• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORDA - Jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FORDA - Jurnal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

161

PADA BEBERAPA LUAS SUB DAS

(Application of Rational Method for Estimating Peak Discharge on Some Watershed

Areas)*

Oleh/By:

Irfan Budi Pramono, Nining Wahyuningrum, dan/and Agus Wuryanta

Balai Penelitian Kehutanan Solo

Jl. A. Yani Pabelan PO. BOX 295 Kartasura – Solo. Telp: (0271) 716709, Fax: (0271) 716959 e-mail : bpk_solo_pp@yahoo.com

*Diterima : 25 Agustus 2009; Disetujui : 26 April 2010

i

ABSTRACT

One of watershed health indicators is peak flow. High peak flow reflects watershed degradation. Some watersheds do not have hydrologic station; therefore, the peak discharge data are not available. Appropriate model for estimating peak run-off should be tried in some watersheds with different area. The aim of the research is to determine the most suitable area for applying peak run-off estimation. Rational method is applied for estimating peak run-off. The method is chosen due to simplicity and the most popular method in peak run-off estimation. However, the method required some condition, if the requirements do not match; the result will be less accurate. The method assumes that a rainfall of uniform intensity covers the whole watershed and time to peak is same as time of concentration. The method was applied in Tapan, Ngunut I, and Wuryantoro sub watersheds with area of 145 ha, 596 ha, and 1.792 ha, respectively. The results show that deviation with direct measurement was 185%, -4%, and 615% for Tapan, Ngunut I, and Wuryantoro sub watersheds, respectively. The high deviation due to rainfall intensity is not uniform cover the whole watershed. Although Ngunut I sub watershed has an area of 596 ha, the rainfall intensity was even due to flatter area than Tapan and Wuryantoro sub watersheds. Therefore, The most suitable area for estimating the peak discharge is Ngunut I sub watershed.

Keywords: Peak discharge, watershed area, rational method

ABSTRAK

Salah satu indikator kesehatan DAS adalah debit puncak. Debit puncak yang tinggi menggambarkan tingkat kerusakan suatu DAS. Beberapa DAS tidak mempunyai stasiun pengukur hidrologi sehingga data puncak banjir tidak tersedia. Model yang paling sesuai untuk penaksiran debit puncak sebaiknya diujicobakan di beberapa DAS dengan kondisi biofisk yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan luas DAS yang paling sesuai dalam penerapan metode Rational.. Metode Rational adalah metode penaksiran debit puncak. Metode ini dipilih karena paling sederhana dan paling banyak digunakan di beberapa tempat. Namun demikian, metode ini mensyaratkan beberapa kondisi. Jika syaratnya tidak terpenuhi maka hasilnya menjadi kurang akurat. Metode ini mengasumsikan bahwa intensitas hujan jatuh merata dalam seluruh DAS dan waktu mencapai puncak sama dengan waktu konsentrasi. Metode ini telah diterapkan di Sub DAS Tapan, Ngunut I, dan Wuryantoro dengan luas masing-masing Sub DAS 145 ha, 596 ha, dan 1.792 ha. Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan hasil pengukuran, debit maksimum hasil prediksi mempunyai penyimpangan sebesar 185%, -4%, dan 645% masing-masing untuk sub DAS Tapan, Ngunut I, dan Wuryantoro. Tingginya deviasi ini disebabkan oleh hujan yang tidak merata dalam satu DAS. Meskipun sub DAS Ngunut I mempunyai luas 596 ha, namun hujannya dapat merata karena daerahnya lebih datar dibandingkan dengan sub DAS Tapan dan Wuryantoro.

(2)

162

I. PENDAHULUAN

Perkiraan debit puncak sangat pen-ting untuk diketahui, bersama aspek hi-drologi lainnya seperti debit minimum dan hasil air. Debit puncak digunakan untuk identifikasi kesehatan suatu DAS, perencanaan pengelolaan DAS, serta untuk monitoring dan evaluasi kinerja DAS. Debit puncak yang tinggi mencer-minkan kerusakan suatu DAS, oleh ka-rena itu data debit puncak sangat diper-lukan. Namun demikian, banyak DAS yang belum mempunyai pencatatan hi-drologi sehingga data debit puncak ini tidak tersedia. Untuk itu perlu dilakukan pemodelan hidrologi untuk estimasi de-bit puncak tersebut.

