BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pelatihan
Pelatihan adalah suatu kegiatan mempelajari kemampuan dan pengetahuan
dalam bidang tertentu yang dengan sengaja diberikan melalui prosedur sistematis
dan terorganisir untuk mencapai kerja yang efektif. Pelatihan adalah proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan
seseorang atau kelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang
dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu atau berbagai jenis keterampilan
(SK Menpan No. 01/Kep/M.Pan/2001), sementara Edwin B Flippo menyatakan
bahwa pelatihan adalah proses membantu pegawai memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, fikiran,
dan tindakan, kecelakaan, pengetahuan dan sikap (Suwaji, 2008).
Mangkuprawira (2004) menyatakan bahwa pelatihan merupakan sebuah
proses yang mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar
karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan
semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada
pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera. Menurut Gomes dalam Sukarto (2011) pelatihan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang
menjadi tanggung jawabnya, atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan
Tujuan Penelitian :
1. Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan perubahan
teknologi.
2. Untuk meningkatkan produktivitas kerja organisasi.
3. Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi kompeten.
4. Untuk membantu masalah operasional.
5. Memberi wawasan kepada para karyawan untuk lebih mengenal
organisasinya.
6. Meningkatkan kemampuan peserta latihan mengerjakan tugasnya yang
sekarang.
7. Kemampuan menumbuhkan sikap empati dan melihat sesuatu dari
“kacamata” orang lain.
8. Meningkatkan kemampuan menginterprestasikan data dan daya nalar para
karyawan.
9. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para karyawan dalam
menganalisis suatu permasalahan serta pengambilan keputusan.
Pelatihan merupakan sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas
untuk membantu pencapaian tujuan organisasional. Pelatihan memberikan
pengetahuan, keterampilan serta mengubah sikap yang spesifik dan dapat
diidentifikasi untuk digunakan dalam pekerjaan mereka dalam organisasi (Jackson,
2006). Dengan adanya pengetahuan dan keterampilan diharapkan agar seseorang
menggunakan sumber daya yang maksimal untuk mencapai hasil yang diinginkan
sesuai waktu yang ditentukan dalam organisasi.
Program pelatihan harus mencakup sebuah pengalaman belajar dan
merupakan kegiatan organisasional yang dirancang dan dirumuskan sebagai
rancangan organisasi yang efektif terdiri dari 3 faktor utama, yaitu tahap identifikasi
kebutuhan pelatihan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi pelatihan.
Latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui
pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan
dan sikapnya.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan dapat disebut latihan,
yaitu :
1. Latihan harus membatu pegawai menambah kemampuannya.
2. Latihan harus menimbulkan perubahan kebiasaan-kebiasaan bekerja dari
pegawai, termasuk sikapnya terhadap pekerjaan dalam menerapkan informasi dan
pengetahuan terhadap pekerjaan sehari-hari.
3. Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode pelatihan dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
dalam suatu kegiatan pelatihan. Metode-metode tersebut dapat dipilih dengan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti efektivitas biaya, isi program pelatihan
yang diinginkan, prinsip-prinsip belajar, kemampuan dan preference peserta pelatihan
serta kemampuan dan preference trainer (Soebagio dan Atmowirio, 2002). Berikut adalah beberapa metode pelatihan yaitu :
1. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa
orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas/mengupas masalah-masalah atau
hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan pemecehannya atau mencari pedoman
pelaksanaannya.
Kelebihan metode seminar
a. Peserta pelatihan mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam
tentang masalah yang diseminarkan.
b. Peserta pelatihan mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan
tugasnya.
c. Peserta pelatihan dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah.
Kelemahan metode seminar
a. Memerlukan waktu yang lama
b. Peserta pelatihan menjadi kurang aktif
2. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelatihan dengan
menuruh peserta pelatihan (serta dikelompok-kelompokkan) guna mengerjakan tugas
tertentu untuk mencapai tujuan pelatihan. Mereka bekerja sama dalam memecahkan
masalah atau melasksanakan tugas. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam
situasi kelompok mengandung pengertian bahwa peserta pelatihan dalam satu sesi
pelatihan dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas
kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
Kelompok bisa dibuat berdasarkan :
a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya
heterogen dalam belajar.
b. Perbedaan minar belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas peserta pelatihan yang
punya minat yang sama.
c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
d. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal, yang tinggal dalam satu
wilayah yang dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga memudahkan
koordinasi kerja.
e. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.
f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok
Kelebihan metode kerja kelompok
a. Para peserta pelatihan lebih aktif tergabung dalam pelatihan mereka
b. Memungkinkan trainer untuk lebih memperhatikan kemampuan para peserta pelatihan.
c. Dapat memberikan kesempatan pada para peserta pelatihan untuk lebih
menggunakan keterampilan bertanya dalam membahas suatu masalah.
d. Mengembangkan bakat kepemimpinan para peserta pelatihan serta
mengerjakan ketrampilan berdiskusi.
Kelemahan metode kerja kelompok
a. Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para peserta pelatihan yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang
kurang.
b. Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan peserta pelatihan memimpin
kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri.
c. Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan
daya guna mengajar yang berbeda pula.
3. Metode Kerja Lapangan
Metode kerja lapangan merupakan metode pelatihan dengan mengajak peserta
pelatihan ke dalam suatu tempat diluar pelatihan yang bertujuan tidak hanya sekedar
observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja
agar peserta pelatihan dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri di dalam
untuk mengaitkan teori dengan praktek, mempraktekkan keterampilan yang didapat,
melakukan pengamatan dan refleksi.
