BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur,
sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu
peningkatan secara terus menerus usaha-usaha dibidang pengobatan dan
pelayanan kesehatan termasuk ketersedian narkotika sebagai obat, disamping
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan
untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan
tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat
merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini
akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan
nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan
nasional.1
Akhir-akhir ini kejahatan narkotika telah bersifat transnasional yang
dilakukan dengan modus operandi dan teknologi yang canggih. Aparat penegak
hukum diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi kejahatan tersebut guna
1
meningkatkan moralitas dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
khususnya bagi generasi penerus bangsa.2
Dampak dari penyalahgunaan narkotika adalah dapat berakibat pada
pengguna itu sendiri dan pada masyarakat pada umumnya. Bagi individu akan
membawa dampak yang merugikan bagi kesehatan baik kesehatan rohani maupun
jasmani. Sedangkan bagi masyarakat akan berdampak kemerosotan moral dan
meningkatnya kriminalitas.3
Peredaran narkotika di Indonesia, dilihat dari aspek yuridis adalah sah
keberadaanya. Peraturan ini hanya melarang terhadap penggunaan narkotika tanpa
izin oleh undang-undang. Keadaan inilah yang sering disalahgunakan dan tidak
untuk kepentingan kesehatan tapi lebih dari itu, yakni dijadikan sebagai objek
bisnis (ekonomi).
Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika telah banyak
dilakukan oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapatkan putusan
disidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor
penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkotika. Dengan
semakin merebaknya penyalahgunaan narkotika yang berdampak negatif pada
kehidupan masyarakat. Sehingga, untuk mengendalikan dan mengembalikan
kondisi kehidupan masyarakat yang ideal (tertib, aman, dan tentram) diperlukan
peran Polri. Sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2
A. Hamzah dan RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotrokia, ( Jakarta: Sinar Grafika, 1994), halaman 6
3
2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menegaskan bahwa tugas
pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat
Upaya pemberantasan oleh Polri dalam hal ini berada dalam kawasan
Polsekta Pancur Batu memerlukan langkah-langkah lebih lanjut dalam proses
penegakan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika tersebut. Dalam hal
pemberantasan penyalahgunaan narkotika juga diperlukan adanya kerjasama dari
berbagai pihak antara lain adalah peran serta masyarakat. Bentuk peran serta
masyarakat disini dapat berupa memberikan informasi mengenai tindak pidana
penyalahgunaan narkotika kepada penyidik Polri. Disamping itu, dapat juga
berupa lewat lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi
masyarakat yang memfokuskan diri dalam pemberantasan narkotika secara
menyeluruh.
Berdasarkan data statistik di Polsekta Pancur Batu terjadi penurunan kasus
penyalahgunaan narkotika dari tahun 2009 (22 kasus), 2010 (14 kasus), 2011 (9
kasus), dan yang kini sedang ditangani oleh Polsekta Pancur Batu 2012 (6 kasus).
Dari berbagai uraian di atas, menurut penulis diperlukan suatu kajian yang
mendalam tentang narkotika khususnya tentang upaya Polri dalam memberantas
penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Polsekta Pancur Batu serta kendala
Untuk itu penulis tertarik membuat penulisan skripsi yang berjudul “PERANAN
POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA (STUDI KASUS POLSEKTA PANCUR BATU)”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan penyalahgunaan narkotika dan pengaturan
hukumnya di Indonesia ?
2. Bagaimana peranan Polri dalam pemberantasan penyalahgunaan
narkotika?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui perkembangan penyalahgunaan narkotika dan
pengaturan hukumnya di Indonesia.
2. Untuk mengetahui peranan Polri dalam upaya pemberantasan
penyalahgunaan narkotika dan yang menjadi kendala dalam
pemberantasan penyalahgunaan narkotika.
Disamping tujuan yang akan dicapai sebagaimana yang dikemukakan
diatas, maka penulisan skripsi ini juga bermanfaat untuk :
1. Manfaat Secara Teoritis
Yaitu untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang
hukum, khususnya hukum pidana. Selain itu, memberikan pengetahuan
yang mendalam mengenai perkembangan penyalahgunaan narkotika dan
2. Manfaat Secara Praktis
Yaitu untuk mengetahui peranan POLRI dalam pemberantasan
penyalahgunaan narkotika. Serta yang menjadi kendala dalam
pemberantasan penyalahgunaan narkotika tersebut.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Polri Dalam Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkotika ( Studi Kasus Polsekta Pancur Batu)” adalah hasil
pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan penulis belum
pernah ada yang membuat. Kalaupun ada, penulis yakin bahwa substansi
pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang POLRI a. Istilah dan Pengertian Polri
Istilah Polisi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu “politeia” yang
berarti pemerintahan negara kota. Untuk mengontrol negara kota tersebut tidak
cukup dilaksanakan oleh seoarang pemimpin, tetapi perlu dibentuk satu kesatuan
aparat penegak hukum yang dapat menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.4
Pengertian Polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut :
Badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang dsb); Anggota
4
badan pemerintah (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dsb).
