• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perspektif Budaya Minang Terhadap Perawatan Ibu Pospartum di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai Tahun 2014"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perspektif

Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia modern, perspektif diartikan sebagai

sudut pandang manusia dalam memilih opini, kepercayaan dan lain-lain.

Menurut asal kata, perspektif global adalah wawasan atau cara pandang yang

menyeluruh atau mendunia. Namun secara ilmiah perspektif global wawasan atau

cara pandang yang menyeluruh.

Menurut Sumaatmadja dan Winardit (1999), mengungkapkan pengertian

perspektif adalah suatu cara pandang dan cara berprilakuterhadap suatu masalah atau

kejadian dari sudut kepentingan global. Lalu menurut Suhanadji dan Waspada TS

(2004), perspektif adalah cara pandang atau wawasan untuk melihat dunia yang

dipengaruhi beberapa sudut pandang yaitu politik, ekonomi, budaya yang

menghubungkan globalisasi.

Jadi apabila dihubungkan dengan perspektif budaya Minang terhadap

perawatan ibu postpartum adalah bagaimana sudut pandang, kepercayaan budaya

minang terhadap perawatan ibu postpartum.

B. Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari.

Menurut Sulistyawati (2009) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak

bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.

Pengertian lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

(2)

Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesai proses persalinan

sampai 40 hari setelah itu.

Menurut Rukiyah (2011), perawatan yang diberikan tenaga kesehatan

khususnya bidan kepada ibu nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik

fisik maupun psikologisdimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat

penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi

selalu terjaga. Lalu melaksanankan skrining yang komprehensif (menyeluruh)

dimana bidan harus melakukan menejemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara

sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang.

Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa

data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang

terjadi pada ibu dan bayi.Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk

kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat dilaksakan.Selanjutnya harus

memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi, memberikan

pelayanan keluarga berencana.

Ada beberapa tahapan yang dilalui oleh beberapa wanita pada masa nifas

yang harus difahami oleh seorang bidan, antara lain :

1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri da

berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang

lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

(3)

Menurut Saleha (2009) peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas

adalah: (1) mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang

terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, (2)

mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga, dan sebagai promotor

hubungan yang erat bagi ibu dan bayi, (3) membuat kebijakan, perencanaan

kesehatan dan administrator. Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini

merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Adapun kebijakan program nasional masa nifas adalah Pemerintah melalui

Departemen Kesehatan (Saleha, 2009) memberikan kebijakan sesuai dengan dasar

kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa

nifas. Tujuan kebijakan tersebut adalah : (1) untuk menilai kesehatan ibu dan

kesehatan bayi baru lahir, (2) pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, (3) mendeteksi adanya

kejadian-kejadian pada masa nifas, (4) menangani berbagai masalah yang timbul dan

menganggu kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut adalah

sebagai berikut: (a) kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan. Tujuan :

mencegahan perdarahan masa nifas karena persalinan, mendeteksi dan merawat

penyabab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling

pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, mengajarkan cara mempererat

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan,

maka petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

(4)

memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum

dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

adanya penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan

asuhan pada bayi. (c) kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan.

Tujuan : sama dengan kunjungan kedua. (d) Kunjungan keempat, waktu: enam

minggu setelah persalinan. Tujuan : menanyakan penyulit-penyulit yang ada,

memberikan konseling untuk KB secara dini.

C. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Pada masa nifas ini, terjadi perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis pada

ibu.Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di

mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.Banyak faktor, termasuk

tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir dan perawatan serta

dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter, bidan

maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa nifas ini

(Sulistyawati, 2009).Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu,

bayi dan keluarganya, seorang bidan atau perawat harus memahami dan memiliki

pengetahauan tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas

ini dengan baik.

1. Perubahan Sistem Reproduksi

a. Perubahan Kelenjar Mammae

Pada semua wanita yang sudah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.

Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan udara tumbuh dan menyiapkan

fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan,

(5)

kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolactin (hormone laktogenik). Sampai hari

ketiga setelah melahirkan, efek prolactin pada payudara mulai bias

dirasakan.Pembuluh darah payudara bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa

hangat, bengkak dan rasa sakit.Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai

berfungsi.Ketika bayi menghisap putting, reflex daraf merangsang lobus posterior

pituitary untuk meyereksi hormone oksitoksin. Oksitoksin merangsang refleks let

down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI dialirkan karena isapan bayi

atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.

Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Rukiyah, 2011).

b. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus

uteri berada kurang lebih pertengahan antara umblikus dan simfisis, atau sedikit lebih

tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga

dalam dua minggu telah turun masuk ke rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi

dari luar. Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh

pemberian sejumlah preparat materngin dan lainnya dalama proses persalinan.

Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui (Sulistyawati, 2009).

Pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil. Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.Hal ini

menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga

jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan

lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi

sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada

ukuran sebelum hamil. Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil di sebut

(6)

Segera setelah persalinan bekas implantasi plasenta berupa luka kasar dan

menonjol ke dalam cavum uteri. Penonjolan tersebut diameternya kira-kira 7,5 cm.

Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam

mengecil lagi sampai 2,4 cm, dan akhirnya akan pulih. Di samping itu, di cavum

uteri keluar cairan sekret di sebut lokia. Ada berapa jenis lokia yakni: lokia

rubra/kruenta (merah): merupakan cairan bercampur darah dan sisa-sisa penebalan

dinding rahim (desidua) dan sisa-sisa penanaman plasenta (selaput ketuban), berbau

amis. Lokia rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4,

Lokia sanguinoleta: warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada

hari ke 3-7 pasca persalinan, lokia serosa: berwarana kuning dan cairan ini tidak

berdarah lagi pada hari 7-14 pasca persalinan, lokia alba: cairan putih yang terjadi

pada hari setelah 2 minggu, lokia parulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk, lokiaotosis: lokia tidak lancar keluarnya (Maryunani,

2010).

Menurut Saleha (2009), dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar

pada masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah

kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan

beratnya menjadi kurang lebih 500 gram, pada akhir minggu kedua setelah

persalinan menjadi kurang lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.

c. Serviks

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan yang terjadi pada servik adalah

bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks

tidak berkonsentrasi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

(7)

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh

darah.konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.

Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks maka serviks tidak

akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan

menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk

kedalam rongga Rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu

ke 6 postpartum, serviks sudah menutup kembali.

d. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar

selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umumnya

tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman (sembuh dengan sendirinya),

kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi dapat menyebabkan sellulitis yang dapat

menjalar sampai terjadi sepsis (Rukiyah, 2011).

e. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.Pada postnatal hari ke-5, perineum

sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur

(8)

f. Organ Otot Panggul

Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami cedera selama

waktu persalinan.Hal ini dapat menyebabkan relaksasi panggul, yang berhubungan

dan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul yang

menopang uterus, dinding vagina, rectum, uretra dan kandung kemih (Bobak, 2009).

Jaringan otot panggul akan kembali seperti semula setelah enam bulan.

2. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini

disebabkan karna pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang

menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu

persalinan, kuragnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.

Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,

peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari

dapat diberikan obat laksansia.Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia

akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan

sekresi, serta kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan (Saleha,

2009).

3. Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang

air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah

terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini

mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janian dan tulang pubis selama

persalinan berlangsung.

Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum.

(9)

mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali

normal dalam 6 minggu.

Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemioa,

kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi

retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan

kapasitas akan bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggan urine

residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada

kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi (Saleha, 2009).

4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh

darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu

persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak

jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum

menjadi kendor.Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah

melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi

kendor.Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih

agak lunak dan kendor untuk sementara waktu.Untuk memulihkan kembali

jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,

(10)

5. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas

Pada ibu pascapersalinan, terdapat beberapa perubahan tanda-tanda vital

sebagai berikut: (a) suhu: selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan

menjadi 38°C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan

hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam

melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi

selama postpartum), infeksi saluran kemih, edometritis (peradangan endometrium),

pembengkakan payudara, dan lain-lain (Maryunani, 2010). (b) nadi: Dalam periode

waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali

permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari

setelah melahirkan. Keadaan ini bisa berhubungan dengan penurunan usaha jantung,

penurunan volume darah yang mengikuti pemisahan plasenta dan kontraksi uterus

dan peningkatan stroke volume. Takhikardi kurang sering terjadi, bila terjadi

hubungan peningkatan kehilangan darah. Menurut Sulistyawati (2009) (c) tekanan

darah: selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi

orthostik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah

berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah

seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.Penurunan tekanan darah bisa

mengindikasikan penyesuain fisiologis terhadap penurunan tekanan intrapeutik atau

adanya hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan hemorhagi uterus. (d)

pernafasan: keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi.

Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali

(11)

6. Perubahan Kardivaskuler

Selama kehamilan, menurut Rukiyah (2011) volume darah normal digunakan

untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan

pembuluh darah uteri.Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi

secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi

normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama masa

ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu

mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada

jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa

persalinan.Menurut Maryunani (2010), pada persalinan vagina kehilangan darah

sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali

lipatnya.

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu

relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan

akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan

ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya

haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.Umumnya, ini

terjadi 3-5 hari postpartum.

