pun tiada maulah hadir
di suratkan juga mana yang zahir.
11.
Daripada hati terlalu murung
dikarangkan syair seekor burung
sakit kasih sudah terdorong
gila merawan segenap lorong.
12.
Pertama mula punggok merindu
berbunyilah guruh berdayuh-dayu
hatinya rawan bercampur pilu
seperti diiris dengan sembilu.
13.
Punggok bermadah seraya merawan
bulan weh ! terbit apalah tuan
gundah ku tidak berketahuan
keluarlah majlis di celah awan.
14.
Satu malam kita beradu
mendengarkan bunyi punggok merindu
suaranya halus tersendu-sendu
15.
Punggok nen dua bersaudara
saleh dari desa udara
tabal dari rimba berantara
suatu pun belum bahaya dan mara.
16.
Punggok ne nasal yang berbangsa
saleh dari desa angkasa
dengan adinda sudah sebangsa
ingatnya dari sentiasa.
17.
Punggok merawan senja kala
kalbunya hancur tidak berkala
menghempaskan bulang dari kepala
lakunya seperti orang yang gila.
18.
Bersyair burong cenderawasih
punggok nen rindu akan kekasih
melihat bulan cahayanya bersih
cinta yang lain habis menyisih.
19.
Ketika bulan sedang berkurung
punggok terbang kesegenap lorong
lalu bertanya sekalian burong
20.
Punggok menjawab dengan rayunya
Paksi weh ! jangan diri bertanya
jikalau tidak ada mulanya
masakan punggok muram durjana.
21.
Jikala sudah bulan nen rembang
baharulah punggok saleh terbang
paksi melayang dua berambang
di kaki awan ia mengimbang.
22.
Tatkala punggok di godai bayu
terbang segenap dahannya kayu
sebarang main tidaklah payu
menjadi kalbu paksi nen rayu.
23.
Di atas kayu punggok merindu
paksi menangis tersendu-sendu
mendengarkan bunyi si burong beledu
tersandar kekasih di dalam peradu.
24.
Abang nen tuan tidak ketahuan
sinar silam ingau-ingaukan
jikalau tidak kasihan tuan
25.
Punggok merawan kesegenap hutan
sebilang zaitun berlompat-lompatan
Bulan mengambang di sebelah wetan
dengan bintang bersambut-sambutan.
26.
Ke sana ke mari punggok nen terbang
melihat cahaya bulan mengambang
daripada sangat takutkan sambaing
makakan punggok berhatikan bimbang.
27.
Punggok bertingkir di dahan beraksa
di dalam hati rosak binasa
letih lesu serba rasa
di godai bayu dari angkasa.
28.
Beberapa lamanya punggok di situ
dari ahad sampai ke sabtu
bulan mengambang cahaya tentu
paksi memandang hatinya mutu.
29.
Di atas kayu punggok bercinta
gundahnya tidak menderita
melihat bulan cahayanya nyata
30.
Punggok bercinta pagi dan petang
melihat bulan dip agar bintang
terselap rindu dendam pun datang
dari saujana punggok menentang.
31.
Punggok menentang dari saujana
di dalam hati gundah gulana
jikalau di tolong tuhan rabbana
makakan boleh punggok ke sana.
32.
Di atas beraksa beberapa lama
gilakan cahaya bulan purnama
jikalau bulan jatuh ke rama
di manakah boleh punggok bersama.
33.
Bulan purnama cahayanya terang
bintang laksana intan di karang
rawannya punggoknya bulannya sebarang
beralihkan bulan di tanah seberang.
34.
Gemerlapan cahayanya bintang kartika
beratur majlis bagai di jangka
sekalian bintang terbit belaka
punggok melihat kalbunya duka.
35.
meminta doah tidaklah terlupa
dengan bulan hendak berjumpa.
36.
Tengah malam punggok terjaga
melihat bintang puyoh berlaga
bintang belantek bertutur tiga
cahayanya terang tidak terhingga.
37.
Punggok melihat bintang perdah
paksi nen berhati gundah
tersedar bulan paras yang indah
habis umor dendam tak sudah.
38.
Rawannya punggok tidak terperi
melihat bintang pari-pari
bulan purnama cahaya berseri
haram tak nampak punggok hampiri.
