• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Karyawan di Jalur 3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Karyawan di Jalur 3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN

DI JALUR 3 PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

MAYA KUSUMA PUTRI J 410 151 009

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN DI JALUR 3 PT. WIJAYA KARYA BETON Tbk

BOYOLALI

Abstrak

Undang-undang No. 1 tahun 1970 menjelaskan pentingnya memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan kecelakaan, bahaya peledakan, bahaya suhu, kelembaban, radiasi, suara, getaran, bahaya listrik, memadamkan kebakaran, pertolongan pada kecelakaan serta memberi alat pelindung diri (APD) pada para pekerja. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis penggunaan APD pada karyawan di jalur3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Metode penelitian ini dilaksanakan secara kualitatif deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara, kemudian di analisis dan dievaluasi menggunakan teknik analisa data, dan menyesuaikan dengan penerapan penggunaan APD pada karyawan di jalur 3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman karyawan terhadap program K3 yang salah satunya penggunaan APD secara keseluruhan sudah berjalan baik tetapi belum maksimal. Dalam penerapan penggunaan APD, terdapat keluhan karyawan dulu pernah merasakan ketidaknyamanan dalam penggunaan APD sehingga ada beberapa karyawan yang mengganti earplug dengan kapas. Hasil observasi dan wawancara dalam penelitian ini, yaitu penyediaan APD tertentu seperti sepatu safety yang mana pihak perusahaan menyediakan dalam jumlah terbatas sehingga ketika stok habis karyawan harus menunggu dan mensiasati dengan cara meminjam APD teman yang beda shift. Kata kunci: Penggunaan Alat Pelindung Diri, Karyawan

Abstract

Base on Law No. 1 of 1970 explains the importance of fulfilling work safety requirements to prevent, reduce, and control accidents, danger of blasting, danger of temperature, humidity, radiation, sound, vibration, electrical hazards, extinguishing fires, assistance in accidents and giving tools personal protection (PPE) on workers. The purpose of this study was to analyze the use of PPE in employees at plant 3 of PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. This research method was carried out qualitatively descriptive based on observations and interviews, then analyzed and evaluated using data analysis techniques, and adjusted to the application of PPE use to employees at plant 3 of PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. The results showed that the employee's understanding of the OSH program, one of which was the use of PPE as a whole, was already running but not maximal. In the application of the use of PPE, there were complaints that employees had felt discomfort in the use of PPE so that there were several employees who replaced earplugs with cotton. The results of observations and interviews in this study, namely the provision of certain PPE such as safety shoes which the company provides in limited quantities so that when the stock

(6)

2

runs out employees have to wait and anticipate by borrowing APD friends who are different shifts.

Keywords: PPE use, Employee’s 1. PENDAHULUAN

Menurut Undang-undang no. 1 tahun 1970 pemerintah mewajibkan pada semua bidang usaha agar menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja sebagai salah satu wujud profesionalisme. Undang-undang tersebut menjelaskan pentingnya memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi, dan mengendalikan kecelakaan, bahaya peledakan, bahaya suhu, kelembaban, radiasi, suara, getaran, bahaya listrik, memadamkan kebakaran, pertolongan pada kecelakaan serta memberi alat pelindung diri (APD) pada para pekerja. Dengan demikian perusahaan yang bergerak di bidang usaha apapun wajib menerapkan K3 di tempat kerja.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada konstruksi di Indonesia masih perlu mendapat perhatian serius dari seluruh pihak karena cukup tingginya angka kecelakaan kerja yang ada. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja secara signifikan menimbulkan kerugian-kerugian diantaranya terganggunya jadwal kerja, pembengkaaan biaya, dampak psikologis bagi pekerja serta nama baik perusahaan. Interaksi antar manusia alat dan bahan, serta lingkungan kerja menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja. Pengaruh atau dampak negatif sebagai hasil samping proses industri merupakan beban tambahan dari tenaga kerja yang menimbulkan kelelahan. Kelelahan yang ditimbulkan antara lain bersumber dari kebisingan.