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Replubik Indonesia, yang dimaksud dengan
kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
Polisi sesuai dengan perundang-undangan.
b. Fungsi dan Tugas Polri
Sebagai aparat penegak hukum yang ditempatkan paling depan untuk
menindak kasus pidana termasuk narkotika, polisi berkewajiban untuk
memberikan jaminan dan perlindungan bagi masyarakat agar terhindar dari
penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang tersebut. Hal ini dapat tumbuh
melalui standar profesi yang tinggi dan tugas sebagai panutan sadar hukum serta
perilaku sesuai dengan hukum. Kehadiran Polisi sebenarnya juga dapat dilihat dari
upaya orisinil masyarakat guna secara sistematis bertahan terhadap kemungkinan
munculnya kekacauan atau ketidaktertiban.5
Polisi sebagai bagian dari warga Negara Republik Indonesia yang
merupakan ujung tombak dari penegakan hukum tidak lepas dari kewajiban
tugasnya tersebut. Kewajiban Polisi pada hakekatnya dapat di bedakan atas 2
macam, antara lain :
a. Kewajiban preventif ialah kewajiban yang melaksanakan segala usaha,
kegiatan dan pekerjaan dalam rangka penyelenggaraan melindungi Negara beserta
badan hukumnya, kesejahteraan, kesentausaan, keamanan, ketertiban umum,
orang-orang dan harta bendanya dengan jalan mencegah terjadinya tindak pidana;
5
b. Kewajiban represif ialah kewajiban yang melakukan segala usaha,
kegiatan dan pekerjaan untuk membantu tugas kehakiman guna memberantas
segala tindak pidana yang telah dilakukan dengan cara menyidik, menahan,
memerikasa, menggeledah, dan membuat berita acara pemeriksaan pendahuluan
serta mengajukan kepada kejaksaan untuk diadakan penuntutan pidana di muka
hakim yang berwajib.
Dalam membahas fungsi Polisi mengacu pada Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002, yaitu :
“Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara Republik Indonesia di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayom dan pelayanan kepada masyarakat”.
Berdasarkan Pasal 13 Undang -Undang Nomor 2 Tahun 2002, tugas pokok
kepolisian adalah :
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Mengacu pada tugas pokok kepolisian sebagaimana diamanatkan oleh
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, terlihat jelas bahwa tugas yang
diemban polisi tidaklah ringan, terutama tugas yang menyangkut memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat. Hal ini disebabkan karena semakin kritis
dan berkembangnya keterbukaan pada pergaulan di dalam masyarakat, yang pada
Di dalam kaitannya dengan tugas pokok Polri, maka menurut Pasal 14 ayat
1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia
bertugas :
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundangundangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, danbentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Wewenang Polri
Dalam upaya melaksanakan tugasnya itu, tindakan seorang anggota polisi
harus berdasarkan pada suatu wewenang sebagaimana diatur dalam pasal 15 ayat
1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, yaitu :
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka
melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil
untukdiserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
2. Tinjauan Tentang Narkotika a. Pengertian dan Jenis-Jenis Narkotika
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang
dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang
menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan kedalam tubuh.6
Istilah yang dipergunakan disini bukanlah “narcotics” pada farmasi,
melainkan sama artinya dengan “drug”, yaitu sejenis zat yang apabila
dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada tubuh si
pemakai, yaitu :
a. Mempengaruhi kesadaran ;
6
b. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia ;
c. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa :
1. Penenang ;
2. Perangsang (bukan rangsangan sex)
3. Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan antara
khayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat).7
Menurut Prof. Sudarto S.H., dalam bukunya Kapita Selekta Hukum
Pidana bahwa :
Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunanai “Narke”, yang berarti
Terbius sehingga tidak merasa apa-apa.”8
Menurut Smith Kline dan French Clinical Staff, narkotika adalah zat-zat
atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan
zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan syaraf sentral.9
Pengertian narkotika menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 yaitu :
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang ini.”
7
Soedjono D. “Segi Hukum Tentang Narkotika di Indonesia, penerbit PT. Karya Nusantara, Bandung, 1976, halaman 14.