39.
Bulan mengambang di sebelah utara
cahayanya bersih tidak terkira
kalbunya hancur tidak ketara
berosak hati menanggung lara.
40.
Terbitlah bintang disebelah wetan
cahayanya lempah di tengah lautan
punggok bercinta berlarut-larutan
41.
Setelah timbullah bintang barat
Paksi memandang hatinya ghairat
jikalau tak sampai seperti hasrat
rendahlah punggok sama meerat.
42.
Sekalian bintang sudahlah pasti
bulan nen juga pemutus hati
beberapa lamanya punggok menanti
habis bulan tahun berganti.
43.
Sinar pun habis perakkan silam
samsu masuk cahayanya kelam
berbagailah bunyi punai dan balam
merosakkan hati segala islam.
44.
Hari malam bulan pun terang
paksi bunyi suaranya jarang
merak berbunyi segenap jurang
cengkrik # bersyair mengatur sarong,
45.
Berbagailah bahana sekalian burong
gagak berbunyi segenap lorong
punggok merawan lakunya murong.
46.
Punggok semayam di balek kaca
merapat di atas hamparan di leka
bulan pun terang mata cuaca
Punggok pun rebah lalulah merca.
47.
Lalu di tambar bintang jadi
di dalam cembul permata serodi
seraya berkata bintang yang shahdi
baiklah bangun adinda mandi.
48.
Badanku lesu terlalu letih
kena panah oleh enche putih
tawar dan tambar tidak mematih
jikalau tidak kurnia enche uteh.
49.
Bintang tersenyum seraya berkata
ayohai tuan muda yang fokta
janganlah sangat bergundah cinta
inilah tambar dari mahkota.
50.
Setelah punggok mendengarkan sabda
baharu segar di dalam dada
berserta dengan paduka kakanda.
51.
Sudah bersiram muda bestari
kedunya sama memantut diri
sudah memakai muda johari
mungkin bertambah manis berseri.
52.
Terbanglah punggok dua bersambar
dengan kakanda muda mu tabar
kedua majlis imannya sabar
saleh melayang ke gunung sambar.
53.
Terbang melayang mengadu tuan
hinggap di zaitun tiada berbuah
hatinya sudah tumpah ruah
kepada bulan pergi meruah.
54.
Adakah konon suatu taman
punggok terpekor di halaman
baharulah hati punggok siuman
sebab menantang kuntum setaman.
55.
Tamannya indah kepada pemandangan
laksana taman di dalam kayangan
paksi dan kumbang berlayangan.
56.
Tamannya indah sangat rupanya
kolam berikat kiri kanannya
beratur jambangan di halamannya
kuntum seroja di seri tamannya.
57.
Punggok bungsu hendak menitir
tidak diberi kakanda satir
adinda jangan tuan bersyair
jikalau didengar gur\oh dan petir.
58.
Demi lihat burong dewata
hairannya tidak terkata-kata
sampailah hasrat yang dicita
tuan sudah berpandang mata.
59.
Burong dewata mari kutanya
taman ini siapa yang punya
berjenis kuntum banyak bagainya
kumbang mengeram di hujung tangkainya.
60.
Bersyair bagai burung dewata
adinda dengar madahnya beta
jikalaukan tuan beroleh leta.
61.
Inilah taman orang yang bahari
Punggok weh ! jangan tuan ke mari
bukannya tidak kakanda beri
]jikalaukan tuan di goda peri.
62.
Jambangan emas berlazuardi
betatah nilam nila kendi
berpahat tembus berdaun budi
batunya zamrud intan dan pudi.
63.
Tamannya indah amat terala
berpagarkan emas berjala-jala
zaitun berbuah akan ke rata
inilah taman purba kala.
64.
Tambaknya emas tatah pertama
ukir dan kelok jangan di kata
disanalah punggok mendengar kata
paksi mulai membawa warta.
65.
Bersyairlah bagi bintang
Punggok nen baik tuan ke gunong
banyaklah bayu datang merenung.
66.
Bermadah bagi kuntum seroja
punggok nen sahaja orang yang manja
banyak laku disengaja-ngaja
supaya jadi sembarang kerja.