Kelebihan metode kerja lapangan
a. Peserta pelatihan mendapat kesempatan untuk langsung aktif mempraktekkan
hasil pelatihan di lapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung.
b. Peserta pelatihan menemukan pengertian pemahaman dari hasil pelatihan itu
mengenai kelemahan-kelemahannya maupun kelebihannya.
Kelemahan metode kerja lapangan
a. Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang
mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas.
b. Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh
dari pelatihan sehingga trainer perlu meninjau dan mempersiapkan terlebih dahulu.
4. Metode Sumbang Saran / Curah Pendapat
Sumbang saran merupakan suatu cara dalam pelatihan dengan mengutarakan
suatu masalah ke peserta pelatihan oleh trainer kemudian peserta pelatihan menjawab mengemukakan pendapat / jawaban dan komentar sehingga masalah tersebut
berkembang menjadi masalah baru (Roestiyah, 1991). Metode sumbang saran/curah
pendapat juga merupakan metode untuk mengumpulkan ide-ide,
pengalaman-pengalaman, dan memancing berpikir kreatif/inovatif perserta pelatihan.
a. Suasana disiplin dan demokratis dapat tumbuh
b. Peserta pelatihan aktif untuk menyatakan pendapatnya
c. Melatih peserta pelatihan untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis
Kelemahan metode sumbang saran :
a. Trainer kurang memberi waktu kepada peserta pelatihan untuk berfikir yang baik.
b. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh peserta pelatihan
tertentu.
c. Trainer hanya menampung pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.
5. Metode Presentasi
Metode presentasi merupakan penyampaian informasi dan pengetahuan dari
seorang trainer dengan menggunakan komunikasi satu arah. Dalam metode presentasi, trainer penting memiliki keahlian/kemampuan yang spesifik etrkait dengan bahan/materi pelatihan yang disampaikan/dipresentasikan kepada peserta
pelatihan. Metode ini akan tepat jika dilengkapi dengan alat bantu yang dapat
menambah daya tarik atau nilai tambahy dari bahan/materi yang akan
dipresentasikan. Begitupun sebaliknya jika dilakukan dengan biasa-biasa saja maka
akan mengakibatkan hal yang membosankan dan monoton bagi peserta pelatihan.
Kelebihan metode presentasi :
a. Dapat mentransfer pengetahuan kepada peserta pelatihan dengan jumlah
b. Jika ditampilkan dengan menarik akan menambah motivasi peserta pelatihan
untuk menyimaknya.
Kelemahan metode presentasi :
a. Sangat bergantung kepada media pendukung
b. Sulit menelaah kefokusan peserta pelatihan, karena komunikasi yang terjadi
hanya satu arah.
6. Metode Penemuan (Discovery)
Metode penemuan merupakan proses mental dimana peserta pelatihan mampu
mengasimilasikan/mencampurkan suatu proses atau prinsip-prinsip. (Yamin, 2003).
Kelebihan metode penemuan :
a. Dapat mengakibatkan kegairahan belajar pada diri peserta pelatihan.
b. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c. Peserta pelatihan memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat
pribadi atau individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa
peserta pelatihan tersebut.
Kelemahan metode penemuan :
a. Para peserta pelatihan harus ada kesiapan dan kematangan mental.
b. Bila kondisi pelatihan terlalu besar penggunaan metode ini kurang berhasil.
7. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu cara dalam pelatihan dimana
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan dalam pelatihan dan dievaluasi oleh
trainer (Roestiyah, 1991). Kelebihan metode eksperimen :
a. Peserta pelatihan terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi
segala masalah.
b. Peserta pelatihan lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran
suatu teori.
c. Peserta pelatihan dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu
pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan
menggunakan alat-alat percobaan.
Kelemahan merode eksperimen :
a. Seorang trainer harus benar-benar menguasi materi yang diamati dan harus mampu mengelola peserta pelatihannya.
b. Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan metode yang
lain.
8. Metode Bermain Peran
Role playing dilakukan dengan meminta peserta pelatihan untuk melakukan suatu peranan. Metode ini tentu menjamin keterlibatan peserta pelatihan dan juga
Kelebihan metode bermain peran :
a. Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami
masalah-masalah yang dihadapi.
b. Bagi peserta pelatihan dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia
dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu.
c. Dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling
perhatian.
Kelemahan metode bermain peran :
a. Bila trainer tidak menguasi penggunaan metode ini untuk sesuatu sesi pelatihan, maka bermain peran tidak akan berhasil.
b. Bila trainer tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, maka akan mengacaukan berlangsungnya sesi pelatigan.
9. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode pelatihan dimana trainer membagi tugas meneliti sutau masalah kepada peserta pelatihan. Peserta pelatihan dibagi menjadi
beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang
harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya
didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang etrsusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan terakhir
(Roestiyah, 1991). Metode pelatihan inquiry menekankan kepada aktivitas peserta
pelatrihan secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya metode ini
peserta pelatihan tidak hanya berperan sebagai penerima materi melalui penjelasan
trainer pelatihan secara verbal, tetapi peserta pelatihan berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelatihan. Dengan demikian, metode pelatihan inquiry
menempatkan trainer bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagi fasilitator dan motivator. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab
antara trainer peserta pelatihan. Tujuan dari penggunaan metode inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam metode inquiry peserta pelatihan tak hanya dituntut untuk menguasi
materi pelatihan, akan tetapi bagaimana menggunakan potensi yang dimilikinya.
Kelebihan metode inquiry :
a. Mendorong peserta pelatihan untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri,
bersifat obyektif, jujur dan terbuka.
b. Siatusi proses pelatihan menjadi lebing merangsang peserta pelatihan untuk
berfikir secara sistematis, kritis dan logis.
c. Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri peserta
pelatihan.
d. Mendorong peserta pelatihan untuk berfikir intuitif dan merumuskan
hipotesanya sendiri.