8
Djoko Prakosa, bambang Riyadi Lany dan Mukhsin, “Kejahatan-Kejahatan yang
Merugikan dan Membahayakan Negara,” penerbit Bina Aksara, halaman 480. 9
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika pada
Pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa narkotika digolongkan menjadi 3 (tiga),
yaitu narkotika golongan I, narkotika golongan II, dan narkotika golongan III.
a. Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Pada lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
yang termasuk narkotika golongan I ada 65 jenis. Dibawah ini delapan
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian bagiannya termasuk
buah dan jeraminya, kecuali bijinya.10
Tumbuhan Papaver Somniferum L adalah tumbuhan warna
keputih-putihan tegak dengan tinggi 30-100 cm dan mengandung getah.
Memperbanyak diri dengan biji. Biji tanaman Papaver kecil-kecil
mengandung minyak berwarna putih. Daunnya lebar berbentuk bulat telur,
lonjong, bergigi kasar, tangkainya besar. Bunganya hermaphrodite,
diameter sampai 18 cm, berwarna putih atau merah. Bila bunganya mulai
berjatuhan kira-kira 10-15 hari kemudian buahnya sudah dapat dipetik.
Buah yang belum masak berbentuk bola dengan garis tengah 5-7 cm,
dalam bahasa inggris disebut Poppy. Bila buah muda ini digores akan
mengeluarkan getah seperti susu, juice atau opium. Jika menjadi kering
10
berwarna coklat kehitam-hitaman. Yang disebut candu mentah (raw
opium), yakni bahan mentah candu. Tanaman ini tidak tumbuh subur di
dataran rendah tropika, oleh karena itu tanaman ini tidak ada di Indonesia,
disamping memang dilarang.11
2. Opium Mentah
Merupakan getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman
Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk
pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3. Opium masak terdiri dari :
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan
atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah
candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk dari semua tanamangenus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui
perubahan kimia.
11
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang
dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian
dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau
bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
Tanaman Cannabis merupakan tanaman setahun yang mudah tumbuh
tanpa memerlukan pemeliharaan istimewa. Tanaman ini tumbuh pada
daerah beriklim sedang. Pohonnya cukup rimbun dan tumbuh segar di
daerah tropis. Ia dapat ditanam dan tumbuh liar di semak belukar. Pohon
ganja merupakan tumbuhan berumah dua, artinya pohon yang satu hanya
berbunga jantan, yang satu lagi berbunga betina. Yang jantan pohonnya
agak tinggi dibanding pohon yang betina. Pada bunga betina terdapat
hidung tudung bulu-bulu runcing yang mengeluarkan sejenis dammar
(harsa). Dan ganja berbentuk runcing berjari-jari ganjil (5, 7, atau 9).12
Yang popular disalahgunakan adalah tanaman Genus Cannabis dan
kokaina. Cannabis di Indonesia dikenal dengan nama ganja atau biasa disebut
cimeng, Sedangkan untuk Kokaina adalah bubuk putih yang diambil dari daun
pohon koka dan menjadi perangsang yang hebat.13
12
Hari Sasangka. Narkotika dan Psikotropika Dalan Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2003, hal 48
13
Ad. Narkotika golongan II
Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Narkotika golongan II ada 86 jenis. Dibawah ini delapan diantaranya yaitu
sebagai berikut :
1. Alfasetilmetadol
2. Alfameprodina
3. Alfametadol
4. Alfaprodina
5. Alfentanil
6. Morferidina
7. Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya
termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya
kodeina-N-oksida
8. Nikomorfina
Yang paling populer digunakan adalah jenis heroin yang merupakan
keturunan dari morfin. Heroin dibuat dari pengeringan ampas bunga opium yang
mempunyai kandungan morfin dan banyak digunakan dalam pengobatan batuk
dan diare. Ada juga heroin jenis sintetis yang digunakan untuk mengurangi rasa
sakit disebut pelhipidine dan methafone. Heroin dengan kadar lebih rendah
dikenal dengan sebutan putauw.14Putauw merupakan jenis narkotika yang paling
14
sering disalahgunakan. Sifat putauw ini adalah paling berat dan paling berbahaya.
Putauw menggunakan bahan dasar heroin dengan kelas rendah dengan kualitas
buruk dan sangat cepat menyebabkan terjadinya kecanduan.
Ad. Narkotika golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Pada lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
yang termasuk narkotika golongan III ada 14 macam. Dibawah ini delapan
diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. Asetildihidrokodeina
2. Dekstropropoksifena
3. Dihidrokodeina
4. Etilmorfina
5. Kodeina
6. Nikodikodina
7. Nikokodina
8. Norkodeina
Perbedaan mendasar dari ketiga golongan narkotika ini adalah sebagai
berikut :
1. Narkotika Golongan I : Berguna untuk ilmu pengetahuan dan tidak
2. Narkotika Golongan II : Berguna untuk pengobatan dan digunakan sebagai
alternative pengobatan terakhir serta sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dangan resiko ketergantungan tinggi.