Banyak metode yang tersedia untuk estimasi puncak banjir, namun tidak ada metode tunggal yang dapat diterapkan untuk seluruh DAS. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan ke-kurangan. Metode Rational adalah salah satu metode untuk memperkirakan debit puncak dalam suatu DAS. Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan paling banyak digunakan. Namun jika persyaratannya tidak dipenuhi maka hasil estimasi debit puncak tersebut bisa menyimpang. Konsep dari metode Ra-tional cukup canggih dan mensyaratkan pengetahuan teknik yang sangat dalam khususnya untuk memilih karakteristik hidrologi yang dianggap mewakili se-perti waktu konsentrasi dan koefisien aliran (Hayes dan Young, 2005).

Trommer et al. (1996) dalam pene-litiannya di Florida menyebutkan bahwa perkiraan awal debit puncak dengan menggunakan metode Rational meng-hasilkan kesalahan rata-rata dengan ki-saran perkiraan rendah 50,4% sampai perkiraan tinggi 76,7% dengan koefisi-en aliran berkisar 0,2 sampai 0,6. Tek-nik kalibrasi dengan pencatatan lang-sung menghasilkan kesalahan rata-rata berkisar dari perkiraan rendah 3,3% sampai perkiraan tinggi 1,5% dengan

koefisien aliran yang sudah dikalibrasi sebesar 0,02 sampai 0,72.

Metode Rational ini mensyaratkan beberapa kondisi, antara lain: 1) hujan jatuh merata di seluruh DAS, 2) hujan tidak bervariasi dalam waktu dan tem-pat, 3) waktu banjir sama dengan waktu konsentrasi, 4) luas DAS bertambah se-jalan dengan bertambah panjangnya DAS, 5) waktu konsentrasi relatif pen-dek dan tidak tergantung pada intensitas banjir, 6) koefisien aliran tidak berva-riasi dengan intensitas banjir dan kelem-baban tanah awal, 7) run-off didominasi oleh aliran permukaan, dan 8) pengaruh tampungan DAS diabaikan. Hampir se-mua persyaratan tersebut sangat jarang ditemui di alam. Namun demikian me-tode ini perlu dicoba diterapkan pada beberapa sub DAS yang mempunyai lu-as yang berlainan. Penerapan metode Rational ini direkomendasikan untuk DAS yang kecil dengan luas < 2.500 ha (Cawley dan Cunnane, 2003).

Ada dua faktor utama yang mempe-ngaruhi besarnya debit puncak yaitu ka-rakteristik hujan dan kaka-rakteristik DAS. Karakteristik hujan meliputi lama, jum-lah, intensitas, dan distribusi; sedangkan karakteristik DAS meliputi ukuran, ben-tuk, topografi, jenis tanah, geologi, dan penggunaan lahan. Dalam penelitian ini disajikan karakteristik DAS masing-ma-sing sub DAS terpilih.

Penelitian ini dilakukan di sub DAS Tapan dengan luas 161 ha dan berbahan induk volkan muda, sub DAS Ngunut I dengan luas 596 ha dan berbahan induk volkan muda, dan sub DAS Wuryantoro dengan luas 1.792 ha dan berbahan in-duk volkan tua serta kapur. Ketiga sub DAS tersebut mempunyai pencatatan debit dan curah hujan yang lengkap se-hingga data yang tersedia dapat diguna-kan untuk mengkalibrasi estimasi pun-cak banjir dengan metode Rational.

(3)

163 metode Rational dari ketiga sub DAS

yang terpilih. Hasil penelitian diharap-kan dapat bermanfaat bagi perencana pengelolaan DAS dalam mengestimasi debit puncak untuk kisaran luasan DAS tertentu agar hasilnya lebih akurat.

II. METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di daerah Solo Hulu dengan berbagai kondisi fisik (geologi, penggunaan lahan, jenis tanah, dan curah hujan) yang berbeda. Luasan sub DAS yang digunakan bervariasi da-ri 161 ha sampai 1.792 ha. Lokasi terse-but terdiri dari tiga sub DAS, letak ma-sing-masing sub DAS disajikan dalam Tabel 1. Penelitian dilakukan pada ta-hun 2006.

