BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
tertentu (Mubarak, 2009).
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan
memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan
dalam berperilaku (Setiawati, 2008).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah
tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang
Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang
tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa
tanda-tamda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC,
bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan
sebagainya. (Notoadmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam
berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,
menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air
tersebut.(Notoadmodjo, 2005).
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan
program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah
faham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah
apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.(Notoadmodjo, 2005).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau
kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.(Notoadmodjo,
2005).
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat
menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,
seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2005).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yang
berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menutut roger (1974, dikutip dari
Notoadmojo, 2007), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan
seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau bawaan. Faktor Eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi.
Menurut Suparlan (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat
perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.
b. Usiasangat dipengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami
sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah
sesuai dengan pertambahan usia.
c. Pengalamanmerupakan sesuatu yang sudah pernah dialami, dilihat atau
didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Semakin banyak
pengalaman seseorang maka semakin banyak usaha seseorang untuk
mengatasi sesuatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman
d. Sumber informasiadalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan
mempunyai nilai yang nyata.
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2005) dari berbagai cara yang telah digunakan untuk
memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan antara lain:
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam mencegah masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara Kekuasaan (Otoriter)
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan.
Hasil ini dilakukan dengan cara mengulangi kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pemikirannya.
b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sintesis, logis dan alamiah.Cara ini disebut metode penelitian
ilmiahatau lebih popular disebut metode penelitian.
2.2Konsep Ibu
Perempuan adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan
dengan segala kekompleksitasan yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas,
khususnya dalam kacamatan berfikir yang disusun oleh kaum feminis. Pembahasan
perempuandalam perspektif feminis sekarang bukan hanya pada tataran kehidupan
yang besar seperti politik, ekonomi, budaya dan pendidikan saja tetapi juga sudah
merambah pada tataran kehidupan kecil. AdapunPeranan ibu Sebagai istri dan ibu
dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
2.3Konsep zat pewarna makanan 2.3.1 Pengertian
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan
bertujuan sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Secara garis besar,berdasarkan
sumbernya di kenal dua jenis zat pewarna yang termasuk ke dalam golongan bahan
tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis (Cahyadi, 2009).
2.3.2 Jenis- jenis makanan zat pewarna dan makanan
a. Pewarna alami
Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman,
buah-buahan, hewan, gula dan bacteria lumut. Umumnya pewarna alami aman
untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan
pewarna sintesis yang keamanan penggunaannya harus dibatasi(Yuliarti,
2007).
Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk
dalam daftar diet mereka. Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan
pewarna sintesis berpindah kepewarna alami. Sebagai contohnya serbuk beet
mengaitkan pewarna merah sintesis FD dan C No. 2. Namun, penggantian
dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli
untuk dapat menghilangkan kendala, seperti bagai mana menghilangkan rasa
tanaman dan hewan, di antaranya klorofi, mioglobin dan hemoglobin,
anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon, dan xanthon serta karotenoid
(Cahyadi, 2009).
TABEL 2.1 contoh – contoh pewarna alami
Kelompok Warna Sumer
Karamel Coklat Gula dipanaskan
Anthosianin Jingga Merah Biru
Tanaman
Flavonoid Tampa kuning Tanaman
Batalain Kuning, Merah Tanaman
Quinon Kuning, Hitam Tanaman /bacteria lumut
Xanthon Kuning Tanaman
Karotenoid Tanpa kuning – merah Tanaman/hewan
Hame Merah , coklat Hewan
Klorofil Hijau, coklat Tanaman
(sumber tranggono dkk 1989 dalam yuliarti 2007)
Menurut Putri (2010) dan Dedi (2013) Pewarna alami merupakan bahan
pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan
pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau
menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
Karena keindahan bentuk daunnya, tanaman ini seringkali digunakan
sebagai tanaman hias. Agar lebih sempurna, daun suji seringkali
dicampur dengan daun pandan sehingga selain memberi warna
minuman Anda. Cara membuatnya: iris halus daun suji dan daun
pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, peras, dan
saring, lalu tambahkan air kapur sirih sebagai pengawetnya. Masukkan
ke dalam botol tertutup, lalu simpan di lemari es.
2. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna
cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue
kering.
3. Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali,
atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan.
4. Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna
kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya
rendang daging atau sambal goreng.
5. Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna
kuning.
6. Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses
karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170
°C.
7. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat
pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
8. Kayu Secang
Secang (Caesalpinia sappan L.) adalah tanaman berkayu yang biasa
diserut dan dikeringkan. Serutan batang kayu secang kering direbus
dengan air dan disaring, baru dicampurkan ke dalam adonan atau
bahan yang akan diwarnai. Secang memberikan warna merah. Kayu
secang dapat diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.
9. Angkak
Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah
sintetis. Saat ini angkak digunakan pada berbagai produk makanan
seperti pada pembuatan anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan,
minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging seperti
sosis. Angkak digunakan dengan cara diseduh air panas, air seduhan
pertama dibuang karena rasanya pahit. Baru pada seduhan ketiga
disaring, lalu haluskan. Pewarna merah juga dapat diperoleh dari kulit
bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L) dengan cara diseduh air panas
terlebih dahulu sebelum digunakan, atau diperoleh dari bit yang
direbus lalu diambil airnya, atau diblender bitnya.
10. Bunga Telang
Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di
Asia.Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami
biru pada penganan.
Cara menggunakan: cuci bersih bunga telang, remas-remas atau
tumbuk dengan sedikit air matang, lalu saring. Bisa juga dengan
merebus bunga talang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru,
cara merendam bunga telang dengan air panas hingga airnya berwarna
biru, remas-remas, saring, dan ambil airnya. Untuk menyimpan dalam
waktu lama, bunga telang bisa dikeringkan dengan cara dijemur di
sinar matahari, lalu masukkan ke dalam kemasan yang kering dan
tertutup.
11. Kluwak, Abu Merang dan tinta cumi.
Untuk hidangan atau kue yang berwarna hitam dapat digunakan abu
merang yang dibuat dari merang yang dibakar, lalu diayak. Atau bisa
juga kluwak kwalitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya
untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya, atau
dari tinta cumi yang dilarutkan dengan air.
b. Pewarna sintetis
Zat pewarna / zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang
diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai primitted color atau
certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini
meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat
warna tersebut (yuliarti, 2007).
Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
kadang – kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa – senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang di
anggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 %
dan timbal balik boleh lebih 0,0001 % sedangkan logam berat lainnya tidak boleh
ada. (Cahyadi, 2009).
Tabel 2.2 bahan pewarna yang diizinkan di indonesia
Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak
daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama.
PEWARNA No indeks
Warna (C.I.No.)
Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan
aroma makanan.Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang
lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Oleh
karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (yuliarti,
2007).
Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Aditives (JECFA) zat pewarna buatan digolongkan dalm beberapa kelas bedasarkan kelarutannya, yaitu dyes dan lakes.
1. Dyes
Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin
glikol, gliserin, atau alkohol; sedanagkan dalam semua jenis pelarut
organik, dyestidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi(Winarno, 1995 dalam
Sihombing, 2008).
2. Lakes
Zat pewarna ini di buat dari proses pengendapan dan absorpsi days
pada radikal (Al atau Ca) yang dilapaisi dengan aluminium hidrat
(alumina). Lapisan alaumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini tidak larut hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 – 9,5 stabil, dan di luar
terlepas. Ini terdapat pada tablet yang diberi pelapisan (coating), icing,
pelapis pondan, pelapis berminyak, campuran adonan kue dan donat,
permen dan permen karet dan lain – lain (Winarno, 1995 dalam
Sihombing, 2008).
Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan zat pewarna pemakaaian
zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk
teksil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hai ini jelas sangat
berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat
pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk
pangan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih
murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan. Hai ini
disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi
daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagi pula, warna zat pewarna
teksil atau kulit biasanya lebih menarik (cahyadi, 2009).
Tabel.2.3 Perbedaan pewarna alami dan buatan Pewarna alami Pewarna buatan
Lebih aman dikonsumsi. Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. Warna yang dihasilkan
kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat
keasaman tertentu.
Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.
Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.
Keanekaragaman warnanya terbatas
Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam.