Kelemahan metode inquiry :
a. Peserta pelatihan perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk
b. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering trainer sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan.
10. Metode Simulasi
Sebagai metode pelatihan, simulasi dapat diartikan cara penyajian
pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang
konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
pelatihan dengan asumsi tidak semua proses pelatihan dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Metode pelatihan ini mengharuskan peserta
pelatihan melakukan peran tertentu diluar dirinya sendiri atau melakukan sesuatu
yang belum pernah dilakukan dalam sebuah situasi baru. Melalui proses simulasi,
peserta pelatihan akan memperoleh pengalaman pembelajaran mendekati situasi
nyata.
Kelebihan metode simulasi :
a. Dapat menyenangkan peserta pelatihan
b. Mengajak trainer untuk mengembangkan kreatifitas peserta pelatihan c. Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya.
d. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta pelatihan dalam
menghadapi simulasi yang sebenarnya.
Kelemahan metode simulasi :
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pelatihan menjadi terabaikan.
c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi peserta
pelatihan dalam melakukan simulasi.
11. Metode Problem Solving
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh
peserta pelatihan. Seorang trainer harus pandai-pandai merangsang peserta pelatihannya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya (Roestiyah, 1991). Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode pelatihan tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada
menarik kesimpulan.
Kelebihan metode problem solving :
a. Masing-masing peserta pelatihan diberi kesempatan yang sama dalam
mengeluarkan pendapatnya sehingga para peserta pelatihan merasa lebih
dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
b. Para peserta pelatihan diajak untuk lebih menghargai orang lain.
c. Untuk membantu peserta pelatihan dalam mengembangkan kemampuan
Kelemahan metode problem solving :
a. Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang
penguasaan materi sering diabaikan.
b. Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan
pendapat secara lisan.
12. Metode Karyawisata
Metode karyawisata merupakan pelatihan yang dilaksanakan dengan
mengajak peserta pelatihan kesuatu tempat atau obyek tertentu untuk mempelajari
atau menyelidiki sesuatu (Roestiyah, 1991). Karyawisata dalam arti metode pelatihan
mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum.
Karyawisata disini berarti kunjungan ke luar dari ruang pelatihan dalam rangka
belajar/pelatihan.
Kelebihan metode karya wisata :
a. Peserta pelatihan dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh para petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati
langsung.
b. Peserta pelatihan dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau
kelompok dan menghayatinya secara langsung.
c. Peserta pelatihan dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi.
a. Karena dilakukan di luar ruang pelatihan dan jarak yang cukup jauh maka
memerlukan transport yang mahal dan biaya yang mahal.
b. Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam pelatihan.
13. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai
tujuan pelatihan (Suwaji, 2008). Metode tanya jawab adalah metode pelatihan yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi tanya jawab antara trainer dengan peserta pelatihan. Kelebihan metode tanya jawab :
a. Trainer dapat mengetahui penguasaan peserta pelatihan terhadap bahan/materi pelatihan yang telah disajikan.
b. Memberi kesempatan pada peserta pelatihan untuk mengajukan pertanyaan
terhadap persoalan yang belum dipahami.
Kelemahan metode tanya jawab yaitu trainer hanya memberikan giliran untuk bertanya pada peserta pelatihan tertentu saja.
14. Metode Quantum
Memandang pelaksanaan pelatihan seperti permainan musik orkestra-simfoni.
Trainer harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha peserta pelatihan diberi reward
(penghargaan). Strategi quantum tumbuhkan minat dengan alami dengan dunia
dengan tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan
senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Kelebihan metode Quantum :
a. Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif,
dan saling menghargai.
b. Setiap pendapat peserta pelatihan sangat dihargai.
c. Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif.
Kelemahan metode Quantum :
a. Tidak semua trainer dapat menciptakan suasa kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai.
b. Berlebihan memberi reward pada peserta pelatihan.
15. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara pelatihan dengan cara memecahkan masalah
yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Diskusi untuk melakukan suatu
tugas atau menggali ide-ide baru. Metode ini akan merangsang peserta pelatihan
untuk mereproduksi, memikirkan berulang-ulang secara intensif apa yang terkandung
dalam materi pelatihan. Metoda ini mempunyai dua daya serap yang tinggi, selama
trainer dapat menjaga keterlibatan dari semua peserta pelatihan. Metode diskusi merupakan metode platihan yang menghadapkan peserta pelatihan pada suatu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama.
Kelebihan metode diskusi :
a. Peserta pelatihan dapat saling bertukar ide dan pengalaman.
b. Mengembangkan kekuatan pikiran
c. Membuat partisipasi peserta pelatihan menjadi optimal.
d. Meningkatkan penghargaan terhadap pendapat orang lain.
Kelemahan metode diskusi :
a. Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
b. Tidak semua argument bisa dilayani atau diajukan untuk dijawab.
c. Semua berisik, bila trainer tidak mengelola dengan baik.
d. Bisa menyinggung perasaan peserta pelatihan jika idenya dikritik.
e. Bila ketua kelompok dominan, proses berbagi tidak terjadi.
16. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada
peserta pelatihan. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode pelatihan
dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada peserta
pelatihan yang pada umumnya mengikuti secara pasif dan penyampaian informasi
yang dilakukan umumnya dengan cara komunikasi satu arah. Metode ini disebut juga
dengan metode kuliah atau metode pidato. Metode ceramah merupakan penuturan
pelatihan. Metode ini senantiasai bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan
dengan baik dan didukung dengan alat serta media yang mumpuni.