67.
Unggas menjelis yang baik paras
bulunya indah bagai di jaras
di godai bayu terlalu keras
punggok terselam di laut yang deras.
68.
Punggok terpekor bertongkatkan paroh
bulu yang indah habislah luroh
ketika petir kilatan guroh
kepada bulan punggok menyuroh.
69.
Bermadah bagi mega antara
Punggok nen tidak gentarkan mara
kita di dalam huru hara
laku nen jangan sangat ketara.
70.
Bermadah lagi mega dan awan
Pungguk weh ! mari apalah tuan
marilah masuk ke dalam peraduan.
71.
Beta nen tidak boleh merapat
hatiku gundah bukan setempat
paras yang indah sudah bersifat
bila gerangan tuanku dapat.
72.
Bangkit bertelut bintang balantek
tuanku dengar sembahnya patek
sungguh pun kuntum bagai diretak
masakah mudah tuanku petik.
73.
Jikalau punggok sabar mewarma
nantilah kepada bulan purnama
biarlah beta bersama-sama
supaya boleh bertentangan lama.
74.
Jikalau punggok hendak bersiram
jangan ke tasik air yang jaram
sungainya itu ada bertiram
jikalaulah durja punggok nen muram.
75.
Gundah itu jangan tuan turuti
jadi penyakit di dalam hati
meskipun duduk di dalam peti.
76.
Punggok weh jangan tuan merambang
beta nen sangat hendak terbang
jikalau tuan dendamkan abang
nantilah kepada bulan mengambang.
77.
Bersyairlah bintang puyoh laga
punggok we jangan terbang juga
jikalau tuan kena murka
di mana boleh dapat hingga.
78.
Bermadalah lagi awan berarak
punggok weh jangan terbang beranjak
jikalau tuan dirundung merak
tidaklah boleh tuan bergerak.
79.
Punggok weh jangan terbang dahulu
nanti ku bubuh minyak di hulu
jikalau mengirai bulu
supaya lalai mencium bahu.
80.
Bersyair bagi unggas merpati
punggok weh baik tuan berhenti
jikalaukan tuan berosak hati.
81.
Punggok weh sabar apalah dahulu
janganlah sangat berhati pilu
jikalau bertemu dewa penghulu
supaya lalai mencium bahu.
82.
Bukanlah punggok orang budiman
mengapakan tidak menaruh iman
mohonkan tolong malikul rahman
sampai kepada akhir zaman
83.
Biarlah beta jadi alamat
meminta doah biar selamat
jikalau ada beroleh rahmat
supaya tuan bertemu bangat.
84.
Bukanlah pungguk orang yang sakit
mengapakah tidak tertahan hati
boleh juga tuan menanti
gundah tu jangan tuan turuti.
85.
Berahi itu baik tuan tahani
janganlah menjelis selaku ini
segeralah juga edarkan ke sini.
86.
Bersyairlah bagi binatang timur
insaallah panjanglah umur
sungguh pun sambaing sabor-limor#
sampailah juga ke bandar makmur.
87.
Genaplah empat puloh hari
baharulah hati pungguk berseri
sudah berdendang berhias diri
terbang ke pohon mangga sari.
88.
Punggok terselam di tepi kolam
menyamar menanti hari kan malam
disanalah tempat punggok menyelam
pasirnya intan permata nilam.
89.
Punggok menanti daripada petang
meminta doah tangan terlentang
bulan mengintai angin pun datang
menyamar dari celah binatang.
90.
Ketika bulan aram temaram
hatinya punggok bertambah geram
turun ke kolam pergi bersiram.
91.
Bersyair burong cenderawasih
memintah doah tangan telentang
bulan mengintai angin pun datang
menyamar dari celah bintang.
92.
Terbanglah punggok dengan pilunya
serta memakai bulang hulunya
daripada punggok sangat malunya
serta melangkah mengirai bulunya.
93.
Bersyairlah bagi bintang jauhara
punggok weh jangan banyak bicara
unggas itu sahaja isi udara
puncok dan cumbu tidak terkira.
94.
Bermadalah bagi bintang suraya
punggok nen sahaja burong yang mulia
kukunya indah seperti mutiara
menjadi luput budi upaya.