7. Perubahan dalam sistem Endokrin

Sistem endrokrin mengalami perubahan secara tiba-tiba selama kala IV

persalinan dan mengikuti lahirnya plasenta.Menurut Maryunani (2009) selama

periode postpartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Selama kehamilan,

payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron) kolostrum,

cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan

(12)

penambahan sistem vaskuler dan limpatik sekitar mammae. Waktu yang dibutuhkan

hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagai ditentukan oleh

apakah ibu menyusui atau tidak. Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan

biasanya lebih banyak dari normal, dalam 3 sampai 4 sirkulasi, seperti sebelum

hamil.

8. Perubahan Berat Badan

Kehilangan/penurunan berat badan pada ibu setelah melahirkan terjadi akibat

lahir atau keluarnya bayi, plasenta dan cairan amnion atau ketuban.Pada minggu ke-7

sampai ke-8, kebanyakan ibu telah kembali ke berat badan sebelum hamil, sebagian

lagi mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk kembali ke berat

badan semula (Sulistyawati, 2009).

D. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Kesejahteraan emosional ibu selama periode postpartum dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan

perannya dengan ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat

dukungan yang tersedia untuk ibu (Rukiyah, 2011).

Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan

ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yng dalam

keadaan normal mampu diatasinya.Disamping perubahan hormonal, cadangan

fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan. Keadaan

kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami

aau anak-anaknya yang lain.

Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris ikenal dengan istilah “4th day

blues (kemurungan hari keempat)” sering terjadi dan banyak ibu yang baru pertama

(13)

karena masalah yang sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang

singkat , namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri

mereka dan bayinya tumbuh. Ada beberapa fase aktifitas penting menurut Rubin

sebelum menjadi ibu adalah :

a. Taking On : fase ini disebut meniru dan wanita sudah membayangkan peran yang

dilakukan pada tahap sebelumnya. Pada masa ini wanita akan meninggalkan

perannya pada masa lalu.

b. Taking In : periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada

umumya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkat

nutrisi ibu sangat diperlukan pada periode ini karena selera makan ibu biasanya

bertambah.

c. Taking Hold : periode ini berlangsung 2-4 hari postpartum ibu menjadi orangtua

yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya. Pada masa ini ibu agak

sensitive dan merasa tidak mahir melaksanak hal-hal tersebut.

d. Letting Go : periode yang setiap ibu pulang kerumah. Dan depresi postpartum

bisanya terjadi pada periode ini (Saleha, 2009).

E. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu menurut Saleha (2009) :

1. Nutrisi dan cairan pada ibu menyusui

Mengkonsumsi kalori 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang

untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.Minum sedikitnya 3

Liter setiap hari. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam

bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan

(14)

2. Ambulasi

Menurut Sulistyawati (2009), ibu yang baru melahirkan mungkin enggan

banyak yang bergerak karena masa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun

dari tempat tidur 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat

penting dalam mencegah thrombosis vena.Tujuan dari ambulisi dini adalah untuk

membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk

tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

3. Eliminasi

Menurut Rukiyah (2011), BAB dan BAK. Buang air kecil (BAK) dalam

enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih

spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam

waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal

dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan

dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus.

Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan,

diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari

belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan

membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat

sangat dianjurkan.

4. Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan

ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu

mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4

(15)

menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan

laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih dan

kering, tiap hari di ganti balutan.

5. Istirahat

Istirahat dan tidur: Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk

mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan

rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat

menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.

Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI,

memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.

6. Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kdalam vagina tanpa rasa

nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman

untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri

sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan.Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7. Pemberian ASI/Laktasi

Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera

setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang

benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif),

menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan

(16)

bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian

ASI.

8. Keluarga Berencana

Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun.Pada dasarnya

ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum

mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi).Meskipun setiap metode kontrasepsi

beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman.Jelaskan pada ibu

berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui.Metode

hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu

yang menyusui.

F. Konsep Budaya Dalam Perawatan Ibu Postpartum

1. Konsep Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hokum, dan adat istiadat.Semua hasil karya, rasa dan cipta

masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum,

pakaian dan perhiasan, serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor

biologis, psikologis dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu.Masyarakat di

Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di

dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda Keanekaragaman

budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang tiada ternilai tingginya.Kekayaan

tersebut harus dipahami terus dari generasi ke generasi (Meutia, 1998).

Budaya berkenaan dengan bagaimana cara manusia hidup. Manusia belajar

berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut untuk budayanya.

Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka

(17)

budaya mereka. Budaya adalah satu konsep yang membangkitkan minat. Secara

formal budaya juga sebagai tatanan pengetahuan, pegalaman, kepercayaan, nilai,

sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam

semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari

generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya meliputi semua

peneguhan perilaku yang diterima selama satu periode kehidupan.Budaya juga

berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan social yang

mempengaruhi hidup kita (Potter, 1982 dalam Mulyana, 2003).