Tingkat keseragaman warna kurang baik
Keseragaman warna lebih baik.
Kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu.
Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.
(Dedi 2013)
c. Makanan
Makanan merupakan aset budaya yang keberadaannya perlu
dikembangkan dan dilestarikan. Oleh karena itu, aset budaya ini perlu
disebarluaskan agar tidak hilang ditelan waktu (Mawarti, 2000).
Jenis makanan yang digunakan untuk makanan anak usia tiga sampai lima
tahun sudah berubah dari hanya dua atau tiga jenis bahan (tepung, susu, gula)
beransur – ansur menjadi campuran beragam bahan makan, yaitu makanan pokok,
bahan makanan sumber protein nabati dan hewani, sayuran dan buah – buahan.
bukan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi pemberian beragam campuran
bahan makanan akan melatih anak untuk makan makanan yang bervariasi,
terutama makanan berupa sayuran yang biasanya kurang di sukai anak. Sudah
tentu keberasilan menanamkan keberasilan makanan yang baik akan banyak
tergantung kepada pengetahuan dan pengertian ibu akan cara dan faedah
menyusun makanan yang mememnuhi syarat gizi.(Moehji, 2008).
Anak – anak memang sangat menyukai makanan dengan warna yang
menarik dan aroma yang sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan
di televisi yang mereka tonton setiap hari. Sayangnya, mereka tidak tau bahwa
berlebihan, sekalipun sudah diizinkan penggunaanya, akan berakibat buruk bagi
mereka( Yuliarti, 2007).
2.4BAHAYA ZAT PEWARNA BAGI KESEHATAN
Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan walaupun
mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat
mendapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan
mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama
pengolahan,teryata dapat juga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan
bahkan memberidampak negative terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang
mungkin memberi dampak negative tersebut terjadi bila:
a.Bahan pewarna sintesis ini di makan dalam jumlah kecil, namun berulang
b.Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama
c.Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari- hari,
dan keadaan fisik.
d.Berbagi lapisan masyarakat yang mungkin mengunakan bahan pewarna
sintesis yang berlebihan.
e.Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan
(Cahyadi, 2009).
Merah bisa memacu kangker limpa, sedangkan Karamel dapat menimbulkan efek pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan
Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, khususnya bagi orang yang sensitif pada asamasetilsiklik dan asam benzonat, selain akan mengakibatkan asma dapat pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast Green FCFyang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedang kan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan.
Indigotinedalam dosis tertentu akan dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit yang disebabkan oleh virus serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
Pemakaian Teritrosinakan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, diare hiperaktif pada anak – anak dan efek yang kurang baik pada otak dan prilaku,
sedangkan Ponciu SX dapat menyebabkan kerusakan sistem urin, kemudian karbon hitam dapat memicu terjadinya tumor Rhodhamin B dapat mengakiabatkan gangguan fungsi hati maupu kangker Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih,saluran pencernaan atau jaringan kulit
(Yuliarti, 2007).
Sejumlah makanan mengandung bahan berbahaya pewarna tekstil/rhodamin B
terdapat pada berbagai jenis makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak karena
dijual di oleh pedangang seperti saos, sirup, krupuk, arum manis, kornet, roti, cendol,
dan permen, minuman ringan seperti limun,kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.
Penggunaan bahan pewarna tekstil sangat berbahaya karena bisa memicu kanker;
dan hati.
2.4.1 Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow:
Terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan
jajanan basah dll.
a. Warnanya mencolok
b. Cerah mengilap
c. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
d. Ada sedikit rasa pahit
e. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsi
Anak – anak tidak bisa memilih yang terbaik bagi diri mereka maka ada baiknya
kita yang mengarahkan mereka tidak terlalau banyak mengonsumsi jajanan anak –
anak, baik jajanan tradisional maupun makanan kemasan. Yang paling baik adalah
memberikan bekal berupa makanan dan minuman yang telah kita pilih dengan baik
dan menjamin kesehatan mereka. Mengingat terkadang pabrik pembuatan makanan
dalam mencantumkan lebelpun tidak sesuai dengan isinya, misalnya tidak terkandung
MSG atau pewarna buatan, tetapi nyatanya terkandung MSG atau pewarna buatan.