95.
Bermadalah binatang puyoh laga
punggoklah ubat lapar dahaga
ragamnya tidak dapat dihingga
Punggok tu sahaja muda terbilang
wajahnya persis gilang gemilang
bijaksananya bukan kepalang
patut sekali bela ku bilang.
97.
Punggok pun sampai kepada bulan
di bawa oleh mega berjalan
mega dan awan berkumpul-kumpulan
lantas melengoh dig eta dembilan.*
98.
Punggok pun duduk bertentangan
lekat di atas papan dondangan
bulan merapat berbantalkan lengan
bintang melengoh bercengangan.
99.
Punggok pun duduk di dalam gundah
rawannya tidak lagikan sudah
oleh terpandang paras yang indah
bulan terpengkor tundok tengadah.
100.
Pungguk melihat hatinya rawan
di pujoknya dengan cumbu-cumbuan
ayohai menjelis muda bangsawan
marilah merapat di dalam pangkuan.
101.
Marilah tuan kemala ratna
elok menjelis sifat mengerna
memberi hati bimbang gulana.
102.
Tubuhnya nipis sederhana panjang
surainya ikal lehernya jinjang
wironnya seperti emas keranjang
laksana raden galoh di panjang.
103.
Bulan bersyair durja berseri
dijerlinnya durja yang kiri
mulutnya manis amat berseri
ditepisnya dengan di hujung jari.
104.
Di sambut punggok bulan berkisar
tuanlah obat penawar yang besar
jamala mahkota janganlah gusar
kecil molek tubihnya langsar.
105.
Marilah encek marilah tuan
marilah molek usul bangsawan
didukungnya masuk ke dalam peraduan
di pujoknya dengan cumbu-cumbuan.
106.
Cantik menjelis tiada terkira
seperti bidadari di dalam udara
sedap manis penglipur lara
107.
Bulan bermadah merawan-rawan
dendamkan apa ini weh tuan
bersyair nan tidak berketahuan
laksana orang macok cendawan.
108.
Punggok tersenyum seraya berkata
ayohai bangsawan emas juita
patek nan tidak berdua cinta
moleklah obat hati bercinta.
109.
Di dalam budi bicaranya abang
tuan laksana bunga yang kembang
jikalau abang laksana kumbang
tuan kusambut ku bawa terbang.
110.
Tujuh bulan di kandung bunda
menjelislah menjadi mahkota kakanda
jikalau abang berbohong sabda
adinda tikam dengannya kanda.
111.
Bersyair bagi bintang mustari
bulan weh apa bicara diri
punggok nen sudah menghampiri
ke mana lagi tuan hendak lari.
112.
elok menjelis di pandang mata
warnanya seperti desa gempita
tidaklah dapat ditentang nyata.
113.
Taman nan balai banyak penggoda
di halaman balai panca persada
zaitun berpucuk akan perada
di sinilah kalbu punggok tergoda.
114.
Bulan pun tidak terkata-kata
tundok berlinang airnya mata
sesak belah di dalam cita’
hancur luluh rasa anggota.
115.
Setelah hari hampirkan siang
Punggok bermohon hendak melayang
hatinya kasih bercampur sayang
meninggalkan bulan paras gemilang.
116.
Melayang gunung indera syahperi
dendam bersiram sehari-hari
bersiramkan zamzam mawar berseri
berbedakan ambar dengan kesturi.
117.
melintas dari tengah segera
tasik berpasir akan mutiara.
118.
Bersyair bagi ikan temenung
punggok weh baik ke gunung
di sanalah baik tuan bertenong
bintang yang banyak jangan direnong.
119.
Baiklah tuan pergi beramal
mohonkan kepada tuhan yang akmal
tilek di dalam ilmu dan ramal
supaya kerja tuan nen kamal.
120.
Terbanglah punggok pergi bertapa
ke atas gunung indera maharupa
badannya seperti diguncang gempa
melihat bulan hendak diterpa.
121.
Punggok tu sahaja berahikan bulan
cinta di dalam kesugolan
rezeki dimakan tidak tertelan
zamzam terhambor sepanjang jalan.
122.