Suku Minangkabau (Muarif, 2009) adalah salah satu dari ratusan suku bangsa

di Indonesia.Mereka berasal dari propinsi Sumatera Barat.Di propinsi yang terletak

di bagian barat tengah Pulau Sumatera ini, suku Minagkabau merupakan etnik

mayoritas setelah Batak Mandailing dan Mentawai.Setiap bangsa memiliki tradisi

tersendiri yang biasanya diwarisi oleh nenek moyang mereka, seperti suku

Minangkabau.Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang

sesungguhnya memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang. Seiring

dengan proses penyebaran masyarakat Minangkabau di perantauan, tradisi urang

awak menyebar mewarnai kawasan Nusantara.

2. Konsep Budaya Tentang Perawatan Postpartum

Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status

kesehatan.Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang

menguntungkan, ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang

menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena

pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi

kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun temurun

(18)

perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran

ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang

menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Menurut Meutia (1998), meskipun kehamilan dan kelahiran bayi secara

universal dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang sama, yakni untuk

kelangsungan umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai kelompok

masyarakat, terdapat bermacam-macam titik berat perhatian dan sikap khusus dalam

menanggapi proses itu. Sebagian masyarakat lebih mementingkan aspek kultural dari

kehamilan dan kelahiran, sedangkan sebagian lagi lebih menonjolkan aspek

sosialnya.Pada saat lahir bayi dianggap bepindah dari kandungan ibu ke dunia untuk

menjalankan kehidupan baru sebagai manusia. Begitu pula sang ibu mulai memasuki

tahapan baru dalam kehidupannya sebagai orangtua, untuk menjalankan peran

barunya sebagai seorang ibu.

Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi ini, kehamilan

dan kelahiran bukan hanya dilihat semata-mata dari aspek biologis dan fisiologis

saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang

mencakup pemahaman dan pengaturan hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai

kehamilan dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan

persalinan, wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya,

penggunaan ramu-ramuan atau obat-obatan dalam proses kelahiran, cara-cara

menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai

pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu

hamil, bersalin dan nifas adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping

(19)

mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak

melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu

hamil, bersalin dan nifas.

G. Fenomenologi

Menurut Sugiyono (2010) Fenomenologi berakar pada filsafat tradisional

yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger yang mana pemikirannya

bersumber dari pengalaman hidup manusia.Fenomenologi suatu penelitian tentang

gejala dalam situasi yang alami dan kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian

dari alam kesadaran manusia-sekomprehensif apapun ketika telah direduksi ke dalam

suatu parameter yang terdefinisikan sebagai fakta, dan yang demikian tewujud

sebagai realitas.

Fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjukkan

pada pengalaman subjektif dari berbagi jenis dan tipe subjektif yang

ditemui.Fenomenologi juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi

kualitatif.Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada

fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi

dunia.

Teori fenomenologi terutama membagi isu-isu bahasa, sejauh mana diberikan

kepada peranan dalam membentuk pengalaman.Penelitian dalam pandangan

fenomenologi berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang

yang berasal dalam situasi-situasi tertentu.Fenomenologi tidak berasumsi bahwa

peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti mereka

(Moleong, 2007).

Penelitian sosial yang merupatikan pendekatan kualitatif diuraikan oleh

(20)

artinyara peneliti harus berusaha memahami fenomena sosial secara langsung dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat.Peneliti sendiri adalah merupakan instrumen

penlitian yang paling penting dalam pengumpulan data dan penginterpretasian

data.Penelitian kualitatif bersifat memberikan deskripsi artinya mencatat segala

gejala (fenomena) yang di lihat dan di dengar.Data dan informasi harus berasal dari

tangan pertama. Di samping itu kebenaran data harus di cek dengan data lain,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) motivasi belajar siswa sebelum diterapkan media permainan ular tangga sebesar 53,09% dengan kriteria kurang, (2) motivasi belajar siswa sesudah

Rahap awal yaitu kita mengindentifikasi plat nomor kendaraan, setelah itu kamera akan terhubung dengan Raspberry pi yang telah terdeteksi dan akan masuk ke database

Dengan menakses website ini, pengunjung dapat menghemat waktu dan biaya jika dibandingkan dengan datang dan berkunjung langsung ke SMA Taman Harapan Bekasi, pihak sekolah pun

Penilaian Kondisi Inventarisasi pada tabeldi atas hanya digunakan bila pemeriksaan Mendetail jembatan belum di lakukan pada saat yang bersamaan dengan Pemeriksaan

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan penilaian buku

Hasil Terlaksananya Pelayanan Administrasi Perkantoran 5,52% Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur. Rincian Anggaran

Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat

Masalah penelitian ini adalah belum diketahui determinan penyebab perilaku seks pranikah pada anggota pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) di SMA Negeri 1