3. Narkotika Golongan III : Berguna untuk pengobatan, terapi dan
pengembangan ilmu pengetahuan dengan resiko ketergantungan rendah.15
b. Pengertian Penyalahgunaan
Pengertian penyalahgunaan adalah menggunakan kekuasaan dan
sebagainya tidak sebagaimana mestinya.16
Menurut Dr. Soedjono Dirdjosisworo. SH dalam bukunya kriminologi,
penyalahgunaan narkotika adalah bentuk kejahatan berat yang sekaligus
merupakan penyebab yang dapat menimbulkan berbagai bentuk kejahatan.17
Terjadinya penyalahgunaan narkotika di dalam masyarakat tentunya
sangat mempengaruhi masyarakat itu sendiri. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh
terhadap ketenangan dalam masyarakat, pengaruh terhadap timbulnya kejahatan
dalam masyarakat dan lain sebagainya.
F. Metode Penelitian
Metode penulisan merupakan cara untuk mencapai suatu tujuan.
Sehubungan dengan itu, dalam penerapannya ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
15
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, halaman 218. 16
Poewadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka.Jakarta. 1985. Hal 854
17
1. Jenis Penelitian
Penelitian skripsi ini menggunakan penelitian yuridis empiris dan yuridis
normatif. Penelitian yuridis empiris dimaksudkan untuk melakukan penelitian
terhadap peranan yang dilakukan atas pemberantasan penyalahgunaan narkotika.
Penelitian yuridis normatif, yaitu dengan penelitian terhadap asas-asas hukum
dengan cara meneliti peraturan, norma-norma hukum yang berkaitan dengan
pemberantasan penyalahgunaan narkotika sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
2. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari lapangan yang meliputi wawancara. Data sekunder adalah data yang tidak
diperoleh secara langsung dari lapangan namun diperoleh dari studi pustaka yang
meliputi bahan dokumentasi, tulisan ilmiah dan berbagai sumber lainnya. Data
sekunder dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Data Hukum Primer
Yaitu data-data berupa dokumen peraturan yang bersifat mengikat, asli
dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Data hukum primer penulisan
skripsi ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Tentang Kepolisian Negara Replubik Indonesia, Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dan lain sebagainya.
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian
mengenai masalah penyalahgunaan narkotika seperti makalah, jurnal,
karya ilmiah, koran, karya tulis dan sumber dari internet yang berkaitan
dengan persoalan diatas.
c. Data Hukum Tertier
Yaitu semua dokumen yang berisikan konsep-konsep dan
keterangan-keterangan otentik yang bersifat mendukung data primer dan data
sekunder, seperti kamus dan lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, metode pengumpulan yang digunakan
adalah Studi Lapangan (field research) dan Penelitian Kepustakaan (Library
Reseacrh). Studi Lapangan (field research) yaitu suatu cara memperoleh data
dengan langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian, yaitu di Polsekta
Pancur Batu. Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat
primer, dimana data tersebut diperoleh dengan cara wawancara. Penelitian
Kepustakaan (Library Reseacrh) adalah dengan melakukan penelitian terhadap
berbagai sumber bacaan, yakni buku, pendapat sarjana, artikel, internet dan media
massa yang berhubungan dengan masalah diatas.
4. Analisis Data
Untuk menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan, maka penulis
menggunakan Teknik analisis data adalah kualitatif, yaitu dengan cara
menggambarkan keadaan-keadaan dari objek yang diteliti dilapangan. Kemudian
dengan didasarkan pada teori-teori kepustakaan dan Peraturan Perundangan
sehingga diperoleh suatu kesimpulan akhir yang ditarik secara komprehensif.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah maka pembahasannya harus dilakukan
secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan
adanya sistem penulisan yang teratur, yang terbagi dalam bab per bab yang saling
berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : Bab ini berisikan pendahuluan dimana penulis menguraikan latar
belakang penulis memilih judul, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini berisikan perkembangan penyalahgunaan narkotika dan
pengaturan hukumnya di Indonesia, dimana kemudian akan
dibahas satu persatu.
BAB III : Bab ini berisikan tentang peranan Polri dalam pemberantas
penyalahgunaan narkotika dan kendala Polri dalam upaya
pemberantasan penyalahgunaan narkotika.
BAB IV : Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari
bab-bab terdahulu serta berisikan saran akan pemberantasan