Datanglah kepada suatu masa
tersedarlah punggok hatinya binasa
ke mana gerangan bertandang desa.
121.
Ia pun seorang muda dewanggi*
laksana seroja kembangnya pagi
lamalah tidak ku pandang lagi
ke desa mana gerangan pergi.
124.
Punggok terbang dengan cintanya
sayang mendengar ragam bahananya
terbang bersiram air matanya
dimana gerangan khabar wartanya.
125.
Berdatang sembah burong angkasa
tuanku tidak patek periksa
jikalau bayu sudah binasa
maulah juga rusak binasa.
126.
Bersyair bagi unggas merpati
tuanku jangan berusak hati
patek nan seorang mambang yang sejati
maulah juga berbuat bakti.
127.
Di sahut oleh burung dewata
jikalau ada khabar yang nyata
disembahkan juga kepada mahkota.
128.
Di sahut oleh bintang jadi
punggok tu ada di gunung jugi
khabarnya mendam di khayal baggi
tidak boleh melayang lagi.
129.
Akan sembah burung dewata
patek pun ada mendengar warta
di gunung ledang konon bertahta
leka bersiram dengan air mata.
130.
Punggok bertinggir di dahan kayu
siang dan malam mengindap rayu
lemah longlai mendayu-dayu
laksana tarok angsoka.
131.
Demi bulan mendengar warta
di persembahkan oleh burong dewata
hatinya pilu sangat bercinta
tundok berhambar airnya mata.
132.
Paksi weh pergi apalah diri
jikalau ke taman banjaran sari #
barang kehendak biar ku beri.
133.
Terbanglah paksi bijak laksana
masuk ke hutan rimba kelana
menuju gunung anta permana
jikalau ada punggok di sana.
134.
Kepada Masa ketika itu
punggok bertapa berhati mutu
dengan bulan hendak bersatu
demikianlah konon pemintanya.
135.
Dahulu Allah kemudian Muhammad
meminta doah biar selamat
kepada Tuhan mohonkan rahmat
barang dipinta barang selamat.
136.
Meminta doah tangan terlentang
supaya jangan mara melintang
berkat daulat raja Siguntang
daripada bulan ku suruh datang.
137.
Pertama menyembah Mega Antara
tuanku di sambut mahkota indera
bulan rindu di dalam selera.
138.
Rawannya tidak menderita
siang dan malam duduk bercinta
tuanku tidak lupa dicta
terpandang-pandang kepada mata.
139.
Gundahnya tidak lagi terhingga
kalbunya tidak kalanya suka
cahayanya persis suram belaka
rasanya dendam di dalam leka.
140.
Bercinta sungguh rupanya bulan
duduk di dalam keseunggolan
selama bercerai dengan mu tuan
barang dimakan tidak tertelan.
141.
Bermadah paksi sambil bercura
Ayohai tuan Mega Antara
mohonlah beta kembali segera
biarlah meerat di dalam sengsara.
142.
Daripada badan tidak beruntung
daripada duduk tergantong-gantong
baiklah menjadi kera dan lutong.
143.
Duduk demikian tiada sempurna
biarlah pergi barang ke mana
mengikut nasib badan yang hina
diam di gunung jadi Berahmana.
144.
Mega bermadah bersali-Sali
Punggok weh baik tuan kembali
jikalau bayu menggali-gali
biarlah beta meerat sekali.
145.
Jikalau punggok saleh ke sana
hilanglah kalbu gundah gulana
Leka bermain di taman Rakna
suka termasya terlalu benar.
146.
Jikalau punggok abang salehkan
bintang yang banyak beta sembahkan
di lawang taman kekanda berikan
supaya jangan harap-harapkan.
147.
Jikalau punggok mau kembali
bulan nen rindu berhati sali
ridhalah meerat sekali-kali.
148.
Punggok mendengar kata dan madah
lalu berfikir tunduk tengadah
jikalau demikian betaplah sudah
supaya lipur hati yang gundah.
149.
Punggok berkata jikalau begitu
tidaklah hati paksi nen mutu
Punggok berdiri di muka pintu
memetik kuntum di celah batu.
150.