PT Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton), sebagai salah satu anak perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero), Tbk (WIKA), merupakan bagian dari ekspansi perusahaan yang mengkhususkan diri dalam industri beton pracetak. WIKA mulai berkonsentrasi pada industri beton pra-cetak pada tahun 1977 dengan mengembangkan panel beton pra-cetak untuk proyek perumahan bertingkat rendah. Sejak saat itu, WIKA bertekad untuk terus mengembangkan produk mereka untuk mengantisipasi rencana pembangunan dan proyek-proyek infrastruktur yang muncul.

(7)

3

Pengembangan produk telah menciptakan hasil pra-stres tiang beton untuk jalur distribusi listrik dan tumpukan PC, kemudian diikuti oleh produk lain, misalnya, saluran terbuka beton, kereta api beton tidur, jembatan gelagar, tumpukan lembaran, pipa, lembaran Platform dan bangunan komponen yang telah diterapkan di berbagai macam proyek. Produk-produk tersebut muncul di waktu yang tepat dan berhasil menjadi produk terkemuka di pasar. Perkembangan produk tersebut diimbangi beban kerja dan risiko kerja yang semakin tinggi. Salah satu jenis risiko yang ada lingkungan kerja adalah tekanan panas dan kebisingan yang tinggi adalah lingkungan kerja pembuatan hasil produksi.

Risiko yang ditimbulkan oleh kegiatan produksi PT. Wijaya Karya Beton telah diminimalisir salah satu caranya dengan adanya penyediaan APD yang diberlakukan perusahaan untuk semua karyawan. Jalur 3 yang mempunyai risiko kecelakaan tinggi yaitu terjatuh, terpeleset, terpapar uap panas, kebisingan dan terpukul karena tuntutan produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan jalur lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan target produk yang harus diselesaikan adalah 3-4 jenis produk yaitu tiang pancang beton, sheet pile, bantalan beton pra tegang dan U ditch. Kondisi kerja yang padat dan beresiko di haruskan karyawan menggunakan APD berupa helm safety, sepatu safety, sarung tangan safety, masker dan ear plug.

Berdasarkan survey pendahuluan tingkat kesadaran menggunakan alat pelindung diri sangat kurang. Pada saat bekerja ada beberapa karyawan mengabaikan menggunakan APD khususnya earplug yang ditunjukkan pada lampiran 3 gambar 1, hasil pemeriksaan tingkat kelelahan kerja antara shift pagi dan shift malam pada staf produksi menunjukkan adanya keluhan kelelahan kerja sedang pada shift pagi, dan berat sekali untuk shift malam hal ini dapat terlihat pada lampiran 3 gambar 2 dan hasil pengukuran kebisingan oleh Balai Hyperkes DIY menunjukkan tingkat kebisingan di jalur 1, 2, 3, dan 4 melebihi NAB untuk 8 jam kerja yang ditunjukkan pada lampiran 3 gambar 3.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “Analisis Penggunaan APD Pada Karyawan di Jalur 3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali”.

(8)

4 2. METODE

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan critical incidents yaitu bertujuan untuk menggali informasi tentang analisis Penggunaan APD Pada Karyawan di Plant 3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2018 di wilayah kerja PT. Wijaya Karya Beton Tbk Boyolali.

3. HASILDANPEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan ikut terlibat dalam kegiatan K3 di perusahaan ini didapatkan bahwa PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Pabrik produk beton (PPB) Boyolali merupakan salah satu pabrik yang berada di bawah divisi produk beton (DPB) II. Pada tahun 1981 didirikan PPB Boyolali oleh PT. Wijaya Karya dan diresmikan pengoperasiannya pada tahun 1985 yang pada setiap tempat kerja dan proses kerjanya menimbulkan sumber bahaya, yang mana sumber bahaya tersebut menimbulkan potensi bahaya yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Pengendalian potensi dan faktor bahaya yang telah dilakukan PT. Wijaya Karya Beton Tbk salah satunya dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD). Alat pelindung diri menjadi alternatif terakhir untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dari potensi bahaya ditempat kerja. Pada lingkungan kerja PT. Wijaya Karya Beton Tbk semua tenaga kerja termasuk dijalur 3 yang akan melakukan pekerjaan maupun pengawasan harus memakai APD sesuai potensi bahaya yang ditimbulkan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi tenaga kerja dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang mungkin timbul karena potensi dan faktor bahaya tersebut.