Kelebihan metode ceramah :
a. Materi yang diberikan terurai dengan jelas.
b. Dapat menyampaikan informasi yang tidak tersedia dalam buku.
c. Dapat mempresentasikan fakta-fakta secara singkat.
d. Dapat menghubungkan antara teori dan praktek atau pengalaman nyata.
Kekurangan metode ceramah :
a. Peserta pelatihan menjadi pasif, tidak dilibatkan
b. Kurang kesempatan untuk pemecahan masalah.
c. Sulit mengevaluasi kemajuan belajar peserta pelatihan.
d. Peserta pelatihan sukar memusatkan perhatian dalam jangka waktu lama.
e. Hal-hal yang dapat diingat sangat sedikit.
17. Metode Praktek
Adalah aktifitas dimana peserta memperagakan pengetahuan yang diperoleh
dari pelatihan di bawah pengawasan trainer. Kelibahan metode praktek :
a. Peserta pelatihan dapat memperagakan pengetahuannya dalam kondisi yang
sebenarnya.
b. Trainer bisa langsung memberikan masukan.
d. Trainer bisa mengidentifikasi informasi/keterampilan yang masih diperlukan peserta pelatihan.
Kelemahan metode praktek :
a. Ketersediaan alat peraga atau prasana yang mendukung
b. Biasanya membutuhkan biaya yang mahal
c. Tujuan prkatikum tidak tercapai tanpa supervisi yang baik dari trainer.
18. Metode Permainan
Metode permainan adalah suatu metode pelatihan melalui cara-cara yang
menarik, menyenangkan, mengasyikkan dan menantang untuk menyampaikan
pesan-pesan materi pelatihan. Jika, permainan itu merupakan sarana untuk menymapaikan
pesan-pesan memberi materi pelatihan dengan lebih menarik untuk menghindari,
kejenuhan peserta pelatihan. Pemilihan permainan yang tepat dapat menggairahkan,
mengurangi kejenuhan, memicu dan memacu prestasi, saling menghibur,
mempercepat pembauran peserta pelatihan dan memetik pelajaran yang terkandung
dalam permainan tersebut. Pada sesi pelatihan yang berdurasi relatif panjang, atau
dengan pendekatan yang monoton dan kurang melibatkan peserta pelatihan,
kegairahan peserta pelatihan dalam mengikuti setiap materi menjadi harus diselingi
dengan kegiatan “pemecah kebekuan” atau “Icebreakers” dan pembangkit daya dan dinamika atau “energiser”.
Kelebihan metode permainan :
a. Dapat mempercepat dan mempermudah peserta pelatihan untuk saling
b. Mendorong interaksi, membangkitkan semangat, membangunkan peserta
pelatihan yang mengantuk dan bosan.
c. Merangsang berpikir kreatif dan memecah kebuntuan berpikir.
Kelemahan metode permainan :
a. Bila dilakukan dengan permainan yang itu-itu saja maka akan mengakibatkan
kebosanan pada peserta pelatihan.
b. Bila trainer kurang kreatif dalam meramu permainan, maka akan sedikit nilai-nilai yang bisa digali dari permainan.
19. Metode Brainwashing (Cuci Otak)
Metode ini sering dipakai dalam proses penyampaian materi yang masuk
dalam kategori ideologis seperti nilai-nilai, visi-misi, dan sebagainya.
20. Brainstorming (Curah Pendapat)
Metode ini lebih bertumpu pada pengalaman dan imajinasi peserta pelatihan
murni. Dalam prakteknya harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Trainer harus sesering mungkin melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang mengundang kritisisme peserta pelatihan.
b. Dan juga memberikan contoh-contoh persoalan sederhana yang biasa di alami
untuk memancing kritisisme.
c. Dalam konteks ini trainer harus terus memegang alat tulis, untuk sebisa
mungkin mendokumentasikan gagasan yang muncul tanpa terkecuali, dan
d. Dengan sesekali menarik kesimpulan dan memebrikan penjelasan sekedarnya,
yang dihasilkan dari curah pendapat.
Tekink Pelatihan
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Teknik pelatihan dapat diartikan sebagai cara
yang dilakukan trainer dalam mengimplementasikan suatu metode pelatihan secara
spesifik. Beberapa teknik yang lazim digunakan dalam suatu pelatihan.
1. Teknik On The Job Training
Teknik on the job training yaitu teknik melatih peserta pelatihan untuk mempelajari suatu materi pelatihan/ pekerjaan sambil mengerjakannya/
memprakteknya, atau bisa juga disebut pelatihan yang dilakukan dilingkungan
pekerjaan/ aktivitas dari peserta pelatihan itu sendiri. Teknik on the job training
merupakan pelatihan yang menggunakan situasi dalam pekerjaan. Di sini peserta
pelatihan diberi pelatihan tentang pekerjaan/materi baru dengan supervise/ coaching
langsung dariseorang trainer yang berpengalaman (biasanya trainer dari lingkungan sendiri atau didatangkan dari luar). Teknik on the job training ini dapat digunakan pada metode praktek dan metode latihan.
Kelebihan teknik on the job training :
a. Relatif tidak mahal.
b. Berlatih sambil berproduksi atau menghasilkan sesuatu.
c. Tidak dibutuhkan tempat pelatihan khusus.
Kekurangan teknik on the jon training adalah trainer yang dipakai, harus orang yang tepat.