Lalu bermadah burong Jentayu*
Punggok nen handai rupanya rayu
sebarang main tidaklah payu
seperti dondangan di puput bayu.
151.
Punggok nen orang yang baik laku
menjadi heran pulak hatiku
bulunya indah mematah paku
bagaikan cucur air mataku.
152.
Bermudahlah bagi bintang tu tuan
jikalau mendengar madah cumbuan
mungkin bertambah hatiku rawan.
153.
Bermadalah bagi bintang kartika
khabar nen jangan kakanda buka
bukan kerena beta tak suka
jikalau jadi malam pestaka*.
154.
Bersyairlah bagi bintang suranya
kakanda dengar madanya sehaya
kita nen sudah bersatu rahasia
apa mulanya menjadi bahaya.
155.
Punggok pun sampai kepada bulan
dibawa oleh awan berjalan
beradulah punggok bulan bangsawan
beberapa pujok dengan cumbuan.
156.
Bulan merapat pilu dan rawan
seperti orang ingau-ingauan
kalbu di dalam tidak ketahuan
laksana orang mabuk cendawan.
157.
Bulan dan Punggok bangun merapat
di dalam kelambu awan selimpat
paras yang sudah tersifat.
158.
Bangsawan Punggok lalu berkata
memujuk bulan dengan suka cita
bulan pun lari ke balik geta
belinang-linang airnya mata.
159.
Punggok berkata manis berseri
molek weh hamper juga ke mari
abang nen hendak mohon kembali
janganlah menjelis berhati sali.
160.
Mengerna laksana intan Baiduri
di mata abang tidak terperi
rindunya kakanda sebilang hari
air diminum serasa duri.
161.
Hampir ke mari karangan tuan
akan ubat hati yang rawan
tidur bermalam ingau-ingauan
laksana orang mabuk cendawan.
162.
Hampir ke mari karangan belai
sapa laksana sunting dan malai
di hati abang tidak ternilai.
163.
Bermadalah bagi burong Dewata
baharulah puas rasa anggota
sampailah maksud yang dicinta
mengerna nen sudah berpandang mata.
164.
Bermadalah bintang bersyairlah tuan
supaya hilang yang rawan
Punggok tu sahaja orang cumbuan
pandai memujuk di dalam peraduan.
165.
Punggok memujuk di dalam kelambu
makan sireh di dalam kelambu*
dengan bulan punggok bercumbu
berahi dan dendam di dalam kalbu.
166.
Bersyairlah bintang dengan cumbunya
hairan mendengar ragam bahananya
terlalu merdu bahasa suaranya
seorang pun tiada tolak bandingnya.
167.
Bermadahlah bulan bijak laksana
jikalau didengar oleh gerhana
menjadilah meerat semena-mena.
168.
Janganlah tuan berhati Sali
janganlah abang edar kembali
jikalau bertemu dirajawali
akhirnya tak boleh abang kembali.
169.
Janganlah tuan berpilu sangat
lepaskan rasa nafsu semangat
jikalau lupa kurang-kurang ingat
paksi weh jangan kembali banget.
170.
Punggok tersenyum sembari menyahuti
ayuhai tuan yang baik pekerti
maukah tuan bersama mati
supaya lama beta berhati.
171.
Bersyairlah bulan dengan rawannya
sayang melihat tingkah lakunya
kerana sangat ia sakitnya
beberapa lamanya dihentikannya.
172.
Bulan pun tunduk menyahuti
aduh gusti emas sekati
hilang tak dapat kakanda ganti.
172.
Abang nen hamba dibawa perintah
sedikit tidak abang membantah
melainkan mana juga perintah
sedikit tidak abang membantah.
174.
Ayuhai tuan adinda abang
kalbu ku tidak lagi bercabang
tuan laksana patung terkembang
tempat bernaung tatkala rambang.
175.
Masakan tuan tidak setiawan
dengan kakanda orang yang rawan
tatkala lagi di dalam awan
sudah tersurat kepada tuan.
176.
Ayuhai tuan bulan purnama
menjelislah bela mata bersama
jikalau datang suatu rencana
ridhalah meerat dengan utama.
177.
Dengan bulan berjaji sudah
jikalau tuan beroleh olah
mati pun tiada memberi paedah.