Alat pelindung diri yang diberikan PT. Wijaya Karya Beton Tbk kepada tenaga kerja secara gratis. Hal ini sesuai dengan undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 14 sub c yang menyatakan pengurus diwajibkan menyediakan secara gratis, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Selain itu sesuai dengan

(9)

5

permenakertrans No. Per-01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 yang menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan secara gratis alat pelindung yang mewajibkan penggunanya bagi tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Perusahaan menurut karyawan sudah baik dalam melaksanakan aturan K3 terutama tentang penyediaan APD tetapi ada beberapa kendala dalam penyediaan APD tertentu seperti sepatu safety yang mana pihak perusahaan menyediakan dalam jumlah terbatas sehingga ketika stok habis karyawan harus menunggu dan mensiasati dengan cara meminjam APD teman yang beda shift. Kegiatan meminjam tersebut menurut karyawan bisa sedikit membantu tetapi hal tersebut menimbulkan masalah baru ketika APD teman yang dipinjam juga rusak karena intensitas pemakaian lama yang membuat pengeluaran perusahaan dalam penyediaan APD semakin bertambah.

Penyimpanan APD di PT. Wijaya KARYA Beton Tbk telah disediakan ruang loker APD yang telah diberi nama sesuai dengan pemiliknya yang bertujuan untuk memudahkan dalam pencarian karyawan dan juga telah disediakan CCTV serta petugas yang ditugaskan untuk menata dan merapikan alat pelindung diri sehingga dapat untuk meminimalisir kehilangan alat pelindung diri karyawan.

Berdasarkan hasil wawancara terkait penggunaan APD di PT. Wijaya Karya Beton Tbk diketahui para informan menggunakan APD yang digunakan ketika bekerja di jalur 3 adalah Helm safety, earplug, sepatu safety dan sarung tangan yang biasanya disimpan di loker APD selain itu saya juga menggunakan APD secara teratur sesuai dengan fungsinya. Seiring perubahan yang dilakukan dari pihak P2K3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk dalam penggunaan dan pemberian rasa aman dan nyaman bagi seluruh karyawan sehingga ada upaya untuk pencarian APD yang sesuai dengan keinginan karyawan, dan sekarang APD yang karyawan miliki saat ini tidak merasa nyaman diganti dengan yang sesuai dengan keinginan karyawan.

Hal ini telah sesuai dengan Undang-undang No.1 tahun 1970 pasal 12 butir b yaitu dengan peraturan perundangan yang diatur kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai APD yang diwajibkan.

(10)

6

Berdasarkan hasil wawancara terkait kenyamanan dan gangguan akibat kebijakan penggunaan APD di PT. Wijaya Karya Beton Tbk diketahui para informan dulu pernah merasakan ketidaknyamanan dalam penggunaan APD yaitu

earplug karena bahan dari plastik sehingga merasa keras dan panas ketika digunakan dan pada penggunaan sepatu safety merasa keras sehingga membuat kaki menjadi callus (kapalan). Seiring perubahan yang dilakukan dari pihak P2K3 PT. Wijaya Karya Beton Tbk dalam penggunaan dan pemberian rasa aman dan nyaman bagi seluruh karyawan sehingga ada upaya untuk pencarian APD yang sesuai dengan keinginan karyawan, dan sekarang APD yang karyawan miliki saat ini tidak merasa nyaman diganti dengan yang sesuai dengan keinginan karyawan.