B. Prosedur Kerja

Dalam mengestimasi debit puncak (qp) dengan metode Rational digunakan persamaan berikut (Subarkah, 1980): qp = 0,278 C.I.A. m3/dt. ……...(1) dimana:

A = Luas daerah aliran sungai (km2) (drainage area (square km) I = Intensitas hujan maksimum selama

waktu yang sama dengan waktu kon-sentrasi (mm/jam) (maximum rainfall intensity, the duration is the same as time of concentration (mm/hour) C = Koefisien run-off yang didasarkan pada

faktor-faktor daerah pengalirannya se-perti jenis tanah, kemiringan, dan ke-adaan vegetasi penutupnya (Runoff co-efficients)

0,278 = tetapan (constants)

1. Penentuan Nilai Koefisien Aliran

Besarnya koefisien run-off (C) di-dasarkan pada keadaan daerah peng-aliran seperti terlihat pada Tabel 2.

2. Penentuan Nilai Intensitas Hujan

Intensitas hujan (I) didapat dari per-samaan(Subarkah, 1980):

(mm/jam) (Rainfall intensity during time of concentra-tion) (mm/hr)

R = Hujan harian (Daily rainfall) (mm) Tc = Waktu konsentrasi (jam) (Time of

concen-tration) (hr)

Tabel (Table) 1. Lokasi penelitian di tiga sub DAS (Research site in three sub watersheds)

No. Sub DAS

Volkan tua dan Pegunungan Kapur Selatan

1792

(4)

164

Tabel (Table) 2. Perhitungan koefisien run-off (Run-off coefficient calculation)

No. Keadaan daerah pengaliran (Watershed condition) Koefisien run-off (Run-off coefficient) 1. Tanah berpasir dan berkerikil untuk pertanian (sandy and

gravelly soils on cultivated land)

0,20

2. Tanah berpasir dan berkerikil untuk rumput (Sandy and gravelly soils on pasture land)

0,15

3. Tanah berpasir dan berkerikil untuk hutan (Sandy and gravelly soils on woodland)

0,10

4. Tanah berdebu tanpa impending horizons untuk pertanian (Loams without impending horizons on cultivated land)

0,40

5. Tanah berdebu tanpa impending horizons untuk rumput (Loams without impending horizons on pasture land)

0,35

6. Tanah berdebu tanpa impending horizons untuk hutan (Loams without impending horizons on woodland)

0,30

Sumber (Source): Dune dan Leopold (1978)

3. Penentuan Waktu Konsentrasi

(Subarkah, 1980):

Tc = Waktu konsentrasi (jam) (Time of concen-tration) (hr)

L = Panjang sungai utama (Length of main ri-ver) (km)

H = Beda tinggi antara titik tertinggi dengan ti-tik terendah pada DAS (Altitude difference between the highest and the lowest loca-tions in the watershed) (m)

C. Analisis Data

Debit puncak dihitung berdasarkan hasil perkalian antara koefisien aliran, intensitas hujan, dan waktu konsentrasi. Koefisien aliran dalam satu sub DAS di-peroleh dari hasil analisis GIS dengan penampalan (overlay) peta penutupan lahan, kemiringan lereng, dan jenis ta-nah. Intensitas hujan dan waktu konsen-trasi diperoleh dari rumus-rumus di atas.

Hasil penaksiran debit puncak di-bandingkan dengan hasil pengukuran langsung. Perbedaan antara hasil

penak-siran dan pengukuran dibandingkan pa-da masing-masing sub DAS. Faktor-faktor yang mempengaruhi penaksiran debit puncak dianalisis kepekaannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Hujan a. Jumlah Hujan

Data hujan diambil pada saat peneli-tian. Jumlah hujan yang digunakan da-lam penelitian ini dikelompokkan men-jadi tiga yaitu hujan rendah (30-40 mm), hujan sedang (50-80 mm), dan hu-jan tinggi (> 80 mm). Jumlah huhu-jan pa-da masing-masing sub DAS pa-dapat dili-hat pada Tabel 3.

b. Intensitas Hujan

(5)

165

Tabel (Table) 3. Jumlah hujan harian dan intensitas hujan di tiga sub DAS (Sum of daily rainfall and rainfall intensity in three sub watersheds)

Sub DAS (Sub watershed)

Jumlah hujan 24 jam (Rainfall in 24 hours) (mm)

Intensitas hujan (Rainfall intensity) (mm/jam) (mm/hr)