2. Teknik Off The Job Training
Teknik off the job training adalah teknik pelatihan yang menggunakan situasi di luar pekerjaan/aktivitas peserta pelatihan. Dipergunakan apabila banyak peserta
pelatihan yang harus dilatih dengan cepat dan secara bersama-sama. Teknik off the job training ini dapat digunakan pada metode ceramah, metode persentasi, metode
role playing (bermain peran), metode kasus dan metode simulasi. Kelebihan teknik the off job training :
a. Biaya pelatihan tidak mahal, karena berkelompok.
b. Membuka wawasan baru.
c. Pemisahan waktu pelatihan dan waktu bekerja peserta pelatihan.
Kekurangan teknik off the job training :
a. Teknik off the job training bersifat teoritis.
b. Kecocokan tipe pelatihan yang kurang dengan kebutuhan yang ada.
3. Teknik Fasilitas
Fasilitas berasal dari kata “facile” yang berarti mudah. Fasilitas memiliki
makna “membuat” sesuatu/semua menjadi mudah “atau” membuat lebih mudah atau
tidak terlalu sulit”. Teknik fasilitasi dalam pelatihan adalah suatu teknik dimana
terjadi proses sadar dan sepenuh hati seorang trainer membantu peserta pelatihan
dalam meraih tujuan pelatihan dengan taat pada nilai-nilai dasar dan peraturan yang
menggunakan teknik fasilitasi dibutuhkan orang yang berperan mengelola pelatihan
yang disebut “fasilitator”. Seorang fasilitator dalam teknik fasilitasi adalah orang
yang membuat kerja peserta pelatihan menjadi lebih mudah karena kemampuannya
dalam menstrukturkan dan memandu partisipasi para peserta pelatihan.
Seorang fasilitator mempunyai tugas utama membantu peserta pelatihan
meningkatkan efektivitasnya dengan cara menyempurnakan proses dan struktur yang
terjadi pada prose pelatihan. Prosese artinya bagaimana peserta pelatihan bekerja
sama. Termasuk di dalamnya bagaimana masing-masing peserta pelatihan
berinteraksi satu sama lain, bagaimana mereka mengidentifikasidan memecahkan
persoalan, bagaimana mereka membuat keputusan-keputusan, dan bagaimana mereka
menangani konflik. Struktur maksudnya bagaimana proses interaksi antar peserta
pelatihan itu berlangsung. Untuk melaksanakan semua itu, seorang fasilitator perlu
memiliki pengetahuan dasar mengenai beberapa hal yang berkaitan erat dengan
proses dan struktur yang terjadi dalam pelatihan. Peserta pelatihan berinteraksi dan
saling belajar, maka seorang fasilitator perlu tahu tentang teori belajar dalam
pelatihan, pendekatan pelatihan, metode-metode dalam pelatihan dan mengelola
dinamika peserta pelatihan. Seseorang fasilitator juga perlu tahu kiat agar peserta
pelatihan yang difasilitasinya terus mengikuti proses pelatihan dengan penuh
semangat dan bergairah, maka ia pun tahu bagaimana mengelola kreativitas dalam
2.2.Pengetahuan dan Tindakan 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melalukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
penglihatan, penciuman, rasa raba, dan sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo: 2007). Pengetahuan menurut HR
Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena
sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuan didefinisikan sebagai berikut :
Sesuatu yang ada dianggap ada, sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek, hasil
kodrat manusia dan hasil persesuaian antara induksi dengan deduksi.
Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman
seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Jasmani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang
2) Rohani
Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor,
serta kondisi afektif serta kognitif individu.
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Tingka pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon
memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari
gagasan tersebut.
2) Paparan Media Massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi
dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering
terpapar di media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan
memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang
tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang
termasuk kebutuhan sekunder.
4) Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontiyu
akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima
5) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan
kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga
dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut, informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
a. Cara Tradisional (Non Ilmiah)
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan
pengalaman secara tradisional antara lain :
(1) Coba-coba dan salah
Cara-cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang
lain.
(2) Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan empiris atau
berdasarkan penalaran sendiri.
(3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun
kembali seseorang untuk menarik kesimpulan yang benar. Untuk menarik
kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan
logis.
(4) Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
b. Cara Modern (Ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan jalan
mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta
sebelumnya dengan objek penilitian (Notoatmodjo, 2007).
Sumber pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan,
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama,
pemegang pemerintahan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Praktik atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Tindakan adalah perwujudan dari pengetahuan yang diperoleh dan merupakan bentuk
nyata dari sikap seseorang Soekidjo Notoadmodjo (2003). Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan yang nyata (tindakan) diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : 1) Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek berpengaruh dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon Terpimpin (Guide Respone)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik
tingkat tiga.
4) Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
reponden.
Menurut penilitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1) Kesadaran (Awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (Objek) 2) Tertarik (Interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (Evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (Trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
2.3.Pabrik Kayu
Industri kayu yang dapat mengubah kayu menjadi papan, perabot rumah
tangga dan peralatan kantor, menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja
bagi pekerjanya serta lingkungan kerja yang tercemar oleh debu dari proses produksi.
Debu akan bebas di udara lingkungan kerja tanpa melalui suatu proses pengolahan
limah udara secara baik, serta desain industri kayu tidak mencerminkan suatu
bangunan industri yang baik. Debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis
bila terinhalasi selama bekerja dan terus menerus. Bila alveoli mengeras akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga kemampuan
mengikat oksigen menurun (Depkes RI, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Yulaekah (2007) menunjukkan bahwa paparan
debu terhirup mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya gangguan
fungsi paru. Kayu dapat diklasifikasikan menjadi hardwood dan softwood. Dasar dari pengelompokan ini adalah pada struktur sel spesies kayu terkait bukan bentuk
fisik dari kayu. Bentuk umum dari kayu yang dapat membahayakan kesehatan adalah
debu kayu dan bahan organik lain pada kayu.