Ketertiban karyawan di PT. Wijaya Karya Beton Tbk terutama di jalur 3 sudah baik tetapi belum maksimal karena masih ada karyawan yang masih menggunakan kapas sebagai pengganti earplug dengan alasan tidak nyaman, hilang dan belum diganti dari pihak perusahaan. Hal itu menunjukkan kesadaran dan pengetahuan akan pentingnya penggunaan APD sudah cukup baik dan para karyawan mengetahui akan bahaya yang ada di wilayah kerjanya.

Kehilangan APD pernah dialami hampir semua karyawan dengan intensitas hilang yang berbeda-beda. Kehilangan tersebut terjadi pada earplug yang bentuknya kecil sehingga mudah terselip atau diambil orang. Pemeliharaan alat pelindung diri yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja selain penyimpanan alat pelindung diri di loker yang telah disediakan perusahaan juga ada beberapa karyawan melakukan perawatan dengan cara untuk sepatu safety

selalu dicuci setelah selesai digunakan bekerja lalu dikeringkan kemudian disimpan dan untuk earplug dibersihkan dengan cara di lap terlebih dahulu sebelum disimpan. Tipe perawatan biasanya berbeda-beda disetiap karyawan tergantung individu mereka masing-masing.

Hal ini sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010 pasal 7 ayat 1 bahwa pengusaha dan pengurus wajib melaksanakan manajemen APD ditempat kerja salah satunya meliputi penggunaan, perawatan dan penyimpanan APD.

(11)

7 4. PENUTUP

Ketersediaan APD pada dasarnya perusahaan berkomitmen dalam menjaga kenyamanan dan keamanan karyawan dalam bekerja dengan mewajibkan penggunaan APD dan memfasilitasi ketersediaan secara gratis untuk seluruh karyawan di perusahaan. Hal ini dilakukan perusahaan untuk menghindari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja karena proses produksi di PT. Wijaya Karya Beton Tbk. Namun keterlambatan pengiriman APD dri penyuplai APD juga menjadi penghambat perusahaan dalam menyediakan APD.

Penerapan penyimpanan APD di PT Wijaya Karya Beton Tbk sudah bagus karena memiliki tempat penyimpanan khusus APD yang berdasarkan nama karyawan sehingga untuk meminimalisir risiko hilang dan tertukar selain itu ruang penyimpanan APD juga didukung dengan adanya CCTV sehingga hal ini bisa meningkatkan keamanan untuk menghindari terjadinya kehilangan APD di tempat penyimpanan. Sebagian besar penyimpanan APD tidak memiliki pentup dan kunci sehingga memungkinkan terjadi kehilangan.

Penggunaan APD karyawan yang digunakan ketika bekerja di jalur 3 adalah Helm safety, earplug, masker, sepatu safety dan sarung tangan yang biasanya disimpan di loker APD selain itu sebagian karyawan juga menggunakan APD secara teratur sesuai dengan fungsinya.

Kenyamanan dan gangguan yaitu para informan dulu pernah merasakan ketidaknyamanan dalam penggunaan APD yaitu earplug sarung tangan dan sepatu

safety yang membuat ketidaknyamanan dan gangguan dalam bekerja terutama di area produksi. Hal tersebut membuat manajemen (tim P2K3) berbenah dengan cara mencari distributor penyuplai APD yang sesuai dengan keinginan karyawan untuk meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan APD.

Ketertiban karyawan PT Wijaya Karya Beton Tbk sudah baik karena sudah menggunakan APD dengan waktu yang tepat yakni pada saat bekerja namun ada sebagian karyawan yang tidak menggunakan APD secara lengkap seperti tidak menggunakan earplug karena bentuknya yang kecil sehingga mudah hilang, selain itu karyawan mengeluh panas dan sakit ketika dipakai sehingga karyawan mensiasati dengan menggunakan kapas untuk menutup telinga.