Tapan Hujan rendah (Low rainfall) 30 23

Hujan sedang (Moderate rainfall) 60 46

Hujan tinggi (High rainfall) 106 80

Ngunut I Hujan rendah (Low rainfall) 45 11

Hujan sedang (Moderate rainfall) 50 13

Hujan tinggi (High rainfall) 87 21

Wuryantoro Hujan rendah (Low rainfall) 38 12

Hujan sedang (Moderate rainfall) 81 25

Hujan tinggi (High rainfall) 121 37

2. Karakeristik DAS

a. Penutupan Lahan

Vegetasi penutup sub DAS Tapan didominasi oleh tegalan dan kebun cam-pur (agroforestry) yang terdiri dari ta-naman campuran antara tata-naman keras (sengon, cengkeh) dengan tanaman se-musim (cabe, singkong, jagung). Sawah hanya menyebar di sekitar kanan-kiri sungai. Hutan hanya sedikit dan terletak menyebar pada lereng-lereng curam. Perincian dan penyebaran vegetasi pe-nutup di sub DAS Tapan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 1.

Tabel (Table) 4. Jenis penutupan lahan sub DAS Tapan (Land cover types of Tapan sub wa-tershed)

No.

Jenis penutupan lahan (Land covers types)

Luas campur. Kampung atau pekarangan ter-sebar merata di seluruh DAS, sawah mendominasi bagian tengah DAS yang merupakan lembah. Perincian dan

pe-nyebaran penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 2.

Tabel (Table) 5. Jenis penutupan lahan sub (Land cover types)

Luas Jumlah (Total) 764,51 100,00

Penutupan lahan di sub DAS Wur-yantoro didominasi oleh ladang, kebun campur serta sawah. Pemukiman merata di seluruh sub DAS. Hutan yang hanya sedikit terletak di hulu dan tengah sub DAS. Perincian dan penyebarannya da-pat dilihat pada Tabel 6 dan Lampiran 3.

Tabel (Table) 6. Jenis penutupan lahan sub DAS Wuryantoto (Land cover types of Wuryan-toro sub watershed)

No.

Jenis penutupan lahan (Land cover types)

(6)

166

b. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng di sub DAS Ta-pan didominasi oleh lereng curam > 25%, hanya sedikit daerah yang mem-punyai kelerengan rendah terutama di sekitar sungai. Perincian dan penyebar-an kelerengpenyebar-an di sub DAS Tappenyebar-an dapat dilihat pada Tabel 7 dan Lampiran 4.

Tabel (Table) 7. Distribusi kelas lereng sub

Kemiringan lereng sub DAS Ngunut I didominasi oleh daerah dataran de-ngan kemiride-ngan lereng 0-8%, hanya se-dikit area yang mempunyai kemiringan 15-25%, dan tidak ada areal yang mem-punyai kemiringan > 25%. Perincian dan penyebaran kemiringan lereng di sub DAS Ngunut I dapat dilihat pada Tabel 8 dan Lampiran 5.

Tabel (Table) 8. Distribusi kelas lereng sub DAS Ngunut I (Slope class distribution of Ngu-nut I sub watershed)

No. Kelas lereng Wuryantoro didominasi oleh areal de-ngan kemiride-ngan 15-25% yang tersebar di daerah hulu dan 0-8% di daerah hilir. Sub DAS Wuryantoro ini memang spe-sifik. Di bagian hulu mempunyai bahan

induk volkan tua dengan kelerengan yang tinggi dan di bagian hilir mempu-nyai bahan induk kapur dengan ke-lerengan yang rendah. Keke-lerengan > 25% juga terdapat di daerah paling hu-lu. Perincian dan penyebaran kemiring-an lereng di sub DAS Wurykemiring-antoro dapat dilihat pada Tabel 9 dan Lampiran 6.

Tabel (Table) 9. Distribusi kelas lereng Sub DAS Wuryantoro (Slope class distribution of Wuryantoro Sub Watershed)

No. Kelas lereng

Jumlah (Total) 1807,94 100,00

c. Jenis Tanah

Karena luas sub DAS yang relatif kecil (145 ha) maka di sub DAS Tapan hanya mempunyai satu jenis tanah yaitu Mediteran Coklat, sedangkan di sub DAS Ngunut I mempunyai dua macam jenis tanah yaitu Mediteran Coklat dan Mediteran Merah. Sub DAS Wuryanto-ro mempunyai tiga jenis tanah yaitu Grumusol, Litosol, dan Mediteran. Pe-rincian jenis tanah pada masing-masing sub DAS dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11, sedangkan penyebaran-nya dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, dan Lampiran 9.