178.
Bintang mendengar terlalu suka
sekaliannya ramai gurau jenaka
lalu menyahut bintang kertika
punggok nen berahikan mereka.
179.
Disahut bintang pari-pari
janganlah seperti katanya diri
jikalau dikuisnya dengan kaki kiri
tujuh harian beta menari.
180.
Bersyairlah bintang kenjuara
beta nen tidak banyak bicara
jikalau diambilnya akan saudara
seperti naik ke atas udara.
181.
Bersyairlah bagi bintang anjung
mulutnya besar kepalanya lonjong
laksana kuntum bunganya tanjong
siapa gerang sudi menunjong.
182.
Di sahut bintang peradah patah
daripada tidak tahu perentah
makanya kita jadi berbantah.
183.
Di sahut bintang puyoh berlaga
engkau ini berbantah juga
rambutmu merah bagai tembaga
dijual tidak ada harga.
184.
Punggok mendengar terlalu suka
melihat bintang gurau jenaka
sudahlah nasib untuk celaka
menjadi kasih sayang tak baqa.
185.
Tidak berapa lama selangnya
datang celaka dengan malangnya
daripada tidak pertemuannya
badan lama dijulangnya.
186.
Jikalau dulu Punggok meerat
biarkan beta menunggu jirat
cintalah ianya seumur hayat
sudahlah sampai bagai yang di ghairat
187.
Demi Punggok mendengarkan bahana
jikalaukan beta kena bencana
bulan pun hampir akan gerhana.
188.
Bersyairlah pulak baginya bulan
abang weh jangan banyak ambilan
pakailah persalin pemberian taulan
akan bekal abang berjalan.
189.
Seraya bersyair Punggok merawan
tersernyum manis pujok cumbuan
di sambut kapan pemberian bangsawan
akan suloh abang berjalan.
190.
Disambut Punggok lalu dipakai
tepinya bertekat awan setangkai
bergemerlapan pertama sembilan bagai
bersambutan dengan sinar bercangkai.
191.
Memakai bulang pelangi awan
sireh dilipat akan perbekalan
sifatnya menjelis amat handalan
patut sekali menjadi taulan.
192.
Sudah memakai kiranya duli
melayang ke gunung cenderamuli*
lalu menyisih kawan sekali.
193.
Salah tu dengan gurau dan senda
menyengatkan bulang mengenakan khanda
bertemu dengan unggas geroda
Punggok berdebar menggosokkan dada.
194.
Dilihat geroda sudahlah nyata
pakaian Punggok kurnia mahkota
tepinya berakam tatah permata
indahnya lagi jangan dikata.
195.
Sunggohlah geroda unggas ternama
menyambar Punggok dengan seksama
marilah saleh bersama-sama
tidak ditentang rindukan lama.
196.
Demi Punggok mendengarkan bahana
tundok hikmat dengan sempurna
geroda nen unggas yang bijaksana
hatinya sangat gundah gulana.
197.
Dengan geroda Punggok perduli
geroda nen biram gandasuli
menentang punggok tidaklah lari.
198.
Saleh berduli dua semimbar
kalbunya geroda sangatlah gentar
hatinya tidak tertahan sabar
kepada burung disuruhnya barbar.
199.
Di kampungnya unggas yang hina dina
Punggok terkejut semena-mena
Punggok bersifat bagai Arjuna
Seorang tiada hampir ke sana.
200.
Sudah Punggok bersikap diri
menghunus khanda genggam di kiri
mengusir unggas ke sana ke mari
ke sana sini membawa diri.
201.
Sungguhlah Punggok muda terbilang
beraninya bukan alang kepalang
di dalam senjata silang menyilang
serta melangkah menyengatkan bulang.
202.
Sabaslah Punggok muda yang manja
tatkala berperang di medan tersenja
seorang tak dapat menentang durja.
203.
Demi dilihat si Rajawali
ia pun seekor unggas terjali
menghunus pedangnya memerang sekali
sedikit tidak mengali-ali.
204.
Ia pun seorang muda terala
parangnya ke mana di tengah kepala
bulangnya putus berjela-jela
sedikit pun tiada Punggok bercela.
205.