HSE (Health and Safety Executive) UK menetapkan nilai batas paparan debu kayu (softwood dan hardwood) di tempat kerja sebesar 5mg/m3 (8 jam TWA/Time Weighted Average, debu total yang terhirup). Lebih jauh lagi, baik softwood maupun hardwood digolongkan sebagai bahan karsinogenik dan dianggap sebagai pencetus
Penyakit akibat debu kayu :
1. Kulit : paparan debu kayu dapat mengiritasi kulit sehingga menyebabkan
dermatitis. Pada dematitis iritan ini lesi umumnya timbul pada punggung
tangan, wajah, leher, dan kulit kepala. Selain dermatitis iritan, dermatitis juga
dapat timbul melalui proses sensitasi dan alergi.
2. Pernafasan : debu kayu yang terhirup dapat menimbulkan masalah kesehatan
pada hidup seperti rhinitis, hidung tersumbat, mimisan dan paru-paru seperti
asthma, gangguang fungsi paru.
3. Mata : apabila terkena mata, debu kayu dapat menimbulkan mata berair,
perih, dan konjungtivitis.
Hazard berupa fisik di tempat kerja pabrik kayu adalah kebisingan. Secara umum kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan (Bashiruddin, 2007).
Jenis-jenis alat pelindung telinga untuk mencegah kebisingan yaitu : 1. Sumbat telinga
(earplugs/insert device/aural inserprotector), dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani. Beberapa
tipe sumbat telinga : formable type, custom-molded type, premolded type. Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih, 2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumauralprotectors), menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB frekuensi 100-8000 Hz, 3. Helmet/enclosure,
menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada
tanpa harus membebani pekerja dari segi biaya, perusahaan harus menyediakan APD
ini (Roestam, 2004).
2.4.Alat Pelindung Diri dalam Sektor Industri Kayu 2.4.1 Pengertian
Alat Perlindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat Pelindung diri merupakan suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
berfungsi mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Perlindungan tenaga
kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja
adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih
belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-alat pelindung diri.
Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan yang efektif (Suma’mur, 2009). Suma’mur (1996) menyatakan hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri adalah pengujian mutu.
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk
menjamin bahwa alat pelindungi diri akan memberikan perlindungan sesuai dengan
yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih
dahulu mutunya. Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai
dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja. Untuk
memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat
pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan
pada pemakaiannya. Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan,
alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak
benar.
Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :
a. Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang ada.
b. Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima oleh
tenaga kerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
c. Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus dijelaskan pada
tenaga kerja.
d. Pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat pelidung diri.
e. Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak
menimbulkan krusakan ataupun penurunan mutu.
f. Penyimpanan alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam keadaan bersih
ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh kontaminasi.
2.4.2 Pemilihan Alat Pelindung Diri
Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai
dengan jenis, bahan dan proses produksi yang dilakukan. Dengan demikian, sebelum
melakukan pemilihan alat pelindung diri mana yang tepat digunakan, diperlukan
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diriharus memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
1) Aspek Teknis, meliputi :
a. Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk alat pelindung
diri harus disesuaikan dengan bagian tubuh yang dilindungi.
b. Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat pelindung diri akan
menentukan tingkat keparahan dan suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang mungkin terjadi. Semakin rendah mutu alat pelindung diri, maka akan
semakin tinggi tingkat keparahan atas kecelakaan atau penyakit akibat kerja
yang terjadi. Adapun untuk menentukan mutu suatu alat pelindung diri dapat
dilakukan melalui uji laboratorium untuk megetahui pemenuhan terhadap
standar. Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang diperlukan sangat
tergantung dari jumlah tenaga kerja yang terpapar potensi bahaya di tempat
kerja. Idalnya adalah setiap pekerja menggunakan alat pelindung diri
sendiri-sendiri atau tidak dipakai secara bergantian.
c. Teknik penyimpanan dan pemeliharan. Penyimpanan investasi untuk
penghematan dari pada pemberian alat pelindung diri.
2) Aspek Psikologis
Di samping aspek teknis, maka aspek psikologis yang menyangkut masalah
kenyamanan dalam penggunaan alat pelindung diri juga sangat penting untuk
diperhatikan. Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus dihilangkan, seperti
Penggunaan alat pelindung diri tidak menimbulkan alergi gatal-gatal pada kulit,
tenaga kerja tidak malu memakainya karena bentuknya tidak cukup menarik.
Ketentuan pemilihan alat pelindung diri meliputi :
a. Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga
kerja.
b. Berat alat hendaknya seringan mungkin akan tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
c. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
d. Bentuknya harus cukup menarik
e. Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama. Alat tidak
menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakaianya, yang dikarenakan
bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaannya.
f. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
g. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakaiannya.
h. Suku cadanya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
2.4.3 Kriteria Alat Pelindung Diri
Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula
beberapa kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka,
2008) :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai
dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.
3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya.
4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dan pemakaiannya.
5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan
kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.
7. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.
9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
2.4.4 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya terdiri dari beberapa
macam. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh
yang dilindungi, antara lain:
1) Alat Pelindung Kepala
Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan
untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan
benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar
matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain :
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh dan
terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak
mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak menghantarkan
arus litrik topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena
ringan, tahan terhadap benturan dan benda keras serta tidak menyalurkan arus
listrik. Sedangkan topi pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman
penyangga yang berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran
udara,
b) Tutup Kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas, atau
dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asebestos, kain tahan api/korosi,
kulit dan kain tahan air.
c) Topi (Hats/Cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran/debu atau mesin
yang berputar. Topi ini biasanya terbuat dari kain katun.