Tabel (Table) 10. Jenis-jenis tanah di sub DAS Ngunut I (Soil types of Ngunut I sub watershed)

No. Jenis tanah

1. Mediteran coklat (Brown medite-ran)

584,2 76,5

2. Mediteran me-rah (Red medite-ran)

179,4 23,5

(7)

167

Tabel (Table) 11. Jenis-jenis tanah di sub DAS Wuryantoro (Soil types of Wuryantoro sub wa

-Jumlah (Total) 1807,943 100,00

3. Koefisien Aliran

Berdasarkan hasil penampalan (overlay) data penutupan lahan, kemi-ringan lereng dan jenis tanah diperoleh nilai koefisien aliran 0,32; 0,41; dan 0,56 masing-masing untuk sub DAS Ta-pan, sub DAS Ngunut I, dan sub DAS Wuryantoro.

4. Debit Puncak Hasil Penaksiran

Berdasarkan data hujan, intensitas

hujan, koefisien aliran, dan luas sub DAS, maka debit puncak dapat dihitung dengan menggunakan rumus (1) dan ha-silnya bisa dilihat pada Tabel 12. Debit puncak di sub DAS Tapan bervariasi dari 3-10 m3/detik, sedangkan di sub DAS Ngunut I bervariasi dari 7-15 m3/ detik dan di sub DAS Wuryantoro ber-variasi dari 34-109 m3/detik.

5. Perbandingan Antara Debit Pun-cak Hasil Pengukuran dan Penak-siran

Berdasarkan hasil pengamatan ting-gi muka air yang tercatat oleh AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan pembuatan lengkung debit di masing-masing outlet dari ketiga sub DAS ter-sebut, maka diperoleh data debit yang merupakan hasil pengukuran. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan data debit hasil penaksiran seperti yang terlihat pada Tabel 13.

Tabel (Table) 12. Estimasi debit puncak dengan metode Rational di tiga Sub DAS (Estimation of peak discharge using rational method in three sub watersheds)

Sub DAS (Comparison of observed and predicted peak discharges in three sub watersheds)

Sub DAS (Sub watershed)

Hujan (Rainfall)

(mm)

Debit hasil pengukuran (Measured peak discharge)

(m3/detik)

Debit hasil penaksiran (Predicted peak discharge)

(8)

168

B. Pembahasan

1. Perbedaan Debit Hasil Estimasi dengan Pengukuran

Perbandingan debit maksimum hasil penaksiran dengan pengukuran dapat di-lihat pada Tabel 5. Dari tabel tersebut terlihat bahwa hanya di sub DAS Ngu-nut I penaksiran dengan metode Ra-tional ini mendekati hasil pengukuran, sedangkan dua sub DAS lainnya sangat jauh dibandingkan dengan hasil peng-ukuran. Pada sub DAS Tapan dengan luas DAS hanya 161 ha, dengan meto-de Rational menghasilkan debit puncak sebesar 6,15 m3/dt, padahal hasil penca-tatan AWLR hanya menunjukkan debit sebesar 2,16 m3/dt. Seharusnya dengan luas DAS yang cukup kecil model Ra-tional paling mendekati hasil pengukur-an karena waktu hujpengukur-an efektif hampir sama dengan waktu konsentrasi serta hujan lebih merata dalam satu DAS. Berdasarkan data kelerengan dan penu-tupan lahan, nilai koefisien aliran sub DAS Tapan adalah 0,32. Ini berarti ha-nya 32% dari hujan yang langsung men-jadi aliran atau 68% dari hujan terinfil-trasi ke dalam tanah dan menjadi sub surface flow dan base flow. Dengan ni-lai C = 0,32, hasil estimasi debit maksi-mum sudah dua kali lipat dibandingkan dengan pengukuran. Faktor lain yang mempengaruhi debit maksimum adalah intensitas hujan. Dari hujan harian sebe-sar 60 mm, ternyata berdasebe-sarkan rumus metode Rational ini diperoleh nilai I = 45 mm/jam. Dari tiga faktor utama pe-nyebab debit maksimum, nilai intensitas hujan ini terlalu besar sehingga perlu di-lakukan penyesuaian.

Estimasi debit maksimum di sub DAS Wuryantoro dengan luas 1.792 ha memberikan hasil 34,20 m3/dt, padahal hasil pengukuran menunjukkan debit maksimum sebesar 4,78 m3/dt, sehingga memberikan perbedaan yang terlalu be-sar. Hal ini mungkin disebabkan hujan

yang tidak merata karena luas sub DAS relatif besar.