(12)

8

Perawatan APD karyawan untuk sepatu safety dengan cara selalu dicuci setelah selesai digunakan bekerja lalu dikeringkan kemudian disimpan dan untuk

earplug dibersihkan dengan cara di lap terlebih dahulu sebelum disimpan. Tipe perawatan setiap karyawan biasanya berbeda-beda disetiap karyawan tergantung individu mereka masing-masing sedangkan kerusakan APD biasanya terjadi pada sepatu dan sarung tangan karena kondisi lingkungan kerja karyawan. APD yang rusak dari pihak perusahaan biasanya mengganti dengan berbagai pertimbangan dari penyebab kerusakan atau kehilangan tersebut agar kejadian tersebut bisa di minimalisir karena dari pihak perusahaan sudah mempunyai standar dalam pergantian. Apabila belum bisa diganti saat itu biasanya dari manajemen menginstruksikan agar karyawan meminjam APD teman yang beda shift.

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Dian Rahmah. 2012. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Implementasi Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Bagian Spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dessy, Siti Setiyowati. 2010. Penerapan Penggunaan Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja di PT. Bayer Indonesia.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Iqbal, Muhammad M.S. 2014. Gambaran Faktor-faktor perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero). Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 tentang: Penyakit

yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Kurniawan. Dedi. 2009. Hubungan Rambu-Rambu K3 dengan Kepatuhan Pemakaian APD (Studi di bagian Asam Sulfat Pabrik III PT. Petrokimia Gresik). Skripsi; Surabaya: FKM Universitas Airlangga.

Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 39. Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Bandung : Remaja Rosda karya.

Nindy, Agrilinda Y.T. 2015. Analisis Persepsi Tenaga Kerja Tentang Dukungan Manajemen Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Area Sumur

(13)

9

Produksi (Wellpad) PT. Geo Dipa Energi Kabupaten Banjarnegara. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Noviandry, Ilham. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Industri Pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

OSHAcademy. 2013. Personal Protective Equipment. Beaverton: OSHAcademy. Pusparini, A. 2003. Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan Kerja. Semarang:

Badan Penerbit UNDIP. Cetakan pertama.

Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyata.

Reason. 2007. Managing The Risk of Organizational

Silalahi, B. N. B & Silalahi, Rumendang B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehaan Kerja. Jakarta: PT. Binaan Pustaka Presindo.

Siswanto, 1991. Bahaya Las Terhadap Kesehatan. Balai Hyperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Referensi

Dokumen terkait

Gangguan analisis dapat diatasi dengan sistem modulasi, detektor hanya mengukur perubahan intensitas cahaya yang diemisikan oleh hollow cathode, emiss dan unsur dalam

Konsep penciptan lukisan adalah kekaguman dan ketertarikan penulis terhadap pemandangan alam persawahan yang ada di Lereng Gunung Slamet dengan diekspresikan

sendiri.Sebagaimana Nabi saw dihalang dan dicabar oleh kaumnya sendiri , maka dalam hal pelaksanaan perundangan Islam ini juga, te ntangan dan masalah itu adalah datang dari umat

Kategori detil ini dipilih karena bagian yang akan diukur jangkauan regangannya adalah bagian batang dari sistem rangka batang, dengan mengasumsikan bahwa

Terobosan yang dilakukan di berbagai daerah itu turut mendorong daerah lain untuk melakukan inovasi.Misalnya di Kota Samarinda (Kalimantan Timur), melalui asistensi yang dilakukan

SKOR HASIL UJIAN TULIS SELEKSI PERANGKAT DESA SE-KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2016 KERJASAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMOSIR.. LUMBANSIANTAR SIPINGGAN

Indeks kesamaan (IK) antar komunitas yang dihitung berdasarkan nilai penting jenis belta pada setiap tipe komunitas (Cox,1967 (14) ; Greigh-Smith, 1964 (16) menunjukkan

Teori elit penting dalam proses pembuatan dasar awam kerana lebih mudah, cepat dan tidak memerlukan input-input daripada rakyat untuk melaksanakan sesuatu demi kepentingan negara dan