2) Alat Pelindung Mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik, panas
a) Kacamata (Spectacles)
Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi
gelombang elektromagnetik.
b) Goggle
Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikap larutan
bahan kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lesan
berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.
3) Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang masuk
ke dalam telinga.
a) Sumbat Telinga (Ear Plug)
Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali.
b) Tutup Telinga (Ear Muff)
Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan sebuah
headband. Isi dari tutup telinga ini berupa cairan atau busa yang berfungsi
untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang
cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan miunyak
30 dB (A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda
keras atau percikan bahan api.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas alat pelindung telinga adalah
kebocoran udara, peralatan gelombang suara melalui bahan alat pelindung, vibrasi
alat itu sendiri dan Konduksi suara melalui tulang dari jaringan.
4) Alat Perlindung Pernafasan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko
paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung
pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau
kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui antara
lain :
a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu atau
kombinasi dari berbagai kontaminan tersebut
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
c) Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan untuk masing-masing
kontaminan.
d) Reaksi fisilogis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata dan
kulit.
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja.
Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan di
a) Masker
Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih
besar masuk ke dalam saluran pernafasan.
b) Respirator
Digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap,
logam, asap dan gas-gas berbahaya.
5) Alat Pelindung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau
goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Sarung
tangan terbuat karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahan kimia dan arus
listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi kontak dengan panas dan
dingin. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan sarung tangan sebagai
berikut :
a) Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan kimia korosif,
benda panas, dingin, tajam atau benda keras.
b) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet alam
tidak tepat pada paparan pelarut organik, karena karet alami larut dalam
pelarut organik.
c) Kepekaan objek yang digunakan, seperti pekerjaan yang halus dengan
memberikan benda halus lebih tepat menggunakan sarung tangan yang tipis.
d) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan, atau
6) Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-beda keras,
benda tajam, logal/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.
Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan sepatu keselamatan dibedakan menjadi:
a) Sepatu pengaman pada pengecoran baja. Sepatu ini terbuat dari bahan kulit
yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya sekitar 35 cm. Pada pemakaian
sepatu ini, celana dimaksukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkan dengan tali
pengikat.
b) Sepati pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya peledakan. Sepatu
ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga
api.
c) Sepatu pengaman untuk pekerjaan yang berhubungan dengan listrik. Sepatu
ini terbuat dari karet anti elektronik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar
10.000 volt selama 3 menit.
d) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konsentrasi. Sepatu ini terbuat
dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya.
7) Pakaian Pelindung
Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh dari percikan api,
suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron
yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lutut atau
Apron tidak boleh digunakan di tempat-tmpat kerja dimana terdapat mesin-mesin
yang berputar.
2.4.5 Alat Pelindung Diri di Pabrik Kayu
PPE atau personal protective equipment adalah alat-alat yang dibutuhkan sebagai perlindungan terhadap setiap orang yang bekerja di dalam industri atau
pabrik. Industri woodworking adalah industri low tech yang kotor, berisik juga membutuhkan alat-alat pelindung ini untuk menjaga dan melindungi para operatornya
dari berbagai macam polusi dan resiko kecelakaan kerja. Para pekerja yang
menjalankan proses-proses di industri ini selalu menghadapi paparan berbagai macam
polutan. Debu kayu, debu material finishing, uap solvent dan thinner dan suara yang keras dan berisik merupakan polusi yang harus dihadapi setiap hari. Semua hal
tersebut dapat mengganggu kesehatan orang-orang yang bekerja di industri ini. PPE
merupakan perlengkapan standard yang harus disediakan oleh perusahaan sebagai
perlindungan bagi para operatornya.
Berikut ini beberapa peralatan pelindung yang perlu disediakan dalam industri
woodworking. 1. Masker
Masker adalah penutup hidung untuk mencegah dbebu dan partikel padat dari
masuk ke dalam saluran pernapasan. Ruangan di pabrik kayu merupakan ruangan
yang hampir selalu penuh dengan debu. Debu dari sisa hasil semprotan, sisa
amplasan atau debu dari kayu atau material finishing yang lain merupakan partikel
Meskipun dalam ruangan sudah disediakan suatu peralatan penyedot debu seperti
spray booth atau dust collector tetapi tentu saja ruangan produksi tidak bisa diharapkan untuk selalu bebas dari debu. Masker merupakan peralatan sederhana
namun sangat efektif untuk mencegah atau setidaknya mengurangi partikel padat
masuk ke dalam saluran penasaran. Karena itu maka masker ini harus selalu
dikenakan pada saat kita melakukan aktifitas di dalam ruangan produksi. Masker ini
akan cepat menjadi kotor atau bahkan rusak dan menjadi tidak nyaman untuk dipakai
setelah dipakai selama beberapa hari saja. Karena itu masker ini sebaiknya selalu
disediakan dalam jumlah yang cukup sehingga setiap kali masker ini kotor kita dapat
mengganti dengan masker yang baru. Masker yang sudah kotor sebaiknya tidak
digunakan lagi karena sudah tidak dapat berfungsi lagi dan bahkan dapat
mengganggu kesehatan.