Estimasi debit maksimum di sub DAS Ngunut I dengan luas 596 ha memberikan hasil 10,98 m3/dt, sedang-kan hasil pencatatan langsung menun-jukkan hasil sebesar 11,42 m3/dt. Perbe-daan antara hasil estimasi dan peng-ukuran langsung yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa persyaratan untuk penerapan metode Rational terpenuhi, hujannya relatif merata karena daerah-nya datar.

2. Sensitivitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Estimasi Debit Puncak

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya debit puncak dalam metode Rational adalah luas (A), panjang su-ngai (L), beda tinggi (H), curah hujan (R), koefisien aliran (C), dan waktu konsentrasi (TC). Berdasarkan analisis sensitivitas, dimana masing-masing fak-tor dikalikan dua kemudian dilihat hasil estimasi debit puncaknya, maka dari faktor-faktor tersebut hanya tiga faktor yang besar perubahan responnya, yaitu A, R, dan C seperti yang terlihat pada Gambar 1.

3. Penyesuaian Model Estimasi Debit Puncak

(9)

169 Pada umumnya, makin besar hujan

maka indeks penyesuaian ini juga ma-kin besar. Pada sub DAS Tapan, indeks penyesuaian ini berkisar antara 0,22-0,36 seperti yang terlihat pada Gambar 2, sedangkan pada sub DAS Ngunut in-deks ini berkisar antara 1,04-3,91 seper-ti yang terlihat pada Gambar 3. Pada sub DAS Wuryantoro, indeks ini berki-sar antara 0,14-0,20 seperti yang terlihat pada Gambar 4. Dari data tersebut terli-hat bahwa dengan menggunakan model

Rational maka makin luas DAS, indeks penyesuaian ini juga akan makin kecil, artinya hasil perhitungan atau penaksir-an lebih besar daripada hasil pengukur-an. Hal ini terjadi karena model ini mengasumsikan bahwa lamanya waktu hujan efektif harus sama dengan waktu konsentrasi (Hayes dan Young, 2005). Kondisi ini sulit tercapai pada DAS besar dimana waktu konsentrasi selalu lebih besar daripada waktu hujan efek-tif.

Gambar (Figure) 1. Analisis sensitivitas variable-variabel dalam metode Rational (Sensitivity analysis of variables on Rational method)

Gambar (Figure) 2. Indeks penyesuaian metode Rational untuk sub DAS Tapan (Adjustment index of Rational method for Tapan sub watershed)

0

Hujan harian (Daily rainfall) (mm)

In

Variabel (Variable)

(10)

170

Gambar (Figure) 3. Indeks penyesuaian metode Rational untuk sub DAS Ngunut I (Adjustment index of Rational method for Ngunut I sub watershed)

Gambar (Figure) 4. Indeks penyesuaian metode Rational untuk sub DAS Wuryantoro (Adjustment index of Rational method for Wuryantoro sub watershed)

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerapan metode Rational untuk estimasi debit puncak di sub DAS Tapan dan Wuryantoro memberikan hasil yang melebihi (over estimate) dan di sub DAS Ngunut I memberi-kan hasil yang relatif sama diban-dingkan dengan hasil pengukuran. Perbedaan tersebut adalah 185%, -4%, dan 615 % masing-masing un-tuk sub DAS Tapan, Ngunut I, dan Wuryantoro.

2. Model Rational untuk estimasi debit puncak memberikan hasil yang pa-ling baik pada daerah datar, dimana hujan yang terjadi lebih merata. Pa-da sub DAS yang lebih kecil namun

topografinya sangat curam maka cu-rah hujannya tidak merata sehingga hasil estimasi ini banyak mengalami penyimpangan dibandingakan de-ngan hasil pengukuran.