Demi Punggok merasai parang
bangkit berjalan hatinya berang
bertemu gajah lalu diparang
putus gandingnya bagai dikarang.
206.
Sungguhlah Punggok unggas yang pokta
beraninya tidak mendurita
geroda nen berang di dalam cita
diadunya dengan biram yang meta.
207.
Diterpa biram Gandasuli
sedikit tidak mengali-ali
Punggok tu belum sampai ajali.
208.
Gandasuli semuanya biram
dilontarnya Punggok ke dalam zamzam
terselam kepada air yang dalam
barulah Punggok kalbunya muram.
209.
Di sanalah Punggok merasai sakit
diselamkan biram ke bawah rakit
sungainya deras zamzamnya lekit
di dalam lumpur berekat.
210.
Keuda Punggok sudah meerat
ke dalam zamzam badannya sakrat
disuruh geroda tarik ke darat
si kutok derhaka amat keparat.
211.
Ditarek ke darat di tepi lumpur
darahnya merecek * bersembor-sembor
badannya laksana ubor-ubor
Punggok nen mati tiada berkubor.
212.
Setelah Punggok sudahlah mati
pergilah bintang engkau lihati
supaya boleh khabar yang pasti.
213.
Pergilah bintang peradah patah
berduli seperti orang yang latah
sepanjang jalan ia berbantah
jikalaukan ada khabar berentah.
214.
Bintang berduli seranya mngerlang
dilihatnya Punggok sudah terguling
saleh berduli berulang-ulang
membawa khabar terlalu perulang.
215.
Demi bulan mendengarkan warta
selaku bersiram airnya mata
jikalau kabul bagai peminta
biarlah bulan meerat serta.
216.
Bersyair kuntum Gandasuli
bulan weh jangan merawan sali
jikalau didengar si rajawali
menjadilah bulan meerat sekali.
217.
Demi bulan mendengarkan bahana
Kalbunya bimbang gundah gulana
218.
Tersebutlah Punggok muda utama
meerat kerana bulan permana
daripada bulan jatuh ke rama
makakan tidak mati bersama.
219.
Meerta seeorang tiada berbela
sebab menurut hati yang gila
hancurlah badan tidak berkala
remok redam tiada bersela.
220.
Sehabislah Punggok muda bestari
tidak sekali gentar dan ngeri
patutlah bulan di hampiri
menjadi mati seorang diri.
221.
Layuan Punggok muda bangsawan
mati tumbuh jadi cendawan
menjelma kepada sifat yang haiwan.
222.
Jatuhlah ia ke dalam dunia
hendak balik tiada berdaya
sifat pun tidka lagi mulia
menjadi hilang budi upaya.
223.
Duduklah Punggok merawan Sali
tidaklah boleh lagi mulia
menjadi hilang budi upaya
224.
Duduklah Punggok tercinta sayang
daripada malam sampai siang
tubuh pun kurus tergoyang-goyang
ke udara tidak boleh melayang.
225.
Sampailah masa zaman sekarang
turun temurun dendam tak kurang
jikalau bulan terbit terang
semuanya itu meninggalkan sarang.
226.
Duduk merawan segenap kayu
suaranya halus mendayau-dayu
benarlah sungguh punggok merayu
hatinya pilu tidak terpayu.
227.
Sampailah sekarang Pungguk nen murung
lain daripada sekalian burung
duduk merawan segenap lorong
malam berbunyi siang berkurung.
228.
Tamatlah syair Punggok merawan
di pesta ini disalin khabarkan tuan
jadilah badan tidak ketahuan.
229.
Tamatlah syair disalinkan ne kasih
dawat pun kering kalam pun patah
sajaknya janggal banyak yang salah
jikalau tak kena tuanku bersimbah.
230.
Tamatlah bersyair di majlis
saya menyalin tidak sampai menangis
jangan bawa di luar majlis
jikalau orang tidak menjelis.
231.
Ayuhai tuan yang nyata
dawat dicecah tangan mereka
hamba menyair bukan pendita
supaya jangan hilang di adat kita.
232.
Mohon ampun hamba yang hina
pada sekalian yang bijaksana
salinan jangan sajak tak kena
fikir pun pendek belum sempurna.