2. Kacamata
Pada saat melakukan aktivitas dalam ruangan produksi maka ada
kemungkinan ada debu atau material kecil yang menerpa mata, baik debu, material
finishing atau uap thinner. Mata yang merupakan salah satu anggota tubuh lemah dan mudah cedera sebaiknya diberi perlindungan yang baik. Safety google atau kaca matapelindung mata merupakan alat yang didesign khusus untuk memberi
perlindungan terhadap mata. Kacamata ini sebaiknya tebuat dari plastic karena lebih
aman dari resiko pecah saat terkena benturan. Namun seperti juga alat yang lain
kacamata ini akan cepat menjadi kotor dan menjadi buram akibat terkena benturan,
mengganggu penglihatan saat dipakai. Karena itu maka kacamata ini harus
disediakan dalam jumlah yang cukup sehingga setiap kali rusak atau kotor dapat
segera diganti.
3. Appron
Appron (celemek) adalah suatu alat yang berfungsi untuk melindungi pakaian
dari kotor akibat debu, atau cairan minyak, oli, stain atau bahan finishing. Appron ini hanya suatu alat yang sederhana tetapi lumayan membantu untuk mengurangi resiko
pakaian yang kotor saat melakukan aktifitas pekerjaan. Appronsangat fleksibel, bisa dilepas dan dipakai lagi pada saat diperlukan tanpa terlalu merepotkan.
4. Warepack
Untuk orang-orang yang lebih banyak berurusan dengan material yang
berbahaya seperti bleaching, lem kayu, obat kayu, bahan kayu, oli mesin, bahan
finishing atau bahan kimia maka sebaiknya dia dibuatkan pakaian khusus yaitu
warepack. Pakaian khusus ini merupakan pakaian yang khusus dikenakan saat melakukan pekerjaan di dalam ruangan finishing. Pakaian khusus ini sebaiknya
dibuat dari bahan yang cukup tebal sehingga dapat melindungi badan tetapi harus
cukup lemas dan nyaman dipakai.
5. Respirator
Para operator yang sering berhubungan dengan debu dan uap bahan kimia
masker. Berbeda dengan masker, respirator ini dilengkapi dengan suatu membran yang membuatnya bisa menyaring uap thinner atau solvent.
Alat ini memiliki membran yang akan menjadi kotor setelah digunakan
selama beberapa waktu. Apabila membran ini kotor maka harus segera diganti karena
memakai respirator yang kotor sama buruknya dengan tidak memakainya sama sekali.
6. Safety Shoes
Safety shoes adalah peralatan pelindung kaki standard dalam suatu industri
manufakturing. Sepatu ini mempunyai suatu logam pelindung di bagian ujungnya
yang akan memberi perlindungan terhadap kaki apabila tertimpa suatu benda yang
keras.
7. Sarung Tangan
Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam proses woodworking seperti bahan-bahan untuk bleaching, paint remover atau socyanate, obat pengawet kayu, lem kayu dan bahan kimia untuk proses vakum merupakan bahan yang bisa melukai
kulit. Suatu sarung tangan sebaiknya dikenakan pada saat kita melakukan penanganan
terhadap bahan-bahan tersebut.
8. Pelindung Telinga
Beberapa operator mesin seperti gergaji atau mesin potong harus menjalankan
mesin yang berisik. Suara yang keras ini merupakan polusi suara yang apabila
berlangsung lama bisa mengganggu kesehatan pendengaran. Untuk mencegah
dengan mesin dan peralatan yang mengeluarkan suara yang keras dilengkapi dengan
pelindung telinga. Pelindung telinga ini merupakan alat yang murah dan sederhana
namun sangat berguna untuk mencegah kerusakan pendengaran akibat dari suara
bising yang ada.
2.5.Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti merumuskan landasan
teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Pelatihan dengan metode ceramah dan
metode praktek adalah suatu metode efektif dalam meningkatkan pengetahuan serta
tindakan sasaran, dimana ada interaksi antara fasilitator (penyampai informasi)
dengan objek (penerima informasi) dan peserta pelatihan dapat memperagakan
langsung informasi yang diterima. Pelatihan adalah proses transfer ilmu dari
fasilitator terhadap objek.
Rogres (1995) menyimpulkan bahwa, proses perubahan perilaku seseorang
termasuk pengetahuan, sikap dan tindakan individu dilalui oleh proses yang panjang,
proses adopsi inovasi dengan 5 tahap yaitu (1) mengetahui/menyadari tentang adanya
Alur Komunikasi Inovasi
Gambar 2.1. Skema Teori Difusi Inovasi (Rogers, 1995)
Dalam teori ini dinyatakan bahwa untuk mengadopsi sebuah perusahaan baru
(tindakan baru) dibutuhkan adanya pengetahuan yang dalam penelitian ini pengatuan
diperoleh dengan cara pemberian pelatihan penggunaan alat pelindung diri kepada
pekerja pabrik kayu.
Pengetahuan Keyakinan Keputusan
Implementasi Konfirmasi
Karakteristik dari Pengambil Keputusan
Persepsi terhadap Perubahan
Adopsi
Penolakan
Adopsi Dini
Adopsi Terlambat
Tidak Berkelanjutan
2.6.Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka diatas, maka kerangka
konsep penelitian ini adalah :
Intervensi
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensia
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep utama dari kerangka konsep ini adalah melihat pengaruh pelatihan
terhadap peningkatan pengetahuan dan tindakan karyawan pabrik kayu PT. Hidup
Baru. Yang menjadi variabel independen (Bebas) dalam penelitian ini adalah pelatihan yang menggunakan metode ceramah dan metode praktek dengan tehnik
pelatihan yang digunakan off the job training dan variabel dependen (terkait) adalah pengetahuan dan tindakan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri. Untuk
mengukur pengetahuan dan tindakan karyawan sebelum pelatihan dilakukan pre-test,
dan untuk mengukur pengetahuan dan tindakan sesudah pelatihan dilakukan post-test. Pelatihan
Penggunaan APD
Pengetahuan Tindakan Penggunaan APD