3. Untuk menerapkan metode Rational di ketiga sub DAS perlu penyesu-aian-penyesuaian. Indeks penyesuai-an ini selain tergpenyesuai-antung pada luas DAS juga tergantung pada besarnya curah hujan yang menyebabkan ban-jir. Makin besar hujan maka indeks penyesuaian juga makin besar. 4. Penerapan model Rational untuk

sub DAS Tapan menggunakan in-deks penyesuaian antara 0,22-0,36, sub DAS Ngunut I menggunakan in-deks penyesuaian antara 1,04-3,91, dan sub DAS Wuryantoro antara

Hujan harian (Daily rainfall) (mm)

(11)

171

B. Saran

Penggunaan metode Rational ini se-lain harus memperhatikan luas DAS ju-ga harus memperhatikan topografinya. Topografi yang berbukit atau bergelom-bang dapat menyebabkan hujan yang ti-dak merata sehingga hasil penaksiran debit puncak akan menyimpang cukup jauh bila dibandingkan dengan hasil pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 2000. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000. Cibinong, Bogor.

Cawley, A.M. and C. Cunnane. 2003. Comments on Estimation of Green-field Runoff Rates. National Hy-drology Seminar. 2003.

Dunne, T. and L.B. Leopold. 1978. Wa-ter in Environmental Planning.

W.H. Freeman and Company. New York.

Hayes, D.C. and R.L. Young. 2005. Comparison of Peak Discharge and Runoff Characteristic Estimates from the Rational Method to Field Observations for Small Basins in Central Virginia, Scientific Investi-gation Report 2005-5254. USGS. Pusat Penelitian Tanah. 1981. Peta

Ta-nah Tinjau Skala 1:100.000. Bogor. Subarkah, I. 1980. Hidrologi untuk Pe-rencanaan Bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.

(12)

172

Lampiran (Appendix) 1. Peta penutupan lahan sub DAS Tapan (Land cover map of Tapan catchment area)

Sumber (Source): Bakosurtanal, 2000

Lampiran (Appendix) 2. Peta penutupan lahan sub DAS Ngunut I (Land cover map of Ngunut I catchment area)

(13)

173

Lampiran (Appendix) 3. Peta penutupan lahan sub DAS Wuryantoro (Land cover map of Wuryantoro catchment area)

Sumber (Source): Citra Landsat 7ETM+ tahun 2001 (Image of Landsat 7 ETM+ 2000)

Lampiran (Appendix) 4. Peta kemiringan lereng sub DAS Tapan (Slope map of Tapan catchment area )

(14)

174

Lampiran (Appendix) 5. Peta kemiringan lereng sub DAS Ngunut I (Slope map of Ngunut I catchment area)

Sumber (Source): Bakosurtanal, 2000

Lampiran (Appendix) 6. Peta kemiringan lereng sub DAS Wuryantoro (Slope map of Wuryantoro catchment area)

(15)

175

Lampiran (Appendix) 7. Peta jenis tanah sub DAS Tapan (Soil map of Tapan catchment area )

Sumber (Source): Pusat Penelitian Tanah (Center for Soil Research), 1981

Lampiran (Appendix) 8. Peta jenis tanah sub DAS Ngunut I (Soil map of Ngunut I catchment area )

(16)

176

Lampiran (Appendix) 9. Peta jenis tanah sub DAS Wuryantoro (Soil map of Wuryantoro catchment area )

Gambar

Tabel (Table) 1. Lokasi penelitian di tiga sub DAS (Research site in three sub watersheds)
Tabel (Table) 2. Perhitungan koefisien run-off (Run-off coefficient calculation)
Tabel ( Table) 4. Jenis penutupan lahan sub DAS Tapan (Land cover types of Tapan sub wa-tershed)
Tabel (TableWuryantoro Sub Watershed) 9. Distribusi kelas lereng Sub DAS Wuryantoro (Slope class distribution of )
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sebuah elektron dari luar kulit yang berenergi lebih tinggi kemudian mengisi lubang, dan perbedaan energi antara kulit yang berenergi lebih tinggi dengan kulit

1) Pendiri organisasi. Budaya organisasi dapat ditelusuri, paling tidak sebagian, para pendiri organisasi. Pendiri-pendiri ini seringkali memiliki kepribadian yang

[r]

Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara sebagai Kabupaten harus dalam upayakan meningkatkan struktur perekonomian Produk Domestik Regional bruto (PDRB) atas

Jadi metode dakwah merupakan sebuah jalan atau cara yang digunakan atau dilakukan dalam melaksanakan aktifitas mengajak manusia kepada jalan yang lurus, yang mana

(6) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D4

Sikap layanan yang baik merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh petugas perpustakaan terutama petugas pada bagian layanan referensi, sebab sikap

Pada tahapan ini adalah tahap permulaan untuk membangun dan mengembangkan aplikasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Bagian ini merupakan kegiatan tentang